Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Listrik saat ini merupakan kebutuhan vital masyarakat yang tidak bisa
sederhana dalam rumah tangga, sampai fungsi lainnya sebagai jantung penggerak
listrik Indonesia 2017 mencapai 1.012 Kilowatt per Hour (kWh)/kapita, naik 5,9
hingga akhir 2017, rasio elektrifikasi di Indonesia baru sebesar 95%. Artinya
masih ada 5% atau lebih dari 2.500 desa di Indonesia yang belum memiliki akses
terhadap listrik. Penyebab utama pada masalah ini adalah letaknya yang terpencar
utama reservoir, turbin air, generator listrik, dan instalasi perpipaan. Turbin air
merupakan penggerak mula yang mengubah energi kinetik dari jet (aliran air
dengan kecepatan tinggi) menjadi energi mekanik berupa putaran roda turbin.
menghasilkan listrik. Turbin air yang biasa digunakan adalah jenis impuls, salah
2
negara untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah pedalaman antara lain Peltric
Set di Nepal, Columbian Alternator System di Kolombia, dan Pico Power Pack di
Turbin impuls yang hingga kini masih digunakan dibuat oleh Alan Lester
Pelton pada tahun 1875. turbin ini kemudian dikenal dengan turbin pelton. Turbin
pelton terdiri dari roda jalan (runner) yang di sekelilingnya dipasang sudu
berbentuk Hemispherical, dan sebuah nosel. Efisiensi turbin pelton bisa mencapai
Kinerja turbin dipengaruhi kualitas aliran jet yang dihasilkan oleh nosel.
berinteraksi dengan permukaan sudu (bucket). Penelitian tentang hal ini dilakukan
oleh Kvicinsky dkk (2002), dimana analisis aliran jet pada permukaan sudu turbin
bahwa kualitas aliran jet berpengaruh pada distribusi tekanan dan medan
kecepatan pada permukaan sudu sehingga daya dan efisiensi turbin akan berubah.
Salah satu komponen terpenting dalam turbin pelton adalah nosel, jarak
antara nosel dan daun sudu dapat mempengaruhi kecepatan putar daun sudu
turbin. Selain itu jarak antara terhadap runner menentukan titik jatuh air, karena
harus memiliki jarak yang tepat agar sudu turbin dapat menerima impuls yang
baik. Oleh karena latar belakang tersebut, penulis akan melakukan penelitian
3
Bertolak dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil
adalah :
1. Bagaimana pengaruh jarak nosel terhadap debit aliran dan gaya pancaran
pancaran fluida?
berdasarkan variasi model sudu dan debit yang digunakan pada turbin
pelton?
1. Mengetahui pengaruh jarak nosel tehadap debit aliran dan gaya pancaran
sudu, debit dan jarak nosel yang digunakan pada turbin pelton
mangkuk (Sudu 1), Sudu Silinder dibelah dua (Sudu 2), dan Sudu Mitchell
(Sudu 3)
3. Jarak nosel yang digunakan adalah h1= 0,04 m, h2= 0,03 m, dan h3= 0,02
m.
4. Variasi debit merupakan debit aliran pada tiap lima pembukaan katup pada
alat uji.
diperhitungkan
1. Bagi peneliti :
2. Bagi pembaca :
Teknik Mesin
penerapannya di masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pancaran (jet) dari suatu fluida selalumempunyai kecepatan, oleh karena itu
jet (semburan) juga mempunyai energy kenetik. Jika ada penghalang yang berada
pada lintasan gerak dari jet tersebut, maka penghalang tersebut akan menerima
Jet atau semburan fluida jika menumbuk suatu pelat yang diam akan terjadi
gaya pada pelat tersebut. Besaran gaya ini sama dengan laju perubahan
momentum dari jet tersebut. Jika pelat tidak diam maka pelat akan bergerak dalam
arah gerak jet (semburan). Jet of Impact terbagi atas (Khurmi, 1985) :
a. Gaya dari jet yang menumbuk pelat diam secara tegak lurus
Suatu jet (semburan) air yang menumbuk secara normal (tegaklurus) pada
Jika jet air menumbuk pelat diam maka kecepatan jet akan turun dan
menjadi nol (0 atau diam) sesudah tumbukan (dalam arah jet). Berikut adalah
rumus yang menjelaskan besarnya gaya dan laju pancaran yang terjadi pada saat
Gaya yang dikenakan oleh jet pada pelat diam (F) dapat diketahui dengan
F = 𝑚̇ . ∆𝑉 = (ρ . 𝑎 . 𝑉) . (𝑉 − 0)
w
= ( g . a . V) . V
w = ρ . g ........................................................................................... (2.1)
𝑤
ρ= ............................................................................................... (2.2)
𝑔
Dengan :
𝑤 . 𝑎 . 𝑉2
F= [ kgf ] .............................................................................. (2.3)
𝑔
w = beratjenis[ kgf/m3 ]
7
Jet (semburan) yang terjadi pada suatu pelat miring dapat diilustrasikan
Untuk mengetahui besarnya gaya yang terjadi pada pelat miring, dapat
F = 𝑚̇ . ∆𝑉 = (𝜌 . 𝑎 . 𝑉) . (𝑉 − 0)
𝑤 . 𝑎 . 𝑉2
F= [ kgf ] ...............................................................................(2.5)
𝑔
Gaya oleh jet pada arah tegak lurus pelat miring dapat diketahui dengan
𝑤 . 𝑎 . 𝑉2
F= . sin 𝜃 …………………………………………………...(2.6)
𝑔
Sedangkan gaya oleh jet pada arah aliran didapatkan dengan persamaan 2.7
𝑤 . 𝑎 . 𝑉2 𝑤 . 𝑎 . 𝑉2 2
Fx= F .sin 𝜃 = ( . sin 𝜃) . sin 𝜃 = . 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 . cos 𝜃 (2)
𝑔 𝑔
𝑤 . 𝑎 . 𝑉2
. = . sin 2𝜃 …………………………………………………(2.7)
2. 𝑔
Dengan :
Suatu jet air yang masuk dan keluar pada suatu sudu lengkung yang diam
V = kecepatan jet
Semburan jet saat melalui sudu akan memberikan gaya pada sudu, Gaya ini
normal dan arah tangensial terhadap sudu. Gaya jet sepanjang arah normal
Sedangkan gaya dari jet arah tangentsial terhadap sudu ditunjukkan dengan
persamaan 2.10.
