You are on page 1of 14

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PREPARAT APUS
LELE “Clarias gariepinus”

Disusun oleh :

Nama : Tiskha Sukma Ambarwati

NIM : 201610070311096

Kelas : Biologi V B

LABORATORIUM BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
I. JUDUL
Preparat Apus Lele (Clarias gariepinus)

II. TUJUAN
Mengetahui dan mempelajari bentuk dan struktur komponen seluler suatu
jaringan organ dan komponen non selulernya berupa cairan atau dapat
dibuat menjadi cairan.

III. METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
 Pisau
 Nampan
 Kaca benda
 Kaca penutup
 Pipet tetes
 Mikroskop
 Spuit
 Bak air
3.1.2 Bahan
 Darah Lele (Clarias gariepinus)
 Alkohol 100%
 Larutan pewarna giemza
 Larutan pewarna methylen blue
 Xylol
 Entellan
 Tisu

3.2 Prosedur Kerja


1. Menyembelih lele
2. Meneteskan darah lele pada kaca benda agak ke tepi,
3. Menggeser darah menggunakan kaca benda lain ke arah
berlawanan setipis mungkin
4. Mendiamkan darah hingga kering agar menempel pada kaca
benda
5. Menetesi kaca benda dengan alkohol 100% dan didiamkan selama
10 menit
6. Melakukan penyerapan sisa alkohol 100% menggunakan tisu
7. Menetesi 3 sample pertama dengan pewarna Giemza sampai
merata dan didiamkan selama 30menit
8. Menetesi 3 sample kedua dengan pewarna Methylen Blue (MB)
sampai merata dan didiamkan selama 30menit
9. Melakukan penyerapan sisa zat warna yang masih ada
menggunakan tisu
10. Menetesi ke 6 sample dengan xylol murni dan didiamkan selama
10 menit hingga kering
11. Menetesi dengan xylol murni kemudian melakukan pengamatan
dibawah mikroskop
12. Menetesi kaca benda dengan entellan dan kemudian ditutup
dengan kaca penutup

3.3 Skema Prosedur Kerja

Meneteskan darah menggeser darah


Menyembelih lele pada kaca benda dengan kaca
agak ke tepi benda lain setipis
mungkin

Melakukan Menetesi dengan Mengeringkan


penyerapan sisa alkohol 100% dan darah agar
alkohol 100% didiamkan selama menempel pada
menggunakan tisu 10 menit kaca benda

Menetesi 3 Menetesi 3 Menyerap sisa zat


sample pertama sample pertama warna yang masih
dengan pewarna dengan pewarna ada menggunakan
giemza ‘30menit MB ‘30menit tisu

Menetesi dengan Menetesi xylol Menetesi ke 6


entellan dan murni kemudian sample dengan
ditutup dengan diamati dibawah xylol murni
kaca penutup mikroskop selama 10 menit
IV. DATA PENGAMATAN
4.1 Foto Preparat Darah Lele (Clarias gariepinus)
a. Pewarnaan Giemza

Keterangan:
1. Sel monosit muda
2. Sel eritrosit tunggal
3. Selaput inti sel eritrosit
4. Inti sel eritrosit
5. Sel eritrosit bertumpukkan

Gambar 4.1.a Preparat Apus Darah Lele (Clarias gariepinus)


pewarnaan Giemza

Topik : Preparat Apus Lele (Clarias gariepinus)


Sub-topik : Darah Lele (Clarias gariepinus) pewarnaan Giemza
Potret : Kamera Oppo A33W, 8MP
Perbesaran : 100 x 10
Tanggal Pengambilan Gambar : 27 Oktober 2018
b. Pewarnaan Methylen Blue

Keterangan:
1. Sel eritrosit bertumpukan
2. Selaput inti sel eritrosit
3. Inti sel eritrosit
4. Sel eritrosit tunggal

Gambar 4.1.b Preparat Apus Darah Lele (Clarias gariepinus)


pewarnaan Methylen Blue
Topik : Preparat Apus Lele (Clarias gariepinus)
Sub-topik : Darah Lele (Clarias gariepinus) pewarnaan
Methylen Blue
Potret : Kamera Oppo A33W, 8MP
Perbesaran : 100 x 10
Tanggal Pengambilan Gambar : 27 Oktober 2018

4.2 Foto Literatur

(Sumber : Preanger, 2016)


