Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing:
Aria Aulia, S.Kep.,Ns.M.Kep
Disusun Oleh:
Small Group Discussion 5 Kelas A1.2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat serta
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif
ini pada program S1 Pendidikan Ners Universitas Airlangga dengan baik. Penyusun juga
mengucap terimakasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Paliatif, Ibu Aria Aulia,
S.Kep.,Ns.M.Kep. atas bimbingan yang telah diberikan selama perkuliahan.
Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan yang
lebih kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat pula dalam bidang keperawatan
khususnya bagi proses pembelajaran Keperawatan Paliatif.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan baik dari segi materi maupun teknik
penulisan.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ritual suatu agama dan bisa juga sebagai terapinreligius dimana selain meyakini ritual
agama memiliki tata cara beribadah dalam suatu agama.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah
tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk
dilakukan. Untuk itu, mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan
pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga
dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
dalam menghadapi masalh yang berhububgan dengan penyakit yang mengancam
kehidupan.
Kebutuhan akan perawatan paliatif tidak dapat dihindari sehubungan dengan makin
meningkatnya jumlah pasien kanker. Dengan sudah dituangkannya program pelayanan
paliatif ke dalam Sistem Kesehatan Nasional perawatan paliatif kini menjadi bagian dari
tata laksana penyakit kanker di Indonesia yang perlu terus dikembangkan. Dalam
makalah ini, penulis akan membahas asuhan keperawatan paliatif dalam perspektif
agama, spiritual budaya dan sosial.
2
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi perawatan paliatif
2. Menjelaskan masalah keperawatan pada pasien paliatif
3. Menjelaskan tahapan penerimaan pasien paliatif
4. Menjelaskan peran perawat paliatif
5. Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan masalah
keperawatan dalam perspektif agama, spiritual budaya dan sosial
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Prinsip perawatan paliatif yaitu menghormati dan menghargai martabat serta
harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi
(2008) prinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu
1. menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik
lainnya, penanggulangan nyeri,
2. menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal ,
3. tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
4. memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual,
5. memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin,
6. memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
7. serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya.
5
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan : Tujuan perawatan paliatif adalah
mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh penyakit maupun
pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan
informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan
medis dan komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan kesehatan yang
ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk
mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperukan.
10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja pada
akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis, komunitas,
tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.
11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan,
pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan
klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi
teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.
a. Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien
paliatif yaitu nyeri (Anonim, 2017). Nyeri merupakan pengalaman emosional dan
6
sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang
terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan
diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari
pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).
b. Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit
yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun
keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana
hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmani dimana
seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa
yang akan datang dengan perasaan khawatir. Menurut Carpenito (2000) kecemasan
merupakan keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit
(ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap
ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik. NANDA (2015) menyatakan bahwa
kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang diseratai oleh
respon otonom, perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya. Hal
ini merupakan tanda waspada yang member tanda individu akan adanya bahaya dan
mampukah individu tersebut mengatasinya.
c. Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada
pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose
penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta
ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya
dapat dilakukan secara mandiri. Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan
dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri,
orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya
(Hamid, 2008).Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan
7
dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan
biologis dan psikososial (Keliat dkk, 2011).
8
keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan. Pengaruh
kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat,
karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individuindividu masyarakat.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat
kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause)
dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause).
9
menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda
hasil karya manusia.
10
Perawat sebagai pendidik memfasilitasi filosofi yang kompleks, etik dan diskusi
tentang penatalaksanaan di klinik sehingga semua tim dapat mencapai hasil yang positif.
Perawat memperlihatkan dasar keilmuannya yang meliputi : mengatasi nyeri neuropatik,
berperan mengatasi konflik profesi, mencegah dukacita dan resiko kehilangan.
Perawat pendidik dengan tim lainnya, seperti komite dan ahli farmasi, berdasarkan
pedoman dan tim perawatan paliatif, maka memberikan perawatan yang berbeda dan
khusus dalam menggunaan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri neuropatik yang
tidak mudah di atasi.
Perawat sebagai peneliti menghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui pertanyaan-
pertanyaan penelitian dan memulai pendekatan baru yang ditujukan pada pertanyaan-
pertanyaan. Perawat dapat meneliti dan terintegrasi pada penelitian perawatan paliatif.
Perawat sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan akan bekerjasama
(Collaborator) melakukan pengkajian dalam mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual serta
penatalaksananya. Perawat membangun dan mempertahankan kolaborasi dengan tim
perawatan paliatif. Perawat memfasilitasi dalam mengembangkan anggota dalam
pelayanan, perawat bekerjasama dengan tim perawatan paliatif dalam rangka
mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang terbaik.
Perawat sebagai penasihat (concultant) akan bekerjasama dan berdiskusi dengan
dokter, tim perawatan paliatif dan komite untuk menentukan strategi pengobatan yang
tepat untuk menetukan tindakan dan memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Nyonya A usia 55 tahun asal Surabaya masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 februari
2019 akibat mengalami penyakit Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar
oleh keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 februari 2019, dengan keluhan nyeri pada
abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna
kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat
badan, dan cepat letih. Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg,
Nadi 70x/menit, irama reguler kekuatan sedang, Respirasi 20x/menit, irama regular, Suhu
36,50 C.