𝑤 .𝑎 .𝑉
Ft = . (𝑉 . cos ∝ − 𝑉 . cos 𝛽) ………………………………...(2.10)
𝑔
10
Suatu semburan yang masuk dan keluar suatu sudu lengkung yang bergerak
Vrl = kecepatan relatif jet dan sudu pada sisi keluar sudu
Vwl =komponen horizontal dari V1 (sejajar dengan arah gerak sudu dikenal
Vf = komponen vertical dari V (tegak lurus terhadap arah gerak sudu dikenal
Vfl= komponen vertical dari V1 (tegak lurus terhadap gerak sudu dikenal dengan
v = v1
Vr =Vrl
Gaya jet dalam arah gerak sudu (Fx) ditunjukkan dengan persamaan 2.11.
persamaan 2.12.
Kerja yang dilakukan dalam arah gerak sudu per satuan berat adalah :
𝑊 1
= . (𝑉𝑤 − 𝑉𝑤,1 ). 𝑣 ……………………………………………(2.13)
𝑘𝑔𝑓 𝑔
12
jokcey weight
5. Vane (Sudu) :Bagian yang menerima daya pancaran dalam skripsi ini
melengkung
7. From Supply :Berfungsi untuk menyediakan suplay air yang berasal dari
ditemukan oleh S.N.Knight tahun 1872 dan N.J. Colenatahun 1873 dengan pasang
mangkok-mangkok pada roda turbin. Setelah itu turbin impuls dikembangkan oleh
pembelokan pada mangkok ganda runner, oleh sebab itu turbin pelton disebut juga
sebagai turbin pancaran bebas. Turbin Pelton merupakan suatu jenis turbin yang
mengandalkan suatu reaksi impuls dari suatu daya yang dihasilkan dari daya
hidrolisis. Semakin tinggi head yang dimiliki maka semakin baik untuk turbin
untuk kecepatan yang tinggi dengan ketentuan jumlah nosel yang banyak dalam
Jenis Turbin ini memiliki satu atau beberapa jet penyemprot air seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.6 untuk memutar piringan, tidak seperti turbin jenis
reaksi, turbin ini tidak memerlukan tabung diffuser. Ketinggian air (head) = 200
s.d 2000 meter. Debit air = 4 s.d 15 m3/s. Turbin pelton digolongkan kedalam
jenis turbin impuls atau tekanan sama. Karena selama mengalir di sepanjang sudu-
terjadi pada bagian pengarah pancaran atau nozzel. Energi yang masuk ke roda
Turbin Pelton yang bekerja dengan prinsip impuls, semua energy tinggi dan
tekanan ketika masuk ke mangkok jalan turbin dirubah menjadi energy kecepatan.
Pancaran air tersebut yang akan menjadi gaya tangensial F yang bekerja pada
mangkok roda jalan. Turbin pelton beroperasi pada tinggi jatuh yang besar .
Tinggi air jatuh dihitung mulai dari permukaan atas sampai tengah tengah
pancaran air.
maksud adalah agar dapat membalikan pancaran air dengan baik dan
pelton telah ada suatu ketentuan yang mengatur dari desain / rancangan turbin
pelton secara baku. Intinya kita tinggal menggunakan beberapa parameter utama
untuk menghasilkan dimensi lain Turbin jenis ini biasanya digunakan untuk
menghasilkan listrik berkapasitas besar pada pusat tenaga air tekanan tinggi.
