You are on page 1of 7

Meningkatkan Kualitas Satpam

Dalam Rangka Mendukung Daya


Saing Dunia Usaha Di Indonesia
Senin, 2 Jan 2012

Oleh: Kombes Pol Drs. Gatta Chairuddin, SH.

Pendahuluan:
Latar belakang tentang perkembangan lingkungan strategis nasional dan
global, perlu diantisipasi oleh Kepolisian. Hal ini juga berlaku bagi
perkembangan dalam setiap aspek kehidupan yang terus terjadi, saling kait
mengkait, saling mempengaruhi dan meluas melewati sekat-sekat budaya
dan Negara. Bagi Kepolisian perkembangan situasi global tidak hanya
membawa dampak positif, tetapi sekaligus juga dampak negative terhadap
keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), tentu dengan jenis dan
sifat ancamannya yang khas. Perkembangan teknologi elektronika (misalnya
teknologi internet dan komputerisasi) akan memunculkan kejahatan
perbankkan dengan menggunakan teknologi elektronika. Demikian pun
untuk banyak aspek, misalnya ekonomi, perdagangan, industri dan
sebagainya. Saling keterpengaruhan dan akhirnya saling ketergantungan
yang terjadi di hampir diseluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, akhirnya akan menuju pula pada pencarian standar nilai yang
bisa diterima dalam pergaulan masyarakat Internasional. Bahkan standart
internasional menjadi faktor persaingan internasional dan regional yang
semakin penting.

Standar Internasional Pengamanan

Perumusan standar internasional, dimanfaatkan oleh negara-negara maju


untuk mempengaruhi persaingan dan sofistikasi pasar global dimasa datang.
Isu global, seperti keselamatan manusia/ pekerja, kesehatan masyarakat,
pelestarian fungsi lingkungan hidup, bahkan penjaminan keamanan menjadi
faktor yang penting dalam perkembangan standar internasional. Maka akan
menjadi kendala tersendiri bagi negara yang tidak memiliki sistem
standarisasi yang baik. Itu artinya bahwa negara yang tidak mengikuti
standar internasional, secara pelan dan pasti akan tersisih dari persaingan
global.

Indonesia juga harus mengikuti standat internasioanal tertentu sesuai


kebutuhan, agar Indonesia dapat diterima dalam tata pergaulan masyarakat
internasional, tidak terkecuali dalam hal standar keamanan. Cakupan dari
sasaran standar pengamanan adalah suatu instalasi atau area, yang juga
mengikuti batasan-batasan yang biasa dituntut oleh standar internasional.
Hal ini berlaku bukan hanya terhadap badan, lembaga dan perusahaan milik
negara yang vital dan penting, tetapi juga terhadap perusahaan atau
lembaga swasta. Kalau dulu pengamanan dimaksudkan untuk sekedar
mencegah dan menanggulangi ancaman. gangguan, hambatan dan
tantangan (AGHT) dari kejahatan konvensional yang motifnya kriminal murni,
maka untuk saat ini pengamanan mencakup pula terhadap informasi penting
yang tidak boleh bocor, baik bagi pihak yang tidak berkepentingan maupun
terhadap para pesaing. Misalnya hal yang berkaitan dengan segmen pasar,
strategi pemasaran, atau suatu produk tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa
pengawasan dan pengamanan tidaklah semata-mata ditujukan pada
bangunan fisik tetapi juga hal-hal yang non fisik yang menjadi ”core
business” perusahaan atau badan tersebut.

Apabila hal-hal tersebut dikaitkan dengan tugas pokok kepolisian maka


artinya bahwa kemampuan kepolisian juga harus tumbuh berkembang, agar
dinamika-dinamika yang terjadi dapat tetap terkelola secara baik dan tidak
sampai mengganggu proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi,
keberlangsungan industri, produksi dan sebagainya. Pemikiran-pemikiran
yang bersifat antisipatif dan prediktif tentang ancaman terhadap keamanan
saat ini dan di masa depan itulah yang akhirnya memunculkan kebutuhan
akan ”standart security management system”.

