Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Page 1
1.3.Tujuan
a. Tujuan umum. Mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada
bayi dengan Asfiksia di ruang BBLR RS Roemani Semarang.
b. Tujuan khusus Setelah selesai menyelesaikan tugas membuat asuhan
keperawatan pada bayi dengan asfiksia, penulis mampu :
1. Memahami dasar pengkajian dari keperawatan asfiksia
diruang BBLR RS Roemani Semarang.
2. Memahami diagnosa keperawatan asfiksia diruang BBLR RS
Roemani Semarang.
3. Memahami perencanaan asuhan keperawatan asfiksia diruang
BBLR RS Roemani Semarang.
4. Memahami implementasi asuhan keperawatan asfiksia siruang
BBLR RS Roemani Semarang.
5. Memahami evaluasi keperawatan asfiksia diruang BBLR RS
Roemani Semarang.
Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Asfiksia adalah kegagalan untuk bisa bernafas secara spontan dan adequat
segera setelah lahir.
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
(Prawirohardjo, 2005).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat
asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul (Depkes RI, 2005)
2.2 Tanda dan gejala
Menurut JNPK-KR (2008), gejala dan tanda-tanda asfiksia adalah sebagai
berikut:
a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
b. Warna kulit kebiruan
c. Kejang
Penurunan kesadaran
Pada saat dilahirkan, alveoli bayi diisi dengan “cairan paru-paru janin”. Cairan
paru-paru janin harus dibersihkan lebih dulu apabila udara masuk ke dalam
paru-paru bayi baru lahir. Dalam kondisi demikian, paru-paru memerlukan
tekanan yang cukup besar untuk mengeluarkan cairan tersebut agar alveoli
Page 3
dapat berkembang untuk pertama kalinya. Untuk mengembangkan paru-paru,
upaya pernafasan pertama memerlukan tekanan 2 sampai 3 kali lebih tinggi
daripada tekanan untuk pernafasan berikutnya agar berhasil. Masalah yang
dihadapi dalam mengeluarkan cairan dari paru-paru adalah:
b. Bayi dengan upaya pernafasan yang lemah dan tidak efektif seperti: pada
bayi kurang bulan, bayi yang dilahirkan dengan depresi karena asfiksia,
pengaruh obat-obat pada ibu, anestesia dan lain-lain.
Pada awal asfiksia, darah lebih banyak dialirkan ke otak dan jantung.
Dengan adanya hipoksia dan asidosis maka fungsi miokardium menurun,
curah jantung menurun dan aliran darah ke alat-alat vital juga berkurang.
2.3 Etiologi
Menurut JNPK-KR (2008), beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan
oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukan
dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Page 4
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut
ini:
a. Faktor ibu:
c. Faktor bayi
Adakalanya asfiksia terjadi tanpa didahului gejala dan tanda gawat janin,
umumnya hal ini disebabkan oleh faktor bayi berikut ini:
Page 5
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
resiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya
tentang kemungkinan perlunya resusitasi. Akan tetapi adakalanya faktor
resiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus
selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
2.4 Klasifikasi
Klinis 0 1 2
Dilakukan pemantauan nilai APGAR pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai APGAR 5 menit masih kurang dari 7, penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai APGAR berguna menilai keberhasilan resusitasi
bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit
seperti penilaian skor APGAR)
Page 6
2.5 Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Menurut Saifuddin (2006), aspek penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah
menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan. Upaya resusitasi yang
efisien dan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan, yaitu penilaian,
pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
2.6 Komplikasi
Page 7
Kelainan yang terjadi akibat hipoksia dapat timbul pada stadium akut dan
dapat pula terlihat beberapa waktu setelah hipoksia berlangsung. Pada
keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ
vital seperti otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan aliran
yang lebih banyak dibandingkan organ lain seperti kulit, jaringan
muskuloskeletal serta organ-organ rongga abdomen dan rongga toraks
lainnya seperti paru, hati, ginjal, dan traktus gastrointestinal.