Sudu pada turbin air berfungsi untuk menerima beban pancaran yang
disemprotkan oleh nosel. Sudu-sudu turbin pelton kecil terbuat dari besi tuang,
sedangkan turbin daya besar terbuat baja tuang yang meiliki kekerasan tinggi.
pelton memiliki tiga jenis daun sudu yakni daun sudu mangkuk (gambar), sudu
silinder dibelah dua (gambar), serta sudu Mitchell (gambar). Namun yang paling
Kinerja turbin dipengaruhi kualitas aliran jet yang dihasilkan oleh nosel.
berinteraksi dengan permukaan sudu (bucket). Penelitian tentang hal ini dilakukan
oleh Kvicinsky dkk (2002), dimana analisis aliran jet pada permukaan sudu turbin
bahwa kualitas aliran jet berpengaruh pada distribusi tekanan dan medan
kecepatan pada permukaan sudu sehingga daya dan efisiensi turbin akan berubah.
memanfaatkan pipa galvanis sebagai bahan sudu. Turbin ini kemudian dikenal
dengan turbin pipa belah dua. Keistimewaan turbin pipa belah dua adalah cara
pembuatan yang sangat sederhana dibanding turbin lain. Hal ini menguntungkan
bagi masyarakat desa (terpencil) yang memiliki potensi energi mikrohidro. Hasil
pengujian terhadap turbin pipa belah dua menunjukkan efisiensi turbin ini masih
rendah yaitu 40,01 %. Secara teoritis turbin pipa belah dua mestinya dapat
kenyataannya jika sudu dipasang dengan sudut outlet 00 aliran jet keluar akan
terhadap daya yang dibangkitkan turbin, maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang perubahan bentuk sudu terhadap kinerjanya, mengacu pada model
sudu yang digunakan oleh Bono dkk (2013) yang awalnya berbentuk mangkuk
(gambar 2.7) selanjutnya diubah menjadi bentuk setengah silinder (gambar 2.8)
2.5. Nosel
Nosel adalah sebuah alat yang yang didesain untuk mengontrol arah atau
kecepatan) saat keluar atau masuk dalam sebuah system pipa atau ruangan
tertutup. Nosel juga kerap digunakan untuk mengontrol kecepatan mengalir, arah,
Banyak penerapan dari cara kerja yang kita temui dalam kehidupan sehari –
hari, terutama pada kasus meningkatkan kecepatan serta jangkauan aliran fluida.
kebakaran, water jet pack. Dengan adanya fenomena berubahnya tekanan menjadi
kecepatan pada fluida maka salah satu penerapannya yaitu pada Turbin Pelton.
beberapa fungsi penting terhadap pengaruh putaran sudu Turbin Pelton tersebut,
yaitu :
18
Jarak antara nozzle dan daun sudu dapat mempengaruhi kecepatan putar
daun sudu turbin. Selain itu jarak antara nozzle terhadap runner menentukan titik
jatuh air, karena nozzle harus memiliki jarak yang tepat agar sudu turbin dapat
menerima impuls yang baik. Jarak antara runner dengan nosel yang terlalu dekat
dapat memecah aliran sehingga pancaran air tidak tepat atau tidak fokus. Selain
itu jarak antara nosel terhadap runner menentukan titik jatuhnya aliran air.
2.6.1 Debit
Debit adalah banyaknya air yang mengalir dalam satu sekon, satuannya
meter kubik per sekon (m3/s). Dari ilmu mekanika fluida debit air yang mengalir
dari suatu tempat penampungan ditentukan oleh kecepatan aliran dan luas
sebagai berikut:
𝑉
Q = 𝑡 .................................................................................................... (2.14)
Dimana:
t = waktu (s)
19
Laju Pancaran merupakan kecepatan air yang keluar dari nozzle, dimana nilai
laju pancaran ditentukan oleh debit aliran, dapat ditulis dalam persamaan
Keterangan :
1
𝐴= 𝜋D2 ............................................................................................. (2.16)
4
Keterangan :
A = luas penampang(m2)
2.6.3 Efisiensi
Dalam menentukan efisiensi daya dari suatu sudu tergantung pada daya input
sudu dan daya output sudu, yang dapat dituliskan dalam bentuk persamaan:
(Erwin, 2012)
𝐹
ᶯ = 𝐹𝑡 × 100%............................................... ……………………….(2.17)
𝑛
Keterangan :
Η = efisiensi (%)
20
Dimana
𝐹𝑡 . 0.15= 0.216 (𝑎 + 𝑏)
𝐹𝑎 ( 𝑎+𝑏)
𝐹𝑡 = ......................................................................................... (2.18)
0.15
Keterangan :
Dan
1
𝐹𝑛 = 2 . 𝜌. 𝐴. 𝑉𝑛 2 ..................................................................................... (2.19)
Keterangan :
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain 2 dimensi (Gambar 3.1) dan 3 dimensi (Gambar 3.2) Model sudu
Desain 2 dimensi (Gambar 3.3) dan 3 dimensi (Gambar 3.4) Model sudu
Desain 2 dimensi (Gambar 3.5) dan 3 dimensi (Gambar 3.6) Model sudu
2. Stopwatch
Variabel yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari : variable
1. Variabel bebas
a. Variasi model sudu yaitu sudu mangkuk (sudu 1), sudu silinder dibelah
b. Variasi jarak nosel tehadap sudu pada 0,04 m (h1), 0,03 m (h2), serta
0,02 m (h3) .
25
2. Variabel terikat
variabel bebas dan merupakan hasil dari penelitian. Variabel terikat yang
a. Debit
b. Momentum
3. Variabel terkontrol
3. Meletakkan beban pada lengan beban dengan garis tengah berada tepat pada
posisi nol
26
4. Mengatur lengan beban agar dalam keadaan setimbang (lurus searah bidang
8. Membaca laju aliran massa pada Water meter, gunakan stopwatch untuk
menghitung lama waktu (t) untuk mencapai volume air sebanyak 5 liter
mm dan 70 mm.
