Professional Documents
Culture Documents
berhubungan dengan perkembangan gagal jantung. Tidak terdapat tanda atau gejala. Contohnya seperti
riwayat MI, Left Ventricular Hypertrophy,
systolic dysfunction dan sesak nafas, kelelahan, retensi cairan, atau gejala
d. Stadium D yaitu penyakit struktural jantung yang lanjut serta gejala gagal
a. Kelas I yaitu tidak terdapat batasan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-hari tidak
menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
b. Kelas II yaitu terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, namun aktivitas
fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
c. Kelas III yaitu terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, tetapi
aktvitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak.
d. Kelas IV yaitu tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat istirahat.
Keluhan meningkat saat melakukan aktivitas.
Berdasarkan klasifikasi abnormalitas dan gejala diatas, maka kita dapat melakukan terapi farmakologi
berdasarkan tingkat keparahan kondisi pasien heart failure. Gagal jantung dibedakan menjadi gagal
jantung dengan fungsi ventrikel kiri yang menurun (heart failure with reduced ejection fraction = HFrEF)
dan gagal jantung dengan fungsi ventrikel kiri yang masih baik (heart failure with preserved ejection
fraction = HFpEF) (Yancy et al., 2013). HFrEF dalam beberapa literatur disebut sebagai gagal jantung
sistolik, sementara HFpEF sebagai gagal jantung diastolik.
6.3.2.1. DIURETIK
KELAS I
KELAS I
KELAS I
Pasien yang intoleran ACE inhibitor diberikan ARB untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas kecuali kontraindikasi
KELAS IIa
Alternative untuk ACE inhibitor sebagai terapi lini pertama untuk pasien yang sudah
menggunakan ARB untuk indikasi lain, kecuali kontraindikasi.
KELAS IIb
Penggunaan kombinasi rutin ACE inhibitor, ARB, dan aldosterone antagonis berpotensi
berbahaya bagi pasien dengan HFrEF.
KELAS I
Penggunaan 1 dari 3 beta blocker terbukti mengurangi mortalitas (misalnya, bisoprolol,
carvedilol, dan metoprolol suksinat lepas lambat) dianjurkan untuk semua pasien
dengan saat ini atau sebelumnya gejala HFrEF, kecuali kontraindikasi,
KELAS I
KELAS I
KELAS IIa
KELAS IIa
1. Digoxin dapat bermanfaat pada pasien dengan HFrEF, kecuali kontraindikasi, untuk
mengurangi rawat inap untuk HF
KELAS I
KELAS IIa
1. Antikoagulan kronis adalah wajar untuk pasien dengan HF kronis yang memiliki
AF permanen / persisten / paroksismal tetapi tanpa faktor risiko tambahan untuk
cardioembolic stroke
KELAS IIa
1. Suplementasi asam lemak tak jenuh omega-3 adalah digunakan sebagai terapi
tambahan pada pasien dengan Gejala NYHA kelas II – IV dan HFrEF atau HFpEF,
kecuali kontraindikasi, untuk mengurangi kematian.
KELAS I
1. Tekanan darah sistolik dan diastolik harus dikontrol pasien dengan HFpEF sesuai dengan klinis
yang dipublikasikan panduan praktik untuk mencegah morbiditas
2. Diuretik harus digunakan untuk menghilangkan gejala karena volume kelebihan beban.
KELAS IIa
1. Revaskularisasi koroner pada pasien dengan CAD di antaranya gejala (angina) atau miokardial
yang bisa didemonstrasikan iskemia dinilai memiliki efek buruk pada HFpEF simptomatik
meskipun GDMT (pedoman langsung terapi medis).
2. Manajemen AF (atrial fibrasi) sesuai dengan praktik klinis yang dipublikasikan pedoman pada
pasien dengan HFpEF untuk ditingkatkan HF simptomatik.
3. Penggunaan agen beta-blocking, ACE inhibitor, dan ARB pada pasien dengan hipertensi
adalah wajar untuk mengontrol darah tekanan pada pasien dengan HFpEF. KELAS IIb
1. Penggunaan ARB dapat dianggap menurun rawat inap untuk pasien dengan HFpEF (248).
1. Penggunaan rutin suplemen nutrisi tidak dianjurkan untuk pasien dengan HFpEF.