You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morbili, nama lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubeola. Penyebab
penyakit ini ialah virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus Morbillivirus.Hanya satu
tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam
tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin selama stadium kataral
sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-
kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio
manusia atau jaringan ginjal kera rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri
dari sel raksasa multi nucleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat
dideteksi bila ruam muncul.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Penyakit ini terutama menyerang golongan umur 5-9 tahun, tetapi di Negara
yang belum berkembang insiden tertinggi pada umur di bawah 2 tahun. Bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif melalui
plasenta sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang
sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili maka
bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita
penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila seorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1
atau 2 bulan,maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus; bila ia menderita morbili
pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan
kelainan bawaanatau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau anak
yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Jika bayi menderita campak, ibu dan bayi
boleh diisolasi bersama dan diperbolehkan diberi ASI. Ibu dengan campak setelah
melahirkan menyusui, dan neonatus mendapat penyakit ringan yang didapat. Antibodi dalam
sekret mungkin terkandung dalam susu dalam 45 hari. Tidak ada perbedaan jenis kelamin,
tetapi beberapa peneliti mengemukakan bahwa komplikasi lebih banyak pada laki-laki. Di
Afrika didapatkan kebutaan sebagai komplikasi morbili pada anak yang menderita
malnutrisi.

1
B. Tujuan
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui Definisi.
2. Untuk mengetahui Etiologi.
3. Untuk mengetahui Patofisiologi.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dan laboratorium.
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami buat adalah sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari ?
2. Apakah etiologi dari ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari ?
4. Bagaimana patofisiologi ?
5. Bagaimana pemeriksaan fisik ?
6. Bagaimana penatalaksanaan ?
7. Bagaimana diagnosa keperawatan dan Intervensi ?

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun dari empat bab utama, yaitu :
1. BAB 1 : Pendahuluan, merupakan bab awal yang menjelaskan latar belakang membuat
laporan, tujuan dari pembuatan makalah, rumusan masalah yang dibuat untuk mencapai
tujuan dan sistematika penulisan mengenai deskripsi susunan makalah.
2. BAB 2 : Tinjauan Teoritis.
3. BAB 3 : Hasil diskusi, merupakan pemaparan hasil diskusi dalam memecahkan kasus
yang kemudian telah dipresentasikan melalui metode panel.
4. BAB 4 : Penutup, merupakan bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dari isi
makalah.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

MORBILI

Secara Umum

Definisi

Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik

Etiologi

Penyebabnya adalah virus morbili. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk family Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Cara penularan dengan droplet infeksi.

Tanda dan Gejala

gejala-gejala yang timbul dibagi dalam 3 stadium :

1. Stadium kataral (prodromal)


Berlangsung 4-5 hari. Gejala menyerupai influenza,yaitu demam setinggi 1050F (40,60C),
malaise, batuk, fotofobia, konjungivitis, dankoriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 –
48 jam sebelum timbul eksantem,timbul bercak Koplik yang patognomonik bagi morbili,
tetapi sangat jarang dijumpai.Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum
dengan diameter sekitar 1mm, dikelilingi oleh eritema, dan berlokalisasi di mukosa bukalis
berhadapan denganmolar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum.
Kadang-kadangterdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Gambarandarah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran
penyakitmenyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis
perkiraanyang besar dapat dibuat bila ada bercak Koplik dan penderita pernah kontak
dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.

3
2. Stadium erupsi
Berlangsung selama 5 sampai 10 hari. Gejala pada stadium kataralseperti koriza dan batuk-
batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatumdurum dan palatum mole.
Kadang-kadang terlihat pula bercak Koplik. Kemudianterjadi ruam eritematosa yang
berbentuk makula-papula disertai meningkatnya suhu badan. Di antara makula terdapat kulit
yang normal. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian lateral tengkuk,
sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal,
dan muka bengkak. Ruammencapai anggota bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai
urutan terjadinya.Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian
belakang,splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black measles, yaitu morbili
yangdisertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Gejala-gejala pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi kulit berkurang dan
meninggalkan bekas di kulit berupa hiperpigmentasi yang lama-kelamaan akan hilang sendiri
dengan sempurna setelah 2-3 minggu. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pada kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik
untuk morbili. Pada penyakit- penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.

