You are on page 1of 39

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf
dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil
pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sistem saraf
termasuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer (sistem saraf tepi).
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan
sistem saraf perifer terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf
otonom.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan anatomi fisiologi dari embrio sampai dewasa?
2. Jelaskan sel-sel sistem saraf?
3. Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem saraf?
4. Jelaskan mekanisme penghantar implus pada sistem saraf?
5. Jelaskan bagian dan fungsi pada lapisan otak?
6. Jelaskan istilah ganglion dan post ganglion?
7. Jelaskan mengenai plexus nerve?
8. Jelaskan mekanisme pengaturan sistem saraf pada berbagai sistem
organ?
9. Jelaskan pengeluaran cairan serebrovaskuler?
10. Jelakan mekanisme kerja simpatis dan parasimpatis?
11. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sistem saraf
pada janin, anak dan dewasa?

1
C. Tujuan

Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari embrio sampai dewasa


2. Untuk mengetahui sel-sel pada sistem saraf
3. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem saraf
4. Untuk mengetahui mekanisme penghantar implus pada sistem saraf
5. Untuk mengetahui bagian dan fungsi pada lapisan otak
6. Untuk mengetahui istilah ganglion dan post ganglion
7. Untuk mengetahui plexus nerve
8. Untuk mengetahui mekanisme pengaturan sistem saraf pada berbagai
sistem organ
9. Untuk mengetahui pengeluaran cairan serebrovaskuler
10. Untuk mengetahui mekanisme kerja simpatis dan parasimpatis
11. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
sistem saraf pada janin, anak dan dewasa

Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini,diharapkan dapat memberikan manfaat
positif bagi mahasiswa,antara lain sebagai berikut:

1. Diharapkan dapat menjadikan manusia lebih mementingkan


kesehatannya dahulu dimbandingkan pekerjaannya.
2. Diharapkan manusia dapat menyikapi diri terhadap kemajuaan system
kesehatan sebagai tuntunan di era gelobalisasi seperti saat ini.

D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi fisiologi embrio sampai dewasa
2. Mahasiswa dapat mengetahui sel-sel pada sistem saraf
3. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi sistem saraf

2
4. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme penghantar implus pada
sistem saraf
5. Mahasiswa dapat mengetahui bagian dan fungsi pada sistem saraf
6. Mahasiswa dapat mengetahui istilah saraf ganglion dengan post
ganglion
7. Mahasiswa dapat mengetahui plexus nerve
8. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengaturan sistem saraf
pada berbagai sistem organ
9. Mahasiswa dapat mengetahui pengeluaran cairan serebrovaskuler
10. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja simpatis dan
parasimpatis
11. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan sistem saraf pada janin, anak dan dewasa

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Dari Embrio Sampai Dewasa


1. Anatomi fisiologi janin dan neonatus
a. Janin
1) Usia dalam minggu lazim digunakan untuk menyatakan
status perkembangan embrio
2) Selama 8 minggu pertama, terminologi embrio digunakan
terhadap perkembangan organisme.
3) Setelah 8 minggu, terminologi janin digunakan oleh karena
sebagian besar organ sudah dibentuk dan telah masuk ke
dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan lanjut.
a) Kardiovaskuler
Jantung manusia mulai berdenyut selama
seminggu ke empat setelah fertilisasi berdenyut 65 kali
permenit meningkat sesuai pertumbuhan janin sampai
140 kali permenit pada saat lahir. Sel-sel darah merah
berinti mulai dibentuk dalam yolksac dan mesotel
plasenta sekitar minggu ketiga.
Minggu berikutnya di hasilkan sel-sel darah
merah tidak berinti oleh mesenkim dan endotel
pembuluh darah janin. Minggu keenam hepar
membentuk sel-sel darah. Bulan ketiga limpa dan
jaringan limpoid lainnya sampai akhirnya diambil alih
oleh sumsum tulang. Pada kehamilan 15 minggu semua
sel darah merah mengandung HbF. Ada kehamilan 36
minggu, terdapat 70% HbF dan 30% HbA. HbF
memiliki kemampuan meningkat oksigen lebih besar
dari pada HbA.

5
b) Respirasi

Kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk


dan paru-paru sudah memiliki kemampuan untuk
melakukan pertukaran gas. Aterm, sudah terbentuk 3
sampai 4 generasi alveoulus.

Tekana persial 02(PO2) darah janin ˂ darah ibu,


namun oleh karena darah janin mengandung banyak
HbF maka saturasi oksigen janin yang ada sudah dapat
mencukupi kebutuhan inhibisi pernafasan sampai
bulan-bulan terakhir mencegah terisinya paru-paru
dengan debris dan mekonium yang diekresikan oleh
saluran pencernaan kedalam cairan amnion.

c) Neurologic

Sistem saraf yang melibatkan korteks serebral


tetap belum berkembang bahkan saat lahir. Mielinisasi
dari traktus-traktus major SSP menjadi sempurna
setelah mendekati satu tahun kehidupan postnatal.

d) Gastrointestinal
Sampai pertengahan kehamilan janin mencerna
dan menyerap sejumlah besar cairan amnion, dan
selama akhir bulan kedua sampai ketiga, fungsi
gastrointestinal mendekati fungi bayi baru lahir.
Gartrointestinal dan diekresikan dalam usus kedalam
cairan amnion.
Mekonium terdiri dalam hasil mukosa
gastrointestinal dan kelenjar-kelenjar dan sebagian lagi
terdiri dari zat sisa-sisa cairan amnion yang tidak
terserap.

