You are on page 1of 40

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. N D DENGAN DIAGNOSA MEDIS Obs DYSPNEA


e.c Susp DESCOMPENSASI CORDIS
DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RUANG MAWAR RSUD
WONOSARI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik


Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun oleh:
Rina Zulistin P07120113067

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Ny N D dengan Diagnosa Medis Dyspnea e.c Descompensasi Cordis”.

Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk melengkapi tugas Praktik Klinik


Mata Kuliah KMB II yang diberikan kepada kami. Pembuatan Asuhan
Keperawatan ini tidak akan terlaksana tanpa adanya kerjasama, bantuan,
dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Tri Prabowo, S. Kp, M. Sc. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik


Kesehatan Yogyakarta,
2. Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Pembimbing Akademik
Keperawatan Medikal Bedah,
3. Pembimbing Lapangan Bangsal Penyakit Dalam Ruang Mawar RSUD
Wonosari,
4. Teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami percaya dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini banyak sekali


kekurangan, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan ini. Demikian Asuhan Keperawatan ini
kami susun, apabila banyak kesalahan penyusun mohon maaf dan semoga
Asuhan Keperawatan ini bermanfaat bagi pembaca.

Wonosari, Januari 2015

Rina Zulistin

HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. N D DENGAN DIAGNOSA MEDIS DYSPNEA e.c
DESCOMPENSASI CORDIS
DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RUANG MAWAR RSUD WONOSARI

Diajukan untuk disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Wonosari, Januari 2015

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Pendidikan

( ) ( )
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan


dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah, apex (puncak) miring ke
sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Otot jantung merupakan
jaringan istimewa karena dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan
otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu di luar
kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). (Pearce, Evelyn C,
Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, 2000 )
a. Kedudukan jantung
Jantung berada dalam thorax antara kedua paru-paru dan di belakang
sternum dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan, tepatnya di
dalam rongga dada sebelah depan. Sebelah kiri bawah dari pertengahan
rongga dada, di atas diafragma, pangkalnya terdapat di belakang kiri
antara kosta V dan VII dua jari di bawah papilla mammae. Pada tempat
ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktus kordis. (Syaifudin,
2000)
b. Lapisan-lapisan jantung
Lapisan-lapisan jantung terdiri atas :
1) Endokardium : merupakan lapisan jantung yang terdapat di
sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput
lendir yang melapisi permukaan rongga jantung.
2) Miokardium ; merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri
dari otot-otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan
otot yaitu bundalan otot atria yang membentuk serambi atau aurikula
kordis, bundalan ventrikuler yang membentuk bilik jantung. Bundalan
otot atrioventrikuler yang merupakan dinding pemisah antara serambi
dan bilik jantung.
3) Pericardium ; lapisan jantung sebelah luar yang merupakan
selaput pembungkus terdiri dari 2 lapisan yaitu : lapisan parietal dan
visceral yang bertemu di pangkal jantung membentuk katup jantung.
Di antara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelican untuk
menjaga agar pergesekan antara pericardium pleura tidak
menimbulkan gangguan terhadap jantung. (Syaifudin, 2000)
c. Siklus jantung
Jantung adalah alat pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam
jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan jantung
berasal dari nodus sinus atrial. Kemudian kedua atrium berkontraksi.
Gelombang kontraksi ini bergerak melalui berkas his dan kemudian
ventrikel berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis yaitu
kontraksi atau systole dan pengendoran atau diastole. Kontraksi dari
kedua atrium terjadi serentak dan disebut systole atrial, pengendorannya
adalah diastole atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan pengendoran
ventrikel disebut juga systole dan diastole ventrikuler. Lama kontraksi
ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap pengendorannya selama 0,5 detik.
Dengan cara ini jantung berdenyut terus menerus, siang malam selama
hidupnya. Dan otot jantung mendapat istirahat selama diastole
ventrikuler.
Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih
lama dan lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat
karena mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan
tekanan darah arteri sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompa
volume darah yang sama, tetapi tugasnya mengirimkannya ke sekitar
paru-paru dimana tekanannya lebih kuat. (Pearce, Evelyn C. 2000)
d. Bunyi jantung
Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang
disebabkan oleh katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama
disebabkan menutupnya katup atroventrikuler dan kontraksi dari ventrikel,
bunyi kedua karena menutupnya katup aortic dan pulmoner sesudah
kontraksi dari ventrikel. Yang pertama adalah panjang terdengar “lub” dan
yang kedua pendek dan tajam terdengar “dub”. Dalam keadaan normal
jantung tidak mempunyai bunyi lain, tetapi bila arus darah cepat atau bila
ada kelainan pada katup atau salah satu ruangnya, maka dapat terjadi
bunyi lain, biasanya disebut “bising”. (Syaifudin. 2000)
e. Daya pompa jantung
Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali
semenit dan memompa 70 ml setiap denyut. Jumlah darah yang setiap
menit dipompa dengan demikian adalah 70 x 70 ml atau sekitar 5 liter.
Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap
menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa
jantung 20 sampai 25 liter setiap menit.
Tiap menit sejumlah volume yang tepat sama kembali dari vena ke
jantung. Akan tetapi bila pengembalian dari vena tidak seimbang dan
ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung, maka
terjadi payah jantung. Vena-vena besar dekat jantung menjadi
membengkak berisi darah, sehingga tekanan dalam vena naik. Dan kalau
keadaan in tidak cepat ditangani maka terjadi edema. (Pearce, Evelyn C.
2000)
f. Katup-katup pada jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalam
susunan peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.
1) Valvula Trikuspidalis. Terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel
dekstra yang terdiri dari 3 katup.
2) Valvula Bikuspidalis. Terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel
sinistra yang terdiri dari 2 katup.
3) Valvula semilunaris arteri pulmonalis. Terletak antara ventrikel dekstra
dengan arteri pulmonalis, dimana darah mengalir menuju ke paru-
paru.
4) Valvula semilunaris aorta. Terletak antara ventrikel sinistra dengan
aorta dimana darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
g. Sirkulasi darah
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari
ventrikel kiri melalui arteri, arteriola dan kapiler kembali ke atrium kanan
melalui vena disebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran
darah ventrikel kanan melalui paru-paru ke atrium kiri adalah peredaran
darah kecil atau sirkulasi pulmonal.
1) Pembuluh darah pada peredaran darah kecil, terdiri atas :
a) Arteri pulmonalis, merupakan pembuluh darah yang keluar dari
ventrikel dekstra menuju ke paru-paru.
Mempunyai 2 cabang yaitu dekstra dan sinistra untuk paru-paru
kanan dan kiri yang banyak mengandung CO2 di dalam darahnya.
b) Vena pulmonalis, merupakan vena pendek yang membawa darah
dari paru-paru masuk ke jantung bagian atrium sinistra. Di
dalamnya berisi darah yang banyak mengandung O2.
2) Pembuluh darah pada peredaran darah besar, terdiri atas :
a) Aorta, merupakan pembuluh darah arteri yang besar yang keluar
dari jantung bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendens lalu
membelok ke belakang melalui radiks pulmonalis sinistra, turun
sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma lalu
menurun ke bagian perut.
Jalannya arteri terbagi 3 (tiga) bagian :
(1) Aorta asendens, aorta yang naik ke atas dengan panjangnya ±
5 cm, cabangnya arteri koronaria masuk ke jantung.
(2) Arkus aorta, yaitu bagian aorta yang melengkung arah ke kiri,
di depan trakea sedikit ke bawah sampai vena torakalis IV.
Cabang-cabangnya : arteri brakia sefalika atau arteri anomina,
arteri subklavia sinistra dan arteri karotis komunis sinistra.
(3) Aorta desendens, bagian aorta yang menurun mulai dari
vertebra torakalis IV sampai vertebra lumbalis IV.
Letaknya :
(1) Aorta torakalis. Dimulai dari vertebra torakalis IV sampai
menembus diafragma.
Percabangannya sampai pada dinding toraks dan alat-alat
visceral yang ada di dalam rongga toraks.
(2) Aorta abdominalis. Pada vertebra torakalis XII terbagi 2 : arteri
iliaka komunis dekstra dan arteri iliaka komunis sinistra.
Percabangannya sampai pada dinding perut dan alat dalam
rongga perut, panggul dan anggota gerak bawah.
Peredaran darah kecil, darah dari jantung ventrikel destra → valvula
semilunaris → arteri pulmonalis → paru-paru kiri dan kanan → vena
pulmonalis.
Peredaran darah besar, darah dari jantung bagian ventrikel sinistra → valvula
semilunaris aorta → aorta → arteri → arteriole → kapiler arteri → kapiler
vena → venolus → vena kava → atrium dekstra. (Syaifudin.2000)