Pemunculan tanda dan gejala dari campak sebagai berikut:


 Hari 0-1: Prodromal mulai
 Hari 2-3: Bercak Koplik muncul
 Hari 4-5: Ruam morbilliform muncul
 Hari 6: Bercak Koplik menghilang
 Hari 7-8: Ruam sangat hebat
 Hari 10: Ruam mulai menghilang

4
Patofisiologi
Virus Morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus

Reaksi Inflamasi : Demam, suhu naik, Gangguan rasa nyaman :


metabolisme naik, RR naik, IWL naik Peningkatan suhu tubuh

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen Resiko kurang volume cairan

Saluran cerna Inflamasi saluran nafas Kulit menonjol Konjungtiva Radang


atas sekitar sebasea
dan
Terdapat bercak koplik berwarna Konjungtivis
folikel rambut
kelabu dikelilingi eritema pada Hipersekresi mukus
mukosa bukalis, berhadapan pada Gangguan
molar, palatum durum, mole Batuk, pilek, RR naik Eritema Persepsi sensori
membentuk
macula papula
Mulut pahit timbul Anorexia di kulit normal
Bersihan jalan
nafas tidak
Gangguan kebutuhan efektif Rash, ruam pada daerah balik
nutrisi < kebutuhan telinga, leher, pipi, muka,
seluruh tubuh , deskuamasi
Hygiene tidak dijaga dan Imunitas rasa gatal
kurang akan meluas pada saluran
cerna bagian bawah ( usus )
Rewel, anak susah tidur,
Gangguan jam tidur berkurang
Absorpsi turun Integritas kulit

Diare Gangguan
Istirahat Tidur
( BAB terus menerus ) Kurang volume cairan
Iritasi & elektrolit

Gangguan Integritas
Kulit

5
Penatalaksanaan

 MEDIS
1. Pemberian Vitamin A
Dosis :
6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
> 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi
sehubungan dengan defisiensi vitamin A.
2. Pamol
Komposisi : Parasetamol
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang (termasuk sakit kepala, mialgia, keluhan sesudah
imunisasi, dan keluhan sesudah tonsilektomi), serta menurunkan demam yang menyertai
infeksi bakteri dan virus.
Dosis :
Oral :
- Dewasa : 500-1000mg setiap 6 jam
- Anak (6-12 tahun): 125-250 mg 3-4x sehari.
- Bayi dan anak kecil: dengan bentuk tetes (ukuran pipet=60mg/0,6ml) atau elixir (125mg/
5ml).
Bayi < 1 tahun: ½-1 sendok teh atau 1 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Anak kecil (1-3 tahun): 1/2 sendok teh, atau 1-2 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Anak (4-5tahun): 1½ sendok teh, atau 3 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Kontra Indikasi : Pasien dengan penyakit hati atau ikterus
Perhatian : Untuk penggunaan tanpa resep dokter : jangan melebihi dosis maximum yang
dianjurkan, dan jangan dipakai terus-menerus lebih dari 10 hari tanpa pengawasan dokter.
Efek Samping : Sangat jarang dan biasanya ringan
3. Isoprinosine
Komposisi
Methisoprinol
tablet 500mg 8tablet
sirup 250mg/5ml 60ml

6
Indikasi : Imunomodulator untuk penyakit-penyakit virus dan keadaan-keadaan
imunodefisiensi.
Dosis
Dewasa dan anak-anak 50mg/kg BB/hari dibagi 3-4 dosis saat bangun.
Pada infeksi berat, fase akut 100mg/kg BB/hari
Lama pengobatan umunya 7-10hari.
Efek Samping : Peninggian sementara kadar asam urat dalam urine dan serum. Yang
jarang muncul ruang kulit dan gatal-gatal, mual, diare, kelelahan, sakit kepala, poli uria.
4. Ambroxol
Komposisi
Tiap tablet mengandung 30mg ambroxol hidroklorida. Tiap 5ml sirup mengandung 15 mg
ambroxol hidroklorida.
Cara kerja obat : Bersifat mukokinetik dan sekretolitik, meningkatkan pembersihan
sekresi yang tertahan pada saluran pernapasan dan menghilangkan mucus statis,
memudahkan mengencerkan dahak.
Indikasi : Penyakit saluran napas akut kronis yang disertai sekresi bronkial yang abnormal.
Dosis
> 12 tahun sehari 3x 30mg (2-3 hari pertama)
Anak-anak 5-12 tahun sehari 2-3 x 15mg
Anak-anak 2-5 tahun sehari 3 x 7,5mg (2,5ml sirup)
Anak-anak < 2 tahun sehari 2 x7,5mg (2,5ml sirup)
Efek Samping : Ambroxol umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang ringan
pada saluran pencernaan dilaporkan pada beberapa pasien. Reaksi alergi