Gambaran klinik yang terlihat pada berbagai organ tubuh tersebut sangat
bervariasi tergantung pada beratnya hipoksia. Pada asfiksia neonatus,
gangguan fungsi susunan saraf pusat hampir selalu disertai dengan
gangguan fungsi beberapa organ lain (multiorgan failure).
a. Sistem Pernafasan
b. Sistem kardiovaskuler
Page 8
c. Sistem urogenital
d. Sistem gastrointestinal
Kelainan saluran cerna ini terjadi karena radikal bebas oksigen yang
terbentuk pada penderita hipoksia serta faktor lain seperti gangguan
koagulasi dan hipotensi, menimbulkan kerusakan epitel dinding usus.
Gangguan fungsi yang terjadi dapat berupa kelainan ringan yang
bersifat sementara seperti muntah berulang, gangguan intoleransi
makanan atau adanya darah dalam residu lambung sampai kelainan
perforasi saluran cerna, enterokolitis nekrotikams kolestasis dan
nekrosis hepar.
e. Sistem audiovisual
3.) Hipoglikemi
Page 9
denyut jantung disertai dengan pengeluaran mekoneum. Hal ini
mengindikasikan adanya pengurangan cadangan glikogen akibat stress
intra uterin yang mengakibatkan bayi mengalami hipoglikemia.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Saifuddin (2006), bayi baru lahir dalam apnu primer dapat memulai pola
pernafasan biasa, walaupun mungkin tidak teratur dan mungkin tidak efektif,
tanpa intervensi khusus. Bayi baru lahir dalam apnu sekunder tidak bernafas
sendiri. Pernafasan buatan atau tindakan ventilasi dengan tekanan positif (VTP)
dan oksigen diperlukan untuk membantu bayi memulai pernafasan pada bayi baru
lahir dengan apnu sekunder.
Memulai pernafasan.
Page 10
Memakai VTP, bila perlu seperti:
Kompresi dada
Pengobatan
Page 11
2.8. WOC
Page 12
2.9 Asuhan Keperawatan
2.9.1 Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih
ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia
Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak
bayi belakang kaki atau sungsang
4. Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ
tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan
untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna
c. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama
saat b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak
nafas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi
pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
Page 13
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya
pernafasan cuping hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan
frekwensi pernafasan yang cepat
h. Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
6. Gejala dan tanda
a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif
b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis
c. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda :
ketidakefektifan termoregulasi
2.9.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang
adekuat.
2. Hipertermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin neonatus.
3. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi yang dialami
dan proses pengobatan.
4. Resiko tinggi terjadi infeksi
Page 14
2.9.3 Perencanaan Keperawatan
Dx. I : Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang
adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam
kebutuhan O2 terpenuhi dengan kriteria tidak ada pernafasan cuping
hidung dan tidak sianosis.
Intervensi:
Page 15
Dx. VI : Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang kondisi yang dialami dan proses pengobatan.
Tujuan : Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan
memberikan informasi tentang proses penyakit, program
pengobatan.
Intervensi:
No. Intervensi Rasional
1. Jelaskan tujuan pengobatan Mengorientasi program
pada keluarga. pengobatan.
2. Kaji ulang tanda / gejala yang Berulangnya memerlukan
memerlukan evaluasi medik intervensi medik untuk
cepat. mencegah / menurunkan
potensial komplikasi.
3. Kaji ulang praktik kesehatan Mempertahanan
yang baik, istirahat. kesehatan umum
meningkatkan
penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.
4. Dorong pasien / orang
terdekat untuk menyatakan
masalah / perasaan.
5. Beri penguatan informasi
pasien yang telah diberikan
sebelumnya.
Page 16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Dari etiologinya,asfiksia neonatorum
bisa berasal dari banyak factor,diantaranya:
1.Vigorous Baby
3.Asphyksia berat
3.2 SARAN
Page 17
DAFTAR PUSTAKA
Afiana. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita Dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta:Transmedika
Depkes RI. 2005. Pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan.
Jakarta.
IBI. 2006. 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan. Jakarta: Pengurus IBI Pusat..
Mc Closkey, JC., Gloria MB. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louis Baltimore: Mosby.
Page 18