B. Definisi
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk
mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. (Dr.
Ahmad ramali,2000)
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan
kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi
pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 2000).
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik yang mana jantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan
(Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997 ).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan yang mana terjadi bendungan
sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya
(Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997).
Menurut Braunwald, gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu
sindrom klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi
ventrikel kiri dan kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi
kemampuan kerja fisis (effort intolerance), retensi cairan, dan memendeknya
umur hidup (reduced longevity). Termasuk di dalam kedua batasan tersebut
adalah suatu spektrum fisiologi-klinis yang luas, mulai dari cepat menurunnya
daya pompa jantung (misalnya pada infark jantung yang luas, takiaritmia atau
bradikardia yang mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di mana proses
terjadinya kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi progresif
(misalnya pada pasien dengan kelainan jantung yang berupa pressure atau.
volume overload dan hal ini terjadi akibat penyakit pada jantung itu sendiri,
seperti hipertensi, kelainan katup aorta atau mitral dll).
Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila jantung
tidak lagi mampu memompakan darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh pada tekanan pengisian yang normal, padahal
aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan normal.
C. Etiologi
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis
adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau
yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan
beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir
meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi
sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau
kardiomyopati. Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai
pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel ( stenosis katup atrioventrikuler
), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan
temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling
mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada
gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis
atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, 2006).