Pekerjaan Ny. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat
di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien
hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh
keluarganya. Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk
tidur malam karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur.
Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-
kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak
lemah. Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan
lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat
klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah).
Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan nyeri. Sebelum sakit, frekuensi
makan Ny. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang mengakibatkan sering
telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 1 bulan terakhir turun drastis
menjadi 63 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan
dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki
pantangan terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi
gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah
tapi jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas
& berminyak. Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi
12
minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien tidak mengalami sesak,
tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak batuk, klien tidak merokok,
klien tidak terpasang oksigen. Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari.
Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan
tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir. Frekuensi
BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak
menggunakan kateter. Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang
menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif.
3.2 Pengkajian
1. Biodata
Nama : Ny. A
No RM : 123.456.xx
Usia : 55 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : surabaya
Tanggal masuk : 5 Februari 2019
Diagnosa medis : Ca. Colon
Pekerjaan : PNS
Status : menikah
Agama : islam
Pendidikan : sarjana
2. Keluhan utama
Nyeri pada bagian perut selama 3 bulan, semakin lama semakin nyeri.
3. Riwayat penyakit :
a. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses
berwarna kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan,
penurunan berat badan, dan cepat letih.
13
b. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa.
4. Pemeriksaan fisik Head to Toe
a. Keadaan umum
Kesadaran : composmentes
TD : 110/90 mmHg
Nadi : 70x/menit (irama reguler kekuatan sedang)
Respirasi : 20x/menit (rama regular)
Suhu : 36,50 C
b. Kepala
Kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut mudah patah
saat dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.
o Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva tampak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap cahaya, palpebra
normal, tidak ada oedema. Lensa mata normal, jernih, visus mata kanan dan kiri
normal.
o Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis,
gangguan indera pencium, atau secret.
o Mulut : Mulut klien normal.
o Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan pendengaran.
o Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk,
tidak ada hematoma, tida ada lesi. Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri
tekan, tidak hipremis, dan tidak ada pembesaran tonsil.
c. Dada
Bentuk dada normal. Irama jantung normal S1 S2 tunggal.
d. Abdomen
Bentuk aga cembung, adanya nyeri tekan pada bagian bawah.
e. Genetalia
Normal dan bersih.
14
f. Rectum
Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada tumor.
g. Ekstremitas
Normal, Tidak ada gangguan.
5. Aktifitas dan latihan
Pekerjaan Ny. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di
rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien
hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh
keluarganya
6. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam
karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama
tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan
tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah.
7. Kenyamanan dan nyeri
Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien
tampak lemah. Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri
akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat
klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah).
Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan nyeri.
8. Nutrisi
Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 1 bulan terakhir turun drastis menjadi 63 kg.
Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan
cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan
terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat
sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis
karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak.
9. Cairan
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien +
2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis.
15
10. Oksigen
Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak
batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen.
11. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien
tidak menggunakan kateter.
12. Eliminasi fekal
Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan
tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir.
13. Sensori, persepsi, dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi,
dan kognitif.
14. Pemeriksaan penunjang
c Hasil Nilai Normal Interpretasi
15. Psikologis
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah gelisah. Cara mengatasi gelisahnya
klien dihibur keluarga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga sangat baik, keluarga
memberikan semangat kepada klien agar klien selalu berdo’a supaya cepat sembuh. Klien
juga mengatakan sedikit cemas dengan penyakitnya. Klien takut akan perubahan status
kesehatannya.
16
16. Sosial
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah sebagai anggota RT 5 Kalirejo. Kebiasaan
lingkungan yang tidak disukai adalah lingkungan yang kotor. Cara mengatasinya dengan
melakukan kegiatan kerja bakti.
17. Budaya
Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan yang dianut tidak merugikan
kesehatannya.
18. Spiritual
Aktivitas ibadah sehari-hari sholat 5 waktu. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
adalah yasinan. Keyakinan klien tentang masalah kesehatan yang sekarang sedang
dialami : klien yakin akan dirinya pasti sembuh.
