Pada penelitian ini, dilakukan observasi yang bertujuan untuk meninjau kembali dan memperkuat data tertulis serta hasil wawancara baik dengan pemegang program maupun dengan calon pengantin. Selain itu observasi ini juga dapat menambah informasi peneliti dalam mengevaluasi program imunasasi TT pada calon pengantin.
4.1.1 Hasil Observasi terhadap kerja sama antara Puskesmas
Cibeber dan KUA Kecamatan Cibeber Puskesmas Cibeber dan KUA Kecamatan Cibeber telah melalukan kerja sama yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak mengenai kewajiban bagi calon pengantin untuk melakukan imunisasi TT. Kerjasama ini sudah berjalan dengan baik antara kedua belah pihak. Pertama, observasi yang dilakukan untuk tenaga kesehatan puskesmas Cibeber sudah sering memberikan penyuluhan mengenai pentingnya imunasasi TT bagi calon pengantin, penyuluhan mengenai Keluarga Berencana (KB), penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), 1000 hari kehidupan, gizi ibu hamil, dan ASI ekslusif. Kedua, observasi yang dilakukan untuk pihak KUA yang berkewajiban memberikan arahan informasi mengenai program ini kepada calon pengantin terutama yang berusia di bawah 20 tahun sudah baik. Namun, pada kenyataannya masih ada beberapa calon pengantin yang tidak mau melakukan imunasasi TT.
4.1.2 Hasil Observasi terhadap penjadwalan kunjungan
Kunjungan yang dilakukan tenaga kesehatan ke KUA sudah berjalan sesuai jadwal, yaitu setiap hari Selasa pukul 10.30 atau 11.30. Petugas KUA juga akan mengarahkan seluruh calon pengantin untuk datang di hari Selasa agar semua mendapatkan pelayanan dari puskesmas, kecuali yang berhalangan hadir biasanya akan disarankan untuk ke puskesmas di hari lain. Biasanya pihak KUA akan menghubungi pihak puskesmas pada pagi hari untuk menginfokan jumlah peserta yang terdaftar. Hal ini sangat baik karena petugas kesehatan dapat menyesuaikan jumlah vaksin dan spuit yang akan dibawa ke KUA. Jika ada halangan, kedua belah pihak akan saling berkomunikasi untuk menyesuaikan pergantian jadwal yang akan dilakukan pada minggu yang sama. Petugas kesehatan yang pergi ke KUA juga sudah dijadwalkan oleh puskesmas setiap minggunya. Saran agar mengikutsertakan 1 petugas dari program lain untuk ikut memberi materi penyuluhan.
4.1.3 Hasil Observasi terhadap pencatatan data kunjungan
dan penyuluhan Pencatatan yang dilakukan meliputi tanggal kunjungan, daftar hadir kunjungan calon pengantin pria dan wanita, topik penyuluhan, status imunisasi TT sebelumnnya dan status imunasasi TT sekarang (suntik TT saat ini), nama petugas yang memberikan pelayanan. Status imunisasi TT dicatat pada tiga kartu yaitu: pertama, pada kartu imunisasi yang diberikan kepada peserta, kedua, pada kertas absensi (daftar hadir) dan ketiga pada buku imunisasi untuk dokumentasi tenaga medis. Status imunisasi yang sudah dicatat akan dilaporkan kepada petugas KUA pada setiap bulannya. Pada kegiatan penyuluhan imunasasi TT, dokter selalu mendampingi dan memberikan materi penyuluhan. Materi disampaikan secara langsung oleh dokter sehingga tidak ada data tertulis mengenai isi materi yang diberikan. Materi penyuluhan yang disampaikan sudah mencakup apa yang dibutuhkan oleh calon pengantin.