Decompensasi cordis terbagi atas dua macam meliputi :


1. Decompensasi cordis kiri/gagal jantung kiri
Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung
mengakibatkan pada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak
dari keadaan keadaan normal sehingga pada masa diastol berikutnya
akan bertambah lagi mengakibatkan tekanan distol semakin tinggi, makin
lama terjadi bendungan didaerah natrium kiri berakibat tejadi peningkatan
tekanan dari batas normal pada atrium kiri (normal 10-12 mmHg) dan
diikuti pula peninggian tekanan vena pembuluh pulmonalis dan pebuluh
darah kapiler di paru, karena ventrikel kanan masih sehat memompa
darah terus dalam atrium dalam jumlah yang sesuai dalam waktu cepat
tekanan hodrostatik dalam kapiler paru-paru akan menjadi tinggi sehingga
melampui 18 mmHg dan terjadi transudasi cairan dari pembuluh kapiler
paru-paru.
Pada saat peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri
bronkhialis, terjadi transudasi cairanin tertisiel bronkus mengakibatkan
edema aliran udara menjadi terganggu biasanya ditemukan adanya bunyi
eksspirasi dan menjadi lebih panjang yang lebih dikenal asma kardial fase
permulaan pada gagal jantung, bila tekanan di kapiler makin meninggi
cairan transudasi makin bertambah akan keluar dari saluran limfatik
karena ketidaka mampuan limfatik untuk, menampungnya (>25 mmHg)
sehingga akan tertahan dijaringan intertissiel paru-paru yang makain lama
akan menggangu alveoli sebagai tempat pertukaran udara
mengakibatkan udema paru disertai sesak dan makin lama menjadi syok
yang lebih dikenal dengan syak cardiogenik diatandai dengan tekanan
diatol menjadi lemah dan rendah serta perfusi menjadi sangat kurang
berakibat terdi asidosis otot-otot jantung yang berakibat kematian.
Gagalnya khususnya pada ventrikel kiri untuk memompakan darah
yang mengandung oksigen tubuh yang berakibat dua antara lain :
- Tanda-tanda dan gejala penurunan cardiak output seperti dyspnea de
effort (sesak nafas pada akktivitas fisik, ortopnea (sesak nafas pada
saat berbaring dan dapat dikurangi pada saat duduk atau berdiri
kemudian dispnea noktural paroksimalis (sesak nafas pada malam
hari atau sesak pada saat terbangun).
- Kongesti paru seperti menurunnya tonus simpatis, darah balik yang
bertambah, penurunan pada pusat pernafasan, edema paru,
takikardia, Disfungsi diatolik, dimana ketidakmampuan relaksasi
distolik dini ( proses aktif yang tergantung pada energi ) dan kekakuan
dinding ventrikel.
2. Decompensasi cordis kanan
Kegagalan ventrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu memompa
melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru-paru, berakibat
membaliknya kembali ke dalam sirkulasi sistemik, peningkatan volume
vena dan tekanan mendorong cairan keintertisiel masuk kedalam (edema
perier) . Kegagalan ini akibat jantung kanan tidak dapat khususnya
ventrikel kanan tidak bisa berkontraksi dengan optimal , terjadi
bendungan diatrium kanan dan venakapa superior dan inferior dan
tampak gejala yang ada adalah udemaperifer, hepatomegali,
splenomegali, dan tampak nyata penurunan tekanan darah yang cepat,
hal ini akibat vetrikel kanan pada saat sistol tidak mampu mempu darah
keluar sehingga saat berikutnya tekanan akhir diatolik ventrikel kanan
makin meningkat demikin pula mengakibatkan tekanan dalam atrium
meninggi diikuti oleh bendungan darah vena kava supperior dan vena
kava inferior serta selruh sistem vena tampak gejal klinis adalah
terjadinya bendungan vena jugularis eksterna, vena hepatika (tejadi
hepatomegali, vena lienalis (splenomegali) dan bendungan-bedungan
pada pada vena-vena perifer dan apabila tekanan hidrostatik pada di
pembuluh kapiler meningkat melampaui takanan osmotik plasma maka
terjadinya oedema perifer.

D. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang
dapat dilihat :
1. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik.
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin
aldosteron, dan
3. Hipertrofi ventrikel.

Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk


mempertahankan curah jantung. Kelainan pada kerja ventrikel dan
menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.
Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi
semakin kurang efektif. Menurunnya curah sekuncup pada gagal jantung
akan membangkitkan respon simpatik kompensatorik. Meningkatnya
aktivitas adrenergic simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari
saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal. Denyut jantung dan
kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung. Juga
terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria
dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ
organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal, agar perfusi
ke jantung dan otak dapat dipertahankan.

Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai


serangkaian peristiwa :

1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus.


2. Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus.
3. Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk
menghasilkan angiotensin I.
4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II.
5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal.
6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi
miokardium atau bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi meningkatkan
jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium; tergantung dari jenis beban
hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung,sarkomer dapat
bertambah secara parallel atau serial. Respon miokardium terhadap
beban volume, seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi
dan bertambahnya tebal dinding.
E. Tanda dan Gejala
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau
sisitem pulmonal antara lain :

 Lelah
 Angina
 Cemas
 Oliguri. Penurunan aktifitas GI
 Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri,
antara lain :
 Dyspnea
 Batuk
 Orthopea
 Reles paru
 Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
 Edema perifer
 Distensi vena leher
 Hari membesar
 Peningkatan central venous pressure (CPV)

F. Pathway
G. Klasifikasi
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan
pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri,gagal jantung
kanan,dan gagal jantung kongestif.
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort,fatigue,ortopnea,dispnea
nocturnal paroksismal,batuk,pembesaran jantung,irama derap,ventricular
heaving,bunyi derap S3 dan S4,pernapasan cheyne stokes,takikardi,pulsusu
alternans,ronkhi dan kongesti vena pulmonalis. Pada gagal jantung kanan
timbul edema,liver engorgement,anoreksia,dan kembung.Pada pemeriksaan
fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan,heaving ventrikel kanan,irama derap
atrium kanan,murmur,tanda tanda penyakit paru kronik,tekanan vena
jugularis meningkat,bunyi P2 mengeras,asites,hidrothoraks,peningkatan
tekanan vena, hepatomegali, dan pitting edema. Pada gagal jantung
kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New
York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas
:

1. Kelas 1 ; Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa


keluhan.
2. Kelas 2 ; Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat
dari aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3 ; Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari
tanpa keluhan.
4. Kelas 4 ; Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits
apapun dan harus tirah baring.