3.4 InstalasiAlat
Berikut adalah instalasi dari alat uji pancaran fluida yang diperlihatkan pada
gambar 3.7.
Mulai
Tinjauan
Pustaka
Pengambilan data
(s, t, ρ)
Pengolahan Data
(Q, v, Ft, Fa, 𝜂)
Tida
Data telah benar? k
Ft ≥ Fa
Y
a
Analisis/Pembahasan
Kesimpulan
Selesa
i
Tahap
No. Uraian Kegiatan
I II III IV V VI
1 Studi Pustaka
2 Penyusunan Proposal
3 Pemodelan Spesimen
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
6 Seminar Hasil
7 Ujian Akhir
30
BAB IV
4.1. HASIL
Data yang telah diperoleh dari hasil penilitian karakteristik pancaran fluida
terhadap jarak nosel sudu turbin pelton dengan variasi model sudu silinder dibelah
dua, sudu mangkuk, dan sudu Mitchell, variasi jarak nosel 0.04 m, 0,03 m, dan
indicator yaitu debit aliran (Q), kecepatan aliran (V), gaya pancaran (Ft), dan
dengan menggunakan Sudu 1 (sudu mangkuk) dan jarak nosel 0,04 m sebagai
berikut:
V = 0,005m3
𝑡 = 55 s
d = 0.01 m
s = 0,01 m
𝐴𝑛𝑜𝑠𝑒𝑙 = 0,09 m
𝑊𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 0,216 kg
𝜌 = 997 Kg/m3
31
menampung air yang mengalir melalui saluran ke dalam ember yang bervolume5
sehingga debit dapat diketahui. Untuk debit pertama (Q1) diketahui sebagai
berikut:
V
Q= ……………………………………………………… (2.13)
t
Dimana:
V = 5 liter = 0,005m3
t1 = 55 s
Sehingga:
0,005
𝑄=
55
3
𝑄 = 9,09 𝑥 10−5 𝑚 ⁄𝑠
Untuk hasil perhitungan debit pada variasi jmodel sudu dan jarak nosel
Q
V= (m/s) …………………………………………………(2.14)
A
32
Dimana :
3
𝑄 = 9,09 𝑥 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝐴 = 7,85 × 105 𝑚2
Maka :
3
9,09 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉=
7,85 × 105 𝑚2
𝑉 = 1,158 𝑚⁄𝑠
Untuk hasil perhitungan kecepatan aliran pada variasi model sudu dan
besarnya suhu dari air yang mengalir pada saluran kemudian melihat nilai densitas
air pada tabel A.1 kerapatan dan kekentalan air dengan tekanan 1 atm. Pada
pengujian didapatkan data suhu air yang mengalir adalah 250C sehingga diperoleh
4. Gaya fluida(Fa)
Dimana:
ρ = 997 Kg/m3
𝐴 = 7,85 × 105 𝑚2
𝑉 = 1,158 𝑚⁄𝑠
Maka:
1
𝐹𝑎 = 997 × 7.58 × 10−5 × (1.158)2
2
𝐹𝑎 = 5,24819 × 10−5
𝐹𝑎 = 0,05248 𝑘𝑔
𝐹𝑎 = 0,5248 𝑁
Untuk hasil perhitungan gaya fluida pada variasi jmodel sudu dan jarak
persamaan 2.17.
𝐹𝑡 × 𝐿 = 𝑤 (𝑠 + 𝐿) ………………………………………...(2.18)
Dimana:
𝐿 = 0,15 m
w = 0,216 kg
s = 0,01 m
34
Maka:
𝐹𝑡 = 0.02304 𝑘𝑔
𝐹𝑡 = 2,304 𝑁
Untuk hasil perhitungan gaya pancaran pada variasi jmodel sudu dan jarak
6. Efisiensi (𝜼, %)
F
η = Fa x 100% ………………………………………………(2.17)
t
Dimana:
Fa = 0,5248 N
Ft = 2,304 N
Maka:
0,5248
𝜂= × 100%
2,304
𝜂 = 22,7 %
Untuk hasil perhitungan efisiensi pada variasi jmodel sudu dan jarak nosel
4.1.2 Hubungan gaya pancaran terhadap debit aliran dan jarak nosel
perlihatkan pada Tabel 4.1 dan Grafik 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, dan 4.6.
Tabel 4.1. Hasil perhitungan gaya pancaran berdasarkan debit pada variasi
jarak nosel dan model sudu.
4.5
3.5
Q1= 0,000089 m3/s
gaya (N)
1.5
1
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
jarak nosel (m)
Grafik 4.1. Hubungan gaya pancaran terhadap jarak nosel dengan variasi debit
aliran pada Sudu 1
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa pada Sudu 1
(sudu mangkuk), untuk debit 1 gaya pancaran maksimal yang diterima yaitu
sebesar 2,376 N dengan nosel berjarak 0,02 m. Untuk debit 2 gaya pancaran
maksimal yang diterima oleh sudu 1 yaitu sebesar 3,715 N oleh nosel berjarak
0,02 m.