6
Sebagian cairan amnion yang di telan berikut
materi seluler yang terkandung di dalamnya melalui
aktifitas enzymatic dan bacteri di rubah menjadi
mekonium. Mekonium tetap berada di dalam usus
kecuali bila terjadi hipoksia hebat yan menyebabkan
kontraksi otot usus sehingga mekonium keluar
bercampur cairan ketuban. Pada janin hepar berperan
sebagai tempat penyimpanan glikogen dan zat besi
proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan
glukosa yang memadai dalam hepar belum terjadi saat
kehidupan neonatus. Proses glukoronidasipada
kehidupan awal neonatus sngat terbatas sehingga
bilirubin tak dapat langsung di konjunggasi menjadi
empedu. Setelah hemolisis fisiologis pada awal
neonatus atau adanya hemolisis patologis pada
isoimunisasi neonatus dapat terjadi kern icterus.

e) Ginjal
Urinisasi normal terjadi secara in utero.
Pembentukan urin di mulai pada minggu 9 sampai 12.
Pada kehamilan 32 minggu, produksi urin mencapai 12
mili perjam saat atrm 28 mili perjam.
Sistem control keseimbangan cairan elektrolit
asam basa hampir tidak terdapat sampai pertengahan
kehidupan janin dan tidak mencapai sempurna sampai
bulan-bulan terakhir plasenta, paru-paru dan ginjal
maternal dalam keadaan normal akan mengatur
keseimbangan air dan elektrolit pada janin. Urin janin
adalah komponen utama dari cairan amnion.

7
f) Sistem endokrin

Tiroid adalah kelenjar endokrin pertama yang


terbentuk pada janin pangkreas terbentuk pada minggu
kedua belas dan insulin di hasilkan oleh sel b pancreas.
Janin memproduksi TSH sejak minggu keempat belas
yang menyebabkan T3 dan T4.

g) Sistem imunologi
Sejak minggu ke 20 respon imunologi pada
janin di perkirakan mulai terjadi, respon janin di bantu
dengan transfer antibody maternal dalam bentuk
perlindungan pasit yang menetap sampai beberapa saat
pasca persalinan. Limpa persalinan menghasilkan 1gG
dan 1gM. Pembentukan 1gG semakin meningkat 3-4
minggu pasca persalinan. Perbandingan antara 1gG dan
1gM. Penting untuk menentukan ada tidaknya infeksi
uterin.
h) Intrauterin
Pembentukan janin ditentukan PERFUSI dan
fungsi plasante. Ganguan gizi manahun dapat
menyebabkan terjadinya ANEMIA dan BBLR berat
badan lahir rendah. Bila terjadi hipoksia, janin
memperoleh energy melalui GLIKOLISI anerobik yang
berasal dari cadangan dalam otot jantung dan plasenta.
b. BBL
1) Respirasi
Pencetus bagi janin untuk memulai bernafas di awali
dengan proses pernafasan tiba-tiba dengan dunia luar,
kemudian sedikit terjadi asfiksia, juga impuls sensori dari
perdinginan kulit yang tiba-tiba. Tetapi bila bayi tidak
segera bernafas sehingga timbul hipoksia dan hiperkapnea

8
akan memberikan stimulus tambahan pada pusat
pernafasan.
Rangsangan untuk gerakan nafas bayi, pertama-tam
adalah : tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan
lahir, penurunan Pa02 dan peningkatan PaCO2 merangsang
kemoreseptor pada sinus karotikus, rangsangan dingin di
daerah muka akan merangsang permulaan gerakan. Bayi
rata-rata akan bernafas 30 detik setelah kelahiran dengan
kecepatan nafas 40 kali permenit.

2) Kardiovaskuler

Pada saat paru-paru berkembangan O2 alveoli


meningkat dan resistensi pembuluh darah paru menurun,
sehingga terjadi peningkatan aliran darah. Darah dari arteri
pulmonalis mengalir ke paru dan duktus arteriosus
menutup.

Perubahan mendadak dari kehidupan intrauterine ke


ekstra uterine memerlukan penyesuaian sirkulasi neonatus
berupa pengalihan aliran darah dari paru, penutupan nuktus
arteriosus botali dan poramen ovale serta obliterasi ductus
venosus aranti dan vasa umbilikalis. Dilatasi vasa pulmonal
dan terbentuknya sirkulasi pulmonal.
Curah jantung rata-rata 550 ml permenit, sekitar dua
kali lebih besar duhubungkan dengan berat badan seperti
orang dewasa, jumlah lima kali lebih banyak dari jumlah
normal orang dewasa.

3) Gastrointentinal

Pada traktus digestipus neonatus, mengandung zat


berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari

9
mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya 10 jam pertama dan dalam 4 hari
biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Secara
umum kemampuan bayi varu lahir untuk mencerna
menyerap menetabolisir makanan tidak berbeda dengan
anak yang lebih tua, kecuali:

a) Sekresi amilasi pancreas bayi baru lahir kurang


b) Penyerapan lemak belum sempurna
c) Fungsi hepar belum sempurna

4) Hepar
Fungsi hepar yang belum sempurna ini akan
mempengaruhi:
a) Hepar pada bayi baru lahir kurang pembentukan protein
plasma
b) Fungsi glukoneogenesis hepar terutama sangat kurang
c) Fungsi pembentukan koagulasi darah kurang
d) Sedikit ekresi bilirubin selama beberapa hari pertama
kehidupan

5) Ginjal dan metabolisme

Tubuh bayi baru lahir relatif lebih banyak air dan


kadar natrium lebih besar dari pada kalium.

Luas permukaan neonatus relatif lebih besar dari


pada orang dewasa sehingga metabolisme basal perK gBB
lebih besar. Kecepatan asupan dan ekresi cairan pada bayi
adalah 7 kali lebih besar dalam hubungannya dengan berat
badan seperti pada orang dewasa yang berarti perubahan
sedikit saja pada keseimbangan cairan dapat menimbulkan
abnormalitas.

