You are on page 1of 42

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN KELUARGA

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak Sekolah

Disusun Oleh :

Dian ayu juniar K


Elsa yuliani
Juliya
Muklis prasetiyani
Nanda destari
Olivia natasya
Pipit ariani putri

Siti nurkhasanah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018/2019
ANAK USIA SEKOLAH
A. DEFINISI
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah
dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12
tahun.
Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam
ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik
dalam berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai
perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
B. KELOMPOK ANAK
1. Usia prasekolah : 2 – 5 tahun
2. Usia sekolah : 6 – 12 tahun
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif
dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
a. Anak usia 6-7 tahun :
a) membaca seperti mesin
b) mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
c) membaca waktu untuk seperempat jam
d) anak wanita bermain dengan wanita
e) anak laki-laki bermain dengan laki-laki
f) cemas terhadap kegagalan
g) kadang malu atau sedih
h) peningkatan minat pada bidang spiritual
b. Anak usia 8-9 tahun:
a) kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
b) menggunakan alat-alat seperti palu
c) peralatan rumah tangga
d) ketrampilan lebih individual
e) ingin terlibat dalam segala sesuatu
f) menyukai kelompok dan mode
g) mencari teman secara aktif
c. Anak usia 10-12 tahun:
a) pertambahan tinggi badan lambat
b) pertambahan berat badan cepat
c) perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
d) mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian sendiri
e) memasak, menggergaji, mengecat
f) menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
g) membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
h) teman sebaya dan orang tua penting
i) mulai tertarik dengan lawan jenis
j) sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
3. Usia remaja : 13 - 18 tahun
C. CIRI-CIRI ANAK USIA SEKOLAH
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Label yang digunakan oleh orang tua
a) Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih
dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga
lainnya
b) Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan
c) Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat
suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
b. Label yang digunakan pendidik/guru
a) Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang
dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu
ekstrakurikuler
b) Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai
sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
c. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a) Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok
b) Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui
oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c) Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi
konformis (pencipta karya baru) atau tidak
d) Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar
karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain

D. PERKEMBANGAN FISIK
a. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah
lahir tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak
mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia
prasekolah, sebagai akibat perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan
Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan
kelompok besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya
diperlukan selama kelas 1 merupakan kesempatan yang baik perawat untuk
mendiskusikan dengan anak dan orang tua tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah
raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki laki sedikit labih tinggi dan lebih
berat dari pada anak perempuan selama tahun pertama sekolah. Kira kira 2 tahun
sebelum pubertas. Anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat.
b. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut
jantung rata- rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan
frekuensi pernafasan stabil 19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan
menjadi lebih lambat, lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode
ini jantung 6 kali ukurannya saat lahir dan umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.
c. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar
meningkat dan kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik
kasar yaitu berlari, melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan menangkap selama
bermain. Menghasilkan peningkatan ketrampilan neuromuscular. Perbedaan
individual dalam kecepatan pencapaian penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat.
Perbedaan individual dalam ketrampilan motorik terbentuk dalam partisipasi anak
dalam aktivitas yang membutuhkan pergerakan otot yang terkoordinasi dan
kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik
kasar tetapi berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari dan
pergelangan tangan tercapai, anak menjadi pandai melakukan aktivitas. Ketrampilan
meningkatkanmotorik halus pada anak dalam pertengahan masa kanak – kanak
membuat mereka menjadi sangat mandiri dalam merawat kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses
kebutuhan ini akan terpenuhi. Penyaklit dan hospitalisasi mengancam pengendalian
anak dalam area ini. Maka sangat penting mengizinkan mereka untuk berpartisipasi
dalam perawatan dan mempertimbangkan kemandirian sebanyak mungkin.
d. Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative. Jika
terjadi defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak usia
sekolah dapat belajar banyak hal tentang piramida makanan dan diet yang seimbang
dengan membantu menyiapkan makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua
untuk menyediakan makanan dalam jumlah yang adekuat bagi anak untuk mendukung
pertumbuhan dan aktivitas.

E. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk
berfikir dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi
oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas.
Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif,
yang di kenal sebagai operasional konkret, ketika merewka mampu mengunakan
symbol secara operasional (aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka
mulai menggunakan proses pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode ini
di tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan,
menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir masa ini anak sudah memiliki
kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di
nyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-
kata, kalimat bunyi, lambing, gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia
dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-
nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu
sebagai berikut :
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang
suara / bicara sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
b. Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau
kata-kata yang di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah dan
pencapaian berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak usia 6
tahun memiliki kosakata sekitar 3000 kata yang cepat berkembang dengan
meluasnya pergaulan dengan teman sebaya dan orang dewasa serta
kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan berbahasa dan
mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih menyadari
aturan sintaksis, aturan merangkai kta menjadi kalimat.

F. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang
penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang
mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang
menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak
berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan
kognitif dan pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai
prinsip dasar kehidupan, bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha
untuk menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena
informasi yang di terima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain jenis. Identitas
jender yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan teman sejenis yang di
pertahankan oleh anak biasa di sebut “geng“. Umumnya anak laki-laki dan perempuan
memandang jenis kelamin yang berbeda secara negative. Pengaruh sebaya menjadi
lebih berbeda selama tahap perkembangan ini. Konformitas terlihat pada perilaku,
gaya berpakaian, dan pola berbicara yang di dorong dan dipengaruhi adanya kontak
dengan sebaya. Identitas kelompok meningkat, seiring perubahan anak sekolah
menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa pada
periode ini anak memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini
banyak peneliti percaya bahwa anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar
pada seksualitasnya.
4. Konsep diri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat dan lebih individual.
Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta yang mudah diobservasi seperti adanya
atau tidak adanya penyakit dan keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan
fungsional standar untuk kesehatan personal dan kesehatan yang lain dinilai.