Gaya pancaran maksimal yang diperoleh pada sudu 1 untuk debit 3 yaitu
sebesar 3,873 N yang terjadi pada jarak nosel 0,02 m. Untuk debit 4 gaya
pancaran maksimal yang diterima yaitu sebesar 3,902 N oleh nosel berjarak 0,02.
Gaya pancaran maksimal yang diperoleh pada sudu 1 untuk debit 5 yaitu
4.5
3.5
Q1= 0,000089 m3/s
gaya (N)
1.5
1
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
jarak nosel (m)
Grafik 4.2 Hubungan gaya pancaran terhadap jarak nosel dengan variasi debit
aliran pada Sudu 2
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.2 dapat dilihat bahwa pada sudu 2
(silinder dibelah dua), untuk debit 1 gaya pancaran maksimal yang diterima yaitu
Gaya pancaran maksimal yang diperoleh pada sudu 2 untuk debit 3 yaitu
sebesar 4,089 N yang terjadi pada jarak nosel 0,02 m. Untuk debit 4 gaya
pancaran maksimal yang diterima yaitu sebesar 4,262N oleh nosel berjarak
0,02.Gaya pancaran maksimal yang diperoleh pada sudu 2 untuk debit 5 yaitu
4.5
3.5
Q1= 0,000089 m3/s
gaya (N)
1.5
1
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
jarak nosel (m)
Grafik 4.3. Hubungan gaya pancaran terhadap jarak nosel dengan variasi
debit aliran pada Sudu 3
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.3 dapat dilihat bahwa pada Sudu 3
(sudu Mitchell), untuk debit 1 gaya pancaran maksimal yang diterima yaitu
sebesar 3,744 N dengan nosel berjarak 0,02 m. Untuk debit 2 gaya pancaran
maksimal yang diterima yaitu sebesar 4,046 N oleh nosel berjarak 0,02.
Gaya pancaran maksimal yang diperoleh pada sudu 3 untuk debit 3 yaitu
sebesar 4,089 N yang terjadi pada jarak nosel 0,02 m. Untuk debit 4 gaya
pancaran maksimal yang diterima yaitu sebesar 4,334 N oleh nosel berjarak 0,02
m. Sedangkan untuk debit 5 yaitu sebesar 4,348 N yang terjadi pada jarak nosel
0,02 m.
39
4.5
4
gaya (N)
3.5 h1=0.04 m
h2=0.03 m
3 h3=0.02 m
2.5
2
0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025
debit (𝑚^3⁄𝑠)
Grafik 4.4. Hubungan gaya pancaran terhadap debit aliran dengan variasi jarak
nosel pada Sudu 1
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.4 dapat dilihat bahwa pada Sudu 1
(sudu mangkuk), untuk jarak nosel 0.04 m, gaya pancaran minimal yang diterima
adalah 2,304 N pada debit 1, sedangkan gaya pancaran maksimal yang yaitu
Untuk jarak nosel 0.03 m, gaya pancaran minimal yang diterima adalah
2,361 N pada debit 1, sedangkan gaya pancaran maksimal yang yaitu sebesar
4,046Npada debit 5. Untuk jarak nosel 0.02 m, gaya pancaran minimal yang
diterima adalah 2,376 N pada debit 1, sedangkan gaya pancaran maksimal yang
4.5
4
gaya (N)
3.5 h1=0.04 m
h2=0.03 m
3 h3=0.02 m
2.5
2
0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025
debit (𝑚^3⁄𝑠
Grafik 4.5 Hubungan gaya pancaran terhadap debit aliran dengan variasi jarak
nosel pada Sudu 2
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.5 dapat dilihat bahwa pada Sudu 2
(silinder dibelah dua), untuk jarak nosel 0.04 m, gaya pancaran minimal yang
diterima adalah 2,88 N pada debit 1, sedangkan gaya pancaran maksimal yang
Untuk jarak nosel 0.03 m, gaya pancaran minimal yang diterima adalah
3,024 N pada debit 1, sedangkan gaya pancaran maksimal yang yaitu sebesar
4,161 N pada debit 5. Untuk jarak nosel 0.02 m, gaya pancaran minimal yang
diterima adalah 3,456 N pada debit 1, sedangkan gaya pancaran maksimal yang
4.5
4
gaya (N)
3.5 h1=0.04 m
h2=0.03 m
3 h3=0.02 m
2.5
2
0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025
debit (𝑚^3⁄𝑠
Grafik 4.6. Hubungan gaya pancaran terhadap debit aliran dengan variasi jarak
nosel pada Sudu 3
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.6 dapat dilihat bahwa pada Sudu 3,
untuk jarak nosel 0.04 m, gaya pancaran minimal yang diterima adalah 4.348 N
pada debit 1, sedangkan gaya pancaran maksimal yang yaitu sebesar 3,945Npada
debit 5.