10
Kecepatan metabolisme bayi 2 kali lebih besar
dalam hubungannya dengan masa tubuh orang dewasa
perkembangan ginjal belum sempurna pada akhir bulan
pertama pada kehidupan sehingga bayi baru lahir hanya
dapat.

6) Fungsi neurologi
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama adalah
subkortikal. Stelah lahir jumlah cairan otak menurun
sedangkan lemak dan protein meningkat.
Jaras-jaras utama pada sistem saraf pusat tidak
bernielisasi dengan sempurna sampai akhir tahun kehidupan
pertama.
Pada saat lahir ukuran otak hanya sekedar 26% dari
ukuran orang dewasa dan 55% usia 1 tahun. Hal ini
berhubungan dengan penutupan pontanela dan sutural pada
tengkorak, yang memungkinkan hanya 20% penambahan
otak di atas dua tahun pertama.

7) Pencernaan
Nutrisi pada bayi baru lahir segera lahir, jumlah
glukosa hanya cukup mensuplai kebutuhan bayi dalam
beberapa jam saja. Simpangan lemak dan protein untuk
metabolisme tersedia sampai susu ibu tersedia dua sampai
tiga hari berikutnya. Sedangkan fungsi hepar belum adekuat
sehingga mencegah proses glukoneogenesis. Oleh karena it
konsentrasi glukosa darah bayi seringkali turun pada hari-
hari pertama 30-40 mgr/dl kurang dari setengah nilai
normal kebutuhan kalsium dan vitamin D dibutuhkan akibat
bayi baru lahir berada pada tahap osifikasi tulang yang
sangat cepat.

11
B. Sel-Sel Sistem Saraf
Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
terpanjang sitoplasma.
1. Badan sel, atau perikarion, suatu neuron mengendalikan
metabolisme keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari komponen
berikut:
a. Satu nukleus tunggal, nukleolus yang menonjol, dan organel lain
seperti kompleks golgi dan mitokondria, tetapi nukleus ini tidak
memiliki sentriol dan dapat bereplikasi.
b. Badan nissl, terdiri dari retikulum endoplasma kasar dan
ribosom-ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.
c. Neurofibril, yaitu neurofilamenatau neurotubulus yang dapat
dilihat melalui mikroskop cahaya jika di beri pewarna dengan
perak.
2. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang.
Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
a. Permukaan dendrit penuh dengan spina dendrit yang
dikhususkan untuk berhubungan neuron lain.
b. Neurofibril dan badan nissl memanjang ke dalam dendrit.
3. Akson adalah tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih panjang
daripada dendrit), berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf
meninggalkan badan sel saraf ke neuron atau jaringan lainnya.
Jumlah akson biasanya hanya satu pada setiap neuron.
4. Nukleus adalah inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur
kegiatan sel saraf (neuron).

12
C. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf
dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil
pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sistem saraf
sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan
makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah
kemampuan menanggapi rangsangan.
Sistem saraf termasuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer
(sistem saraf tepi). Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang dan sistem saraf perifer terdiri atas sistem saraf somatik dan
sistem saraf otonom. Sistem saraf mempunyai tiga fungsi utama, yaitu
menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau stimulus; memproses
informasi yang diterima; serta memberi tanggapan (respon) terhadap
rangsangan.

1. Struktur Saraf

Sistem saraf pada manusia terdiri dari sel saraf yang biasa
disebut dengan neuron dan sel gilial. Neuron berfungsi sebagai alat
untuk menghantarkan impuls (rangsangan) dari panca indra menuju
otak dan kemudian hasil tanggapan dari otak akan dikirim menuju
otot. Sedangkan sel gilial berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada
neuron.

(a) Sel Saraf (Neuron)


Unit terkecil penyusun sistem saraf adalah sel saraf atau
bisa juga disebut neuron. Sel saraf adalah sebuah sel yang
berfungsi untuk menghantarkan impuls (rangsangan). Setiap satu
sel saraf (neuron) terdiri atas tiga bagian utama yang berupa
badan sel saraf, dendrit, dan akson. Berikut adalah gambar dan
bagian-bagian struktur sel saraf (neuron) beserta penjelasannya:

13
(1) Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-
cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit
berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke
badan sel.
(2) Badan Sel adalah bagian yang paling besar dari sel saraf.
Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit
dan meneruskannya ke akson. Badan sel saraf mengandung
inti sel dan sitoplasma.
(3) Nukleus adalah inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur
kegiatan sel saraf (neuron).
(4) Neurit (Akson) adalah tonjolan sitoplasma yang panjang
(lebih panjang daripada dendrit), berfungsi untuk
menjalarkan impuls saraf meninggalkan badan sel saraf ke
neuron atau jaringan lainnya. Jumlah akson biasanya hanya
satu pada setiap neuron.
(5) Selubung Mielin adalah sebuah selaput yang banyak
mengandung lemak yang berfungsi untuk melindungi akson
dari kerusakan. Selubung mielin bersegmen-segmen.
Lekukan di antara dua segmen disebut nodus ranvier.
(6) Sel Schwann adalah jaringan yang membantu menyediakan
makanan untuk neurit (akson) dan membantu regenerasi
neurit (akson).
(7) Nodus ranvier berfungsi untuk mempercepat transmisi
impuls saraf. Adanya nodus ranvier tersebut memungkinkan