G. TUGAS PERKEMBANGAN ORANGTUA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH


Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa tahapan ini
lebih berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat berjalan secara
rutin. Anak secara umum merasa puas mengenai hubungannya dengan orangtua dan
mulai terlibat dalam aktivitas rumah tangga.
1. Mensupport perkembangan anak
Mendukung perkembangan Anak dilakukan dengan cara membiarkan anak
untuk pergi dan bergabung dengan dunia di luar rumahnya. Semakin lama, akan
semakin sedikit waktu anak tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi hingga siang
anak harus bersekolah, kemudian setelah itu tidak jarang anak mengikuti kegiatan
olahraga atau klub-klub tertentu bersama dengan grupnya, sehingga anak pulang ke
rumah dalam keadaan lelah pada malam hari untuk beristirahat. Belum lagi ajakan
temannya untuk menginap di rumahnya, berlibur bersama, ikut camp, mengunjungi
kerabat pada hari libur, dsb. Semua kegiatan tersebut di atas sangat baik untuk
perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas pengalaman dan untuk
perkembangan kepribadiannya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka, orientasi mereka
mulai berkembang kearah peernya. Maka orangtua harus mendukung hubungan ini,
karena penelitian membuktikan bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik dari
anggota keluarganya akan memgang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap
keluarganya bahkan ketika mereka sedang berinteraksi dengan orang lain
(Bowerman&Kinch, 1959). Seorang ibu yang memiliki hubungan pertemanan yang
hangat akan lebih mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan dunia luar.
Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai figur
otoritas. Anak akan sering berkata “…tapi kata bu guru begini…” pada orangtuanya.
Hal ini mengindikasikan bahwa anak sudah mulai keluar dari aturan rumahnya. Anak
menemukan model baru, sikap baru, dan pandangan baru melebihi yang didapat di
keluarganya. Orangtua yang dapat berempati terhadap minat anak dan dapat lebih
melonggarkan aturannya pada anak akan lebih mudahuntuk tidak terlalu mengikat
anak tersebut pada masa remajanya.
Orangtua yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya akan lebih
mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas luar rumahnya
dibandingkan orangtua yang memusatkan hidupnya hanya untuk anak mereka. Pada
masa ini, suami dan istri lebih sering bekerja bersama dalam sebuah proyek
disbanding ketika usia anaknya masih preschool ataupun remaja.(Feldman, 1961).
Beberapa aktivitas bersama yang dilakukan dengan anak-anak juga, seperti piknik
keluarga mungkin dapat mengembangkan minat dari suami dan istri untuk
meneruskan hubungannya sebagai sebuah pasangan.
2. Mempertahankan hubungan pernikahan
Beberapa studi, termasuk data dari National Opinion Research Centre
mengindikasikan bahwa efek dari kehadiran anak pada sebuah pernikahan dapat
membawa efek yang negatif. Hal ini ditemukan pada semua ras, agama, level
pendidikan, dan status pekerjaan (Davis, 1978). Sebanyak 6 survey nasional sejak
tahun 1973 sampai 1978 menemukan bahwa kehadiran anak cenderung mengurangi
kebahagiaan orangtua, dalam hal:
1) Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital companionship)
2) Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami dan istri
3) Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi untuk memperoleh
afeksi, waktu dan perhatian,
4) Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian, setidaknya untuk
beberapa saat (Glenn&Mc Lanchan,1982).
Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah
biasanya lebih sering terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya mereka
mengalami 4 kali problem lebih sering. Potensi problem terbesar bisanya
mengenai pengaturan anak di rumah, sehingga mengurangi ekspresi afeksi dari
pasangan suami-istri, dan dijadikan nomor kedua (Swensen&Moore, 1979).
Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan
pernikahan. Hal ini biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan peran
gender tradisional dalam berhubungan, dimana hubungan keduanya kemudian
hanya menjadi sebuah kebiasaan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan,
dan harapan dari satu pihak ke pihak lainnya. Model pernikahan seperti ini
lebih baik menggunakan metode diskusi daripada menghindar dalam
penyelesaian konfliknya, dan yang lebih pentingberusaha untuk
mengekspresikan cintanya secara spontan (Swensen,Eskew,&Kohlhepp,
1981). Menjaga hubungan pernikahan pada saat

H. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH


1. Menyediakan Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan Kesehatan
Anak
Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang sesuai dengan
kemampuan mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang dapat diperluas dan
memungkinkan penggunaan energi secara efisien yang dekat dengan sekolah dan job
security. Hauenstein dalam penelitiannya membagi populasi menjadi dua macam
yaitu :
1) High stress neighborhoods à ditandai dengan crowded, susunan, keluarga
mengalami kesulitan membuat suatu pertemuan
2) Low stress neighborhoods à kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang stabil,
jalan-jalan yang aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal di area
yang tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak dan juga
orang dewasa. Yang sering tinggal di area seperti ini biasanya adalah keluarga
yang tidak bekerja (pengangguran) dan punya masala-masalah dalam perkawinan.
Dapat dilihat bahwa menyediakan tempat tinggal yang sesuai adalah suatu tugas
yang berat dan memberi tantangan terutama dalam situasi ekonomi yang sulit
seperti sekarang.
Keluarga dengan young children kebanyakan menginginkan mempunyai
rumah sendiri. Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri selalu meningkat
dari waktu ke waktu. Adanya biaya pindah keluarga rata-rata meningkat begitu
cepat, banyak keluarga yang tetap berada di tempat tinggalnya tanpa mencoba
untuk meningkatkan keadaan tempat tinggal mereka. Pada waktu biaya untuk
tempat tinggal semakin tinggi, beberapa keluarga muda mampu membeli sebuah
rumah tanpa bantuan dari kerabatnya. Hal itu tidak aneh karena biasanya keluarga
muda paling banyak menerima dukungan dari extended family
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk mencegah
adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau pemulihan dari
kecelakaan. Banyak sistem sekolah yang mengharuskan bukti imunisasi anak
sebelum menerima mereka ke sekolah tiap tahun. Dipteria, tetanus, pertusis,
polio, campak, gondok dan rubella (MMR) adalah imunisasi yang biasanya
diperlukan bagi anak dari TK sampai SMA. Oleh karena itu, adalah tanggung
jawab keluarga untuk menemui dokter keluarga atau melalui Departemen
Kesehatan Negara atau klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan tanggung jawab
keluarga. Pemberian fluoride secara rutin besar pengaruhnya dalam mengurangi
kerusakan gigi pada anak. Oleh karena itu, keluarga diharapkan untuk
memeriksakan dan merapikan gigi anak pada dokter gigi serta menggosok gigi
secara teratur setelah makan yang sering memerlukan monitor dan modeling dari
orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak usia
sekolah. Hasil penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih banyak mengalami
kecelakaan dibandingkan anak perempuan dan biasanya kematian paling tinggi
adalah karena kecelakan kendaraan motor. Selain itu, kecelakaan juga
menyebabkan kerusakan permanen, kelumpuhan serta kehilangan waktu untuk
sekolah.
Child abuse merupakan suatu masalah yang terdapat pada beberapa keluarga.
Mendisiplinkan anak dengan cara memukul mungkin adalah sesuatu yang normal
dalam beberapa keluarga dan cukup banyak persentase orang tua yang mengaku
menendang, menggigit, memukul dengan tangan atau benda dan mengancam
menggunakan pisau atau senjata. Hasil penelitian bahwa 10 dari seribu anak tidak
menerima cinta dan dukungan tetapi sering menerima pukulan dari orang tua
mereka. Orang dewasa yang mengalami abuse pada waktu anak-anak lebih
cenderung menjadi child abuser terhadap anak mereka sendiri. Physical abuse
biasanya terjadi pada keluarga miskin tetapi kebanyakan keluarga kaya
menggunakan abuse sebagai “accident”. Banyak keluarga ekonomi bawah yang
stress dan melampiaskan rasa frustasi pada anak mereka. Child abuse sering juga
dipicu oleh respon anak yang membantah, menantang atau mengabaikan orang
tua sehingga orang tua frustasi dan kehilangan kontrol dan menggunakan metode
disiplin yang lebih keras dan meningkat menjadi abuse. Parents anonymous
merupakan organisasi nasional yang siap membantu mengatasi kekerasan dengan
melakukan pertemuan secara teratur dan menggunakan sarana telepon untuk
orang tua yang membutuhkan bantuan.
Incest merupakan masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada semua
kelas sosek serta etnis dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12 tahun. Anak yang
menjadi korban incest biasanya takut untuk menceritakannya pada siapapun, yang
bisa jadi petunjuk adalah penarikan diri yang tidak jelas, kecemasan, mimpi
buruk atau keluhan fisik khususnya masalah urine atau pelvic yang sakit. Bantuan
untuk korban incest dan keluarganya dapat ditemukan di tempat layanan
perlindungan anak, pusat krisis perkosaan atau woman’s centers. Untuk
mencegah incest dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan seks di rumah
dan di sekolah.
Health care cost (biaya kesehatan) cenderung meningkat, tetapi banyak
keluarga yang mempunyai asuransi kesehatan untuk membantu membiayai biaya
rumah sakit dan membayar dokter. Sebanyak 83 % dari pekerja di Amerika
bekerja pada perusahaan yang memiliki asuransi kesehatan.
2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk makan,
kemudian untuk rumah, transport, dan kebutuhan rumah tangga. Keempat item utama
tersebut kira-kira membutuhkan 65,1 % dari semua uang yang dihabiskan tiap
individu dalam sebuah keluarga. Belum lagi untuk biaya pengobatan, pakaian,
rekreasi, dan yang lainnya.
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-anak.
Kebanyakan ibu bekerja pada pekerjaan apapun menginginkan pekerjaan yang sesuai
dengan keterampilan yang mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya tidak sebesar
penghasilan suaminya, tetapi mereka dapat membantu menyediakan segala sesuatu
yang dibutuhan keluarga.
Pekerjaan part time mungkin adalah pekerjaan yang baik untuk ibu ketika
anakberada di sekolah atau ketika ayah mereka dapat menemani anak-anak. Split
shifts memungkinkan banyak ibu yang bekerja sementara suami berada di rumah.
Kesuksesan ibu bekerjatergantung pada pendidikan dan training, pengalaman kerja
sebelumnya, dukungan suami, usia anak, kesehatan serta dukungan bantuan dari
kerabat dekat dan orang lain. Pekerjaan ibu biasanya harus disesuaikan secara efektif
terhadap situasi yang terjadi dalam keluarga seperti ketika anak sakit, mendapat
kecelakaan atau situasi gawat lain yang menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan keluarga dimana kedua suami dan istri yang
mempunyai karir dengan posisi yang penting, yang meminta serangkaian
perkembangan dan keahlian serta memerlukan kompetensi dan komitmen yang
tinggi. Ketika salah satu dari mereka mempunyai kesempatan mengambangkan karir
di tempat lain, solusi tradisional untuk istri adalah mendukung karir suaminya,
mengorbankan dirinya dengan tinggal di rumah, mengakhiri pekerjaannya atau
memulai lagi semuanya di lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan yang
keduanya mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal si rumah sedangkan
yang lain pulang pergi kerja selama seminggu, kembali ke keluarga untuk weekends
dan liburan. Keuntungan yang besar adalah perkembangan yang profesional dengan
memisahkan pekerjaan dan waktu untuk keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh
negatif pada perembangan anak atau dalam masalah perkawinan. Ini mungkin terjadi
ketika ada kerja sama yang aktif dan kepercayaan antara suami istri, komunikasi
yang terbuka dalam keluarga, keteguhan hati untuk mengatasi masalah, fleksibel, dan
komitmen yang kuat untuk keluarga dan pekerjaan. (Farris 1978).
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu menjaga
keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga sepenuhnya atau istri yang
bekerja ditemukansama-sama puas secara dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat dalam
pekerjaan ibu, mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan teman kerja ibu dan
melihat apa yang ibu kerjakan. Anak yang bekerja di samping orang tuanya dalam
tugas-tugas rumah tangga sehari-hari merasa bahwa mereka penting ketika dipercaya
untuk memulai mempersiapkan makan malam dan melakukan tugas rumah tangga
yang lain sementara menunggu orang tuanya pulang ke rumah.