Untuk jarak nosel 0.03 m, gaya pancaran minimal yang diterima adalah
3,456 N pada debit 1, sedangkan gaya pancaran maksimal yang yaitu sebesar
4,406Npada debit 5. Untuk jarak nosel 0.02 m, gaya pancaran minimal yang
diterima adalah 3,744 N pada debit 1, sedangkan gaya pancaran maksimal yang
Hubungan jarak nosel terhadap efisiensi dengan variasi debit dan model
sudu diperlihatkan pada Tabel 4.2 dan Grafik 4.7, 4.8, 4.9, 4.10, 4.11, dan 4.12
Tabel 4.2. Hasil perhitungan efisiensi berdasarkan debit pada variasi jarak nosel
dan model sudu
100
90
80
70
efisiensi (%)
10
0
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
jarak nosel (m)
Grafik 4.7. Hubungan efisiensi terhadap jarak nosel dengan variasi debit aliran
pada Sudu 1
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Grafik 4.7 terlihat bahwa pada Sudu 1 (sudu
mangkuk), untuk debit 1 efisiensi maksimal yang diterima yaitu sebesar 22.77 N
dengan nosel berjarak 0,04 m, efisiensi minimal 21,43 N pada nosel berjarak 0,02
m. Untuk debit 2 efisiensi maksimal yaitu sebesar 75.28 N oleh nosel berjarak
0,04. Efisiensi minimal 72,36 N pada nosel berjarak 0,02 m. Untuk debit 3
efisiensi maksimal yaitu sebesar 77.21 N oleh nosel berjarak 0,04, efisiensi
Pada debit 4 efisiensi maksimal yaitu sebesar 86,39 N oleh nosel berjarak
0,04.Efisiensi minimal 84,21 N pada nosel berjarak 0,02 m. Pada debit 5 efisiensi
maksimal yaitu sebesar 93.9 N oleh nosel berjarak 0,04.Efisiensi minimal 91,23 N
100
90
80
70
60
efisiensi (%)
10
0
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
jarak nosel (m)
Grafik 4.8. Hubungan efisiensi terhadap jarak nosel dengan variasi debit aliran
pada Sudu 2
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Grafik 4.8 terlihat bahwa pada Sudu 2 (sudu
silinder dibelah dua), untuk debit 1 efisiensi maksimal yang diterima yaitu
sebesar 18,22 N dengan nosel berjarak 0,04 m efisiensi minimal 15.18 N pada
nosel berjarak 0,02 m. Untuk debit 2 efisiensi maksimal yaitu sebesar 68.64 N
oleh nosel berjarak 0,04. Efisiensi minimal 67,64 N pada nosel berjarak 0,02 m.
Untuk debit 3 efisiensi maksimal yaitu sebesar 75.21 N oleh nosel berjarak
0,04. Efisiensi minimal 71,5 N pada nosel berjarak 0,02 m Pada debit 4 efisiensi
maksimal yaitu sebesar 84,21 N oleh nosel berjarak 0,04. Efisiensi minimal 79,09
N pada nosel berjarak 0,02 m Pada debit 5 efisiensi maksimal yaitu sebesar 91,89
N oleh nosel berjarak 0,04. Efisiensi minimal 85,19 N pada nosel berjarak 0,02 m.
45
100
90
80
70
efisiensi (%)
10
0
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
jarak nosel (m)
Grafik 4.9. Hubungan efisiensi terhadap jarak nosel dengan variasi debit
aliran pada Sudu 3
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Grafik 4.9 terlihat bahwa pada Sudu 3 (sudu
Mitchell), untuk debit 1 efisiensi maksimal yang diterima yaitu sebesar 15,84
Ndengan nosel berjarak 0,04 m efisiensi minimal 14,01 N pada nosel berjarak
Untuk debit 3 efisiensi maksimal yaitu sebesar 74,93 N oleh nosel berjarak
0,04. Efisiensi minimal 71,5 N pada nosel berjarak 0,02 m Pada debit 4 efisiensi
maksimal yaitu sebesar 84,21 N oleh nosel berjarak 0,04. Efisiensi minimal 77,78
N pada nosel berjarak 0,02 m Pada debit 5 efisiensi maksimal yaitu sebesar 85,19
N oleh nosel berjarak 0,04. Efisiensi minimal 83,809 N pada nosel berjarak 0,02
m.
46
100
90
80
70
60
efisiensi (%)
50 h1=0,04 m
40 h2=0,03 m
h3=0,02 m
30
20
10
0
0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025
debit (𝑚^3⁄𝑠)
Grafik 4.10. Hubungan efisiensi terhadap jarak nosel dengan variasi debit
aliran pada Sudu 1
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Grafik 4.10 dapat dilihat bahwa pada Sudu 1
(sudu mangkuk), untuk jarak nosel h1=0.04 m, efisiensi minimal yang diterima
adalah 22,77% pada debit 1, sedangkan efisiensi maksimal yang yaitu sebesar
93.903%pada debit 5.
