You are on page 1of 28

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CA KOLON

Dosen Pembimbing:
Aria Aulia, S.Kep.,Ns.M.Kep

Disusun Oleh:
Small Group Discussion 5 Kelas A1.2016

Sarah Maulida Rahmah (131611133006)


Ragil Titi Hatmati (131611133012)
Sekar Ayu Pitaloka (131611133025)
Neni Indryani (131611133031)
Nesya Ellyka (131611133038)
Novalia Puspitasary (131611133044)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
FEBRUARI, 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat serta
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif
ini pada program S1 Pendidikan Ners Universitas Airlangga dengan baik. Penyusun juga
mengucap terimakasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Paliatif, Ibu Aria Aulia,
S.Kep.,Ns.M.Kep. atas bimbingan yang telah diberikan selama perkuliahan.
Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan yang
lebih kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat pula dalam bidang keperawatan
khususnya bagi proses pembelajaran Keperawatan Paliatif.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan baik dari segi materi maupun teknik
penulisan.

Surabaya, 24 Februari 2019

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................ii


DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................2
1.3. Tujuan ...........................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................3
2.1. Perawatan Paliatif .........................................................................3
2.2. Masalah Keperawatan pada Pasien Paliatif ..................................7
2.3. Tahapan Penerimaan Pasien Paliatif ..............................................11
2.4. Peran Perawat Paliatif ...................................................................14

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .........................................................16


3.1 Kasus ..............................................................................................16
3.2 Pengkajian ......................................................................................16
3.3 Analisa data ....................................................................................20
3.4 Diagnosa Keperawatan...................................................................22
3.5 Intervensi Keperawatan .................................................................29
BAB 4 PENUTUP .....................................................................................37
4.1. Kesimpulan ....................................................................................37
4.2. Saran ..............................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu kemajuan utama dalam perawatan kesehatan modern adalah perbaikan
perawatan akhir hayat pada pasien yang mengalami penyakit terminal. Sebagian besar
pasien terminal akan sangat menderita, penderitaan berupa fisik, mental dan atau spiritual
(Kemp, 2009). Selain kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, pasien
dengan penyakit yang sulit disembuhkan seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif,
penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/ heart
failure, penyakit genetika, dan HIV/AIDS juga memerlukan perawatan paliatif (Supari,
2007).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit dan
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik
fisik, psikologis, sosial atau spiritual (WHO, 2016). Menurut Ketua Masyarakat Paliatif
Indonesia (MPI) Drajad Ryanto Suardi dalam seminar yang bertema Sharing the care
(Peduli perawatan paliatif untuk sesama), jumlah pasien yang memerlukan perawatan
paliatif meningkat, seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, disamping pasien
kanker, jumlah penyakit motor neuron dan penyakit saraf serta pasien HIV-ADIS juga
meningkat. Dari pasien yang rawat inap di RSCM pada 2009, terdapat 65% pasien
paliatif, yang 60% pasien neurologi, lebih 60% pasien ODHA dalam stadium lanjut
(Hendry, 2010).
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious sangat
penting dalam memberikan palliative care. Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama,
menimbulkan masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing-masing agama
sangat membantu dalam mengembangkan palliative care. Terkadang palliative care
spiritual sering disamakan dengan terapi paliatif religious. Palliative care spiritual bisa
ditujukan kepada pasien yang banyak meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami

1
ritual suatu agama dan bisa juga sebagai terapinreligius dimana selain meyakini ritual
agama memiliki tata cara beribadah dalam suatu agama.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah
tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk
dilakukan. Untuk itu, mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan
pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga
dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
dalam menghadapi masalh yang berhububgan dengan penyakit yang mengancam
kehidupan.
Kebutuhan akan perawatan paliatif tidak dapat dihindari sehubungan dengan makin
meningkatnya jumlah pasien kanker. Dengan sudah dituangkannya program pelayanan
paliatif ke dalam Sistem Kesehatan Nasional perawatan paliatif kini menjadi bagian dari
tata laksana penyakit kanker di Indonesia yang perlu terus dikembangkan. Dalam
makalah ini, penulis akan membahas asuhan keperawatan paliatif dalam perspektif
agama, spiritual budaya dan sosial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi perawatan paliatif?
2. Apa saja masalah keperawatan pada pasien paliatif?
3. Bagaimana tahapan penerimaan pasien paliatif?
4. Bagaimana peran perawat paliatif?
5. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan masalah
keperawatan dalam perspektif agama, spiritual budaya dan sosial?