14
saraf meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain, sehingga
impuls lebih cepat sampai pada tujuan.
(8) Sinapsis adalah pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel
saraf satu dan ujung dendrit di sel saraf lainnya. Pada setiap
sinapsis terdapat celah sinapsis. Pada bagian ujung akson
terdapat kantong yang disebut bulbus akson. Kantong
tersebut berisi zat kimia yang disebut neurotransmiter.
Neurotransmiter dapat berupa asetilkolin dan kolinesterase
yang berfungsi dalam penyampaian impuls saraf pada
sinapsis.
Sel-sel saraf (neuron) bergabung membentuk jaringan
saraf. Ujung dendrit dan ujung akson lah yang menghubungkan
sel saraf satu dan sel saraf lainnya. Menurut fungsinya, ada tiga
jenis sel saraf yaitu:
a. Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi
menerima rangsang yang datang kepada tubuh atau panca
indra, dirubah menjadi impuls (rangsangan) saraf, dan
meneruskannya ke otak. Badan sel saraf ini bergerombol
membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya panjang.
b. Sel saraf motorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi
untuk membawa impuls saraf dari pusat saraf (otak) dan
sumsum tulang belakang menuju otot. Sel saraf ini
mempunyai dendrit yang pendek dan akson yang panjang.
c. Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang banyak terdapat
di dalam otak dan sumsum tulang belakang. Neuron (sel
saraf) tersebut berfungsi untuk menghubungkan atau
meneruskan impuls (rangsangan) dari sel saraf sensorik ke sel
saraf motorik.

(b) Sel Glial


Sel Glial berfungsi diantaranya untuk memberi nutrisi
pada sel saraf. Macam-macam neuroglia diantaranya adalah
astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan makroglia.

15
2. Sistem Saraf Pusat
Pusat saraf berfungsi memegang kendali dan pengaturan
terhadap kerja jaringan saraf hingga ke sel saraf. Sistem saraf pusat
terdiri atas otak besar, otak kecil, sumsum lanjutan (medula
oblongata), dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Otak
terletak di dalam tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang
belakang terletak di dalam ruas-ruas tulang belakang.
Tiga materi esensial yang ada pada bagian sumsum tulang
belakang serta otak antara lain, yaitu:
a. Substansi grissea atau bagian materi kelabu yang terbentuk dari
badan sel.
b. Substansi alba atau bagian materi putih yang terbentuk dari
serabut saraf.
c. Jaringan ikat atau sel-sel neuroglia yang ada di dalam system
saraf pusat tepatnya di antara sel-sel saraf yang ada.
Selain itu, pada sistem saraf pusat terdapat juga Jembatan
varol yang tersusun atas serabut saraf yang menghubungkan otak
kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dengan
sumsum tulang belakang. Jembatan varol berfungsi menghantarkan
rangsang dari kedua bagian serebelum.

a. Otak Besar
Otak besar wujudnya kenyal, lunak, ada banyak lipatan,
serta berminyak. Otak besar dikelilingi oleh cairan serebrospinal
yang berfungsi memberi makan otak dan melindungi otak dari
guncangan. Di dalam otak besar terdapat banyak pembuluh darah
yang berfungsi memasok oksigen ke otak besar.
Bila otak besar pada laki-laki beratnya kira-kira 1,6 kg
sedangkan bagi perempuan berat otak besar yang di miliki kira-
kira adalah 1,45 kg. Jadi otak laki-laki yang lebih berat
dikarenakan ukurannya yang juga lebih besar di bandingkan
dengan otak wanita. Namun kecerdasan yang dimiliki masing-
masing orang baik laki-laki maupun perempuan tidak tergantung
dengan berat otak yang mereka miliki. Tapi yang mengukur dan
menentukn tingkat kecerdasan yang ada pada otak yaitu yang

16
jumlah hubungan antar saraf satu dengan lainnya itu dalam
jumlah banyak.

b. Otak Kecil
Otak Kecil terletak di bagian belakang kepala dan dekat
leher. Fungsi utama otak kecil adalah sebagai pusat koordinasi
gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi
tubuh. Jika terjadi rangsangan yang membahayakan, gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil
merupakan pusat keseimbangan. Apabila terjadi gangguan
(kerusakan) pada otak kecil maka semua gerakan otot tidak dapat
dikoordinasikan.

c. Sumsum Lanjutan
Sumsum lanjutan (sumsum sambung) atau medula
oblongata terletak di persambungan antara otak dengan tulang
belakang. Fungsi sumsum lanjutan adalah untuk mengatur suhu
tubuh, kendali muntah, pengatur beberapa gerak refleks (seperti
batuk, bersin, dan berkedip), dan pusat pernapasan. Selain itu,
sumsum lanjutan berperan untuk mengantarkan impuls yang
datang menuju otak. Sumsum sambung pun mempengaruhi
refleks fisiologi, seperti jantung, tekanan darah, volume, respirasi,
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.

d. Sumsum Tulang Belakang


Sumsum tulang belakang atau medula spinalis berada di
dalam tulang belakang. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi
dua lapisan, yaitu lapisan luar yang berwarna putih dan lapisan
dalam yang berwarna kelabu. Sumsum tulang belakang dilindungi
oleh tulang belakang atau tulang punggung yang keras. Tulang
punggung terdiri dari 33 ruas. Fungsi utamanya adalah sebagai
pusat gerak refleks.
Di dalam sumsum tulang belakang, terdapat saraf
sensorik, motorik, dan saraf penghubung. Fungsi saraf-saraf
tersebut adalah sebagai pengantar impuls dari otak dan ke otak.
Sumsum tulang belakang memiliki fungsi penting dalam
tubuh. Fungsi tersebut antara lain menghubungkan impuls dari
saraf sensorik ke otak dan sebaliknya, menghubungkan impuls

17
dari otak ke saraf motorik; memungkinkan menjadi jalur
terpendek pada gerak refleks.
Skema gerak biasa adalah: impuls (rangsangan) > saraf sensorik >
otak > saraf motorik > otot > gerakan
Skema gerak refleks adalah: impuls (rangsangan) > saraf sensorik
> sumsum tulang belakang > saraf motorik > otot > gerak refleks

