Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Siti nurkhasanah
D. PERKEMBANGAN FISIK
a. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah
lahir tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak
mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia
prasekolah, sebagai akibat perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan
Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan
kelompok besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya
diperlukan selama kelas 1 merupakan kesempatan yang baik perawat untuk
mendiskusikan dengan anak dan orang tua tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah
raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki laki sedikit labih tinggi dan lebih
berat dari pada anak perempuan selama tahun pertama sekolah. Kira kira 2 tahun
sebelum pubertas. Anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat.
b. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut
jantung rata- rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan
frekuensi pernafasan stabil 19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan
menjadi lebih lambat, lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode
ini jantung 6 kali ukurannya saat lahir dan umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.
c. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar
meningkat dan kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik
kasar yaitu berlari, melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan menangkap selama
bermain. Menghasilkan peningkatan ketrampilan neuromuscular. Perbedaan
individual dalam kecepatan pencapaian penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat.
Perbedaan individual dalam ketrampilan motorik terbentuk dalam partisipasi anak
dalam aktivitas yang membutuhkan pergerakan otot yang terkoordinasi dan
kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik
kasar tetapi berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari dan
pergelangan tangan tercapai, anak menjadi pandai melakukan aktivitas. Ketrampilan
meningkatkanmotorik halus pada anak dalam pertengahan masa kanak – kanak
membuat mereka menjadi sangat mandiri dalam merawat kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses
kebutuhan ini akan terpenuhi. Penyaklit dan hospitalisasi mengancam pengendalian
anak dalam area ini. Maka sangat penting mengizinkan mereka untuk berpartisipasi
dalam perawatan dan mempertimbangkan kemandirian sebanyak mungkin.
d. Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative. Jika
terjadi defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak usia
sekolah dapat belajar banyak hal tentang piramida makanan dan diet yang seimbang
dengan membantu menyiapkan makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua
untuk menyediakan makanan dalam jumlah yang adekuat bagi anak untuk mendukung
pertumbuhan dan aktivitas.
E. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk
berfikir dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi
oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas.
Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif,
yang di kenal sebagai operasional konkret, ketika merewka mampu mengunakan
symbol secara operasional (aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka
mulai menggunakan proses pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode ini
di tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan,
menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir masa ini anak sudah memiliki
kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di
nyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-
kata, kalimat bunyi, lambing, gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia
dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-
nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu
sebagai berikut :
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang
suara / bicara sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
b. Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau
kata-kata yang di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah dan
pencapaian berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak usia 6
tahun memiliki kosakata sekitar 3000 kata yang cepat berkembang dengan
meluasnya pergaulan dengan teman sebaya dan orang dewasa serta
kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan berbahasa dan
mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih menyadari
aturan sintaksis, aturan merangkai kta menjadi kalimat.
F. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang
penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang
mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang
menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak
berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan
kognitif dan pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai
prinsip dasar kehidupan, bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha
untuk menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena
informasi yang di terima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain jenis. Identitas
jender yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan teman sejenis yang di
pertahankan oleh anak biasa di sebut “geng“. Umumnya anak laki-laki dan perempuan
memandang jenis kelamin yang berbeda secara negative. Pengaruh sebaya menjadi
lebih berbeda selama tahap perkembangan ini. Konformitas terlihat pada perilaku,
gaya berpakaian, dan pola berbicara yang di dorong dan dipengaruhi adanya kontak
dengan sebaya. Identitas kelompok meningkat, seiring perubahan anak sekolah
menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa pada
periode ini anak memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini
banyak peneliti percaya bahwa anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar
pada seksualitasnya.
4. Konsep diri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat dan lebih individual.
Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta yang mudah diobservasi seperti adanya
atau tidak adanya penyakit dan keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan
fungsional standar untuk kesehatan personal dan kesehatan yang lain dinilai.