2
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi perawatan paliatif
2. Menjelaskan masalah keperawatan pada pasien paliatif
3. Menjelaskan tahapan penerimaan pasien paliatif
4. Menjelaskan peran perawat paliatif
5. Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan masalah
keperawatan dalam perspektif agama, spiritual budaya dan sosial

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup


pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO)
2016).
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan. Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk
memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus
Project for Quality Palliative Care, 2013). Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak
dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang
harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan
paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah
dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Perawatan
paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien
aktif dan dapat bertahan hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi
mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias sebagai
prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati &
Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien terminal tetap
dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan tenang (Bertens,
2009).

4
Prinsip perawatan paliatif yaitu menghormati dan menghargai martabat serta
harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi
(2008) prinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu
1. menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik
lainnya, penanggulangan nyeri,
2. menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal ,
3. tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
4. memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual,
5. memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin,
6. memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
7. serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya.

Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project dalam


Campbell (2013), meliputi :
1. Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencakup pasien dengan semua
usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan.
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga
merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung
mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal
sampai periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan
untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik, psikologis,
sosial maupun keagamaan.
5. Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi,
pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama,
psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.

5
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan : Tujuan perawatan paliatif adalah
mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh penyakit maupun
pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan
informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan
medis dan komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan kesehatan yang
ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk
mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperukan.
10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja pada
akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis, komunitas,
tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.
11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan,
pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan
klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi
teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.

2.2. Masalah Keperawatan pada Pasien Paliatif

Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-


kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang seringkali di keluhkan
pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta
spiritual (IAHPC, 2016). Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima
perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi,
masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada
aspek spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013).

a. Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien
paliatif yaitu nyeri (Anonim, 2017). Nyeri merupakan pengalaman emosional dan

6
sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang
terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan
diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari
pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).

b. Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit
yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun
keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana
hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmani dimana
seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa
yang akan datang dengan perasaan khawatir. Menurut Carpenito (2000) kecemasan
merupakan keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit
(ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap
ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik. NANDA (2015) menyatakan bahwa
kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang diseratai oleh
respon otonom, perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya. Hal
ini merupakan tanda waspada yang member tanda individu akan adanya bahaya dan
mampukah individu tersebut mengatasinya.

c. Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada
pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose
penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta
ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya
dapat dilakukan secara mandiri. Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan
dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri,
orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya
(Hamid, 2008).Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan

7
dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan
biologis dan psikososial (Keliat dkk, 2011).

d. Masalah Sosial dan Budaya


Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan
kondisi hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu
keluarga maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Isolasi sosial adalah
suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan
sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana
seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Kelliat, 2006 ).

Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah


perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila
faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan
masyarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut
sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah
kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya
suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif
bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang mengancam kehidupan.

Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala


sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Kebudayaan atau kultur
dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam
segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga
kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka
mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan

8
keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan. Pengaruh
kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat,
karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individuindividu masyarakat.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat
kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause)
dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause).

Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor, yaitu :

1. Faktor Predisposisi ( predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,


sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.

Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu


masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit,
ini akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan
tumbuh dalam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai
dukun yang memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi
yang menderita demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar
berjalan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sosial budaya sangat mempengaruhi
kesehatan baik itu individu maupun kelompok.

Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan


sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali
berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah
kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan

9
menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda
hasil karya manusia.