3. Pemberian Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah


Dalam keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu, tetapi juga
bagi ayah dan anak yang lebih tua.
1) Partisipasi anak
Partisipasi anak dalam menjaga rumahdapat dipertimbangkan, tergantung
bagaimana keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan apakah ibu mereka
bekerja atau tidak. Anak laki-laki dan perempuan dapat saling membantu untuk
memasak dan membersihkan rumah. Seperti perempuan, laki-laki pun dapat
melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mengurus pekarangan,
mobil dan hewan peliharaan. Ibu yang bekerja full time, partisipasi anak dalam
mengurus rumah sangat tinggi, tapi ibu yang bekerja part-time, partisipasi anak
rendah.
2) Bantuan dari suami
Studi dari 1212 pasangan di Philadelphia, menemukan bahwa pasangan kulit
hitam menyukai pembagian kerja dalam rumah tangga daripada pasangan kulit
putih (Ericksen, Yancey, & Ericksen 1979). Terdapat 2 istilah yang harus
dibedakan. Pertama Role-sharing, bahwa tanggungjawab tugas dilaksanakan
oleh pasangan suami istri. Suami menganggap mengerjakan segala tugas tanpa
harus ada nasihat atau pengingat dari istri. Istilah kedua yaitu task sharing,
bahwa pembagian tugas tanpa mengubah asumsi dasar tentang peran-peran dari
pasangan yang menikah. Task sharing, suami membantu istrinya jika hanya
seorang istri membutuhkan pertolongan suaminya.
Studi di Middletown 1978 menemumukan perbedaanantara keluarga business
class & working class. 45 persen keluarga yang menganggap istri memiliki
tanggung jawab penuh terhadap tugas rumah tangga, istri yang mengurus rumah
tangga lebih banyak daripada suami sekitar 40 persen pasangan, 7 persen
pasangan suami istri saling berbagi tugas, laki-laki yang lebih banyak mengurus
rumah tangga sekitar 3 persen dan beberapa lagi masih termasuk dalam studi
keluarga.
Lewis (1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat keputusan
ketika anak di rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat penting, karena dapat
membantu anak bersikap disekolah seperti halnya hubungan dengan peers,
orangtua, dan saudara kandung (Feldman & Feldman, 1975). Hubungan antara
suami-istri dapat ditingkatkan dengan saling berbagi tugas dalam menjaga anak
dan rumah tangga.
4. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:
1) diterima dalam anggota suatu kelompok
2) mengembangkan sense-nya sebagai social being
3) berinteraksi dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan status
4) antisipasi terhadap harapan dan reaksi dari orang lain
5) persiapan untuk peran masa depan yang mereka harapkan
Sosialisasi bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam mengembangkan
skills, attitude dan potensi seseorang di masyarakat. Sosialisasi berlangsung terus
menerus dalam kehidupan sebagai suatu peran baru di setiap situasi baru atau
kelompok yang individu tersebut baru memasukinya. Anak-anak usia sekolah lebih
mengembangkan hubungan dengan orang lain daripada dengan keluarganya sendiri.
Rasa kedekatan dengan relatives of the family dapat dicapai dengan cara saling
mengunjungi, menulis surat, liburan bersama, reuni keluarga, dll. Anak-anak usia
sekolah dapat berkunjung ke keluarganya yang lain di saat anak tersebut sudah bisa
menjaga dirinya, siap menghadapi tantangan dan tertarik dengan situasi yang baru.
Anak usia sekolah senang berteman dengan berbagai jenis orang. Saat anak tersebut
berhadapan dengan teman yang berbeda tipe, mereka belajar mengatasi situasi saat ini
dan yang akan datang. “undesirable friends” menurut orangtua
a. anak mengganggu teman mainnya yang lain jenis
b. teman lain suka menyerang
c. bermain bersama tapi tidak sesuai aturan
Keterlibatan keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua mempercayai
anaknya untuk mandiri. Anak yang dari latar belakang beda ras, etnik, dan kelas
sosial dapat memiliki pengalaman lebih banyak daripada anak yang hanya
berhubungan dengan “orang-orang satu jenis” dengannya, karena dapat
menghilangkan komponen pendidikan mereka dalam hidup bermasyarakat.
Orangtua sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan orangtua-guru dan kegiatan
lain yang ditekuni oleh anaknya
5. Komunikasi Di Dalam Keluarga dan Anak Usia Sekolah
Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia sekolah.
Kebanyakan anak senang menceritakan pengalaman mereka, banyak bertanya, dan
mengekspresikan sesuatu. Studi longitudinal mengindikasikan masalah awal seperti
destructiveness, temper tantrums dan overactivity menurun secara cepat di usia
sekolah
Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas menanyakanatau
berbicara hal personal tentang masalah pubertas yang dialami dan tentang peer
mereka.
Diskusi tentang sex education:
1) Apa yang terjadi di dalam tubuh
2) perbedaan antara 2 sex
3) perbedaan yang dirasakan antar teman sejenis saat beranjak dewasa
4) bagaimana menerima dan dapat nyaman dengan situasi menstruasi pada
perempuan dan seminal emissions pada laki-laki
5) bagaimana cara mengatasi jerawat dan tanda lain yang menunjukkan
meningkatnya fungsi glandular
6) kematangan tubuh apa yang terjadi pada saat sekarang dengan yang akan datang
Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan anaknya akan
menjaga komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua terhadap perasaan real
mereka sama baiknya pada anak dapat memunculkan ekspresi yang sehat dari
emosi seperti fear(takut), anxiety (cemas), resentment, anger(marah), dan
cemburu.
Siblings
Beberapa keuntungan memiliki siblings:
1) kakak dapat menjadi teladan bagi adiknya
2) seorang sibling mengidentifikasi dengan yang lain pada satu area
3) perbedaan antara sibling dapat mengembangkan sense
4) sibling dapat menjadi feedbacker
5) dapat saling tukar barang
6) jembatan untuk mengerti antara dunianya dan dunia orang dewasa
Sibling coalition dimana anak dikontrol secara kuat diawalnya sebagai
mekanisme bagi anak agar terikat bersama yang mungkin ikatan sepanjang hidup
antar siblings. Anak yang pertama lahir dapat memiliki orangtua yang seutuhnya dan
terus berlanjut menjadi anak yang unik dalam keluarga. Anak yang paling akhir, oleh
orangtuanya cenderung diberikan banyak toleransi. Anak tengah merasa bahwa
orangtuanya lebih banyak menghukum daripada memberi dukungan padanya
dibandingkan anak tertua dan anak terakhir. Dalam studi tentang selfesteem anak
tengah memiliki tingkat yang rendah selfesteem-nya dibandingkan anak pertama dan
terakhir.
Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan
kembali oleh anggota keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah
dibandingkan ia harus meluapkan emosi di luar rumah yang akan mengganggu
ketenangan di sekitar rumah. Dengan adanya komunikasi maka cinta akan mengalir
dalam keluarga tersebut menggantikan rasa marah atau energi negatif lainnya dengan
energi yang positif.