Kini pengamanan tidak lagi hanya dilihat sebagai kemampuan seorang


menjadi satpam yang baik, kapabel dan disegani, tetapi merupakan suatu
bisnis, bagaimana mengelola tugas pengamanan dalam suatu sistem nilai,
aturan, perencanaan, pembinaan, konsultasi, komunikasi, pengendalian
dokumen, penangan keadaan darurat, pengendalian resiko, analisa dan
auditing. Isu standar keamanan akhirnya juga disusul dengan munculnya
lembaga-lembaga publik yang menggarap segmen penyiapan pengawakan
keamanan, dan sistem yang dituntut oleh standart itu sendiri. Di Indonesia
kemudian tumbuh berkembang BUJP-BUJP (badan usaha jasa pengamanan),
CPTED (crime prevention through environment design), dan juga asosiasi-
asosiasi yang menangani jasa pengamanan, seperti AMSI (asosiasi manager
security Indonesia), ABUJAPI, dan lain-lain.

Dalam mengemban tugas menjamin keamanan dan ketertiban, Kepolisian


sesuai UU Kepolisian dibantu oleh Kepolisian khusus, penyidik PNS (pegawai
negeri sipil) dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. Dengan demikian
hubungan antara Kepolisian dengan ketiga komponen pembantu tugas-tugas
kepolisian tersebut adalah hubungan fungsional yang bersifat pembinaan
dan koordinatif. Satpam adalah bentuk pengamanan swakarsa, dengan
demikian hubungan petugas kepolisian dengan satpam adalah bersifat
pembinaan dan koordinatif dalam tugas-tugas pengamanan dalam area yang
menjadi tanggungjawab satpam tersebut. Untuk menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya, satpam diberikan kewenangan kepolisian terbatas, yang
kemampuan dan ketrampilannya harus senantiasa dibina oleh kepolisian
sebagaimana amanat perundang-undangan.

Mengingat bahwa satpam berasal dari dua sumber, yaitu satpam organik
perusahan (in house security) dan satpam yang berasal dari badan usaha di
bidang jasa pengamanan (out source), maka hal ini akan membawa implikasi
yang berbeda pula dalam sifat hubungan kerja dengan manajemen
perusahan. Satpam organik perusahaan sifat hubungannya adalah hubungan
tenaga kerja industrial yang terikat oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan
(UU No. 13 Tahun 2003), sedangkan hubungan satpam out source dengan
perusahaan user bersifat kontraktual atau perjanjian, yaitu perjanjian
kerjasama antara perusahaan user dengan BUJP sumber satpam out source.
Meskipun berbeda sumber asalnya, namun setiap satpam harus memiliki
kompetensi sebagaimana dikehendaki oleh Peraturan Kapolri Nomor 18
Tahun 2006 tentang Pelatihan dan Kurikulum Satuan Pengamanan. Dalam
pelaksanaan tugasnya, seorang satpam juga harus senantiasa mematuhi
Kode Etik Satpam dan Prinsip Penuntun Satpam. Hal-hal tersebut harus
menjadi “sikap dan perilaku yang menjiwa” (security mindedness) bagi
seorang satpam. Kepolisian ikut bertanggung jawab dalam rangka
meningkatkan dan memelihara kualitas satpam agar memenuhi standar
internasional, oleh karena itu maka terhadap sumber-sumber satpam, yaitu
in house/ menejer dan BUJP, Kepolisian menjalin hubungan kerja yang
bersifat pembinaan, supervise dan koordinasi, khususnya dalam
pembentukan satpam dan pelatihan-pelatihan terstruktur lainnya guna
keperluan sertifikasi. Untuk memelihara kualitas dan kompetensi satpam,
maka setiap manajer satpam atau BUJP wajib menyelenggarakan program-
program penyegaran secara terjadwal secara mandiri atau meminta bantuan
pembinaan dari Kepolisian.

Skema di bawah ini menunjukkan pola hubungan antara Polri, satpam, user
satpam, BUJP, Badan audit, dan asosiasi-asosiasi pengelola jasa satpam,
kaitannya dengan peningkatan kualitas satpam.

Pembinaan Kesatpaman Menuju Daya Saing Dunia Usaha

Sebagai profesi, maka pembinaan terhadap satpam harus mencakup:

I. Adanya regulasi/ penataan/ pengaturan dan penyelenggaraan;

a) Diklat (diselenggarakan oleh Polri dan Pengguna)

b) Legalitas dan Kompetensi.