B. Komposisi Keluarg
No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan Keterangan
1. Bpk. N L 34 thn Suami/ayah Swasta SMA
2. Ibu. R P 30 thn Istri/ibu IRT SD
3. An. E P 11 thn Anak - Kelas 6 SD
4. An. A L 3,5thn Anak - -
5. An. A L 1,5thn Anak - -
C. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki : Menikah
: Bercerai
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
D. Tipe Keluarga:
1) Jenis type keluarga:
Keluarga Inti (Nuclear Family), dimana dalam keluarga tersebut terdiri dari Bpk. N,
Ibu. R, An. E, An. A, An. A yang tinggal bersama keluarga dalam 1 rumah. Menurut
Ny. N tidak ada masalah dengan keluarganya saat ini.
2) Masalah yang terjadi dengan type tersebut:
ada masalah dalam Keluarga tersebut.
E. Suku Bangsa:
1) Asal suku bangsa: Indonesia
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: Budaya Jawa
c. Mobilitas Geografi Keluarga: Keluarga klien merupakan warga penduduk asli demak,
dan Bpk. N bekerja sebagai wirausaha, Ibu. R sebagai Ibu rumah tangga dan anak
pertama masih duduk di bangku kelas 6 Sd
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: Klien mengatakan biasa
mengikuti arisan Rt dan Rw tiap minggu, interaksi klien dengan masyarakat sekitar baik.
e. System Pendukung Keluarga: jumlah anggota keluarga tidak ada yang sakit, fasilitas yang
menunjang kesehatan keluarga secara fisik tampak cukup (biaya hidup dan keadaan
rumah) namun secara psikologis antara anggota keluarga saling mendukung satu sama
lain bila ada salah satu anggota keluarga sakit sedangkan fasilitas sosial keluarga Bpk. N
memiliki kartu jaminan kesehatan yaitu BPJS, dukungan dari masyarakat tampak baik
terhadap keluarga Bpk. N dan bila keluarga sedang mengalami kesulitan mereka
membantu.
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif:
Ibu. R mengatakan bahwa Bpk. N sangat menyayangi dirinya, dan istrinya mengaku
sangat merasa dimiliki dan dikasihi antara anggota keluarga saling mendukung dan
kehangatan tercipta karena ketika semua anggota keluarga berkumpul didalam rumah,
berbagi dan saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga:
Ibu. R mengatakan bahwa dalam keluarga rukun tetapi Bpk. N jarang untuk
berkomunikasi dengan anak-anaknya.
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga:
Ibu. R mengatakan bahwa Bpk. N setelah pulang bekerja kurang meluangkan
waktu untuk keluarga sehingga interaksi tidak terjalin dengan baik.
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:
Klien (Ibu. R) mengatakan yang mengambil semua keputusan adalah suami (Bpk.
N) selaku kepala keluarga.
d) Kegiatan keluarga waktu senggang:
Klien mengatakan kegiatan keluarga: pada waktu tenggang hanya menonton tv.
e) Partisipasi dalam kegiatan sosial:
Klien mengatakan dalam partisipasi kegiatan sosial adalah gotong royong.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan:
klien mengatakan tidak ada masalah dalam perawatan kesehatan
d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak:
klien mengatakan tidak ada perencanaan jumlah anak
b) Akseptor: klien mengatakan tidak ada aseptor yang digunakan yang digunakan,
lamanya: tidak ada
c) Akseptor: klien mengatakan tidak ada akseptor yang digunakan, alasannya: tidak
ada
d) Keterangan lain: tidak ada perencanaan untuk memiliki anak lagi, karena keadaan
ibu sudah steril (tidak bisa memiliki anak lagi).
e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan: klien mengatakan pemenuhan sandang
pangan terpenuhi dengan baik
b) Pemanfaatan sumber di masyarakat: klien mengatakan memperoleh air yang
sehat dan bersih, lingkungan yang sehat, memperoleh lahan untuk mandi bebas
dari pencemaran lingkungan.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
a) Stressor jangka pendek:
masalah yang dirasakan keluarga saat ini tidak ada karena didalam keluarga tidak
memiliki penyakit penyakit yang serius.
b) Stressor jangka panjang:
keluarga berharap anggota keluarga tidak mempunyai penyakit dalam jangka waktu
kedepannya.
c) Respon keluarga terhadap stressor:
keluarga memberikan dorongan dan semangat pada anggota keluarga yang memiliki
maslah serta membantu memecahkan masalah yang ada dikeluarga dengan cara
musyawarah.
d) Strategi koping:
menurut keluarga setiap ada masalah dikeluarga selalu bermusyawarah bersama.
e) Strategi adaptasi fungsional:
dalam keluarga tidak terjadi adaptasi fungsional.