I. PROMOSI KESEHATAN SELAMA PERIODE USIA SEKOLAH


Periode usia sekolah merupakan periode klinis untuk penerimaan latihan perilaku dan
kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Jika tingkat kognisi meningkat pada
periode ini, pendidikan kesehatan yang efektif harus dikembangkan dengan tapat.
Promosi praktek kesehatan yang baik merupakan tanggung jawab perawat.
Selama progam ini, perawat berfokus pada pengembangan perilaku yang secara
positif berpengaruh pada status kesehatan anak. Perawat dapat berperan untuk memenuhi
tujuan kebijakan nasional dengan menigkatkan kebiasaan gaya hidup yang sehat
termasuk nutrisi. Anak usia sekolah harus berpartisipasi dalam progam pendidikan yang
memungkinkan mereka untuk merencanakan, memilih dan menyajikan makanan yang
sehat. Perawat juga mengikutsertakan orang tua tentang peningkatan kesehatan yang
tepatbagi anak usia sekolah. Orang tua perlu mengenali pentingnya kunjungan
pemeliharaan kesehatan.

J. MASALAH KESEHATAN SPESIFIK PADA ANAK USIA SEKOLAH


Kecelakaan dan cedera merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi pada anak.
Anak usia sekolah juga secara signifikan mengalami kanker, cacat lahir, pembunuhan,
dan penyakit jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini memiliki angka mordibitas
tinggi jumlah infeksi hamper 80% dari seluruh penyakit anak. Infeksi pernafasan
merupakan prevalensi terbanyak, flu biasa tetap merupakan penyakit utama pada masa
ini.
Beberapa kelompok lebih mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan, sering
kali sebagai akibat adanya rintangan pencapaian pelayanan kesehatan. Retardasi mental,
gangguan belajar, kerusakan sensasi, dan malnutrisi merupakan prevalensi terbanyak di
antara anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan
pesikologis.
1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
a) Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawabnya
b) Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan
diri
b. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
a) Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan
untuk keberhasilan social
b) Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi
rendah diri
c. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya
sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu
yang akan mempengaruhi hubungan social
d. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul
perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya
sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai
penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak.
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam bericara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia
sekolah yaitu :
a) Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan
menghambat komunikasi dengan orang lain
b) Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat
anak jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
c) Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan
sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa
bahwa ia berbeda
d) Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang
lain, membual akan ditentang oleh temannya.
b. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat
sehingga kurang disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota
kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep
sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya
berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan memberikan
pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e. Bahaya moral
a) Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku
anak-anak : Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman
atau berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang
tidak sesuai dengan kode orang dewasa
b) Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
c) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan
d) Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
e) Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan
f) Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
f. Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
a) Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya
b) Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi
dirinya, misal kesehatan dan sekolah
g. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
a) Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang
tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak
cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
b) Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam
melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang tua
sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak
c) Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan
disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan
dirumah dan meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis
biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
d) Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih
buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua
cenderung membenci hal itu
e) Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi
persaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh
pandangan teman-temannya mengenai wanita karier dan oleh banyaknya
beban yang harus dilakukan di rumah.
f) Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan
harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan
orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.
g) Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih
terhadap saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan
saudara yang dianggap kesayangan orang tua
h) Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap
sanak keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan
memarahi anak serta sanak keluarga membenci sikap sianak
i) Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua
kandung yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas
dan perilaku yang sulit.
ASUHAN KEPERAWARAN
IDENTITAS UMUM KELUARGA
A. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Bpk. N Pendidikan : SMA
Umur : 34 tahun Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Alamat : Desa berati RT 01 RW 02
Suku : Indonesia Nomor Telpon : 08587xxxxx

B. Komposisi Keluarg
No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan Keterangan
1. Bpk. N L 34 thn Suami/ayah Swasta SMA
2. Ibu. R P 30 thn Istri/ibu IRT SD
3. An. E P 11 thn Anak - Kelas 6 SD
4. An. A L 3,5thn Anak - -
5. An. A L 1,5thn Anak - -

C. Genogram

Keterangan:
: Laki-laki : Menikah
: Bercerai
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
D. Tipe Keluarga:
1) Jenis type keluarga:
Keluarga Inti (Nuclear Family), dimana dalam keluarga tersebut terdiri dari Bpk. N,
Ibu. R, An. E, An. A, An. A yang tinggal bersama keluarga dalam 1 rumah. Menurut
Ny. N tidak ada masalah dengan keluarganya saat ini.
2) Masalah yang terjadi dengan type tersebut:
ada masalah dalam Keluarga tersebut.

E. Suku Bangsa:
1) Asal suku bangsa: Indonesia
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: Budaya Jawa

F. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:


Ny. r mengatakan keluarganya beragama islam

G. Status Sosial Ekonomi Keluarga:


1) Anggota keluarga yang mencari nafkah:
Klien (Ibu. R) mengatakan yang mencari nafkah suami.
2) Penghasilan:
Klien (Ibu. R) mengatakan penghasilan kurang lebih 100rb / hari.
3) Upaya lain:
Klien (Ibu. R) mengatakan tidak ada pekerjaan yang lain selain berdagang.
4) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll):
Klien (Ibu. R) mengatakan memiliki 2 motor
5) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan:
Klien (Ibu. R) mengatakan kebutuhan biasa, seperti pempers anak, uang jajan, dan
klien mengatakan kebutuhan khususnya hanyalah membayar arisan.
H. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Klien (Ibu.R) mengatakan keluarga biasa melakukan rekreasi yaitu “berenang”.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


A. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
B. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:
Tahap perkembangan keluarga Ibu. R sudah terpenuhi dan tidak ada kendala.
C. Riwayat kesehatan keluarga inti:
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Klien (Ibu.R) mengatakan tidak ada keluhan apapun terkait kesehatan untuk saat ini.
b) Riwayat penyakit keturunan:
Klien (Ibu.R) mengatakan ibu mertuanya memiliki penyakit Diabetes Melitus
c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Imunisasi
Keadaan Masalah Tindakan yang
No Nama Umur BB (BCG/Polio/DPT/HB/
Kesehatan Kesehatan telah dilakukan
Campak)
1. Bpk.N 34 thn 70 kg Baik Imunisasi Lengkap Tidak ada -
2. Ibu. R 30 thn 65 kg Baik Imunisasi Lengkap Tidak ada -
3. An. E 11 thn 30 kg Baik Imunisasi Lengkap Tidak ada -
4. An. A 3,5thn 15 kg Baik Imunisasi Lengkap Tidak ada -
5 An. A 1,5thn 10 kg Baik Kurang Imunisasi Tidak ada -
Hepatitis B

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan


Bidan, Puskesmas, Posyandu
e) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Klien (Ibu.R) mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit serius, bila
anggota keluarga ada yang sakit (biasanya flu, demam) hanya dilakukan pemeriksaan
dirumah bidan/ puskesmas.
III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah
a) Luas Rumah: 9 x 15 𝑚2
b) Type Rumah: Dinding papan, lantai tanah
c) Kepemilikan: Milik Pribadi
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan:
Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar, 1 dapur dan 1 kamar mandi.
e) Ventilasi/jendela:
Rumah klien terdapat 1 jendela diruang tamu dan 1 jendela di kamar, ventilasi
udara cukup karena rumah terbuat dari papan, maka ventilasi udara dapat masuk
dengan cukup.
f) Pemanfaatan ruangan:
Didepan rumah ada lahan kosong yang digunakan untuk menanam sayuran.
g) Septic tank:
terdepat septic tank,
letak: terdapat diluar rumah
h) Sumber air minum: klien mengatakan untuk air minum sehari hari menggunakan
air isi ulang
i) Kamar mandi/WC: Klien mengatakan dirumah ada 1 kamar mandi dan Wc yang
berada di belakang Dapur
j) Sampah: Klien mengatakan dalam pembuangan sampah klien membuang sampah
ditempat sampah yang diambil petugas sampah setiap harinya. limbah RT: klien
mengatakan tidak ada limbah Rumah tangga
k) Kebersihan lingkungan: Disekitar Rumah kebersihan lingkungan tampak bersih.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


a) Kebiasaan: Klien mengatakan biasanya melakukan arisan Rt/Rw
b) Aturan/kesepakatan: Klien mengatakan arisan dilakukan 1 minggu 1x pada hari
jum:at
c) Budaya: klien mengatakan tidak ada

c. Mobilitas Geografi Keluarga: Keluarga klien merupakan warga penduduk asli demak,
dan Bpk. N bekerja sebagai wirausaha, Ibu. R sebagai Ibu rumah tangga dan anak
pertama masih duduk di bangku kelas 6 Sd
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: Klien mengatakan biasa
mengikuti arisan Rt dan Rw tiap minggu, interaksi klien dengan masyarakat sekitar baik.

e. System Pendukung Keluarga: jumlah anggota keluarga tidak ada yang sakit, fasilitas yang
menunjang kesehatan keluarga secara fisik tampak cukup (biaya hidup dan keadaan
rumah) namun secara psikologis antara anggota keluarga saling mendukung satu sama
lain bila ada salah satu anggota keluarga sakit sedangkan fasilitas sosial keluarga Bpk. N
memiliki kartu jaminan kesehatan yaitu BPJS, dukungan dari masyarakat tampak baik
terhadap keluarga Bpk. N dan bila keluarga sedang mengalami kesulitan mereka
membantu.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi Keluarga:
Menurut klien jika ada masalah dikomunikasikan dan didiskusikan bersama secara
terbuka, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa
b. Struktur Kekuatan Keluarga:
menurut Ibu. R, Bpk. N adalah sebagai kepala keluarga yang berperan sebagai
pengambilan keputusan bila ada masalah yang terjadi dalam keluarganya.
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga):
Secara informal didalam keluarga Bpk. N berperan sebagai kepala keluarga sekaligus
sebagai pencari nafkah, sedangkan Ibu. R sebagai ibu rumah tangga, dan anak
pertama duduk dikelas 6 Sd dan anak ke dua dan ke tiga belum bersekolah.
d. Nilai dan norma keluarga:
Nilai dan norma yang dianut adalah ajaran agama islam, menurut Ibu. R dikeluarga
tidak terdapat nilai dan norma yang bertentantangan dengan kesehatan.

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif:
Ibu. R mengatakan bahwa Bpk. N sangat menyayangi dirinya, dan istrinya mengaku
sangat merasa dimiliki dan dikasihi antara anggota keluarga saling mendukung dan
kehangatan tercipta karena ketika semua anggota keluarga berkumpul didalam rumah,
berbagi dan saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga:
Ibu. R mengatakan bahwa dalam keluarga rukun tetapi Bpk. N jarang untuk
berkomunikasi dengan anak-anaknya.
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga:
Ibu. R mengatakan bahwa Bpk. N setelah pulang bekerja kurang meluangkan
waktu untuk keluarga sehingga interaksi tidak terjalin dengan baik.
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:
Klien (Ibu. R) mengatakan yang mengambil semua keputusan adalah suami (Bpk.
N) selaku kepala keluarga.
d) Kegiatan keluarga waktu senggang:
Klien mengatakan kegiatan keluarga: pada waktu tenggang hanya menonton tv.
e) Partisipasi dalam kegiatan sosial:
Klien mengatakan dalam partisipasi kegiatan sosial adalah gotong royong.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan:
klien mengatakan tidak ada masalah dalam perawatan kesehatan
d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak:
klien mengatakan tidak ada perencanaan jumlah anak
b) Akseptor: klien mengatakan tidak ada aseptor yang digunakan yang digunakan,
lamanya: tidak ada
c) Akseptor: klien mengatakan tidak ada akseptor yang digunakan, alasannya: tidak
ada
d) Keterangan lain: tidak ada perencanaan untuk memiliki anak lagi, karena keadaan
ibu sudah steril (tidak bisa memiliki anak lagi).