2.3. Tahapan Penerimaan Pasien Paliatif


Respons psikologis yang dialami seseorang karena kehilangan oleh Kubler-Ross
(1969) dikemukakan dalam teori yang disebut “The Five Stages of Grief”, teori ini
membagi respons psikologis dalam lima tahap, yaitu penyangkalan (denial),
marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan
penerimaan (acceptance).
Kelima tahap respons psikologis ini sering diidentikkan dengan lima tahap model
duka cita yang disebabkan oleh proses kematian. Namun akhirnya berkembang tidak
hanya sebatas itu, lima tahap respons psikologis ini juga bisa digunakan untuk
mengidentifikasi individu pasca pemutusan hubungan kerja, adanya bencana sehingga
terpaksa harus mengungsi, kehilangan anggota tubuh, hukuman, kebangkrutan, korban
kejahatan atau kriminal dan keputusasaan. Sehingga teori ini berkembang lebih luas dan
dapat digunakan untuk memahami reaksi pasca kejadian traumatik yang dialami oleh
seseorang.

2.4. Peran Perawat Paliatif

Peran perawat di perawatan paliatif perawat memiliki peranan penting dalam


memberikan dukungan bagi penderita kanker dalam mengatasi gejala yang di alami
(Mackenzie & Mac Callam, 2009). Menurut Matzo & Sherman (2014) peran perawat
dalam perawatan paliatif meliputi sebagai praktik di klinik, pendidik, peneliti,
bekerjasama (Collaborator), penasihat.
Perawat sebagai salah satu petugas praktik di klinik memiliki kemampuan untuk
memahami dan mengevaluasi nyeri beserta keluhan dari nyeri yang dialami pasien.
Perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam mengembangkan dan
menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif. Perawat mengidentifikasi
pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan dikembangkan sesuai dengan standar rumah
sakit sehingga dapat dipraktekkan sesuai denga aturan di rumah sakit.

10
Perawat sebagai pendidik memfasilitasi filosofi yang kompleks, etik dan diskusi
tentang penatalaksanaan di klinik sehingga semua tim dapat mencapai hasil yang positif.
Perawat memperlihatkan dasar keilmuannya yang meliputi : mengatasi nyeri neuropatik,
berperan mengatasi konflik profesi, mencegah dukacita dan resiko kehilangan.
Perawat pendidik dengan tim lainnya, seperti komite dan ahli farmasi, berdasarkan
pedoman dan tim perawatan paliatif, maka memberikan perawatan yang berbeda dan
khusus dalam menggunaan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri neuropatik yang
tidak mudah di atasi.
Perawat sebagai peneliti menghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui pertanyaan-
pertanyaan penelitian dan memulai pendekatan baru yang ditujukan pada pertanyaan-
pertanyaan. Perawat dapat meneliti dan terintegrasi pada penelitian perawatan paliatif.
Perawat sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan akan bekerjasama
(Collaborator) melakukan pengkajian dalam mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual serta
penatalaksananya. Perawat membangun dan mempertahankan kolaborasi dengan tim
perawatan paliatif. Perawat memfasilitasi dalam mengembangkan anggota dalam
pelayanan, perawat bekerjasama dengan tim perawatan paliatif dalam rangka
mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang terbaik.
Perawat sebagai penasihat (concultant) akan bekerjasama dan berdiskusi dengan
dokter, tim perawatan paliatif dan komite untuk menentukan strategi pengobatan yang
tepat untuk menetukan tindakan dan memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Nyonya A usia 55 tahun asal Surabaya masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 februari
2019 akibat mengalami penyakit Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar
oleh keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 februari 2019, dengan keluhan nyeri pada
abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna
kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat
badan, dan cepat letih. Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg,
Nadi 70x/menit, irama reguler kekuatan sedang, Respirasi 20x/menit, irama regular, Suhu
36,50 C.

Pekerjaan Ny. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat
di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien
hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh
keluarganya. Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk
tidur malam karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur.
Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-
kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak
lemah. Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan
lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat
klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah).
Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan nyeri. Sebelum sakit, frekuensi
makan Ny. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang mengakibatkan sering
telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 1 bulan terakhir turun drastis
menjadi 63 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan
dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki
pantangan terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi
gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah
tapi jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas
& berminyak. Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi

12
minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien tidak mengalami sesak,
tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak batuk, klien tidak merokok,
klien tidak terpasang oksigen. Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari.
Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan
tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir. Frekuensi
BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak
menggunakan kateter. Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang
menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif.