7
BAB III

HASIL DISKUSI

Skenario 1

Anak A perempuan, usia 5 tahun di rawat di ruang anak, dengan keluhan panas, batuk
dan BAB yang terus menerus disertai adanya bercak merah di seluruh tubuh. Dari hasil
pengkajian diperoleh data : anak tidak mau makan, BAB sudah 4 x konsistensi cair,
konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, tampak bercak merah pada tubuh pasien dan
terdapat luka di mulut, peristaltic meningkat, pasien tampak batuk, ronchi +, BB 14 kg,
BB sebelum sakit 15 Kg. tanda vital nadi 120x/menit, RR 50x/menit, Suhu 38,5 0C, LED
dan leukosit meningkat.

Kata kunci :

1. Jenis kelamin perempuan


2. Usia 5 tahun
3. Mengeluh panas, Suhu 38,50C
4. Batuk
5. BAB terus menerus, sudah 4x konsistensi cair
6. Bercak merah diseluruh tubuh
7. LED dan Leukosit menngkat
8. Anak tidak mau makan
9. Mukosa bibir kering, terdapat luka di mulut
10. Peristaltic meningkat
11. Konjungtiva anemis
12. Ronchi (+)
13. Nadi 120x/mnt, RR 50x/mnt
14. BB 14 Kg, sebelum sakit BB 15 Kg

Pertanyaan penting :

1. Apa yang menyebabkan bercak merah di seluruh tubuh?


2. Apa yang menyebabkan BAB terus menerus dengan konsistensi cair?
3. Apa yang menyebabkan suhu meningkat? Berapa nilai normalnya?
4. Apa yang menyebabkan pasien batuk?

8
5. Kenapa LED dan leukosit meningkat?
6. Apa yang menyebabkan anak tidak nafsu makan?
7. Apa yang menyebabkan mukosa bibir kering?
8. Apa yang menyebabkan peristaltic meningkat?
9. Apa yang menyebabkan terdapat luka di mulut?
10. Apa yang menyebabkan konjungtiva anemis?
11. Apa yang menyebabkan ronchi (+)?
12. Apa yang menyebabkan nadi dan RR meningkat dan berapa nilai normalnya?
13. Apa yang menyebabkan BB menurun?
14. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan pada pasien tersebut?
15. Diagnosa apa saja yang akan muncul?
16. Bagaimana penatalaksanaannya?

Jawaban pertanyaan :

1. Bercak merah timbul karena adanya eritema yang disebabkan virus morbili
2. BAB terus menerus disebabkan karena infeksi dari virus morbili menyebar ke saluran pencernaan
3. Suhu tubuh meningkat karena kompensasi tubuh karena terkena virus, sehingga terjadi aktifasi
komplemen yang dapat merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Suhu normal 360C
4. Batuk disebabkan oleh virus yang menyebar melalui darah dan menjadikan inflamasi pada saluran
napas, sehingga tubuh berkompensasi mengeluarkan mucus sebagai respon inflamasi. Mucus yang
banyak merangsang tubuh untuk mengeluarkan secret tersebut.
5. LED meningkat karena adanya infeksi virus morbili. LED merupakan pemeriksaan laju endap darah,
yang dilakukan untuk mengetahui adanya perangan dan infeksi. Hasil :
LED meningkat: eritrosit sedikit, bentuk eritrosit besar di plasma, leukosit tinggi
Leukosit meningkat karena sebagai usaha tubuh untuk membunuh virus yang masuk.
6. Anak tidak nafsu makan karena adanya inflamasi pada saluran cerna yang disebabkan karena
penyebaran virus melalui darah
7. Mukosa bibir kering disebabkan suhu tubuh yang meningkat sehingga tubuh berkompensasi dengan
bernapas cepat dan banyak mengeluarkan cairan sehingga mukosa bibir kering
8. Gerak peristaltic meningkat karena akibat adanya rangsangan toksin, sehingga pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, sehingga timbul diare yang
disebabkan adanya peningkatan isi ronnga usus. Peningkatan isi rongga usus akan meningkatkan
gerak peristaltic untuk mengeluarkan nya.