H. Manifestasi Klinis
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau
sistem pulmonal antara lain :
1. Lelah
2. Angina
3. Cemas
4. Oliguri. Penurunan aktifitas GI
5. Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri,
antara lain :
1. Dypnea
2. Batuk
3. Orthopea
4. Reles paru
5. Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
1. Edema perifer
2. Distensi vena leher
3. Hati membesar
4. Peningkatan central venous pressure (CPV)
I. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan penyakit decompensasi cordis adalah sebagai
berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan oksigen
- Pengobatan faktor pencetus
- Istirahat
2. Perbaikan suplai oksigen /mengurangi kongesti
- Pengobatan dengan oksigen
- Pengaturan posisi pasien untuk kelancaran nafas
- Peningkatan kontraktilitas myocrdial (obat-obatan inotropis positif)
- Penurunan preload ( pembatasan sodium, diuretik, obat-obatan,
dilitasi vena)
- Penurunan afterload (obat - obatan dilatasi arteri, obat dilatasi
arterivena, inhibitor ACE
J. Komplikasi
Komplikasi dari decompensatio cordis adalah:
1. Syok kardiogenik.
2. Episode tromboemboli.
3. Efusi dan tamporiade pericardium.
K. Pemeriksaan Diagnostik

1. Keluhan penderita berdasarkan tanda dan gejala klinis


2. Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut,
dan guna mengkaji kompensaai seperti hipertropi ventrikel
3. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau
nekrotik pada penyakit jantung kotoner
4. Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan
pembesaran jantung
5. Esho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri
polmonal.utuk menyajikan data tentang fungsi jantung

J. Asuhan Keperawatan Secara Teori


1. Pengkajian
a. Aktivitas dan Istirahat
- Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa
berdenyut dan berdebar. Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu
paroksimal nokturnal, nokturia, keringat malam hari).
- Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan
karena kerja, takpineu, dispneu.
b. Sirkulasi
- Gejala : Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik
hipertensi, congenital : kerusakan arteial septal, trauma dada,
riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock
hipovolema.
- Tanda : Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1
keras, pembukaan yang keras, takikardia. Irama tidak teratur;
fibrilasi arterial.
c. Integritas Ego
- Tanda : menunjukan kecemasan; gelisah, pucat,
berkeringat, gemetar. Takut akan kematian, keinginan mengakhiri
hidup, merasa tidak berguna, kepribadian neurotik.
d. Makanan / Cairan
- Gejala : Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering
penggunaan diuretik.
- Tanda : Edema umum, hepatomegali dan asites,
pernafasan payah dan bising terdengar krakela dan mengi.

e. Neurosensoris
- Gejala : Mengeluh kesemutan, pusing
- Tanda : Kelemahan
f. Pernafasan
- Gejala : Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.
- Tanda : Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum
berwarna bercak darah, gelisah.
g. Keamanan
- Gejala : Proses infeksi atau sepsis, riwayat operasi
- Tanda : Kelemahan tubuh
h. Penyuluhan / pembelajaran
- Gejala : Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.
- Tanda : Menunjukan kurang informasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas ; O2 dan CO2 berhubungan dengan
kongesti paru dan terjadinya edema paru.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi
miokard sekunder terhadap gagal jantung
c. Perubahan pola pemenuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan anoreksia.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktivitas kehidupan sehari – hari.
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan
dyspnoe noktural.
f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
g. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan aliran
darah ginjal sekunder terhadap gagal jantung kanan.

BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
Tanggal Pengkajian : 6 dan 7 Januari 2014
Jam : 13.00 WIB dan 18.30 WIB
Sumber Data : Pasien,Keluarga, Rekam Medis, Tim Kesehatan
Pasien
Nama : Ny. N D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 84 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Cerai Mati
Pendidikan : -
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku / Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Banjarejo, Wonosari
Diagnosa Medis : Obs Dyspnea e.c Susp DC
Nomor CM : 45 37 56
Tanggal masuk perawatan : 4 Januari 2014
Keluarga / Penanggung Jawab
Nama : Ny. J
Umur : 55 tahun
Hubungan dengan pasien : Anak
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan ± 2 minggu,
Pasien mengatakan saat berbaring sesak nafas, Keluarga pasien
mengatakan pasien b.a.k ± 7 hari disertai darah dan berwarna coklat,
Keluarga mengatakan pasien demam ± 7 hari, Keluarga pasien
mengatakan pasien b.a.b cair saat masuk rumah sakit, Keluarga
pasien mengatakan pasien batuk disertai dahak.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan sesak nafas, Pasien mengatakan nyeri dada
seperti tertekan, Pasien mengatakan nyeri rasanya perih pada bagian
perut kanan bawah.
c. Kesehatan sekarang
Pasien terpasang infus pada tangan kanan cairan D5 mikro 15 Tpm,
Pasien mengatakan sesak nafas, Pasien mengatakan tidak mau tidur
karena tidak mengantuk, Pasien terpasang kateter, Pasien memakai
O2 dengan terapi 3 liter/menit.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri
dada sudah ±3 minggu ini, Keluarga pasien mengatakan pasien
belum pernah masuk rumah sakit dan tidak pernah menderita sakit
yang sama tetapi pasien berobat jalan di klinik sinar husada sebelum
masuk ke RSUD Wonosari, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mengalami memiliki riwayat darah tinggi tetapi baru beberapa bulan
ini pasien darah tinggi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan kurang mengetahui ada tidaknya
keluarga yang menderita penyakit yang sama. Keluarga pasien
mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Jantung dan Diabetes Mellitus.
f. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan atau obat-obatan.
3. Pola Kebiasaan Pasien
Aspek Fisik - Biologis
a. Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien makan biasa 3x sehari dengan
porsi sedang dengan sayur dan lauk seperti tempe dan tahu.
Keluarga pasien mengatakan pasien minum 2 – 3 gelas air putih dan
teh setiap harinya.

Selama Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan, Keluarga
pasien mengatakan pasien hanya makan 3-4 sendok bubur yang
diberikan gizi dari rumah sakit, Pasien mengatakan pasien minum 1/2
gelas air putih. Pasien terpasang infus D5 15 Tpm.
b. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien b.a.b yaitu 1x setiap 2 hari,
Keluarga pasien mengatakan b.a.k 5 – 6 x sehari.
Selama Sakit
Selama dirawat di rumah sakit keluarga pasien mengatakan pasien
belum pernah b.a.b , Pasien terpasang kateter dan saat pengkajian
terdapat urine 100 cc dengan warna coklat seperti teh.
Pola Aktivitas Istirahat – Tidur
a. Pola Aktivitas dan latihan
Keluarga pasien mengatakan pasien di rumah tidak bekerja, Keluarga
pasien mengatakan pasien tidak bisa diam jika di rumah seperti
pasien suka mengerjakan semua pekerjaan seperti mencari kayu, di
sawah dan menyapu.
b. Keadaan Pernafasan
Saat pengkajian tanggal 6 Januari 2014 Pasien mengatakan sesak
nafas dan terpasang O2 dengan terapi 3 liter/menit.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien di rumah tidur malam ± 5 – 6
jam, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah tidur siang.
Selama sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau tidur, Keluarga pasien
mengatakan pasien selama di rumah sakit pasien tidak mau tidur dan
hanya ingin duduk saja tetapi pasien biasanya dapat tertidur 1-2 jam
saat malam hari, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah
tidur siang.

Pola Kebersihan Diri


Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien belum
pernah mandi hanya dilap dengan handuk. Pasien terlihat lesu,
kulitnya terlihat berminyak.
Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien jarang
mengeluh sakit tetapi pasien terlihat gelisah.
b. Gaya Komunikasi
Keluarga pasien mengatakan pasien jarang berbicara, Saat di ajak
berbicara pasien jarang menjawabnya karena keterbatasan
pendengaran pasien yang sudah berkurang.
Riwayat Sosial
Keluarga pasien mengatakan pasien jarang mengeluh sakit, Pasien
hanya menjawab sedikit – sedikit pertanyaan yang diajukan perawat saat
pengkajian, Pasien berinteraksi pasif.
Riwayat Spiritual
Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum sakit shalat 5 waktu
dengan rajin tetapi selama sakit pasien tidak melaksanakan shalat 5
waktu karena kondisi yang tidak memungkinkan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keluhan umum : lemah
b. Tingkat kesadaran: composmentis
c. Pengukuran antropometri
BB : 35 Kg
TB : 145 cm
IMT : 16,64 Kg/m2
d. Tanda vital :
TD : 115/70 mmHg
N : 89 x / menit
RR : 45 x / menit
S : 35,4 °C

e. Pemeriksaan Kepala
1) Kepala
Bentuk kepala Brakhiocephalus, simetris, tidak ada luka, rambut
pasien sudah berwarna putih, kulit kepala pasien berminyak.
2) Leher
Leher pasien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada lesi.
f. Pemeriksaan Wajah
1) Mata
Konjungtiva Bactericus, mata berair, keluarga mengatakan mata
pasien masih bisa melihat dengan jelas.
2) Telinga
Keluarga pasien mengatakan pasien pendengarannya sudah
berkurang yaitu telinga kanan dan kiri, telinga simetris, tidak ada
luka, telinga pasien terlihat terdapat sedikit kotoran.
3) Hidung
Simetris, pada hidung pasien terdapat cairan, Hidung pasien tidak
ada pembesaran polip.
4) Mulut
Mulut pasien terlihat berwarna pucat, kering, simetris, tidak ada
stomatitis, bau mulut, gigi pasien terlihat kurang bersih.
g. Pemeriksaan Thoraks/ dada
Inspeksi
Susunan ruas tulang belakang lordosis, bentuk dada asimetris, kulit
keriput, pasien batuk kering, tidak ada lesi.
Auskultasi
Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing -/-
h. Pemeriksaan Jantung
Catatan Dokter : Ictus cordis +, bergeser ke kiri.
i. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Pertumbuhan rambut tidak ada, simetris, tidak ada benjolan, terdapat
retraksi.