22,22% pada debit 1, sedangkan efisiensi maksimal yang yaitu sebesar 91,56%
pada debit 5. Untuk jarak nosel h3=0.02 m, efisiensi minimal yang diterima
adalah 22,08% pada debit 1, sedangkan efisiensi maksimal yang yaitu sebesar
100
90
80
70
60
efisiensi (%)
50 h1=0.04 m
40 h2=0.03 m
h3=0.02 m
30
20
10
0
0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025
debit (𝑚^3⁄𝑠)
Grafik 4.11. Hubungan efisiensi terhadap jarak nosel dengan variasi debit
aliran pada Sudu 2
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Graik 4.11 dapat dilihat bahwa pada Sudu 2
(silinder dibelah dua), untuk jarak nosel h1=0.04 m, efisiensi minimal yang
diterima adalah 18,22% pada debit 1, sedangkan efisiensi maksimal yang yaitu
Untuk jarak nosel 0.03 m, efisiensi minimal yang diterima adalah 17,35%
pada debit 1, sedangkan efisiensi maksimal yang yaitu sebesar 89,02% pada debit
5. Untuk jarak nosel h3=0.02 m, efisiensi minimal yang diterima adalah 15,18%
pada debit 1, sedangkan efisiensi maksimal yang yaitu sebesar 85,19% pada debit
5.
48
90
80
70
60
efisiensi (%)
50
h1=0.04 m
40
h2=0.03 m
30 h3=0.02 m
20
10
0
0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025
debit (𝑚^3⁄𝑠)
Grafik 4.12. Hubungan efisiensi terhadap jarak nosel dengan variasi debit aliran
pada Sudu 3
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Grafik 4.12 dapat dilihat bahwa pada Sudu 3
(sudu Mitchell), untuk jarak nosel h1=0.04 m, efisiensi minimal yang diterima
adalah 15,84% pada debit 1, sedangkan efisiensi maksimal yang yaitu sebesar
Untuk jarak nosel 0.03 m, efisiensi minimal yang diterima adalah 15,18 %
pada debit 1, sedangkan efisiensi maksimal yang yaitu sebesar 84,08% pada debit
5. Untuk jarak nosel 0.02 m, efisiensi minimal yang diterima adalah 14,01% pada
debit 1, sedangkan efisiensi maksimal yang yaitu sebesar 83,809% pada debit 5.
49
4.1.4 Hubungan efesiensi terhadap jarak nosel dengan variasi model sudu
diperlihatkan pada Tabel 4.3 dan Grafik 4.13, 4.14, 4.15, 4.16, dan 4.17.
Tabel 4.3. Hasil perhitungan efisiensi berdasarkan jarak nosel pada variasi debit
dan model sudu
Efisiensi (%)
Debit Model Sudu Nosel Nosel Nosel
h1= 0.04 m h2= 0.03 m h3= 0.02 m
Sudu 1 22.77 22.22 22.08
50
Sudu 1 (mangkuk)
45
40
Sudu 2 (silinder dibelah dua)
35
efisisiensi (%)
30 Sudu 3 (mitchell)
25
20
15
10
0
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
jarak nosel (m)
Grafik 4.13. Hubungan efisiensi terhadap jarak nosel dengan variasi model sudu
pada debit 1
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Grafik 4.13 dapat dilihat bahwa pada Sudu 1
memiliki efisiensi terbesar yaitu 22,77% dengan jarak nosel 0,04 m. dan untuk
diperoleh pada jarak nosel 0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil yaitu 15,18% yang
diperoleh pada jarak nosel 0,02 m. Untuk Sudu 3, menghasilkan efisiensi terbesar
yaitu 15,84% yang diperoleh pada jarak nosel 0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil
100
Sudu 1 (mangkuk)
95
85
Sudu 3 (mitchell)
80
efisiensi (%)
75
70
65
60
55
50
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
jarak nosel (m)
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Grafik 4.14 dapat dilihat bahwa pada Sudu 1,
menghasilkan efisiensi terbesar yaitu 75,28% yang diperoleh pada jarak nosel
0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil yaitu 72,36% yang diperoleh pada jarak nosel
0,02 m.
diperoleh pada jarak nosel 0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil yaitu 67,64% yang
diperoleh pada jarak nosel 0,02 m. Untuk Sudu 3, menghasilkan efisiensi terbesar
yaitu 68,64% yang diperoleh pada jarak nosel 0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil
100
95
90
85
80
efisiensi (%)
75
70 Sudu 1 (mangkuk)
65
Sudu 2 (silinder dibelah dua)
60
55 Sudu 3 (mitchell)
50
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
jarak nosel (m)
Grafik 4.15. Hubungan efisiensi terhadap jarak nosel dengan variasi model
sudu pada debit 3
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Grafik 4.15 dapat dilihat bahwa pada Sudu 1,
menghasilkan efisiensi terbesar yaitu 77,21% yang diperoleh pada jarak nosel
0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil yaitu75,49% yang diperoleh pada jarak nosel
0,02 m.
diperoleh pada jarak nosel 0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil yaitu 71,50% yang
diperoleh pada jarak nosel 0,02 m. Untuk Sudu 3, menghasilkan efisiensi terbesar
yaitu 74,93% yang diperoleh pada jarak nosel 0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil
100
95
90
85
80
efisiensi (%)
75 Sudu 1 (Mangkuk)
70
60
Sudu 3 (Mitchell)
55
50
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
jarak nosel (m)
Grafik 4.16. Hubungan efisiensi terhadap jarak nosel dengan variasi model
sudu pada debit 4
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Grafik 4.16 dapat dilihat bahwa pada Sudu 1,
menghasilkan efisiensi terbesar yaitu 86,39% yang diperoleh pada jarak nosel
0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil yaitu 84,21% yang diperoleh pada jarak nosel
0,02 m.
