Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
IGA KUSUMANINGSIH
SK116024
APRIL 2019
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL
A. Pengertian
Isolasi Sosial adalah kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negatif atau mengancam (NANDA, 2012). Townsend, M.C. (2006)
menjelaskan isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam dirinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
baik verbal dan nonverbal pada klien yang menarik diri di Rumah Sakit Dr.
Marzoeki Mahdi Bogor dan RSJP Jakarta (Keliat dkk, 2008).
D. Pohon Masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
RTL
“Baiklah besok kita akan bertemu lagi untuk membahas apa sebenarnya penyakit
isolasi sosial itu ya bu”. ”Jam berapa kita bertemu?”bagaimana jika jam 10.00.”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
SP 2 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tendang masalah
isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu. Masih ingat dengan saya? Iya benar saya perawat Iga”.
Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Sesuai kontrak hari ini kita akan berbincang-bincang tentang masalah Tn.A dan
cara perawatannya”.
“Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Ibu punya waktu? Bagaimana kalau
30 menit?”
KERJA:
”kira-kira Ibu tahu apa yang terjadi dengan Tn.A? Apa yang sudah dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh Tn.S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu
gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung
diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan
saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau
berpisah dengan orang–orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak
ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Ibu dan anggota keluarga lainnya
harus sabar menghadapi Tn.A dan untuk merawat Tn.A, keluarga perlu
melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling
percaya dengan Tn.A yang caranya adalah bersikap peduli dengan Tn.A dan
jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan
kepada Tn.A untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain.
Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.”
“Selanjutnya jangan biarkan Tn.A sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-
cakap dengan anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi
bersama, melakukan kegiadan rumah dangga bersama.”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”
”Begini contoh komunikasinya, Bu : Ibu lihat sekarang kamu sudah bisa
bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama. Ibu
senang sekali melihat perkembangan kamu, Pak. Coba kamu bincang-bincang
dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat
berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di
rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung.
Bagiamana bu, kamu mau coba kan, ?”
”Nah coba sekarang Ibu peragakan cara komunikasi seperti yang saya
contohkan”
”Bagus, bu. Ibu telah memperagakan dengan baik sekali”
”Sampai sini ada yang ditanyakan?”
TERMINASI:
Evaluasi
“Baiklah bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Coba ibu ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial”
“Selanjutnya bisa Ibu sebutkan kembali cara-cara merawat Tn.A yang mengalami
masalah isolasi sosial”
“ Bagus sekali bu, Ibu bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut”
“Nanti kalau ketemu Tn.A coba Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama”.
RTL
“Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada
Tn.S ?”
“Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama”
SP 3 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu” masih ingat dengan saya? Iya saya perawat Iga”.
”Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
Validasi
”ibu masih ingat latihan merawat Tn.A seperti yang kita pelajari berberapa hari
yang lalu?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Mari praktekkan langsung ke Tn.A! Berapa lama waktu yang Ibu butuhkan. Baik
kita akan coba 30 menit.”
”Sekarang mari kita temui Tn. A.”
KERJA
”Selamat pagi Tn.S. Bagaimana perasaan Tn. A hari ini?”
”istri Tn.Ahari ini besuk. Beri salam! Bagus. Tolong Tn.A tunjukkan jadwal
kegiatannya!” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah bu, sekarang Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan Tn.A setelah berbincang-bincang dengan istri Tn.A?”
”Baiklah, sekarang saya dan istri Tn.A ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi? Ibu sudah bagus.”
“Mulai sekarang Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Tn.A”
RTL
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang Pak”
“Sampai jumpa”
SP 4 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? Iya betul saya perawat Iga.”
Validasi
“Bagaimana kabarnya hari ini? Sudah bisa kan melakukan perawatan Tn.A?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
”Karena rencana Tn.A mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan
lanjutan di rumah.”
”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja”
”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA:
”Bu, ini jadwal Tn.A yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan?
Di rumah Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik
jadwal kegiadan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Tn.A selama di rumah. Misalnya kalau Tn.A terus menerus tidak mau
bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau
bawa Tn.A ke rumah sakit”
TERMINASI:
Evaluasi
”Bagaimana bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiadan harian Tn.A.
RTL
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
DAFTAR PUSTAKA
Jumaini, Keliat, B.A, Hastono, S.P (2010). Pengaruh Cognitive Behavior Social
Skill Tarining (BCSST) terhadap peningkatan kemampuan sosialisasi klien
isolasi sosial di BLU RS. Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK-UI. Tidak
dipublikasikan.
Keliat, B.A, Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa :Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta : EGC
Keliat, B.A, Akemat, Daulina, N.H.C, Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan
Kesehatan Jiwa : CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC
Keliat, B.A., Wiyono, A. P., Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Cetakan 2012. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nyumirah, S., Hamid, A.Y., Mustika sari. (2012). Pengaruh Terapi Perilaku
Kognitif terhadap kemampuan interaksi sosial klien isolasi sosial di RSJ Dr.
Amino Gonhutomo Semarang. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Renidayati, Keliat, B., A., & Sabri., L. (2008). Pengaruh Social Skills Training
Pada Klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
Sumatera Barat. FIK UI : Depok
Sukma, Keliat, B., A., Mustikasari. (2015). Pengaruh Cognitive Behaviour
Therapy dan Cognitive Behavioural Social Skills Training terhadap Gejala
Klien Halusinasi dan Isolasi Sosial di Rumah Sakit. FIK UI : Depok
Surtiningrum. A., Hamid, A., Y., Waluyo, A. (2011). Pengaruh terapi suportif
terhadap kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang. FIK UI : Depok