4.1.4 Hasil Observasi terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan
dan imunisasi TT terhadap calon pengantin Pelaksanaan penyuluhan imunasasi TT dilakukan di Aula KUA yang berukuran ± 4 m x 6 m, lesehan, menggunakan media lembar balik yang berisi poin-poin kesehatan dan pemeriksaan yang perlu dilakukan pada calon pengantin, tidak ada proyektor ataupun powerpoint, tidak menggunakan poster maupun leaflet serta tidak ada microfon sehingga peserta banyak yang tidak memperhatikan isi materi penyuluhan dan sedikit peserta calon pengantin yang bertanya. Selain itu, Aula KUA juga tidak disediakan pendingin ruangan atau kipas angin, serta tidak ada wastafel dan tempat sampah. Pelaksanaan penyuluhan imunasasi sudah di sosialisasi oleh Petugas KUA tidak memberi tahu sebelumnya kepada para peserta Kegiatan imunasasi TT yang dilakukan di Aula KUA membuat pasien canggung, karena pelaksaksaan suntik imunasasi ditempat terbuka. Selain itu, kebanyakan pasien yang datang masih menggunakan pakaian panjang atau pakaian yang sulit untuk dilakukan suntik imunasasi. Pelaksanaan Imunasasi TT untuk calon pengantin wanita biasanya dilakukan kurang dua minggu menjelang pernikahan. Tenaga medis yang melakukan suntik TT juga selalu membawa peralatan & tidak meninggalkan sampah medis di KUA.
4.2 Hasil Wawancara
Wawancara pada penelitian ini dilakukan terhadap responden yaitu : 10 calon pengantin, 2 petugas KUA Cibeber, dan 2 petugas kesehatan termasuk pemegang program imunisasi TT. Wawancara dilakukan secara langsung face to face antara dokter dengan responden yang bertujuan untuk menggambarkan persepsi tentang program dan pelaksanaan Imunisasi TT.
4.2.1 Hasil wawancara mengenai persepsi tentang program dan
pelaksanaan Imunasasi TT
Hasil wawancara dengan calon pengantin
Wawancara yang dilakukan terhadap 10 calon pengantin rata-rata menyatakan bahwa mereka mendapatkan pengetahuan baru tentang pentingnya imunisasi TT sebelum menikah. Imunasasi yang berfungsi mencegah terjadinya infeksi tetanus terhadap ibu dan calon bayi yang akan lahir. Mereka juga lebih memahami bahwa imunisasi tetanus dapat diperoleh dari berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumah sakit dan puskesmas. Selain itu, calon pengantin juga lebih menyadari manfaat dari Imunisasi TT. Pelaksanaan Imunisasi TT menurut mereka sudah berjalan cukup baik, mulai dari jadwal tetap imunasi TT yang dilaksanakan hari selasa dan kamis, arahan dari pihak KUA serta suntik imunisasi yang dilakukan oleh tenaga medis. Namun, beberapa calon pengantin berpendapat tentang kekurangan dari imunisasi TT ini. Pertama, dari segi penyuluhan mereka menyamaikan terkadang pemberi materi ada yang suaranya kecil sehingga mereka tidak mendengar apa yang disampaikan, serta tidak adanya alat peraga membuat mereka bosan ketika penyuluhan berlangsung. Kedua, dari pihak KUA, beberapa calon pengantin ada yang belum mengetahui tentang program imunisasi TT ini serta adanya penyuluhan yang dilakukan tenaga medis. Beberapa dari mereka mengetahui dari teman, jadi mereka beranggapan kurangnya sosialisasi dari pihak KUA tentang imunisasi ini. Ketiga, dari segi pelaksanaannya calon pengantin merasa kurang nyaman mengenai tempat suntik imunisasi karena terbuka sehingga terlihat oleh orang lain. Ada juga yang mengatakan kalau mereka takut untuk disuntik imunisasi serta efek yang akan ditimbulkan.