DO :
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak gelisah
- P: nyeri ketika bergerak
Q : seperti tertekan
R : daerah abdomen bagian
17
bawah
S : skala nyari 8
T : nyerinya hilang timbul
DS : Efek gastrointestinal tract Ketidakseimbangan nutrisi
Klien mengatakan tidak kurang dari kebutuhan tubuh
nafsu makan dan mual Anoreksia, mual, muntah
DO :
Klien jarang menghabiskan Asupan nutrisi dan cairan
makanan tidak adekuat
BB sebelum sakit: 68kg
BB saat sakit: 63kg Penurunan berat bedan
18
3.5 Intervensi Keperawatan
Domain 12. Kenyamanan Kelas 1. Kenyamanan fisik Kode 00132
Definisi :
19
Status ikan tindakan mengingat teknik
penurun nyeri relaksasi yang telah
Kenyamanan nonfarmakologi, dipraktikkan oleh
Fisik (2010) sesuai kebutuhan tenaga kesehatan
- Berikan informasi - Agar pasien lebih
- Klien dalam yang akurat untuk mandiri dandapat
posisi nyaman meningkatkan mengatur dengan
pengetahuan dan sendiri seberapa
- Tidak ada respon kelaurga lama relaksasi
keluhan sesak terhadap diperlakukan
pengalaman nyeri
nafas
Terapi Relaksasi
(6040)
- Dorong klien
untuk mengambil
posisi yang
nyaman dengan
pakaian longgar
dan mata tertutup
- Minta klien untuk
rileks dan
merasakan sensasi
yang terjadi
- Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada
klien
- Dorong klien
untuk mengulang
praktik teknik
relaksasai, jika
memungkinkan
- Dorong kontrol
sendiri ketika
relaksasi
dilakukan
20
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Domain 2 Kelas 1 Kode Diagnosis 00002
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Rundingkan dengan tim dan klien untuk
selama 3x24 jam diharapkan kondisi klien mengatur target pencapaian berat badan
membaik dengan kriteria hasil: jika berat badan klien tidak berada dalam
- Status nutrisi klien membaik rentang berat badan normal
- Berat badan klien naik - Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang
- Porsi makan habis baik dengan klien (dan orang terdekat
klien dengan tepat)
- Timbang berat badan klien secara rutin
- Berikan dukungan terhadap peningkatan
berat badan dan perilaku yang
meningkatkan berat badan
- Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai
batas diet yang dianjurkan
- Ciptakan lingkungan yang membuat
suasana yang menyenangkan dan
menenangkan
- Bantu pasien untuk sebelum makan dan
minum
- Bantu pasien untuk dapat
mengidentifikasi kekuatan (dirinya) dan
menguatkannya
21
Intoleransi Aktivitas
Domain 4 Kelas 4 Kode Diagnosis 00092
Definisi: ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Perbaiki defisit status fisiologis
selama 3x24 jam diharapkan kondisi klien (misalnya kemoterapi yang
membaik dengan kriteria hasil: menyebabkan anemia) sebagai
- Tanda tanda vital dalam rentang prioritas utama
normal - Pilih intervensi untuk mengurangi
- Dapat melakukan aktivitas sehari-hari kelelahan baik secara farmakologis
- Tingkat kelelahan menurun maupun nonfarmakologis dengan tepat
- Anjurkan periode istirahat dan
kegiatan secara bergantian
- Lakukan ROM aktif/pasif untuk
menghilangkan ketagangan otot
- Anjurkan aktivitas fisik (misalnya,
ambulasi, ADL) sesuai dengan
kemampuan (energi) pasien
- Lindungi pasien dengan pegangan
pada sisi/bantalan di sisi ruangan yang
sesuai
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang memiliki tujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien yang terfokus pada pasien dan keluarga pasien dalam menghadapi
penyakit yang sedang dialami. Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai
sesuatu yang harus dihindari, tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi
sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa. Permasalahan yang
sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawat paliatif meliputi masalah
psikologis, social, konsep diri, dukungan keluarga dan aspek spiritual.
Permasalahan yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat
mengancam diri sendiri, misalnya nyeri, masalah fisik, psikologi, social, kultural dan
spiritual. Perawatan paliatifi ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati
ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidup selama mungkin.
Teori “The Five Stage of Grief” menyebutkan bahwa respon psikologis yang
dialami seseorang karena kehilangan terbagi atas lima tahap, yaitu penyangkalan (denial),
marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan
penerimaan (acceptance). Respons psikologi ini juga bias digunakan untuk memahami
reaksi pasca kejadian traumatic yang dialami oleh seseorang. Dapat dikatakan pula bahwa
teori ini berkembang sangat pesat.
Dalam hal ini peran perawat paliatif memiliki peran penting dalam memberikan
dukungan bagi penderita kanker dalam mengatasi gejala yang dialami. Sebagai salah satu
petugas klinik tentu perawat dapat memahami dan mengevaluasi keluhan-keluhan pasien.
Perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, guna mengembangkan dan
menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif.
23
4.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Purnamaningrum. 2010. F aktor-F aktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat
Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors Related To The Community’s
Behaviour To Get Eye Health Servic). Universitas Diponegoro.
Boedhi, Darmojo, R. 2011 .Buku Ajar Geriatic (IlmuKesehatanLanjutUsia) edisike – 4.Jakarta
:BalaiPenerbit FKUI
Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th ed.
America: Mosby Elseiver
Dwi Hapsari, dkk.2012. Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap
Status Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan.
Jakarta.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions
& Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Lukman Hakim, dkk.. 2013. Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat
(Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment). Universitas Jember
(UNEJ). Jember.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes Classification
(NOC). 5th ed. United states of America: Mosby Elseiver.
25