D. Mekanisme Hantaran Implus Pada Sistem Saraf


Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel
penyokong (neuroglia dan Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian
erat berikatan dan terintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama
berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat
(SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan
medula spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari neuron aferen dan eferen
sistem saraf somatis dan neuron sistem saraf autonom (viseral). Otak
dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon,
dan mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan
tunggal yang memanjang dari medula oblongata melalui foramen
magnum dan terus ke bawah melalui kolumna vertebralis sampai setinggi
vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31
pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah pada sistem
saraf pusat dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan
arteria karotis interna, yang cabang-cabangnya akan beranastomose
membentuk sirkulus arteriosus serebri Wilisi. Aliran venanya melalui
sinus dura matris dan kembali ke sirkulasi umum melalui vena jugularis
interna. (Wilson. 2005, Budianto. 2005, Guyton. 1997). Membran plasma
dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang
memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi
menghambat ion lainnya. Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak
terstimulasi), ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma menuju cairan jaringan
melalui membran plasma. Permeabilitas membran terhadap ion K+ jauh

18
lebih besar daripada permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar
(efluks) pasif ion K+ jauh lebih besar daripada aliran masuk (influks)
Na+. Keadaan ini memngakibatkan perbedaan potensial tetap sekitar -
80mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma karena bagian
dalam membran lebih negatif daripada bagian luar. Potensial ini dikenal
sebagai potensial istirahat (resting potential). (Snell. 2007). Bila sel saraf
dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan yang
cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+
berdifusi melalui membran plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan
tersebut menyebabkan membran mengalami depolarisasi. Influks cepat
ion Na+ yang diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial aksi,
besarnya sekitar +40mV. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya
berlangsung selama sekitar 5msec. Peningkatan permeabilitas membran
terhadap ion Na+ segera menghilang dan diikuti oleh peningkatan
permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+ mulai mengalir dari
sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke potensial
istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls
saraf. Begitu impuls menyebar di daerah plasma membran tertentu
potensial aksi lain tidak dapat segera dibangkitkan. Durasi keadaan yang
tidak dapat dirangsang ini disebut periode refrakter. Stimulus inhibisi
diperkirakan menimbulkan efek dengan menyebabkan influks ion Cl-
melalui membran plasma ke dalam neuron sehingga menimbulkan
hiperpolarisasi dan mengurangi eksitasi sel. (Snell. 2007)

E. Lapisan Pelindung Otak (Selaput Meninges)

Selaput meninges merupakan jaringan pelindung otak yang


memisahkan otak dengan tulang tengkorak. Meninges tersusun atas unsur
kolagen dan jaringan fibril yang elastis serta terdapat cairan bening yang
disebut caira serebrospinal. Sedangkan sel glia (Neuroglia) merupakan sel
yang berfungsi untuk menyokong dan membantu sel saraf. Neuroglia
berfungsi untuk menyediakan dan mendukung nutrisi, mempertahankan

19
homeostasis (keseimbangan cairan dan eletrolit), membentuk selubung
mielin (bagian sel saraf) dan berpartisipasi dalam transmisi sinyal sistem
saraf.

Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu :

1. Durameter

Durameter merupakan selaput terluar yang tebal dan kuat.


Struktur ini mengandung serabut kolagen elastis, fibrosit, saraf,
pembuluh darah, dan pembuluh limfe. Durameter memiliki fungsi
untuk melindungi otak karena sifatnya yang kuat dan agak lentur.

2. Arachnoid

Membran Arachnoid merupakan lapisan yang terdiri dari


fibrosit berbentuk pipih dan serabut kolagen. Arachnoid memiliki
dua bagian, yaitu bagian yang berhubungan dengan dura meter, dan
bagian yang berhubungan dengan piameter. Arachnoid merupakan

20
struktur yang transparan dengan sel – sel yang kedap air, berfungsi
untuk bantalan sistem saraf pusat.

3. Piameter

Piameter adalah membran yang paling dekat dengan otak.


Piameter merupakan membran tipis, halus dan lembut. Bentuk
piameter berliku – liku mengikuti struktur luar otak. Piameter
disusun oleh sel fibrosit dan sedikit serabut kolagen serta pembuluh
darah yang menembus otak. Piameter dapat juga berfungsi sebagai
penyuplai nutrisi bagi jaringan saraf.

F. Saraf Pre Ganglion Dengan Post Ganglion


1. Saraf pre ganglion adalah simpul saraf sebelum simpul saraf pusat.
2. Saraf postganglion adalah simpul saraf pusat.

Sistem saraf ini di sebut juga dengan sistem saraf kraniosakral


karena saraf prenganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral, efek
antagonis pada dua sistem saraf itu merupakan akibat dari perbedaan
transmiker kimia yang di hasilkan di ujung saraf akan tetapi ujung saraf
serabut postganglion dari sistem saraf simpatik umumnya menyekresikan
noradrenalin sedangkan ujung saraf serabut postganglion dari sistem saraf
parasimpatik umumnya mengeluarkan asetilkolin.

G. Plexux Nerve
Sebuah pleksus saraf adalah pleksus (jaringan bercabang) dari
saraf yang berpotongan. Sebuah pleksus saraf terdiri dari serat aferen dan
eferen yang timbul dari penggabungan rami anterior saraf tulang belakang
dan pembuluh darah. Ada lima pleksus saraf tulang belakang, kecuali di
daerah toraks, dan juga bentuk pleksus otonom lainnya, yang banyak
merupakan bagian dari sistem saraf enterik. Saraf yang timbul dari
pleksus memiliki fungsi sensorik dan motorik. Fungsi ini meliputi
kontraksi otot, pemeliharaan koordinasi dan pengendalian tubuh, dan

21
reaksi terhadap sensasi seperti panas, dingin, nyeri, dan tekanan. Ada
beberapa pleksus di dalam tubuh, termasuk:

Spinal Plexuses
Cervical plexus - melayani kepala, leher dan bahu
Pleksus brakialis - melayani dada, bahu, lengan dan tangan
Lumbar pleksus - melayani punggung, perut, selangkangan, paha, lutut,
dan betis
Plexus sakral - melayani panggul, pantat, alat kelamin, paha, betis, dan
kaki
Plexus Coccygeal - melayani daerah kecil di atas tulang ekor
Plexuses otonom
Lobak pleksus (pleksus surya) - melayani organ dalam
Pleksus Auerbach (pleksus myenterik) - berfungsi pada saluran
gastrointestinal
Pleksus Meissner (pleksus submukosa) - berfungsi sebagai saluran
gastrointestinal
Pleksus faring nervus vagus - berfungsi langit-langit dan pharynx
Leksus jantung - melayani jantung

22
H. Mekanisme Pengaturan Sistem Saraf Pada Berbagai Sistem Organ
Cara sistem syaraf bekerja benar-benar unik dan kompleks. Ia
bekerja melalui jaringan kompleks neuron, yang merupakan fungsi
dasar sel-sel dari sistem syaraf. Neuron melakukan sinyal atau impuls
antara dua komponen dari sistem syaraf, yaitu pusat dan sistem syaraf

23
perifer. Ada terutama tiga jenis neuron, neuron sensorik, neuron motorik,
dan interneuron. Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls
yang diterima dari alat indera, seperti mata, hidung atau kulit, sistem
syaraf pusat, yaitu, ke otak dan sumsum tulang belakang. Otak pada
gilirannya, memproses rangsangan tersebut dan mengirimkannya kembali
ke bagian lain dari tubuh, memberitahu mereka bagaimana bereaksi
terhadap jenis tertentu dari stimulus. Motor neuron bertanggung jawab
untuk menerima sinyal dari syaraf otak dan tulang belakang, dan
mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh. Di sisi lain, interneuron
berkepentingan dengan membaca impuls, yang diterima dari neuron
sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan. Mereka terutama
ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Selain neuron, sistem
syaraf juga mengandung sel-sel glial, yang mendukung dan memelihara
neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter
untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain.

Sel syaraf dan Sinaps

Impuls dapat dikatakan sebagai “aliran listrik” yang merambat


pada serabut syaraf. Bila sebuah serabut syaraf tidak menghantarkan
impuls dikatakan bahwa serabut syaraf tersebut dalam keadaan

24
istirahat. Impuls dapat dihantarkan melalui sel syaraf sinapsis. Berikut
adalah cara impuls rangsangan dihantarkan:
1. Impuls Melalui Sel Syaraf
Impuls dapat mengalir melalui serabut sysraf karena adanya
perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam
serabut syaraf. Pada saat sel syaraf istirahat, sebelah dalam serabut
syaraf bermuatan negative kira-kira -60 mV, sedangkan di sebelah
luar serabut syaraf bermuatan positif. Keadaan muatan listrik
tersebut diberi nama potensial istirahat, sedangkan membrane
serabut syaraf dalam keadaan polarisasi Jika sebuah impuls
merambat melelui akson, dalam singkat muatan di sebelah dalam
menjadi positif, kira-kira +60 mV dan muatan sebelah luar menjadi
negative. Perubahan tiba-tiba pada potensial istirahat bersamaan
dengan impuls disebut potensial kerja. Pada saat ini terjadi
depolarisasi pada selapit membrane akson. Proses depolarisasi
merambat sepanjang serabut syaraf bersamaan dengan
merambatnya impuls. Akibatnya, muatan negative di sebelah luar
membrane merambat sepanjang serabut syaraf.
Apabila impuls telah lewat, maka sementara waktu serabut
syaraf tidak bisa dilalui oleh impuls karena terjadi perubahan dari
potensial kerja menjadi potensial istirahat. Agar dapat berfungsi
kembali diperlukan waktu kira-kira 1/500 sampai 1/1000 detik
untuk pemulihan.
Rangsangan yang dapat menimbulkan impuls harus sama
atau di atas ambang batas. Rangsangan yang memiliki kekuatan di
bawah ambang batas tidak akan menghasilkan impuls yang dapat
mengubah potensial listrik. Kecepatan merambatnya impuls
pada mamalia tertentu dapat lebih dari 100 meter per detik
sedangkan pada beberapa hewan tingkat rendah kira-kira 0,5 meter
per detik.

25
Ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan rambatan
impuls syaraf yaitu selaput myelin dan diameter serabut syaraf.
Pada serabut syaraf yang bermielin, berpolarisasi hanya terjadi pada
nodus ranvier, sehingga terjadi lompatan potensial kerja, akibatnya
impuls syaraf lebih cepat merambat.

2. Impuls melalui sinapsis


Sinapsis merupakan titik temu antara ujung neurit atau
akson dari suatu neutron dengan ujung dendrite dari neuron lainnya.
Setiap ujung akson membengkak membentuk bonggol sinapsis
(synaptic knob). Pada bonggol sinapsis tersebut terdapat
mitokondria dan gelembung-gelembung sinapsis. Gelembung-
gelembung sinapsis tersebut berisi zat kimia neurotrasmiter yang
berperan penting dalam merambatkan impuls syaraf ke sel syaraf
lain.
Ada berbagai macam neurotransmiter antara lain asetilkolin
yang terdapat pada sinapsis di seluruh tubuh, noradrenalain terdapat
di syaraf simpatetik, dan dopamine serta serotonin terdapat di otak.
Antara ujung borgol sinapsis dengan membrane sel syaraf
berikutnya terdapat celah sinapsis yang dibatasi oleh membran pre-
sinapsis (membrane dari borgol sinapsis) dan membrane post-
sinapsis (membrane dendrite dari sel syaraf berikutnya).
Apabila impuls syaraf pada bonggol sinapsis, maka
gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membrane pre-
sinapasis, kemudian melepaskan isinya yaitu neurotransmitter ke
celah sinapsis. Impuls syaraf dibawa oleh neurotransmitter ini.
Neurotransmiter menyeberang celah sinapsis menuju membran
post-sinapsis. Zat kimia neutrotransmiter ini mengakibatkan
terjadinya depolarisasi pada membran post-sinapsis dan terjadilah
potensial kerja. Ini berarti impuls telah diberikan ke serabut syaraf
berikutnya. Dengan demikian impuls syaraf menyebrangi celah

26
sinapsis dengan cara perpindahan zat kimia, untuk kemudian
dilanjutkan pada sel syaraf berikutnya dengan cara rambatan
potensial kerja.