9
9. Terdapat lesi di mulut disebabkan karena terdapat virus yang menyebabkan penurunan system imun,
sehingga memudahkan penyebaran infeksi ke organ yang lain.
10. Konjungtiva anemis disebabkan karena anemia yang dialami klien karena asupan nutrisi klien kurang
sehingga pembentukan eritropoesis terganggu.
11. Ronchi terjadi akibat adanya mucus yang banyak pada saluran pernapasan
12. Nadi dan RR meningkat karena respon dari adanya inflamasi, sehingga metabolisme tubuh meningkat
13. BB menurun karena asupan makanan yang tidak adekuat disebabkan tidak nafsu makan karena
adanya inflamasi saluran cerna
14. Pemeriksaan
 FISIK
1. Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2. Kepala : sakit kepala
3. Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada
stad eripsi ).
4. Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
5. Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,
muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam)
6. Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
7. Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
8. Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9. Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
 LAB
1. Pemeriksaan darah tepi
- Normal leukosit : 5000-10000/uL3
15. Diagnosa yang bisa muncul :
1) Resiko kurang volume cairan
2) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Resiko terjadi tidak efektifnya bersihan jalan nafas
4) Gangguan persepsi sensori
5) Gangguan integritas kulit
6) Gangguan istirahat tidur
7) Intoleransi aktivitas

10
16. Penatalaksanaan
 MEDIS
1) Pemberian Vitamin A
Dosis :
6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
> 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi
sehubungan dengan defisiensi vitamin A.
2) Pamol
Komposisi : Parasetamol
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang (termasuk sakit kepala, mialgia, keluhan
sesudah imunisasi, dan keluhan sesudah tonsilektomi), serta menurunkan demam
yang menyertai infeksi bakteri dan virus.
Dosis
Oral :
- Dewasa : 500-1000mg setiap 6 jam
- Anak (6-12 tahun): 125-250 mg 3-4x sehari.
- Bayi dan anak kecil: dengan bentuk tetes (ukuran pipet=60mg/0,6ml) atau elixir
(125mg/ 5ml).
Bayi < 1 tahun: ½-1 sendok teh atau 1 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Anak kecil (1-3 tahun): 1/2 sendok teh, atau 1-2 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Anak (4-5tahun): 1½ sendok teh, atau 3 ukuran pipet, 3-4 x sehari.
Kontra Indikasi : Pasien dengan penyakit hati atau ikterus
Perhatian : Untuk penggunaan tanpa resep dokter : jangan melebihi dosis maximum
yang dianjurkan, dan jangan dipakai terus-menerus lebih dari 10 hari tanpa
pengawasan dokter.
Efek Samping : Sangat jarang dan biasanya ringan
3) Isoprinosine
Komposisi
Methisoprinol
tablet 500mg 8tablet

11
sirup 250mg/5ml 60ml
Indikasi : Imunomodulator untuk penyakit-penyakit virus dan keadaan-keadaan
imunodefisiensi.
Dosis
Dewasa dan anak-anak 50mg/kg BB/hari dibagi 3-4 dosis saat bangun.
Pada infeksi berat, fase akut 100mg/kg BB/hari
Lama pengobatan umunya 7-10hari.
Efek Samping : Peninggian sementara kadar asam urat dalam urine dan serum. Yang
jarang muncul ruang kulit dan gatal-gatal, mual, diare, kelelahan, sakit kepala, poli
uria.
4) Ambroxol
Komposisi
Tiap tablet mengandung 30mg ambroxol hidroklorida. Tiap 5ml sirup mengandung
15 mg ambroxol hidroklorida.
Cara kerja obat : Bersifat mukokinetik dan sekretolitik, meningkatkan pembersihan
sekresi yang tertahan pada saluran pernapasan dan menghilangkan mucus statis,
memudahkan mengencerkan dahak.
Indikasi : Penyakit saluran napas akut kronis yang disertai sekresi bronkial yang
abnormal.
Dosis
> 12 tahun sehari 3x 30mg (2-3 hari pertama)
Anak-anak 5-12 tahun sehari 2-3 x 15mg
Anak-anak 2-5 tahun sehari 3 x 7,5mg (2,5ml sirup)
Anak-anak < 2 tahun sehari 2 x7,5mg (2,5ml sirup)
Efek Samping : Ambroxol umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang
ringan pada saluran pencernaan dilaporkan pada beberapa pasien. Reaksi alergi