e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan: klien mengatakan pemenuhan sandang
pangan terpenuhi dengan baik
b) Pemanfaatan sumber di masyarakat: klien mengatakan memperoleh air yang
sehat dan bersih, lingkungan yang sehat, memperoleh lahan untuk mandi bebas
dari pencemaran lingkungan.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
a) Stressor jangka pendek:
masalah yang dirasakan keluarga saat ini tidak ada karena didalam keluarga tidak
memiliki penyakit penyakit yang serius.
b) Stressor jangka panjang:
keluarga berharap anggota keluarga tidak mempunyai penyakit dalam jangka waktu
kedepannya.
c) Respon keluarga terhadap stressor:
keluarga memberikan dorongan dan semangat pada anggota keluarga yang memiliki
maslah serta membantu memecahkan masalah yang ada dikeluarga dengan cara
musyawarah.
d) Strategi koping:
menurut keluarga setiap ada masalah dikeluarga selalu bermusyawarah bersama.
e) Strategi adaptasi fungsional:
dalam keluarga tidak terjadi adaptasi fungsional.

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA


a) Pemenuhan gizi:
klien mengatakan pemenuhan gizi dalam keluarga baik, makan 1 hari 3x dengan nasi,
sayur, lauk, dan lebih sering konsumsi air putih daripada air yang manis-manis.
b) Upaya lain:
klien mengatakan tidak ada upaya lain dalam pemenuhan gizi selain yang dijelaskan
diatas.

VIII. HARAPAN KELUARGA


a) Terhadap masalah kesehatannya:
Keluarga berharap untuk kedepannya, anggota keluarganya akan selalu diberikan
kesehatan.
b) Terhadap petugas kesehatan yang ada:
Keluarga mengatakan agar petugas kesehatan lebih sering lagi mengadakan
penyuluhan di masyarakat.
IX. PEMERIKSAAN FISIK

Nama Anggota Keluarga


No Variabel
Bpk. N Ibu. R An. E An. A An. A
Riwayat Penyakit Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
1.
Saat ini
Keluhan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
2.
dirasakan
3. Tanda dan Gejala Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Riwayat Penyakit Pernah Pernah Pernah Mengalami Mengalami
Sebelumnya mengalami mengalami sakit demam demam
vertigo tekanan batuk dan setelah setelah
4.
sebelumnya darah flu pada dilakukan dilakukan
rendah usia anak imunisasi imunisasi
sebelumnya 6 tahun
Tanda-tanda Vital 110/ 80 120/90 100/70
5. Suhu: 350 C Suhu: 350 C
mmHg mmHg mmHg
Sistem
6. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Cardiovaskuler
7. Sistem Respirasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
8. Sistem Gi Tract Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
9. Sistem Persarafan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sistem
10. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Muskuloskeletal
11. Sistem Genetalia Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ANALISA DATA

No Data Penunjang Etiologi Prablem


1. DS : Bpk.R mengatakan bahwa anak perpisahan orang tua - anak Konflik Peran Orangtua
pertama bukan anak kandung dari
Bpk.M

DO :
1. Prihatin tentang perubahan pada
peran orang tua
2. Bpk. M tampak Enggan
berpartisipasi dalam aktifitas
pengasuhan yang biasa di
lakukan
3. anak tampak kurang dekat
dengan keluarga
2. DS : perpisahan yang lama dari orang tua Hampatan menjadi Orangtua
Ibu. R mengatakan bahwa suaminya
kurang berinteraksi dengan anak-
anaknya dikarnakan setiap suami
pulang kerja suami langsung istirahat

DO :
1. Kurang interaksi orang tua
anak kaku dalam memenuhi
kebutuhan anak
2. Penurunan ansietas akibat
perpisahan
3. Kurang pelekatan antara
orang tua dengan anak

INTERVENSI
No Hari /tanggal Diagnosa Noc Nic

1. Sabtu ,16,03,2019 Konflik Peran


Orangtua b/d Setelah dilakukan tindakan
perpisahan orang tua - keperawatan 2 minggu,
anak keluarga diharapkan dapat
mengatasi konflik peran orang
tua dengan kriteria hasil
sebagai berikut : Peningkatan Pengasuhan
Kinerja Pengasuhan 1. Bantu orangtua untuk memiliki
harapan yang realistis sesuai
tingkat perkembangan dan
kemampuan anak
1. Menyediakan pengawasan 2. Bahas strategi managemen
yang tepat pada anak perilaku yang sesuai usia
dengan skala 4 3. Berikan contoh dan dorong
2. Berinteraksi positif dengan interaksi orangtua/anak
anak 4. Bantu orangtua dalam
dengan skala 4 mengembangkan, memelihara,
dan menggunakan sistem
3. Berinteraksi positif dengan dukungan sosial
anak dengan skala 4 5. Kumpulkan dan
4. Memberikan empati pada catat data seperti yang
anak dengan skala 4 ditunjukan untuk tindak
5. Memelihara komunikasi lanjut dan evalusai program
terbuka dengan skala 4
6. Menunjukan hubungan
yang saling mencintai
dengan skala 4
7. Mengharapkan harapan
yang realistis dari peran
orangtua dengan skala 4
Keterangan :
Skala 1 : Tidak pernah
menunjukan
Skala 2 : jarang
menunjukkan
Skala 3 : kadang-kadang
menunjukkan
Skala 4 : sering
menunjukkan
Skala 5 : secara konsisten
menunjukkan

