Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morbili, nama lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubeola. Penyebab
penyakit ini ialah virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus Morbillivirus.Hanya satu
tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam
tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin selama stadium kataral
sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-
kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio
manusia atau jaringan ginjal kera rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri
dari sel raksasa multi nucleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat
dideteksi bila ruam muncul.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Penyakit ini terutama menyerang golongan umur 5-9 tahun, tetapi di Negara
yang belum berkembang insiden tertinggi pada umur di bawah 2 tahun. Bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif melalui
plasenta sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang
sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili maka
bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita
penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila seorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1
atau 2 bulan,maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus; bila ia menderita morbili
pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan
kelainan bawaanatau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau anak
yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Jika bayi menderita campak, ibu dan bayi
boleh diisolasi bersama dan diperbolehkan diberi ASI. Ibu dengan campak setelah
melahirkan menyusui, dan neonatus mendapat penyakit ringan yang didapat. Antibodi dalam
sekret mungkin terkandung dalam susu dalam 45 hari. Tidak ada perbedaan jenis kelamin,
tetapi beberapa peneliti mengemukakan bahwa komplikasi lebih banyak pada laki-laki. Di
Afrika didapatkan kebutaan sebagai komplikasi morbili pada anak yang menderita
malnutrisi.
1
B. Tujuan
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui Definisi.
2. Untuk mengetahui Etiologi.
3. Untuk mengetahui Patofisiologi.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dan laboratorium.
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami buat adalah sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari ?
2. Apakah etiologi dari ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari ?
4. Bagaimana patofisiologi ?
5. Bagaimana pemeriksaan fisik ?
6. Bagaimana penatalaksanaan ?
7. Bagaimana diagnosa keperawatan dan Intervensi ?
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun dari empat bab utama, yaitu :
1. BAB 1 : Pendahuluan, merupakan bab awal yang menjelaskan latar belakang membuat
laporan, tujuan dari pembuatan makalah, rumusan masalah yang dibuat untuk mencapai
tujuan dan sistematika penulisan mengenai deskripsi susunan makalah.
2. BAB 2 : Tinjauan Teoritis.
3. BAB 3 : Hasil diskusi, merupakan pemaparan hasil diskusi dalam memecahkan kasus
yang kemudian telah dipresentasikan melalui metode panel.
4. BAB 4 : Penutup, merupakan bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dari isi
makalah.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
MORBILI
Secara Umum
Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik
Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk family Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Cara penularan dengan droplet infeksi.
3
2. Stadium erupsi
Berlangsung selama 5 sampai 10 hari. Gejala pada stadium kataralseperti koriza dan batuk-
batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatumdurum dan palatum mole.
Kadang-kadang terlihat pula bercak Koplik. Kemudianterjadi ruam eritematosa yang
berbentuk makula-papula disertai meningkatnya suhu badan. Di antara makula terdapat kulit
yang normal. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian lateral tengkuk,
sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal,
dan muka bengkak. Ruammencapai anggota bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai
urutan terjadinya.Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian
belakang,splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black measles, yaitu morbili
yangdisertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Gejala-gejala pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi kulit berkurang dan
meninggalkan bekas di kulit berupa hiperpigmentasi yang lama-kelamaan akan hilang sendiri
dengan sempurna setelah 2-3 minggu. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pada kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik
untuk morbili. Pada penyakit- penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.
4
Patofisiologi
Virus Morbili
Droplet infection
Diare Gangguan
Istirahat Tidur
( BAB terus menerus ) Kurang volume cairan
Iritasi & elektrolit
Gangguan Integritas
Kulit
5
Penatalaksanaan
MEDIS
1. Pemberian Vitamin A
Dosis :
6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
> 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi
sehubungan dengan defisiensi vitamin A.
2. Pamol
Komposisi : Parasetamol
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang (termasuk sakit kepala, mialgia, keluhan sesudah
imunisasi, dan keluhan sesudah tonsilektomi), serta menurunkan demam yang menyertai
infeksi bakteri dan virus.
Dosis :
Oral :
- Dewasa : 500-1000mg setiap 6 jam
- Anak (6-12 tahun): 125-250 mg 3-4x sehari.
- Bayi dan anak kecil: dengan bentuk tetes (ukuran pipet=60mg/0,6ml) atau elixir (125mg/
5ml).
Bayi < 1 tahun: ½-1 sendok teh atau 1 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Anak kecil (1-3 tahun): 1/2 sendok teh, atau 1-2 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Anak (4-5tahun): 1½ sendok teh, atau 3 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Kontra Indikasi : Pasien dengan penyakit hati atau ikterus
Perhatian : Untuk penggunaan tanpa resep dokter : jangan melebihi dosis maximum yang
dianjurkan, dan jangan dipakai terus-menerus lebih dari 10 hari tanpa pengawasan dokter.