3.2 Pengkajian
1. Biodata
Nama : Ny. A
No RM : 123.456.xx
Usia : 55 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : surabaya
Tanggal masuk : 5 Februari 2019
Diagnosa medis : Ca. Colon
Pekerjaan : PNS
Status : menikah
Agama : islam
Pendidikan : sarjana
2. Keluhan utama
Nyeri pada bagian perut selama 3 bulan, semakin lama semakin nyeri.
3. Riwayat penyakit :
a. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses
berwarna kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan,
penurunan berat badan, dan cepat letih.

13
b. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa.
4. Pemeriksaan fisik Head to Toe
a. Keadaan umum
Kesadaran : composmentes
TD : 110/90 mmHg
Nadi : 70x/menit (irama reguler kekuatan sedang)
Respirasi : 20x/menit (rama regular)
Suhu : 36,50 C
b. Kepala
Kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut mudah patah
saat dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.

o Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva tampak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap cahaya, palpebra
normal, tidak ada oedema. Lensa mata normal, jernih, visus mata kanan dan kiri
normal.
o Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis,
gangguan indera pencium, atau secret.
o Mulut : Mulut klien normal.
o Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan pendengaran.
o Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk,
tidak ada hematoma, tida ada lesi. Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri
tekan, tidak hipremis, dan tidak ada pembesaran tonsil.
c. Dada
Bentuk dada normal. Irama jantung normal S1 S2 tunggal.
d. Abdomen
Bentuk aga cembung, adanya nyeri tekan pada bagian bawah.
e. Genetalia
Normal dan bersih.

14
f. Rectum
Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada tumor.
g. Ekstremitas
Normal, Tidak ada gangguan.
5. Aktifitas dan latihan
Pekerjaan Ny. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di
rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien
hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh
keluarganya
6. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam
karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama
tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan
tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah.
7. Kenyamanan dan nyeri
Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien
tampak lemah. Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri
akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat
klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah).
Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan nyeri.
8. Nutrisi
Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 1 bulan terakhir turun drastis menjadi 63 kg.
Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan
cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan
terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat
sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis
karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak.
9. Cairan
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien +
2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis.

15
10. Oksigen
Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak
batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen.
11. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien
tidak menggunakan kateter.
12. Eliminasi fekal
Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan
tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir.
13. Sensori, persepsi, dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi,
dan kognitif.
14. Pemeriksaan penunjang
c Hasil Nilai Normal Interpretasi

Hb 10 12-18 g/dL Turun

Ht/PVC 42 40-52% Normal

Leukosit 7.000 4.000-10.000 /uL Normal

Trombosit 253.000 150.000-450.000 /uL Normal

Masa 13.0 11.0-17.0 detik Normal


protrombin

15. Psikologis
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah gelisah. Cara mengatasi gelisahnya
klien dihibur keluarga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga sangat baik, keluarga
memberikan semangat kepada klien agar klien selalu berdo’a supaya cepat sembuh. Klien
juga mengatakan sedikit cemas dengan penyakitnya. Klien takut akan perubahan status
kesehatannya.

16
16. Sosial
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah sebagai anggota RT 5 Kalirejo. Kebiasaan
lingkungan yang tidak disukai adalah lingkungan yang kotor. Cara mengatasinya dengan
melakukan kegiatan kerja bakti.

17. Budaya
Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan yang dianut tidak merugikan
kesehatannya.

18. Spiritual
Aktivitas ibadah sehari-hari sholat 5 waktu. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
adalah yasinan. Keyakinan klien tentang masalah kesehatan yang sekarang sedang
dialami : klien yakin akan dirinya pasti sembuh.