Auskultasi
Bising usus : 25 x/menit
Perkusi
Kuadran I : dull
Kuadran II : tympani
Kuadran III : tympani
Kuadran IV : tympani
Palpasi
Bagian Kuadran IV pasien mengatakan sakit
j. Pemeriksaan Genetalia
Tidak terkaji, pasien terpasang kateter.
k. Pemeriksaan Ekstermitas
Ekstermitas atas : anggota gerak lengkap, tidak ada fraktur,
capillary refill tidak lebih dari 3 detik, ekstermitas dapat digerakkan
dengan baik.
Ekstermitas bawah : anggota gerak kaki lengkat, tidak ada
fraktur, ekstermitas dapat digerakkan dengan baik, tidak ada luka.
l. Pemeriksaan Kulit / Integument
Kulit terlihat tidak ada lesi, turgor kulit jelek, struktur keriput, akral
dingin
5. Data Penunjang
Hasil Lab tanggal : 4 Januari 2015 ( 18.00 WIB )
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 11,0 gr% 12 – 16 gr%
A Leukosit 18400 4300 – 11400 µ/l
Hemogram Eos Bas Stab Seg Limp Mon
0 0 2 87 5 6
HCT/HMT 32 % 37 %
A Eritrosit 3,4 4,4 – 5,5 jt µ/l
Gol Darah O
Glukosa Darah Sesaat 157 mg/dl 76 – 110 mg/dl

Hasil Lab tanggal : 5 Januari 2015 ( 11.00 WIB )


Pemeriksaan Hasil Normal
SGOT 43 µ/l 10 – 50 µ/l
SGPT 15 µ/l 10 – 50 µ/l
Urea 27 mg/ dl 15 – 45 mg/ dl
Creatinine 0,5 mg/ dl 0,6 – 1,3 mg/ dl
Kalium 8,7 mmol/l 3,4 – 5,3 mmol/l
Natrium 128 mmol/l 135 – 155 mmol/l
Clorida 96 mmol/l 95 – 108 mmol/l
6. Terapi
- O2 2- 3 ltr/menit
- Infus RL/D5 Mikro 15 Tpm
- Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Ambroxol 3 x 1 sendok
- PCT 3 X 500 mg
- Inj Kalnex 250 mg / 8 jam ( bila hematuri + )
- Diet bubur saring

B. Analisa Data
Hari, tanggal : Selasa, 6 Januari 2014
Waktu : 18.00 WIB
Data Masalah Penyebab
DS : Kerusakan Kongesti paru dan
- Pasien mengatakan sesak pertukaran gas O2 terjadinya edema paru.
nafas dan CO2
- Pasien mengatakan saat
berbaring sesak nafas
- Pasien mengatakan nyeri
dada seperti tertekan
DO :
- RR : 45 x / menit
- Pasien terlihat terengah-
engah
- Catatan Dokter :
vesikuler +/+ , Ronchi +/+,
Wheezing -/-
DS : Penurunan curah Penurunan kontraksi
Keluarga pasien mengatakan jantung miokard sekunder
dari dokter mengatakan terhadap gagal jantung
jantung pasien bermasalah.
DO :
- Tanda vital :
TD : 115/70 mmHg
N : 89 x / menit
RR : 45 x / menit
S : 35,4 °C
- Keluhan umum: lemah
- Catatan Dokter : Ictus
cordis +, bergeser ke kiri.

DS : Perubahan pola Kurang dari kebutuhan


- Sebelum Sakit
pemenuhan nutrisi tubuh berhubungan
Keluarga pasien
dengan mual dan
mengatakan pasien
anoreksia.
makan biasa 3x sehari
dengan porsi sedang
dengan sayur dan lauk
seperti tempe dan tahu.
Keluarga pasien
mengatakan pasien
minum 2 – 3 gelas air
putih dan teh setiap
harinya.
- Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak
mau makan ( nafsu
makan berkurang ) ± 2
minggu,
- Keluarga pasien
mengatakan pasien b.a.b
cair saat masuk rumah
sakit,
- Selama Sakit
Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak
mau makan, Keluarga
pasien mengatakan
pasien hanya makan 3-4
sendok bubur yang
diberikan gizi dari rumah
sakit, Pasien mengatakan
pasien minum 1/2 gelas air
putih.
DO : Pasien terpasang infus
D5 Tpm 15 Tpm
DS : Gangguan Dyspneu noktural.
- Pasien mengatakan sesak pemenuhan
nafas saat berbaring kebutuhan tidur
- Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak
mau tidur,
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
selama di rumah sakit
pasien tidak mau tidur dan
hanya ingin duduk saja
tetapi pasien biasanya
dapat tertidur 1-2 jam saat
malam hari,
- Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak
pernah tidur siang.
DO :
- Keadaan umum : lemah
- Tingkat kesadaran :
composmentis

C. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas O2 dan CO2 berhubungan dengan kongesti
paru dan terjadinya edema paru ditandai dengan
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien mengatakan saat berbaring sesak nafas
- Pasien mengatakan nyeri dada seperti tertekan
DO :
- RR : 45 x / menit
- Pasien terlihat terengah-engah
- Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing -/-
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi
miokard sekunder terhadap gagal jantung ditandai dengan
DS :
Keluarga pasien mengatakan dari dokter mengatakan jantung pasien
bermasalah.
DO :
- Tanda vital :