1) KTA Satpam (menunjukan stratifikasi dan kemampuan)


2) Seragam satpam dan perlengkapan (menunjukkan kesiap-
siagaan)

3) Ijazah Satpam (menunjukan keabsahan profesi)

4) Izin operasional (menunjukkan legalitas suatu badan


hokum

c) Sistem operasional (adanya SOP/ Standard operacional prosedur


dan hubungan tatacara kerja)

II. Assesment yang berstandar

Assesment adalah penilaian data untuk mendapatkan nilai, yaitu


dengan metode pencocokan, auditing atau membandingkan fakta
yang ditampilkan dengan ketentuan regulasi.

III. Fasilitas, penggajian dan kesejahteraan satpam

1) Sistem penggajian yang layak

2) Tunjangan dan kesejateraan lainnya, misalnya pengaturan libur


dan cuti

3) Penyelenggaraan promosi yang efektif dan efisien

4) Memfasilitasi dalam berurusan dengan instansi terkait

IV. Sosialisasi hasil assesment

Sosialisasi hasil assesment ditujukan kepada User satpam,


pelanggan, perusahaan, instansi, buyers, dilakukan oleh Polri
bersama Abujapi, ANSI, BUJP, perorangan, dan lain-lain

V. Implementasi

User, pelanggan dan atasan buyers menggunakan data dan hasil


audit tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
memutuskan pilihan terhadap satpam dan BUJP mana yang hendak
dibeli atau digunakan.

Dalam lingkup kesisteman sebuah lembaga atau perusahaan, maka


kompetensi satpam yang dibutuhkan, tidak cukup hanya didapat ketika
seorang satpam mengikuti pendidikan pembentukan satpam oleh kepolisian,
tetapi juga harus memahami ke khas-an dari lingkungan kerja berkaitan
dengan core business, aturan-aturan spesifik maupun ke khas-an dari
perusahaan. Hal ini karena adanya tuntutan spesifik dari profil perusahaan
dan lingkungan kerja.

Kompetensi satpam yang di selenggarakan oleh kepolisian menyangkut:

A. kemampuan dalam melaksanakan kewenangan kepolisian terbatas

1. pengamanan

2. penegakan aturan

3. pemeriksaan, dan

4. tindakan kepolisian terbatas lainnya

B. kemampuan dalam bidang keselamatan dan keamanan lingkungan


kerja.

1. mampu melaksanakan pengamanan (rutin atau insidental)

2. mampu melaksanakan tindakan kontijensi

3. memahami dan mampu menjalankan standart operating


procedure (SOP)

C. kemampuan dalam spesialisasi dibidang industri securiti.

1. mampu membuat rencana kegiatan (rutin dan insidental)


berkaitan dengan kadar ancaman yang mungkin terjadi

2. menyusun rencana dan alternatif tindakan kontijensi

3. menyusun laporan kejadian dan menindaklanjuti dengan teknik


atau strategi pengamanan yang lain

4. memberi saran kepada user tentang pengamanan

5. merancang bangun pemasangan dan pemeliharaan instrumen


keamanan

Sedangkan kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang


satpam terkait dengan profil perusahaan dan lingkungan kerja pelatihannya
difasilitasi oleh perusahaan tersebut, baik dengan dukungan BUJP dan Polri
ataupun secara mandiri dilakukan oleh perusahan tersebut.

Kompetensi yang didukung kelengkapan kerja satpam, misalnya alat


komunikasi, Gam satpam dan atribut satpam tentu akan makin menambah
kepercayaan diri bagi satpam dalam melaksanakan tugasnya. Penampilan
satpam mempengaruhi keyakinan orang lain bahwa keamanannya atau
keamanan bisnis dan lingkungan kerjanya akan terjamin. Hal ini akan
memberi dampak positif bagi pihak lain untuk mengambil peluang dalam
menanamkan investasi, atau memutuskan untuk bersedia terlibat kerjasama
dengan sebuah perusahaan atau lembaga yang kuat dari aspek kecilnya
resiko, karena tingkat perlindungan keamanan yang menyakinkan. Sekedar
contoh yang memcerminkan pengaruh keyakinan perlindungan keamanan
terhadap keputusan lembaga ekspedisi pengiriman uang atau benda
berharga dalam memilih BUJP sebagai mitra kerjanya adalah, sebuah daftar
pertanyaan dari lembaga ekspedisi tentang peralatan apa saja yang dimiliki
oleh BUJP tersebut apabila terjadi situasi kontijensi. Kompetensi dan
kelengkapan seperti tersebut di atas akan selalu menjadi bahan
pertimbangan sebuah lembaga untuk menentukan siapa yang pantas
menjadi mitra kerjanya. Jadi tidak hanya ditanyakan apakah satpam yang
akan bekerja padanya sudah mengikuti pendidikan satpam dengan benar
dan memiliki sertifikat satpam.