3.3 Analisa Data


Data Etiologic Masalah
DS : Obstruksi kotoran Nyeri akut
- Klien mengatakan perutnya
sangat sakit bagian bawah Kompresi jaringan
- Klien mengatakan perutnya
bertambah sakit saat Reseptor nyeri
bergerak
- Klien mengatakan nyeri Nyeri
hilang timbul

DO :
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak gelisah
- P: nyeri ketika bergerak
Q : seperti tertekan
R : daerah abdomen bagian

17
bawah
S : skala nyari 8
T : nyerinya hilang timbul
DS : Efek gastrointestinal tract Ketidakseimbangan nutrisi
Klien mengatakan tidak kurang dari kebutuhan tubuh
nafsu makan dan mual Anoreksia, mual, muntah
DO :
Klien jarang menghabiskan Asupan nutrisi dan cairan
makanan tidak adekuat
BB sebelum sakit: 68kg
BB saat sakit: 63kg Penurunan berat bedan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan
DS : Ulserasi kolon Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan cepat
letih Pembuluh darah kolon
Klien mengatakan feses pecah
kadang disertai darah segar
Klien mengatakan saat sakit Adanya darah dalam feses
hanya bisa berbaring di
tempat tidur Anemia
DO :
Aktivitas klien terbatas, Intoleransi aktivitas
dibantu oleh keluarga
Hb : 10 g/dL

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi kanker pada colon
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intoleransi aktivitas

18
3.5 Intervensi Keperawatan
Domain 12. Kenyamanan Kelas 1. Kenyamanan fisik Kode 00132

Definisi :

Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan


kerusakanjaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan
yangtiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya
dapatdiantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan  Manajemen Nyeri  Manajemen Nyeri


keperawatan selama 1x24 (1400) - Untuk mengetahui
- Lakukan berapa berat nyeri
jam diharapkan masalah pengkajian nyeri yang dialami pasien
keperawatan nyeri akut dapat komprehensif - Pengetahuan pasien
teratasi dengan kriteria hasil: yang meliputi mengenai faktor-
lokasi, faktor nyeri akan
 Tanda-tanda vital karakteristik, mengurangi
(0802) onset/durasi, ketegangan dan
frekuensi, lebih waspada
- Suhu tubuh kualitas, - Untuk membantu
normal 36,5- intensitas, atau penurunan nyeri
beratnya nyeri dan - Memberikan
37,5 derajat faktor pencetus kenyamanan pada
celcius - Gali bersama pasien dan keluarga
pasien faktor- - Untuk
- Denyut nadi faktor yang dapat meningkatkan
radial normal menurunkan atau pengetahuan dan
memperberat respon kelaurga
60-100 x/menit nyeri  Terapi Relaksasi
- Tingkat - Dukung - Mengurangi
istirahat/tidur ketegangan pada
pernafasan yang adekuat pasien
normal 12-20 untuk membantu - Memberikan
penurunan nyeri kenyamanan pada
x/menit - Kolaborasi dengan pasien
- Tekanan darah pasien, orang - Agar klien dapat
terdekat dan tim melakukan secara
normal 100/70- kesehatan lainnya mandiri tanpa
120/90 mmHg untuk memilih bantuan tenaga
dan kesehatan
mengimplementas - Membantu pasien

19
 Status ikan tindakan mengingat teknik
penurun nyeri relaksasi yang telah
Kenyamanan nonfarmakologi, dipraktikkan oleh
Fisik (2010) sesuai kebutuhan tenaga kesehatan
- Berikan informasi - Agar pasien lebih
- Klien dalam yang akurat untuk mandiri dandapat
posisi nyaman meningkatkan mengatur dengan
pengetahuan dan sendiri seberapa
- Tidak ada respon kelaurga lama relaksasi
keluhan sesak terhadap diperlakukan
pengalaman nyeri
nafas
 Terapi Relaksasi
(6040)
- Dorong klien
untuk mengambil
posisi yang
nyaman dengan
pakaian longgar
dan mata tertutup
- Minta klien untuk
rileks dan
merasakan sensasi
yang terjadi
- Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada
klien
- Dorong klien
untuk mengulang
praktik teknik
relaksasai, jika
memungkinkan
- Dorong kontrol
sendiri ketika
relaksasi
dilakukan