TD : 115/70 mmHg
N : 89 x / menit
RR : 45 x / menit
S : 35,4 °C

- Keluhan umum: lemah


- Catatan Dokter : Ictus cordis +, bergeser ke kiri
3. Perubahan pola pemenuhan nutrisi berhubungan dengan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia ditandai
dengan

DS :

- Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien makan biasa 3x sehari
dengan porsi sedang dengan sayur dan lauk seperti tempe dan
tahu. Keluarga pasien mengatakan pasien minum 2 – 3 gelas air
putih dan teh setiap harinya.
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan ( nafsu
makan berkurang ) ± 2 minggu,
- Keluarga pasien mengatakan pasien b.a.b cair saat masuk rumah
sakit,
- Selama Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan, Keluarga
pasien mengatakan pasien hanya makan 3-4 sendok bubur yang
diberikan gizi dari rumah sakit, Pasien mengatakan pasien minum
1
/2 gelas air putih.
DO : Pasien terpasang infus D5 Tpm 15 Tpm
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan dyspneu
noktural ditandai dengan
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas saat berbaring
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau tidur,
- Keluarga pasien mengatakan pasien selama di rumah sakit pasien
tidak mau tidur dan hanya ingin duduk saja tetapi pasien biasanya
dapat tertidur 1-2 jam saat malam hari,
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah tidur siang.
DO :
- Keadaan umum : lemah
- Tingkat kesadaran : composmentis
D. Perencanaan Keperawatan
E.
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015
18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB
Kerusakan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan Kaji pola nafas dan Untuk mengetahui
O2 dan CO2 berhubungan keperawatan selama 3 x 24 frekuensi respirasi. keadekuatan pertukaran O2
dengan kongesti paru dan jam pertukaran gas adekuat dan CO2 paru jaringan paru.
terjadinya edema paru dengan kriteria hasil Tinggikan tempat tidur Ekspansi paru lebih baik
ditandai dengan - Sesak nafas berkurang dengan posisi fowler. dapat dicapai pada posisi ini
DS : bahkan hilang. Kelola pemberian O2 sesuai Membantu pemenuhan
- Pasien mengatakan - Respirasi dalam batas kebutuhan keperluan O2 dalam tubuh
sesak nafas normal (16 – 20 x/menit ) Bimbing klien latihan nafas Melatih pola nafas agar
- Pasien mengatakan saat - Tidak terdapat tanda dalam ; dengan cara pertukaran gas adekuat.
berbaring sesak nafas sianosis. menarik nafas dalam
- Pasien mengatakan Rina melalui hidung dan
nyeri dada seperti menghembuskan secara
tertekan perlahan melalui mulut.
DO : Observasi perubahan Agar dapat dipantau
- RR : 45 x / menit respirasi tiap 6 jam. perubahan respirasi yang
- Pasien terlihat terengah- Rina terjadi secara kontinyu
engah Rina
Catatan Dokter :
vesikuler +/+ , Ronchi +/+,
Wheezing -/-
Rina
Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015
18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan Istirahatkan / bedrest secara Dengan istirahat maka
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 fisik dan mental beban volume dan kontraksi
penurunan kontraksi jam kardiak output adekuat jantung tidak berat.
miokard sekunder terhadap dengan kriteria hasil Observasi dan catat tanda – Untuk mengetahui kelainan
gagal jantung ditandai - Tanda – tanda vital tanda vital tiap 6 jam serta lanjutan yang terjadi dan
dengan dalam batas normal amati tanda – tanda perfusi sebagai dasar penetapan
DS : - Lemah berkurang, jaringan. selanjutnya.
Keluarga pasien keadaan umum klien Amati pengaruh negatif Mencegah alergi ataupun
mengatakan dari dokter membaik. pemberian obat digitalis. efek samping yang tidak
mengatakan jantung pasien - Kulit perifer terutama diinginkan.
bermasalah. ekstremitas hangat. Berikan diet makanan Kelebihan garam
DO : Rina rendah garam meningkatkan retensi cairan
- Tanda vital : Rina dan dapat meningkatkan
TD : 115/70 mmHg volume vaskuer dan beban
N : 89 x / menit kerja jantung.
RR : 45 x / menit Rina
S : 35,4 °C
- Keluhan umum: lemah
- Catatan Dokter : Ictus
cordis +, bergeser ke kiri.
Rina
Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015
18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB
Perubahan pola pemenuhan Setelah dilakukan asuhan Kaji frekuensi dan porsi Mengetahui jumlah
nutrisi berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 makan klien frekuensi dan banyaknya
kurang dari kebutuhan tubuh jam Masukan nutrisi porsi makan klien.
berhubungan dengan mual adekuat dengan kriteria Sajikan makanan dalam Agar klien dapat berselera
dan anoreksia ditandai hasil keadaan hangat, menarik, makan.
dengan - Porsi makan habis. bervariasi, namun tetap
DS : - Mual berkurang bahkan sesuai dengan diet rendah
- Sebelum Sakit
hilang. garam.