Efek Samping : Sangat jarang dan biasanya ringan
3. Isoprinosine
Komposisi
Methisoprinol
tablet 500mg 8tablet
sirup 250mg/5ml 60ml
6
Indikasi : Imunomodulator untuk penyakit-penyakit virus dan keadaan-keadaan
imunodefisiensi.
Dosis
Dewasa dan anak-anak 50mg/kg BB/hari dibagi 3-4 dosis saat bangun.
Pada infeksi berat, fase akut 100mg/kg BB/hari
Lama pengobatan umunya 7-10hari.
Efek Samping : Peninggian sementara kadar asam urat dalam urine dan serum. Yang
jarang muncul ruang kulit dan gatal-gatal, mual, diare, kelelahan, sakit kepala, poli uria.
4. Ambroxol
Komposisi
Tiap tablet mengandung 30mg ambroxol hidroklorida. Tiap 5ml sirup mengandung 15 mg
ambroxol hidroklorida.
Cara kerja obat : Bersifat mukokinetik dan sekretolitik, meningkatkan pembersihan
sekresi yang tertahan pada saluran pernapasan dan menghilangkan mucus statis,
memudahkan mengencerkan dahak.
Indikasi : Penyakit saluran napas akut kronis yang disertai sekresi bronkial yang abnormal.
Dosis
> 12 tahun sehari 3x 30mg (2-3 hari pertama)
Anak-anak 5-12 tahun sehari 2-3 x 15mg
Anak-anak 2-5 tahun sehari 3 x 7,5mg (2,5ml sirup)
Anak-anak < 2 tahun sehari 2 x7,5mg (2,5ml sirup)
Efek Samping : Ambroxol umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang ringan
pada saluran pencernaan dilaporkan pada beberapa pasien. Reaksi alergi
7
BAB III
HASIL DISKUSI
Skenario 1
Anak A perempuan, usia 5 tahun di rawat di ruang anak, dengan keluhan panas, batuk
dan BAB yang terus menerus disertai adanya bercak merah di seluruh tubuh. Dari hasil
pengkajian diperoleh data : anak tidak mau makan, BAB sudah 4 x konsistensi cair,
konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, tampak bercak merah pada tubuh pasien dan
terdapat luka di mulut, peristaltic meningkat, pasien tampak batuk, ronchi +, BB 14 kg,
BB sebelum sakit 15 Kg. tanda vital nadi 120x/menit, RR 50x/menit, Suhu 38,5 0C, LED
dan leukosit meningkat.
Kata kunci :
Pertanyaan penting :
8
5. Kenapa LED dan leukosit meningkat?
6. Apa yang menyebabkan anak tidak nafsu makan?
7. Apa yang menyebabkan mukosa bibir kering?
8. Apa yang menyebabkan peristaltic meningkat?
9. Apa yang menyebabkan terdapat luka di mulut?
10. Apa yang menyebabkan konjungtiva anemis?
11. Apa yang menyebabkan ronchi (+)?
12. Apa yang menyebabkan nadi dan RR meningkat dan berapa nilai normalnya?
13. Apa yang menyebabkan BB menurun?
14. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan pada pasien tersebut?
15. Diagnosa apa saja yang akan muncul?
16. Bagaimana penatalaksanaannya?
Jawaban pertanyaan :
1. Bercak merah timbul karena adanya eritema yang disebabkan virus morbili
2. BAB terus menerus disebabkan karena infeksi dari virus morbili menyebar ke saluran pencernaan
3. Suhu tubuh meningkat karena kompensasi tubuh karena terkena virus, sehingga terjadi aktifasi
komplemen yang dapat merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Suhu normal 360C
4. Batuk disebabkan oleh virus yang menyebar melalui darah dan menjadikan inflamasi pada saluran
napas, sehingga tubuh berkompensasi mengeluarkan mucus sebagai respon inflamasi. Mucus yang
banyak merangsang tubuh untuk mengeluarkan secret tersebut.
5. LED meningkat karena adanya infeksi virus morbili. LED merupakan pemeriksaan laju endap darah,
yang dilakukan untuk mengetahui adanya perangan dan infeksi. Hasil :
LED meningkat: eritrosit sedikit, bentuk eritrosit besar di plasma, leukosit tinggi
Leukosit meningkat karena sebagai usaha tubuh untuk membunuh virus yang masuk.