2. Sabtu, 16,03,2019 Hampatan menjadi Kinerja pengusaha: Anak usia


Orangtua b/d pertengahan Peningkatan integritas keluarga
perpisahan yang lama 1. Memelihara komunikasi 1. Bina hubungan saling percaya
dari orang tua terbuka pada anak dengan dengan anggota keluarga
sekala 4 2. Pertimbangkan perasaan
2. Mendukung kemandirian keluarga terhadap situasi yang
yang tepat dengan skala 4 mereka hadapi
3. Menyediakan peraturan 3. Bantu keluarga dalam
mengenai perilaku yang jelas mengatasi konflik
dan konsisten dengan skala 4 4. Beritahu anggota keluarga
4. Memantau lingkungan mengenai ketrampilan koping
belajar disekolah dengan tambahan yang efektif untuk
skala 4 mereka gunakan
5. Berkomunikasi dengan guru 5. Kolaborasikan
mengenai kinerja akademi dengan keluarga dalam
anak dengan skala 4 pemecahan masalah dan
6. Mengembangkan dan pengambilan keputusan.
memelihara pertumbuhan
moral dengan skala 4
7. Mengajarkan keamanan
pribadi terkait dengan orang
asing

Keterangan :
Skala 1 : Tidak pernah
menunjukan
Skala 2 : jarang menunjukkan
Skala 3 : kadang-kadang
menunjukkan
Skala 4 : sering menunjukkan
Skala 5 : secara konsisten
menunjukkan
IMPLEMENTASI

No Hari/ No. Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Tgl Dx

1 Senin, 1 09. 00 Membantu orangtua untuk memiliki harapan yang S : Orangtua mengatakan memiliki
realistis sesuai tingkat perkembangan dan
18 harapan kepada anak agar bisa berinteraksi
kemampuan anak
Maret dengan baik terhadap keluarga dan dekat
2019 dengan orangtua tanpa merasa bahwa dia
bukan anak kandung.

O : Orangtua tampak mendekati dan


memberi perhatian pada anak tetapi masih
terlihat belum begitu akrab.

A : Masalah belum Teratasi

P : Lanjutkan Rencana Keperawatan No. 2


Senin, S : Orangtua mengatakan akan
Membahas strategi managemen perilaku yang sesuai
18 usia memberikan perhatian yang lebih pada
1 09.30
Maret anak dan akan mencoba untuk sering
2019 mengajak anak berkomunikasi

O : Orangtua tampak mulai dekat dengan


anak dan terlihat berkomunikasi dengan
baik

A : Masalah Teratasi sebagian

P : Lanjutkan Rencana Keperawatan No 3

Selasa
Memberikan contoh dan dorong interaksi S :Orangtua mengatakan paham dan
19 1 08.30
mengerti tentang apa yang disampaikan
Maret orangtua/anak
dan apa yang dicontohkan perawat dalam
2019
berinteraksi dengan anak.
O : Orangtua tampak bisa mengajak dan
berinteraksi dengan anak.

A : Masalah Teratasi sebagian

P : Lanjutkan Rencana tindakan No.4

Selasa
Membantu orangtua dalam mengembangkan,
19 memelihara, dan menggunakan sistem dukungan S : Orangtua mengatakan akan mendukung
1 09.00
Maret sosial perkembangan anak agar bisa berinterkasi
2019 dengan baik dirumah mau pun
dilingkungan

O :Anak Tampak mendengarkan apa yang


di ajarkan orangtua

A : Masalah Teratasi Sebagian

P : Lanjutkan rencana keperawatan No 5


Selasa Mengumpulkan dan catat data seperti yang S :-
ditunjukan untuk tindak lanjut dan evalusai program
19
1 09.30 O : Perawat sudah melakukan dokumentasi
Maret
dan menentukan rencana tindak lanjut serta
2019
evaluasi program yang sudah berjalan.

A : Masalah Teratasi

P : Hentikan Rencana Tindakan

2 Rabu 2 08.30 1. Membina hubungan saling S: Ibu R mengatakan saling percaya


percaya dengan anggota terhadap suami apa pun permasalahan atau
20 keluarga
tentang pekerjaan.
Maret

2019
O: perawat sudah memberikan arahan
kepada Ibu R untuk terus membina
hubungan dengan suami dan anak supaya
tidak terjadi perselisihan dikeluarga.

A: Masalah Teratasi

P: Hentikan Intervensi

2. Mempertimbangkan S: Ibu R Mengatakan bila ada


09.00
perasaan keluarga terhadap permasalahan langsung diomongkan ke
situasi yang mereka hadapi
suami

O: -

A: Masalah Teratasi

P: Hentikan Intervensi

S:Ibu R mulai mau bercerita mengenai


3. Membantu keluarga dalam
09:30 mengatasi konflik permasalahan di keluarganya
O: perawat mengarahkan atau memberikan
solusi dan saran kepada Ibu R

- Ibu R menerima
- Mulai terbuka

A: Masalah teratasi

P: Hentikan Intervensi

3 Kamis 2 09.00 1. Memberitahu anggota keluarga mengenai S: Ibu R Mengatakan sangat jarang untuk
keterampilan koping tambahan yang efektif
bercengkrama atau mengajak liburan
untuk mereka gunakan.
dengan keluarga dan kurang
berkomunikasi dengan anaknya.

O:-

A: Masalah Belum Teratasi

P: Lanjutkan Intervensi no 4
09.30 2. Mengkolaborasikan dengan keluarga dalam S: Ibu R mengatakan akan membicarkan
pemecahan masalah dan pengambilan
masalah dalam keluarga dengan suaminya
keputusan.
dan mengambil keputusan kesepakatan
bersama untuk keluarga dan anak.

O:-

A: Masalah Teratasi

P: Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Arlina. 2012. Keluarga Anak Usia Sekolah. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di
http:/www.scribd
Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan Keperawatan keluarga Pasangan Baru Menikah dengan
Masalah KB. Dimuat dalam http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatan-
keluarga/
Friedman, M., Marilyn. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE :
Appleton And Lange.
_______.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah
_______. 2009. Konsep Keluarga. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di
http://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/konsep-keluarga.html
_______. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke. Diakses pada tanggal 12
September 2012 di http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan- keluarga -dengan-
stroke.html
Bulechek, M.G dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6thIndonesian
edition. Indonesia: elsevier.

Suemorhead,dkk. Nursing outcomes classification(noc), edisi ke lima.indonesia:elsevier

Nanda International i, Diagnosis Keperawatan ; Definisi dan klasifikasi 2018-2020, Jakarta


:EGC

You might also like