You are on page 1of 4

Bapak dan ibu mari kita diskusikan melalui forum diskusi ini bagaimana caranya

mengidentifikasi teori-teori belajar yang relevan dengan pembelajaran di SD serta bagaimana


penerapannya di SD

teori merupakan kumpulan proposisi yang mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat
menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi lainnya dan juga pada data yang
diamati. Dengan kata lain, teori merupakan interpretasi sistematis atas sebuah bidang pengetahuan.
Kita tentu mengenal berbagai macam teori-teori pembelajaran yang diterapkan di sekolah, antara
lain:
1) Teori Gestalt. Teori pembelajaran yang berfokus pada belajar keseluruhan itu lebih mudah
daripada belajar sebagian. Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui
pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan
menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung
berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.Teori ini dibangun oleh tiga
orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa
seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang
utuh.
2) Teori Asosiasi. Teori pembelajaran ini mempunyai pemahaman bahwa sesuatu yang secara
otomatis diasosiasi oleh otak. Contoh : lampu lalu lintas. Teori ini berasal dari ilmu jiwa asosiasi
yang dirintis oleh John Lock danHerbart. Menurut teori ini belajar adalah mengambil tanggapan-
tanggapan dan menggabung-gabung tanggapan dengan jalan mengulang-ulang. Yang dimaksud
tanggapan di sini adalah suatu lukisan yang timbul dalam jiwa sesudah diadakan pengamatan atau
penginderaan.
Tanggapan yang telah ada saling berhubungan, yang baru bertemu
dengan cara menggabungkan (mengasosiasikan diri) dengan tanggapan lama. Penggabungan itu
menyebabkan adanya penarikan dari tanggapan-tanggapan yang sudah ada. Pada umumnya
tanggapan lama mengendap dalam alam ketidaksadaran jiwa. Tetapi apabila sebagian dari
tanggapan itu karena sebab muncul ke alam kesadaran maka tanggapan lain yang berasosiasi erat
akan muncul bersama-sama. Terjadinya asosiasi tanggapan yang erat satu dengan yang lain, dan
supaya setia untuk dimunculkan kembali ke alam sadar, dapat dipermudah dengan pengualangan-
pengulangan rangsangan (stimulus).
Jadi dapat diperjelas lagi bahwa belajar ialah mengulang-ulang di dalam mengasosiasikan
tanggapan-tanggapan, sehingga reproduksi yang satu dapat menyebabkan reproduksi yang lain
dalam ingatan kita. Tujuan belajar adalah mereproduksikan gabungan tanggapan-tangggapan
dengan cepat dan dapat dipercaya.
Konsekuensi dari teori ini ialah bahwa pengajar harus sebanyak mungkin memberikan stimulus
(S) kepada subyek belajar untul menimbulkan respons (R). Makin banyak terjalin S dan R, makin
mendalam orang mempelajari sesuatu, dan makin banyak S makin banyak R.
Contoh:
Dalam memberikan situasi belajar kepada masyarakat maka harus diperbanyak terjadinya
tanggapan-tanggapan pada diri mereka sehingga mereka dengan cepat dan tepat dapat
menghubungkan antara lingkungan yang jelek dengan penyakit; minum air mentah dengan sakit
perut; lalat dengan sakit perut; tikus dengan penyakit pes
3) Teori Behaviorisme. Teori pembelajaran yang berfokus pada perilaku yang bisa diamati dan
stimuli yang mengontrolnya. Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian
rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam konsep Behavioral, perilaku
manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi
kondisi-kondisi belajar.
Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati.
Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu
terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul

4) Teori Kognitivisme. Teori pembelajaran yang menekankan pada proses pendalaman yang
berlaku dalam akal pikiran, dan tidak dapat diperhatikan secara langsung dengan tingkah
laku. Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar kognitif,
yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan mementingkan proses
belajar. Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur wahyuni (2007: 89) yang menyatakan” aliran
kognitif memandang kegiatan belajar bukan sekedar stimulus dan respons yang bersifat
mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di
dalam individu yang sedang belajar”.
Kutipan tersebut di atas berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk
mencapai, mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang tampak pada manusia
tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan,
keyakinan dan lain sebagainya.
Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang beranggapan bahwa” Belajar
adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman”.
Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
dilihat sebagai tingkah laku. Dimana teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian
suatu situasi saling berhubungan dalam kontek situasi secara keseluruhan.
Seperti juga di ungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif dan berbekas.”. Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi dipengaruhi
oleh pengalaman hidup yang dialami oleh manusia, dimana pengalaman tersebut bersifat relatif
menjadi proses belajar yang membekas dalam fikiran manusia. Selain itu teori belajar kognitif
memandang “belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran,
untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri
manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.

5) Teori Konstrukvisme. Teori pembelajaran ini mempunyai pemahaman tentang belajar yang
lebih menekankan proses daripada belajar, sehingga mengharuskan siswa bersikap aktif. Teori
belajar konstruktivisme ini bertitik tolak dari pada teori pembelajaran Behaviorisme yang
didukung oleh B.Fskinner yang mementingkan perubahan tingkah laku pada pelajar, contohnya
dari tidak tahu kepada tahu. Hal ini kemudian beralih kepada teori pembelajaran
konstruktivismeyang diperkenalkan oleh Jean Piaget dimana ide utama dari pandangan ini adalah
mental. Semua dalam diri individudiwakili melalui strukturmental dikenalsebagai skema yang
akanmenentukan bagaimanadata dan informasi yang diterima, difahami oleh manusia. Jika ide
tersebut sesuai dengan skema maka ide ini akan diterima begitu juga sebaliknya. Lahirlah teori
konstruktivisme yang merupakan pandangan terbaru dimana pengetahuan akan dibangun sendiri
oleh pelajar berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka.
Perspektif konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih
menekankan proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang
melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar , hasil belajar,
cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir
seseorang sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif.
Jadi dapat didefenisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang
memahamihakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberikan makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan baru , apa yang dilalui dalam kehidupan
kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman . ini
menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Von Glasefeld mengatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi ( bentukan ) kita sendiri. Menurut
para penganut konstruktif pengetahuan dibina secara aktif oleh seseorang yang berfikir. Untuk
membangun suatu pengetahuan baru peserta didik akan menyesuaikan informasi baru atau
pengalaman yang disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya
melalui berinteraksi sosial dengan peserta didiknya. Dalam wawasan ini, sebenarnya siswalah
yang mempunyai peranan penting dalam belajar , sedangkan guru secara fleksibel menempatkan
diri sebagaimana diperlukan oleh siswanya dalam proses memahami dunianya.

6) Teori Humanisme. Teori pembelajaran ini mampu menciptakan manusia yang ideal, sehingga
proses pembelajarannya pun ideal. Dimana manusia memiliki kebebasan untuk berfikir alternatif,
menemukan konsep dan prinsip. Dalam teori humanisme memandang bahwa belajar bukan
sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam
diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain tersebut meliputi
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik dalam
pembelajaran menekankan pentingnya emosi, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang
dimiliki oleh setiap siswa. Tanpa keluar dari pembahasan uraian diatas, jika kita jeli kita dapat
menemukan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar lebih menggunakan Teori Pembelajaran
Humanisme, hal ini dapat dilihat dari hasil laporan belajar siswa (Raport). Didalam Raport tersebut
seringkali kita jumpai penilaian siswa berdasarkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik-
nya.

You might also like