20
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Domain 2 Kelas 1 Kode Diagnosis 00002
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Rundingkan dengan tim dan klien untuk
selama 3x24 jam diharapkan kondisi klien mengatur target pencapaian berat badan
membaik dengan kriteria hasil: jika berat badan klien tidak berada dalam
- Status nutrisi klien membaik rentang berat badan normal
- Berat badan klien naik - Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang
- Porsi makan habis baik dengan klien (dan orang terdekat
klien dengan tepat)
- Timbang berat badan klien secara rutin
- Berikan dukungan terhadap peningkatan
berat badan dan perilaku yang
meningkatkan berat badan
- Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai
batas diet yang dianjurkan
- Ciptakan lingkungan yang membuat
suasana yang menyenangkan dan
menenangkan
- Bantu pasien untuk sebelum makan dan
minum
- Bantu pasien untuk dapat
mengidentifikasi kekuatan (dirinya) dan
menguatkannya

21
Intoleransi Aktivitas
Domain 4 Kelas 4 Kode Diagnosis 00092
Definisi: ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Perbaiki defisit status fisiologis
selama 3x24 jam diharapkan kondisi klien (misalnya kemoterapi yang
membaik dengan kriteria hasil: menyebabkan anemia) sebagai
- Tanda tanda vital dalam rentang prioritas utama
normal - Pilih intervensi untuk mengurangi
- Dapat melakukan aktivitas sehari-hari kelelahan baik secara farmakologis
- Tingkat kelelahan menurun maupun nonfarmakologis dengan tepat
- Anjurkan periode istirahat dan
kegiatan secara bergantian
- Lakukan ROM aktif/pasif untuk
menghilangkan ketagangan otot
- Anjurkan aktivitas fisik (misalnya,
ambulasi, ADL) sesuai dengan
kemampuan (energi) pasien
- Lindungi pasien dengan pegangan
pada sisi/bantalan di sisi ruangan yang
sesuai

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang memiliki tujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien yang terfokus pada pasien dan keluarga pasien dalam menghadapi
penyakit yang sedang dialami. Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai
sesuatu yang harus dihindari, tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi
sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa. Permasalahan yang
sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawat paliatif meliputi masalah
psikologis, social, konsep diri, dukungan keluarga dan aspek spiritual.
Permasalahan yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat
mengancam diri sendiri, misalnya nyeri, masalah fisik, psikologi, social, kultural dan
spiritual. Perawatan paliatifi ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati
ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidup selama mungkin.
Teori “The Five Stage of Grief” menyebutkan bahwa respon psikologis yang
dialami seseorang karena kehilangan terbagi atas lima tahap, yaitu penyangkalan (denial),
marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan
penerimaan (acceptance). Respons psikologi ini juga bias digunakan untuk memahami
reaksi pasca kejadian traumatic yang dialami oleh seseorang. Dapat dikatakan pula bahwa
teori ini berkembang sangat pesat.
Dalam hal ini peran perawat paliatif memiliki peran penting dalam memberikan
dukungan bagi penderita kanker dalam mengatasi gejala yang dialami. Sebagai salah satu
petugas klinik tentu perawat dapat memahami dan mengevaluasi keluhan-keluhan pasien.
Perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, guna mengembangkan dan
menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif.

23
4.2 Saran

Sebagai tenaga profesional keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada pasien


paliatif dengan Ca Kolon, perawat perlu mengetahui konsep perawatan paliatif dan asuhan
keperawatan yang akan dilakukan pada pasien paliatif. Kita sebagai mahasiswa
keperawatan , yang nantinya akan menjadi tenaga kesehatan di rumah sakit juga seharusnya
mempelajari dan mengembangkan pengetahuan asuhan keperawatan pasien paliatif.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum. 2010. F aktor-F aktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat
Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors Related To The Community’s
Behaviour To Get Eye Health Servic). Universitas Diponegoro.
Boedhi, Darmojo, R. 2011 .Buku Ajar Geriatic (IlmuKesehatanLanjutUsia) edisike – 4.Jakarta
:BalaiPenerbit FKUI
Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th ed.
America: Mosby Elseiver
Dwi Hapsari, dkk.2012. Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap
Status Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan.
Jakarta.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions
& Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Lukman Hakim, dkk.. 2013. Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat
(Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment). Universitas Jember
(UNEJ). Jember.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes Classification
(NOC). 5th ed. United states of America: Mosby Elseiver.

25

You might also like