Keluarga pasien
- Tidak terjadi penurunan
mengatakan pasien makan
berat badan. Anjurkan agar tidak Mencegah sekresi asam
biasa 3x sehari dengan
Rina mengkonsumsi makan yang lambung yang berlebihan.
porsi sedang dengan sayur
terlalu panas, dingin, terlalu
dan lauk seperti tempe dan
pedas, atau terlalu asam.
tahu. Keluarga pasien
mengatakan pasien minum Anjurkan klien makan Agar pencernaan tidak
2 – 3 gelas air putih dan dengan porsi sedikit tapi langsung bekerja terlalu
teh setiap harinya. sering dan tingkatkan porsi keras dan makanan yang
- Keluarga pasien makan secara bertahap. masuk dapat ditolerir
mengatakan pasien tidak Kolaborasi dengan dokter Dengan hilangnya mual dan
mau makan ( nafsu makan dalam mengatasi mual dan muntah maka nafsu makan
berkurang ) ± 2 minggu, muntah. dapat meningkat.
- Keluarga pasien Rina Rina
mengatakan pasien b.a.b
cair saat masuk rumah
sakit,
- Selama Sakit
Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak
mau makan, Keluarga
pasien mengatakan pasien
hanya makan 3-4 sendok
bubur yang diberikan gizi
dari rumah sakit, Pasien
mengatakan pasien minum
1
/2 gelas air putih.
DO : Pasien terpasang
infus D5 Tpm 15 Tpm
Rina
Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015
18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB
Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan asuhan Ciptakan lingkungan yang Agar klien dapat tidur
kebutuhan tidur keperawatan selama 3 x 24 tenang dan batasi jumlah dengan baik dan tidak
berhubungan dengan jam Kebutuhan tidur klien pengunjung terutama saat mengganggu tidur klien.
dyspneu noktural ditandai terpenuhi dengan kriteria jam tidur klien.
dengan hasil Atur posisi klien pada saat Dengan posisi yang
DS : Klien dapat tidur dengan akan tidur senyaman mengenakkan, klien dapat
- Pasien mengatakan tenang. mungkin. lebih rileks dan tidak
sesak nafas saat Klien dapat tidur dengan gelisah.
berbaring nyenyak dengan jumlah jam Buat jadwal tindakan Agar tidak mengganggu
- Keluarga pasien tidur 7 - 8 jam per hari. sedemikian rupa agar tidak tidur klien.
mengatakan pasien tidak Klien terlihat segar. mengganggu tidur klien
mau tidur, Rina Bila tindakan dilakukan saat Agar klien tidak terbangun.
- Keluarga pasien klien sedang tidur, Rina
mengatakan pasien lakukanlah dengan hati –
selama di rumah sakit hati .
pasien tidak mau tidur Rina
dan hanya ingin duduk
saja tetapi pasien
biasanya dapat tertidur
1-2 jam saat malam hari,
- Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak
pernah tidur siang.
DO :
- Keadaan umum : lemah
- Tingkat kesadaran :
composmentis
Rina
F. Implementasi dan Evaluasi
Waktu Implementasi Evaluasi Paraf
6 Januari 2015 Mengkaji pola nafas dan frekuensi S : Pasien mengatakan sesak nafas, Rina
19.00 WIB
respirasi. pasien mengatakan nyeri pada dada,
Meninggikan tempat tidur dengan posisi pasien mengatakan batuk
fowler. O:
Mengelola pemberian O2 sesuai RR : 45 X/menit
kebutuhan 4 ltr/menit Terpasang O2 kanul binasal 4ltr/menit
Membimbing klien latihan nafas dalam ; Pendengaran pasien menurun
dengan cara menarik nafas dalam melalui sehingga pasien susah untuk
hidung dan menghembuskan secara mengikuti latihan nafas dalam.
perlahan melalui mulut. A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjut intervensi mengelola
pemberian O2 4ltr/menit
6 Januari 2015 Mengistirahatkan / bedrest secara fisik S : Pasien mengatakan tidak mau Rina
21.00 WIB
dan mental tidur, pasien mengatakan kalau tidur
Menciptakan lingkungan yang tenang dan sesak nafas.
batasi jumlah pengunjung terutama saat
jam tidur klien. O:
Mengatur posisi klien pada saat akan tidur Memotivasi pasien untuk tidur, Saat di
senyaman mungkin. observasi pasien semalaman tidak
tidur tetapi hanya duduk.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
7 Januari 2015 Mengkaji frekuensi dan porsi makan klien S : Keluarga pasien mengatakan Rina
06.30 WIB
Menganjurkan klien makan dengan porsi nafsu makan berkurang yaitu pasien
sedikit tapi sering dan tingkatkan porsi hanya habis 3-4 sendok diit cair
makan secara bertahap. O : Memotivasi pasien untuk
menghabiskan makanannya
A : Masalah teratasi sebagian
P : observasi pola makan
7 Januari 2015 Mengelola pemberian injeksi ranitidine 50 S : Pasien mengatakan sakit perut Rina
16.30 WIB
mg/12 jam dan kalnex 250 mg O : Injeksi ranitidine 50 mg
Injeksi kalnex 250 mg
A : Tujuan tercapai
P : lanjut intervensi
Daftar Pustaka

Baradero, M dkk. 2008. Klien gangguan kardiovaskuler. Jakarta: EGC

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.

Guyton hall. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran ed.2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzane C. & Brennda G Bare. 2002. Keperawatan edikal bedah. Jakarta: EGC

You might also like