12
MORBILI

Definisi

Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.

Etiologi

Penyebabnya adalah virus morbili. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk family Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Cara penularan dengan droplet infeksi.

Tanda dan gejala

- Bercak merah di seluruh tubuh


- Lesi di mulut
- LED dan leukosit meningkat
- Demam, suhu meningkat
- Sesak nafas
- Diare
- Tidak nafsu makan
- Anemia

13
Virus morbili
Patofisiologi

Droplet infection

An. A perempuan (5th)

Masuk ke tubuh

Reaksi Inflamasi : Demam, suhu naik, kurang volume cairan


metabolisme naik, leukosit ↑,RR naik

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Saluran cerna Inflamasi saluran nafas Kulit menonjol


atas sekitar sebasea
dan
Terdapat luka di saluran folikel rambut
cerna seperti lesi di ↑produksi mukus
mulut, Eritema
Batuk, pilek, RR naik membentuk
Tidak nafsu makan macula papula
di kulit normal
perubahan nutrisi: kurang Bersihan jalan
nafas tidak Ruam pada daerah balik
dari kebutuhan
efektif telinga, leher, pipi, muka,
seluruh tubuh , rasa gatal
Hygiene tidak dijaga dan
Imunitas kurang akan
meluas pada saluran cerna
bagian bawah ( usus )
Gangguan
Menimbulkan rangsangan Integritas kulit
untuk mengeluarkan toksin

↑ seksresi air dan elektrolit ke Nutrisi untuk eritropoesis


rongga usus tidak adekuat

↑gerak peristaltik Eritrosit Suplai darah ke Konjungtiva anemis


↓, LED ↑ jaringan tidak
adekuat Resiko perubahan
Diare
perfusi jaringan
( BAB terus menerus ) Kurang volume cairan
& elektrolit 14
Asuhan keperawatan

1. PENGKAJIAN
 Data Fokus

Nama : An. A

Umur : 5 Th

Kelamin : Perempuan

 Data Subjektif

Pasien mengatakan

“Mengeluh panas”

“Mengeluh Batuk”

“BAB terus menerus”

“Ada bercak merah diseluruh tubuh”


 Data Objektif
- Anak tidak mau makan
- BAB sudah 4x konsistensi cair
- Konjungtiva anemis
- Mucosa bibir kering
- Tampak bercak merah pada tubuh
- Tampak luka di mulut
- Peristaltik meningkat
- Ps tampak batuk
- Ronchi (+)
- BB turun 1 kg, BB dulu 15 kg
BB sekarang 14kg
- TTV
Nd 120x/mnt
RR 50x/mnt
Suhu 38,5°C
- LED & Leukosit meningkat

15
2. ANALISA DATA

No. Data Problem Etiologi


1 DS :
- Ps.mengeluh panas
- Ps BAB terus menerus
- BAB sudah 4x Perubahan volume cairan kurang Output berlebih dan
konsistensi cair dari kebutuhan tubuh hipertermi
DS :
- Mukosa bibir kering
- Peristaltik meningkat
- Suhu 38,5 °C
- RR 50x/mnt
2 DS :
- Ps mengeluh batuk
- Ps tampak batuk
DO : Bersihan jalan napas tidak efektif Hipersekresi
- Ronchi (+)
- RR 50x/mnt
- Leukosit meningkat
3 DS :
- Ada bercak merah pada
seluruh tubuh Gangguan intregitas kulit Infeksi virus
DO :
- Tampak bercak merah
4 DS :
- BAB terus menerus
konsistensi cair
DO : Perubahan nutrisi kurang dari Intake tidak adekuat
- Anak tidak mau makan kebutuhan tubuh
- BB 15 kg sebelum sakit
- BB turun 1kg
- Terdapat luka dimulut
- Konjungtiva anemis