Neurotransmiter

Apabila neurotransmiter sudah melaksanakan tugas maka


akan diuraikan oleh enzim yang dihasilkan oleh membrane post
sinapsis. Misalnya apabila neurotransmitter berupa asetilkolin maka
enzim yang menghidrolisisnya adalah enzim asetilkolinesterase.
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk
menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.Gerak pada umumnya
terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui
jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak
untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh

27
otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah
yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi
secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol
dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi
kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks
misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan
pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian
diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf
penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor,
yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks.
Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf
penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak
mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks
sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam
sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

Lengkung refleks

28
Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial),
yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang
belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang
belakang. Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
2. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
3. Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf
nomor 5, 7, 9, dan 10.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher,
kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah
toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf
otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka
nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan
saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf
gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang
dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5
pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang
saraf ekor. Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat
saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai
berikut.

 Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang


mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
 Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
 Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul
dan kaki.

29
Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal
dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ
yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan
masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga
membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal
ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada
ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik
dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf
simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf
simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang
belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga
mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu
berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari
keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah
dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.

Gerak yang disadari dan Gerak Reflek


Gerak merupakan salah satu aktifitas tubuh yang dapat
digunakan untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh syaraf.
Seringkali dalam kehidupan sehari-hari hewan melakukan gerakan
yang disadari maupun yang tidak disadari. Berjalan, makan
merupakan gerakan yang disengaja. Gerakan yang dilakukan
dengan kesadaran disebut gerak biasa atau gerak sadar. Adapun
gerakan yang dilakukan tanpa disadari, misalnya berkedip dan
bernapas disebut gerak reflex. Pada dasarnya gerak reflex

30
merupakan bagian dari mekanisme pertahanan pada tubuh dan
prosesnya lebih cepat dari gerak sadar.

Mekanisme fungsi syaraf yang disederhanakan

Impuls pada gerakan biasa atau gerakan yang disadari


melalui perjalanan yang berbeda dengan gerakan reflex. Pada gerak
biasa impuls yang diterima oleh reseptor berjalan ke syaraf sensori,
selanjutnya dibawa ke otak untuk di olah. Hasil olahan di otak
berupa tanggapan akan dibawa oleh syaraf motor menuju ke
efektor.
Pada Gerak reflex impuls syaraf melalui jalan yang lebih
pendek yaitu diawali dengan reseptor sebagai penerima rangsangan
kemudian dibawa oleh syaraf sensori ke pusat syaraf. Impuls
tersebut selanjutnya diterima sel syaraf penghubung (neuron

31
perantara) tanpa diolah oleh otak, kemudian tanggapan di kirim
oleh syaraf motor menuju efektor. Jalannya impuls pada suatu
kegiatan reflex disebut lengan reflex. Berdasarkan letak syaraf
penghubungnya, gerak reflex dibedakan menjadi reflex otak dan
reflex sumsum tulang belakang. Disebut reflex otak apabila syaraf
penghubungnya terletak di dalam otak misalnya reflex pupil mata
yang membesar atau mengecil sebagai respon terhadap perubahan
intesitas cahaya. Disebut reflex sumsum tulang belakang apabila
syaraf penghubungnya terletak di dalam sumsum tulang belakang,
misalnya reflex pada lutut.

Mekanisme Gerak Reflek

I. Pengeluaran Cairan Serebrovaskuler


Sistem serebrovaskular memberi otak aliran darah yang banyak
mengandung zat makanan yang penting bagi fungsional otak. Terhentinya
aliran darah serebrum atau Cerebrum Blood Flow (CBF) selama beberapa
detik saja akan menimbulkan gejala disfungsi serebrum. Apabila berlanjut
selama beberapa detik, defisiensi CBF menyebabkan kehilangan

32
kesadaran dan akhirnya iskemia serebrum. CBF normal adalah sekitar
50ml/100gram jaringan otak/menit. Pada keadaan istirahat otak menerima
seperenam curah jantung; dari aspek aspirasi oksigen, otak menggunakan
20% oksigen tubuh.

Empat arteri besar menyalurkan darah ke otak: dua arteri karotis


interna dan dua arteri vertebralis (yang menyatu dengan arteri basilaris
untuk membentuk sistem vertebrobasilar). Darah arteri yang menuju ke
otak berasal dari arkus aorta. Secara umum, arteri-arteri serebrum bersifat
penetrans atau konduktans. Arteri-arteri konduktans (karotis, serebri
media dan anterior, vertebralis, basilaris, dan serebri posterior) serta
cabang-cabangnya membentuk suatu jaringan yang ekstensif di
permukaan otak. Secara umum, arteri karotis dan cabang-cabangnya
memperdarahi bagian terbesar dari hemisfer serebrum, dan arteri
vertebralis memperdarahi dasar otak dan serebelum. Arteri-arteri
penetrans adalah pembuluh yang menyalurkan makanan dan berasal dari
arteri-arteri konduktans. Pembuluh-pembuluh ini masuk ke otak dengan
sudut tegak lurus serta menyalurkan darah ke struktur- struktur yang
terletak di bawah korteks (talamus, hipotalamus, kapsula interna, dan
ganglia basal) Sirkulasi kolateral dapat terbentuk secara perlahan-lahan
apabila terjadi penurunan aliran darah normal ke suatu bagian. Sebagian
besar sirkulasi kolateral serebrum antara arteri-arteri besar adalah melalui
Sirkulus Wilisi. Efek sirkulasi kolateral ini adalah menjamin
terdistribusinya aliran darah ke otak. Kolateral-kolateral ini hanya
berfungsi bila rute lain terganggu , Substansia grisea otak memiliki laju
metabolisme jauh lebih tinggi daripada di substansia alba, maka jumlah
kapiler dan aliran darah juga empat kali lebih besar