6. Anak tidak nafsu makan karena adanya inflamasi pada saluran cerna yang disebabkan karena
penyebaran virus melalui darah
7. Mukosa bibir kering disebabkan suhu tubuh yang meningkat sehingga tubuh berkompensasi dengan
bernapas cepat dan banyak mengeluarkan cairan sehingga mukosa bibir kering
8. Gerak peristaltic meningkat karena akibat adanya rangsangan toksin, sehingga pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, sehingga timbul diare yang
disebabkan adanya peningkatan isi ronnga usus. Peningkatan isi rongga usus akan meningkatkan
gerak peristaltic untuk mengeluarkan nya.
9
9. Terdapat lesi di mulut disebabkan karena terdapat virus yang menyebabkan penurunan system imun,
sehingga memudahkan penyebaran infeksi ke organ yang lain.
10. Konjungtiva anemis disebabkan karena anemia yang dialami klien karena asupan nutrisi klien kurang
sehingga pembentukan eritropoesis terganggu.
11. Ronchi terjadi akibat adanya mucus yang banyak pada saluran pernapasan
12. Nadi dan RR meningkat karena respon dari adanya inflamasi, sehingga metabolisme tubuh meningkat
13. BB menurun karena asupan makanan yang tidak adekuat disebabkan tidak nafsu makan karena
adanya inflamasi saluran cerna
14. Pemeriksaan
FISIK
1. Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2. Kepala : sakit kepala
3. Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada
stad eripsi ).
4. Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
5. Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,
muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam)
6. Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
7. Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
8. Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9. Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
LAB
1. Pemeriksaan darah tepi
- Normal leukosit : 5000-10000/uL3
15. Diagnosa yang bisa muncul :
1) Resiko kurang volume cairan
2) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Resiko terjadi tidak efektifnya bersihan jalan nafas
4) Gangguan persepsi sensori
5) Gangguan integritas kulit
6) Gangguan istirahat tidur
7) Intoleransi aktivitas
10
16. Penatalaksanaan
MEDIS
1) Pemberian Vitamin A
Dosis :
6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
> 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi
sehubungan dengan defisiensi vitamin A.
2) Pamol
Komposisi : Parasetamol
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang (termasuk sakit kepala, mialgia, keluhan
sesudah imunisasi, dan keluhan sesudah tonsilektomi), serta menurunkan demam
yang menyertai infeksi bakteri dan virus.
Dosis
Oral :
- Dewasa : 500-1000mg setiap 6 jam
- Anak (6-12 tahun): 125-250 mg 3-4x sehari.
- Bayi dan anak kecil: dengan bentuk tetes (ukuran pipet=60mg/0,6ml) atau elixir
(125mg/ 5ml).
Bayi < 1 tahun: ½-1 sendok teh atau 1 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Anak kecil (1-3 tahun): 1/2 sendok teh, atau 1-2 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Anak (4-5tahun): 1½ sendok teh, atau 3 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Kontra Indikasi : Pasien dengan penyakit hati atau ikterus
Perhatian : Untuk penggunaan tanpa resep dokter : jangan melebihi dosis maximum
yang dianjurkan, dan jangan dipakai terus-menerus lebih dari 10 hari tanpa
pengawasan dokter.
Efek Samping : Sangat jarang dan biasanya ringan
3) Isoprinosine
Komposisi
Methisoprinol
tablet 500mg 8tablet
11
sirup 250mg/5ml 60ml
Indikasi : Imunomodulator untuk penyakit-penyakit virus dan keadaan-keadaan
imunodefisiensi.
Dosis
Dewasa dan anak-anak 50mg/kg BB/hari dibagi 3-4 dosis saat bangun.
Pada infeksi berat, fase akut 100mg/kg BB/hari
Lama pengobatan umunya 7-10hari.
Efek Samping : Peninggian sementara kadar asam urat dalam urine dan serum. Yang
jarang muncul ruang kulit dan gatal-gatal, mual, diare, kelelahan, sakit kepala, poli
uria.
4) Ambroxol
Komposisi
Tiap tablet mengandung 30mg ambroxol hidroklorida. Tiap 5ml sirup mengandung
15 mg ambroxol hidroklorida.
Cara kerja obat : Bersifat mukokinetik dan sekretolitik, meningkatkan pembersihan
sekresi yang tertahan pada saluran pernapasan dan menghilangkan mucus statis,
memudahkan mengencerkan dahak.
Indikasi : Penyakit saluran napas akut kronis yang disertai sekresi bronkial yang
abnormal.
Dosis
> 12 tahun sehari 3x 30mg (2-3 hari pertama)
Anak-anak 5-12 tahun sehari 2-3 x 15mg
Anak-anak 2-5 tahun sehari 3 x 7,5mg (2,5ml sirup)
Anak-anak < 2 tahun sehari 2 x7,5mg (2,5ml sirup)
Efek Samping : Ambroxol umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang
ringan pada saluran pencernaan dilaporkan pada beberapa pasien. Reaksi alergi
12
MORBILI
Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.
Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk family Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Cara penularan dengan droplet infeksi.
13
Virus morbili
Patofisiologi
Droplet infection
Masuk ke tubuh
1. PENGKAJIAN
Data Fokus
Nama : An. A
Umur : 5 Th
Kelamin : Perempuan
Data Subjektif
Pasien mengatakan
“Mengeluh panas”
“Mengeluh Batuk”
15
2. ANALISA DATA
16
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) DX. 1
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi ditandai dengan Ps mengeluh batuk, Ps
tampak batuk, Ronchi (+), RR 50x/mnt, Leukosit meningkat.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan jalan napas
klien efektif.
Kriteria hasil
- Ps tidak mengeluh batuk
- Ronchi (-)
- RR normal 20-30 x/mnt
- Leukosit normal
Intervensi
- Observasi pola napas anak, suara napas dan usaha anak untuk bernapas
- Catat dan laporkan gejala takipnea, napas cuping hidung
- Observasi warna kulit dan selaput lender
- Observasi sputum : warna, bau, sifat
- Ajarkan teknik relaksasi dan batuk efektif
- Beri posisi semi fowler agar daya recoil paru maksimal
- Ciptakan lingkungan yang nyaman, tenang dan bersih
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antitusif non narkotik 1
mg/kgBB/hr 3-4 x, ekspektoran untuk memudahkan pengeluaran sputum 0,5-2 ml,
ambroksol sehari 3 x 7,5mg (2,5ml sirup)
2) DX. 2
Perubahan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d output berlebih dan hipertermi
ditandai dengan Ps.mengeluh panas, Ps BAB terus menerus, BAB sudah 4x konsistensi
cair, Mukosa bibir kering, Peristaltik meingkat, Suhu 38,5 °C, RR 50x/mnt.
Tujuan
17
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan volume cairan
klien seimbang.
Kriteria hasil
- Ps tidak mengeluh panas
- Ps tidak BAB terus menerus
- BAB pasien normal
- Mukosa bibir ps tidak kering
- Peristaltic tidak meningkat
- Suhu normal 36 - 37°C
- RR normal 20-30 x/mnt
Intervensi
- Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
- Kaji kembali tanda dan gejala kurang volume cairan (selaput mukosa kering, rasa
haus dan produksi urine menurun)
Rasional : deteksi dini tanda – tanda dehidrasi
- Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar
Rasional : mengetahui keseimbangan cairan yang masuk dan keluar
- Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan jumlah cairan infuse
Rasional ; minum cukup untuk menambah volume cairan dan sesuaikan dengan
cairan infuse untuk mencegah kelebihan cairan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena
Rasional : program cairan intravena sangat penting bagi pasien yang mengalami
deficit volume cairan dengan keadaan umum yang jelek karena cairan yang masuk
langsung ke pembuluh darah
- Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan kadar elektrolit,
hematokrit dan hemoglobin
Rasional : mengetahui adanya dehidrasi
18
3) DX. 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat ditandai dengan
Anak tidak mau makan, BB turun 1kg, Terdapat luka dimulut, BAB terus menerus
konsistensi cair, konjungtiva anemis.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi klien
sesuai dengan kebutuhan
Kriteria hasil
- Anak mau makan
- BB tidak turun
- Tidak terdapat luka dimulut
Intervensi
- Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
- Berikan makanan yang disertai dengan supleman nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
- Observasi (berat badan, lingkar lengan, membran mukosa) Timbang berat badan
setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama untuk mengetahui
prognosis
- Pertahankan kebersihan mulut anak
- Jelaskan pentingya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
- Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral
tidak mencukupi kebutuhan gizi anak
4) DX. 4
Gangguan intregitas kulit b.d respon infeksi virus ditandai dengan Adanya bercak merah
pada seluruh tubuh, Tampak bercak merah.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan warna kulit klien
normal.
Kriteria hasil
- Tidak ada bercak merah
19
Intervensi
- Berikan salisil talk. R/ menjaga kelembaban membrane mukosa kulit
- Jaga suhu lingkungan tetap dingin. R/ udara dingin dapat mengurangi usaha gatal
- Anjurkan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak
menggaruk rash
- Bantu klien untuk mandi dengan menggunakan sabun antiseptik untuk mencegah
infeksi
20
DAFTAR PUSTAKA
Arvin, Behrman kliegman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Vol 2. Jakarta : EGC
Carpenitoa juall & Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media
Aesculapius
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak FKUI. 1991. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2.
Jakarta : penerbit buku kedokteran FKUI
21