16
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) DX. 1
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi ditandai dengan Ps mengeluh batuk, Ps
tampak batuk, Ronchi (+), RR 50x/mnt, Leukosit meningkat.
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan jalan napas
klien efektif.
 Kriteria hasil
- Ps tidak mengeluh batuk
- Ronchi (-)
- RR normal 20-30 x/mnt
- Leukosit normal
 Intervensi
- Observasi pola napas anak, suara napas dan usaha anak untuk bernapas
- Catat dan laporkan gejala takipnea, napas cuping hidung
- Observasi warna kulit dan selaput lender
- Observasi sputum : warna, bau, sifat
- Ajarkan teknik relaksasi dan batuk efektif
- Beri posisi semi fowler agar daya recoil paru maksimal
- Ciptakan lingkungan yang nyaman, tenang dan bersih
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antitusif non narkotik 1
mg/kgBB/hr 3-4 x, ekspektoran untuk memudahkan pengeluaran sputum 0,5-2 ml,
ambroksol sehari 3 x 7,5mg (2,5ml sirup)

2) DX. 2
Perubahan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d output berlebih dan hipertermi
ditandai dengan Ps.mengeluh panas, Ps BAB terus menerus, BAB sudah 4x konsistensi
cair, Mukosa bibir kering, Peristaltik meingkat, Suhu 38,5 °C, RR 50x/mnt.
 Tujuan

17
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan volume cairan
klien seimbang.
 Kriteria hasil
- Ps tidak mengeluh panas
- Ps tidak BAB terus menerus
- BAB pasien normal
- Mukosa bibir ps tidak kering
- Peristaltic tidak meningkat
- Suhu normal 36 - 37°C
- RR normal 20-30 x/mnt
 Intervensi
- Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
- Kaji kembali tanda dan gejala kurang volume cairan (selaput mukosa kering, rasa
haus dan produksi urine menurun)
Rasional : deteksi dini tanda – tanda dehidrasi
- Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar
Rasional : mengetahui keseimbangan cairan yang masuk dan keluar
- Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan jumlah cairan infuse
Rasional ; minum cukup untuk menambah volume cairan dan sesuaikan dengan
cairan infuse untuk mencegah kelebihan cairan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena
Rasional : program cairan intravena sangat penting bagi pasien yang mengalami
deficit volume cairan dengan keadaan umum yang jelek karena cairan yang masuk
langsung ke pembuluh darah
- Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan kadar elektrolit,
hematokrit dan hemoglobin
Rasional : mengetahui adanya dehidrasi

18
3) DX. 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat ditandai dengan
Anak tidak mau makan, BB turun 1kg, Terdapat luka dimulut, BAB terus menerus
konsistensi cair, konjungtiva anemis.
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi klien
sesuai dengan kebutuhan
 Kriteria hasil
- Anak mau makan
- BB tidak turun
- Tidak terdapat luka dimulut
 Intervensi
- Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
- Berikan makanan yang disertai dengan supleman nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
- Observasi (berat badan, lingkar lengan, membran mukosa) Timbang berat badan
setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama untuk mengetahui
prognosis
- Pertahankan kebersihan mulut anak
- Jelaskan pentingya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
- Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral
tidak mencukupi kebutuhan gizi anak

4) DX. 4
Gangguan intregitas kulit b.d respon infeksi virus ditandai dengan Adanya bercak merah
pada seluruh tubuh, Tampak bercak merah.
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan warna kulit klien
normal.
 Kriteria hasil
- Tidak ada bercak merah

19
 Intervensi
- Berikan salisil talk. R/ menjaga kelembaban membrane mukosa kulit
- Jaga suhu lingkungan tetap dingin. R/ udara dingin dapat mengurangi usaha gatal
- Anjurkan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak
menggaruk rash
- Bantu klien untuk mandi dengan menggunakan sabun antiseptik untuk mencegah
infeksi

20
DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman kliegman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Vol 2. Jakarta : EGC
Carpenitoa juall & Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media
Aesculapius
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak FKUI. 1991. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2.
Jakarta : penerbit buku kedokteran FKUI

21

You might also like