BUJP sebagai penyedia jasa pengamanan, dan kepala/ manejer securiti in


house, ikut bertanggungjawab dalam penyediaan dan pemeliharaan tenaga
satpam yang berkualitas. Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas satpam atau maintenance (pemeliharaan) melalui pelatihan satpam
perlu diselenggarakan secara periodik dan secara terjadwal. Hal ini
dimaksudkan agar satpam peserta peningkatan kualitas dapat focus guna
meningkatkan kemampuan dirinya. Disamping kurikulum baku atau materi-
materi tentang kesatpaman, perlu pula diberikan pelatihan kemampuan
berkomunikasi/ bicara efektif, inter personal skill, mediasi penyelesaian
konflik, spiritualitas, agar satpam tampil dalam performance yang tidak
hanya tegas, tetapi juga berwibawa dan dihormati karena sikap dan
perilakunya yang baik. Satpam yang memiliki kinerja yang baik dan
berpenampilan terbaik adalah suatu investasi dalam bentuk lain (selain
dana), dan menjadikan perusahan/ lembaga dapat menekan biaya yang
biasanya dialokasikan untuk mengatasi hal-hal yang bersifat gangguan
keamanan.

Ukuran lain bagi pelanggan/ user dalam menentukan mitra kerja BUJP
adalah; Pertama, apakah BUJP tersebut telah melalui audit rekomendasi dan
memiliki ijin operasional dari Kepolisian. Kedua, apakah terhadap BUJP
tersebut telah dilakukan audit SMP (sistem menejemen pengamanan) oleh
badan audit yang resmi ditunjuk oleh kepolisian (misalnya sucopindo).
Ketiga, apakah BUJP tersebut telah memenuhi standar internasional
menejemen pengamanan (misalnya mendapatkan ISO). Jadi kinerja satpam
dan BUJP tertentu adalah sebuah citra, yang pada saatnya dijadikan
pertimbangan untuk bekerjasama.
Pelaksanaan audit pada pokoknya dimaksudkan untuk melakukan
pencocokan dipenuhinya semua ketentuan regulasi tentang standart security
management system dengan fakta-fakta dilapangan yang mampu di
tunjukkan oleh BUJP. Dengan dilakukan audit berarti obyek akan
mendapatkan kriteria atau nilai, dan dari nilai inilah buyers atau pelanggaan
akan mampu memprediksi resiko. Hal yang sama, (yaitu audit rekomendasi
dan audit SMP) tidak dapat diberlakukan secara utuh terhadap satpam dan
menejemen pengamanan yang dirancang oleh manajemen atau menejer in
house. Namun terhadap manajemen in house dapat pula dilakukan auditing
SMP oleh Kepolisian (atau melalui badan audit publik yang ditunjuk oleh
kepolisian) sepanjang manajemen in house bersungguh-sungguh untuk
memenuhi standar internasional pengamanan, yang artinya bahwa
berpeluang pula untuk mendapat ISO.

Penutup

Iklim investasi yang ditunjang oleh perlindungan hukum, kepastian hukum


dan terjaminnya rasa aman sudah pasti akan menjadi faktor daya saing
dunia usaha. Oleh karena itu badan/ lembaga usaha yang mampu menekan
resiko dari ancaman keamanan atau terganggunya keamanan, berpeluang
besar memenangi persaingan dalam tingkat global. Pelaksanaan secara
konsisten dan menyeluruh terhadap Peraturan Kapolri Nomor 18 Tahun 2006
tentang Pelatihan Dan Kurikulum Satpam, serta, Peraturan Kapolri Nomor 24
Tahun 2007 tentang Sistem Menejemen Pengamanan, adalah perwujudan
dari sikap responsif Kepolisian RI guna mendukung daya saing dan
keberhasilan dunia usaha di Indonesia yang digerakkan tidak hanya oleh
unsur pemerintahan pada departemen terkait, tetapi juga pihak dunia usaha
swasta.

You might also like