33
J. Mekanisme Kerja Simpatis Dan Parasimpatis
1. Saraf Simpatik
Saraf Simpatik merupakan saraf yang berpangkal pada
sumsum tulang belakang di daerah dada dan juga pinggang. Saraf
Simpatik adalah bagian dari sistem saraf otonom yang cenderung
bertindak berlawanan terhadap sistem saraf parasimpatik dan
umumnya berfungsi untuk memacu dan mempercepat kerja organ-
organ tubuh manusia, contohnya mempercepat detak jantuk dan
menyebabkan kontrasi pembuluh darah. Sistem ini mengatur fungsi
kelenjar keringat dan merangsang sekresi glukosa dalam hati. Sistem
saraf simpatik diaktifkan terutama dalam kondisi stres. Sistem saraf
simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan
ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf
yang terdapat di sumsum tulang belakang.

Berikut ini Fungsi dari sistem saraf Simpatik secara lengkap :

 Mempercepat denyut jantung


 Mempersempit diameter pembuluh darah
 Memperlambat proses pencernaan
 Memperkecil bronkus
 Menurunkan tekanan darah
 Memperlambat gerak peristaltis
 Memperlebar pupil
 Menghambat sekresi empedu
 Menurunkan sekresi ludah
 Meningkatkan sekresi adrenalin.

2. Saraf Parasimpatik
Saraf parasimpatik merupakan saraf yang berpangkal pada
sumsum lanjutan (medula oblongata) dan dari sakum yang merupakan

34
saraf pre-ganglion dan post-ganglion. sistem saraf ini di sebu juga
dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari
daerah otak dan daerah sakral. Fungsi dari saraf Parasimpatik
umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh. Susunan saraf
parasimpatik berupa jaring- jaring yang berhubung-hubungan dengan
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke
organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.

Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan


dengan Fungsi sistem saraf Simpatik. contohnya pada sistem saraf
simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada
sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.
sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut
jantung, Untuk Lebih jelasnya mari kita langusng lihat Fungsi dari
sistem saraf Parasimpatik berikut ini.

 Menghambat denyut jantung


 Memperlebar diameter pembuluh darah
 Mempercepat proses pencernaan
 Memperlebar bronkus
 Menaikkan tekanan darah
 Mempercepat gerak peristaltis
 Mempersempit pupil
 Mempercepat sekresi empedu
 Menaikkan sekresi ludah
 Meninurunkan sekresi adrenalin.

3. Perbedaan Saraf Simpatik dan Parasimpatik


Perbedaan anatar saraf simpatik dan parasimatik terletak pada
posisi ganglion, saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang
sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,sedangkan saraf

35
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu


berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari
keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah
dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.

Pada saraf simpatik dan saraf Parasimpatik juga terdapat


penghubung antara sistem saraf pusat dan efektor, yang dinamakan
gangion. Gangion saraf simpatik berada dekat dengan sumsum tulang
beakang. Serabut praganglion saraf simpatik berukuran pendek,
sementara serabut pasca gangionnya berukuran panjang. Sebaliknya,
saraf parasimpatik memiliki serabut praganglion yang berukuran
panjang dan serabut pascaganglion yang pendek.

Dilihat dari ganglionnya

 Simpatik : Ganglion saraf simpatik berada dekat sumsum tulang


belakang. Serabut praganglion saraf simpatik berukuran pendek,
sementara serabut pascaganglionnya berukuran panjang.
 Parasimpatik : Saraf parasimpatik memiliki serabut praganglion
yang berukuran panjang dan serabut pascaganglion yang pendek.
ganglia neuron parasimpatik terletak di dekat atau di dalam organ
target.

Dilihat dari dari cara kerjanya :

 Simpatik merangsang kerja organ


 Parasimpatik menghambat kerja organ

4. Persamaan Saraf Simpatik dan Parasimpatik


Peranan utama komponen simpatik dan parasimpatik sistem
saraf otonom pada divisi motoris dalam mengatur fungsi tubuh
bagian internal. Pada saraf simpatik dan saraf parasimpatik terdapat

36
penghubung antara sistem saraf pusat dan efektor, yang dinamakan
ganglion.

K. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sistem Saraf


Pada Janin, Anak Dan Dewasa
Faktor yang mempengaruhi perkembangan sistem saraf pusat antara lain
yaitu:
1. Usia
2. Nutrisi
3. Kelainan autoimun
4. Obat-obatan
5. Gangguan pembuluh darah
6. Kekurangan kadar elektrolit
7. Trauma

37
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh)
berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan
impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit
terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sistem
saraf termasuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer (sistem saraf
tepi). Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan
sistem saraf perifer terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf
otonom.

B. Saran
Diharapkan para mahasiswa dapat memahami tentang apa yang
telah dijelaskan. Dan menerapkan dalam proses pembelajaran.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat, A. Aziz Alimul., 2008, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak buku


2, Salemba Medika: Jakarta.
2. Corwin, Elizabeth J., 2009, Buku Saku Patofisiologi Ed.3, EGC: Jakarta.
3. Nurachmah, elly . dkk . 2011 . Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi . Jakarta
: Salemba Medika.

39

You might also like