Hasil wawancara dengan Petugas KUA
Wawancara yang dilakukan terhadap 2 petugas KUA Cibeber yaitu Kepala KUA yang berusia 67 berpendidikan s1 dan Kepala KUA yang berusia 67 berpendidikan s1. Hasil wawancara dengan kepala KUA dan xxxxx, yaitu Imunisasi ini penting sekali dilakukan untuk calon pengantin karena menurutnya mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Jadi apabila calon pengantin sudah melakukan imunisasi TT maka kejadian infeksi TT akan berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. Program imunisasi ini juga sangat mereka dukung karna mengingat usia calon pengantin diatas 16 tahun yang menikah sehingga mereka butuh pemahaman juga mengenai pentingnya imunisasi, KB dan penyuluhan lainnya yang disampaikan oleh tenaga medis. Pelaksanaan imunisasi menurut pihak KUA sudah berjalan lancar, mulai dari Jadwal imunisasi yang sudah ditetapkan selasa kamis, adanya penyuluhan disetiap kegiatan, pemberian informasi tentang adanya imunisasi TT ke warga, tenaga medis yang yang selalu hadir serta tempat pelaksanaan imunisasi TT yang cukup memadai sehingga banyak calon pengantin yang mengikuti kegiatan tersebut. Namun, ada beberapa kekurangan juga dari pelaksaannya yaitu masih banyaknya calon pengantin yang tidak mengikuti imunisasi TT sekitar 133 orang pada tahun 2018 ini. Menurut pihak KUA hal ini disebabkan oleh adanya beberapa pihak dari catin yang tidak setuju dengan adanya imunisasi, calon pengantin yang sibuk sehingga tidak sempat ke KUA, ada juga calon pengantin yang takut suntik, serta kurangnya kesadaran catin tentang pentingnya Imunisasi TT.
Hasil wawancara dengan Petugas Kesehatan
Wawancara dilakukan terhadap 2 petugas Puskesmas Cibeber, yaitu bidan usia 38 dan 39 tahun, dengan pendidikan terakhir D4. Menurut pendapat mereka program Imunisasi TT ini sangat penting diwajibkan untun catin mengingat tingginya angka case fetality rate di Indonesia. Program Imunisasi TT bagi catin ini merupakan skrining dan memiliki keuntungan bagi kami karena kami sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui siapa saja yang belum TT. Selain itu, program ini juga memiliki keuntungan bagi catin karena mereka mendapatkan pencegahan yang dapat membahayakan ibu serta bayinya nanti. Dalam pelaksananaannya Imunisasi ini sudah berjalan baik, pertama dilihat dari segi jadwal yang sudah kami atur dengan pihak KUA dan pembagian tugas antar petugas medis dan KUA juga sudah berjalan sesuai ranahnya. Perserta catin yang mengikuti program Imunisasi ini mendapatkan informasi dari masyarakat sekitar ketika mereka mengikuti posyandu, lansia dan pelatihan kader. Namun ada juga beberapa kendala dalam kegiatan ini seperti catin yang memiliki pengehuan kurang sehingga mereka bersepsi salah dan tidak mengikuti Imunisasi TT ini.
4.3 Identifikasi Masalah
NO MASALAH
1 Belum semua catin wanita terjaring imunisasi TT
2 Sarana prasarana penyuluhan kurang memadai
Tabel 9. Identifikasi Masalah
4.4 Prioritas Masalah
MASALAH U S G TOTAL Belum semua catin wanita terjaring imunisasi TT Sarana prasarana penyuluhan kurang memadai Tabel 10. Prioritas Masalah
4.4 Penyebab Prioritas Masalah
Faktor predisposisi
Pengetahuan, kepercayaan, persepsi. motivasi dan pengalaman dari orang lain
Faktor pendukung Faktor pendorong
Belum semua catin wanita terjaring imunisasi Jarak, transportasi, sarana prasarana penyuluhan Sosialisasi mengenai Imunisasi TT yang kurang
Mapping konsep identifikasi masalah
4.5 Pemecahan Prioritas Masalah
Pemecahan Identifikasi Alternatif Pemecahan NO Penyebab Masalah Masalah Masalah Masalah Terpilih 1. Melakukan sosialisasi kepada warga 1. Pengetahuan yang pada saat posyandu atau kurang, kepercayaan, pada saat acara persepsi, motivasi dan keagaamaan dengan Belum semua pengalaman dari orang lain cara kerjasama. catin wanita yang salah mengenai 2. Sosialisasi dapat 1. terjaring imunisasi TT pranikah menggunakan metode imunisasi TT 2. Jarak dan transportasi lisan dan tulisan seperti catin ke lokasi KUA cibeber. dengan menempelkan 3. Sosialisasi yang kurang atau membagiakn mengenai imunisasi TT brosur kerumah warga atau meminta bantuan kader