diperoleh pada jarak nosel 0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil yaitu 79,09% yang
diperoleh pada jarak nosel 0,02 m. Untuk Sudu 3, menghasilkan efisiensi terbesar
yaitu 84,21% yang diperoleh pada jarak nosel 0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil
100
95
90
85
80
efisiensi (%)
75 Sudu 1 (mangkuk)
70
Sudu 2 (silinder dibelah dua)
65
60
Sudu 3 (mitchell)
55
50
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
jarak nosel (m)
Grafik 4.17. Hubungan efisiensi terhadap jarak nosel dengan variasi model sudu
pada debit 5
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Grafik 4.17 dapat dilihat bahwa pada Sudu 1,
menghasilkan efisiensi terbesar yaitu 93,903% yang diperoleh pada jarak nosel
0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil yaitu 91,23% yang diperoleh pada jarak nosel
0,02 m.
diperoleh pada jarak nosel 0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil yaitu 85,19% yang
diperoleh pada jarak nosel 0,02 m. Untuk Sudu 3, menghasilkan efisiensi terbesar
yaitu 85,19% yang diperoleh pada jarak nosel 0,04 m., dan untuk efisiensi terkecil
4.2. PEMBAHASAN
Pada grafik 4.1, 4.2, dan 4.3 dapat dilihat perbandingan antara jarak nosel
pancaran ketika jarak nosel semakin menjauh. Hal ini disebabkan karena semakin
berkurangnya gaya yang diterima oleh sudu.Hal ini disebabkan olehkarena ketika
bukaan katup ditingkatkan, maka pancaran air akan semakin kuat mendorong
Pada semua model sudu, nosel dengan jarak 0,04 menghasilkan gaya
pancaran terkecil, seperti yang terjadi pada sudu mangkuk dengan debit 0,000
Mitchell dengan debit yang sama menghasilkan gaya pancaran sebesar 2,47 N.
Nosel yang semakin mendekati sudu turbin, akan menerima gaya pancaran
yang semakin besar. Hal ini dapat kita ketahui dengan semakin besarnya angka
yang ditunjukkan pada jockey weight di alat uji pancaran fluida yang ketika
dimasukkan pada persamaan 2.17, maka akan juga memperbesar nilai gaya
pancaran. Hal ini membuktikan bahwa jarak nosel berbanding terbalik dengan
gaya pancaran.
𝐹𝑡 × 𝐿 = 𝑤 (𝑠 + 𝐿)………………………………(2.17)
yang akhirnya akan mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam mencapai volume
0,0005 m3.
56
V
Q = t ………………………………….(2.13)
Persamaan 2.13 dapat menjadi alasan meningkatnya debit aliran disetiap bukaan
katup untuk semua model sudu. Hal ini juga didukung oleh Rizki (2006) yang
Berdasarkan Grafik 4.4, 4.5, dan 4.6 di atas dapat diketahui efisiensi
maksimum yang dihasilkan pada setiap posisi. Posisi pertama dengan jarak 0.04
m mampu menghasilkan efisiensi sebesar 84% pada sudu silinder dibelah dua,
87,5% pada pada sudu mangkuk, dan 84% pada sudu mitchell. Posisi kedua
85,4%, dan 81,5%. Sedangkan pada posisi ketiga dengan jarak 0,02 m mampu
sudu turbin pelton menghasilkan 87,5% pada debit 0,00018 m3/s. Hal ini dapat
dianalisis bahwa apabila jarak yang terlalu dekat seperti pada data yang ada di
Tabel 4.4, grafik 4.10, 4.11 dan 4.12 di mana diketahui bahwa efisiensi pada
Hal ini disebabkan oleh arah aliran air semprotan yang keluar dari
nozzletidak terlalu tepat mengenai titik optimum pada sudu turbin yang
menyebabkan kurangnya gaya pancaran yang diterima, selain itu juga akan
mengakibatkan banyaknya air yang terbuang dengan sia-sia dan tidak dapat
57
penelitan yang dilakukan oleh Yani dkk (2017) yang telah mendapati bahwa jarak
nosel terhadap sudu turbin turbin pelton sangat mempengaruhi daya yang
dihasilkan.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat kita lihat bahwa efisiensi yang dihasilkan
pada Sudu 1 lebih besar jika dibandingkan dengan Sudu 2 maupun Sudu 3, hal
ini disebabkan karena distribusi massa air melewati sudu mangkuk memantul
kembali secara halus kesegala arah, sedangkan pada sudu mitchell dan sudu
setengah silinder pada saat pancaran air memantul kembali sebagian ke arah
samping kiri dan kanan melalui kelengkungan sudut pantul yang halus, dan
daya antara sudu mangkuk dengan sudu setengah mitchell adalah sebesar
10,86%.
pantulan yang berasal dari kaki sudu iniakan mengenai sudu berikutnya, yang
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
dihasilkan oleh nosel berjarak 0,02 m yaitu sebesar 4,4208 N dan terkecil
sesuai dengan teori dari penelitian yang dilakukan oleh Muliawan &
Yani (2016) bahwa semakin besar debit maka efisiensi semakian besar
5.2. SARAN
lebih banyak untuk mendapatkan posisi jarak nosel yang lebih optimal.