DO :
1. Prihatin tentang perubahan pada
peran orang tua
2. Bpk. M tampak Enggan
berpartisipasi dalam aktifitas
pengasuhan yang biasa di
lakukan
3. anak tampak kurang dekat
dengan keluarga
2. DS : perpisahan yang lama dari orang tua Hampatan menjadi Orangtua
Ibu. R mengatakan bahwa suaminya
kurang berinteraksi dengan anak-
anaknya dikarnakan setiap suami
pulang kerja suami langsung istirahat
DO :
1. Kurang interaksi orang tua
anak kaku dalam memenuhi
kebutuhan anak
2. Penurunan ansietas akibat
perpisahan
3. Kurang pelekatan antara
orang tua dengan anak
INTERVENSI
No Hari /tanggal Diagnosa Noc Nic
Keterangan :
Skala 1 : Tidak pernah
menunjukan
Skala 2 : jarang menunjukkan
Skala 3 : kadang-kadang
menunjukkan
Skala 4 : sering menunjukkan
Skala 5 : secara konsisten
menunjukkan
IMPLEMENTASI
1 Senin, 1 09. 00 Membantu orangtua untuk memiliki harapan yang S : Orangtua mengatakan memiliki
realistis sesuai tingkat perkembangan dan
18 harapan kepada anak agar bisa berinteraksi
kemampuan anak
Maret dengan baik terhadap keluarga dan dekat
2019 dengan orangtua tanpa merasa bahwa dia
bukan anak kandung.
Selasa
Memberikan contoh dan dorong interaksi S :Orangtua mengatakan paham dan
19 1 08.30
mengerti tentang apa yang disampaikan
Maret orangtua/anak
dan apa yang dicontohkan perawat dalam
2019
berinteraksi dengan anak.
O : Orangtua tampak bisa mengajak dan
berinteraksi dengan anak.
Selasa
Membantu orangtua dalam mengembangkan,
19 memelihara, dan menggunakan sistem dukungan S : Orangtua mengatakan akan mendukung
1 09.00
Maret sosial perkembangan anak agar bisa berinterkasi
2019 dengan baik dirumah mau pun
dilingkungan
A : Masalah Teratasi
2019
O: perawat sudah memberikan arahan
kepada Ibu R untuk terus membina
hubungan dengan suami dan anak supaya
tidak terjadi perselisihan dikeluarga.
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
O: -
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
- Ibu R menerima
- Mulai terbuka
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
3 Kamis 2 09.00 1. Memberitahu anggota keluarga mengenai S: Ibu R Mengatakan sangat jarang untuk
keterampilan koping tambahan yang efektif
bercengkrama atau mengajak liburan
untuk mereka gunakan.
dengan keluarga dan kurang
berkomunikasi dengan anaknya.
O:-
P: Lanjutkan Intervensi no 4
09.30 2. Mengkolaborasikan dengan keluarga dalam S: Ibu R mengatakan akan membicarkan
pemecahan masalah dan pengambilan
masalah dalam keluarga dengan suaminya
keputusan.
dan mengambil keputusan kesepakatan
bersama untuk keluarga dan anak.
O:-
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Arlina. 2012. Keluarga Anak Usia Sekolah. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di
http:/www.scribd
Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan Keperawatan keluarga Pasangan Baru Menikah dengan
Masalah KB. Dimuat dalam http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatan-
keluarga/
Friedman, M., Marilyn. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE :
Appleton And Lange.
_______.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah
_______. 2009. Konsep Keluarga. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di
http://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/konsep-keluarga.html
_______. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke. Diakses pada tanggal 12
September 2012 di http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan- keluarga -dengan-
stroke.html
Bulechek, M.G dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6thIndonesian
edition. Indonesia: elsevier.