V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Klasifikasi Ilmiah
Menurut Saanin (1984) dalam Iqbal (2011) klasifikasi ikan lele
adalah:
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Telestoi
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidea
Famili : Clariideae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

5.2 Preparat Apus


Menurut Riswanto (2013) dalam Ardina (2018), Pemeriksaan preparat
apus darah tepi merupakan bagian yang penting dari rangkaian
pemeriksaan hematologi. Keunggulan dari pemeriksaan apus darah tepi
ialah mampu menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti morfologi sel
(eritrosit, leukosit, trombosit), menentukan jumlah dan jenis leukosit,
mengestimasi jumlah trombosit dan mengidentifikasi adanya parasit.
Prinsip pengecatan preparat darah yaitu sediaan apus darah difiksasi
dengan methanol selama 5menit dan digenangi dengan zat warna giemsa
yang sudah diencerkan dibiarkan 20menit setelah itu dibilas dengan air
keran dan dibiarkan sampai mengering (Gandasoebrata, 2007 dalam
Afriansyah, 2016).
Menurut J. Samidja Onggowaluyo (2001) dalam Afriansyah (2016)
kriteria pembuatan pewarnaan sediaan darah yang baik, yaitu: (a) Inti
leukosit berwarna ungu, (b) Trombosit berwana ungu muda dan merah
muda, (c) Sisa-sisa eritrosit muda berwarna biru atau biru muda, (d)
Sitoplasma limfosit kelihatan biru pucat, (e) Sitoplasma monosit berwarna
biru, (f) Granula eosinofil berwarna orange, (g) Latar belakang sediaan
bersih dan berwana biru pucat. Sementara faktor yang menentukan mutu
pewarnaan giemsa antara ain: (a) Kualitas giemsa baik tidak tercemar air,
pengenceran giemsa dengan perbandingan tepat, (b) Waktu pewarnaan dan
fiksasi, (c) Ketebalan pewarnaan, kebersihan sediaan.
Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metilen biru.
Eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma dan metilen biru
memberi warna biru pada inti (Afriansyah, 2016).
Menurut Kiswari (2014) dalam Afriansyah (2016), Faktor lingkungan
seperti suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi suatu pemeriksaan yang
berhubungan dengan cairan tubuh salah satunya sediaan apus darah tepi.
Faktor suhu dan kelembaban dapat menyebabkan lambatnya proses
pengeringan pada sediaan apus darah yang dapat menyebabkan perubahan
morfologi pada eritrosit (Gandasoebrata, 2007 dalam Afriansyah, 2016).
Menurut Koko Putro Pamungkas (2014) dalam Afriansyah (2016)
Pengeringan preparat berfungsi agar darah pada kaca obyek kering.
Pengeringan yang optiml akan menyebabkan darah melekat kuat sehingga
yakin bahwa sel-sel didalamnya strukturnya tetap normal.
Tujuan dari pembuatan preparat apus adalah untuk mengetahui dan
mempelajari bentuk dan struktur komponen seluler suatu jaringan organ
dan komponen non selulernya berupa cairan atau dapat dibuat menjadi
cairan sehingga dapat membedakan komponen yang terdapat di dalam
darah merah. Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mempelajari cara
pembuatan preparat apus, mengidentifikasi bentuk sel darah, serta
mengetahui perbedaan dari masing-masing komponen darah. Hasil
pengamatan juga dapat dibuat menjadi media pembelajaran pada materi
peredaran darah.

5.3 Analisis Hasil Pengamatan


Membuat preparat apus dengan menggunakan darah lele (Clarias
gariepinus). Darah yang digunakan berasal dari bagian kepala ikan lele
yang disembelih. Darah diteteskan pada salah satu ujung kaca benda
kemudian darah digeser ke ujung yang lain menggunakan kaca benda lain.
Darah pada kaca benda diteteskan dan kemudian digeser dengan cepat
bertujuan agar darah tidak menggumpal, dapat menyebar tipis dan juga
merata, sehingga cepat kering.
Menurut Rudyatmi (2011) dalam Rachmawati (2016), Dalam
pembuatan sediaan apus darah tepi harus dilakukan fiksasi, fiksasi
merupakan langkah yang penting untuk hasil sediaan yang baik. Fiksasi
berfungsi untuk merekatkan se darah dan mudah untuk diwarnai. Tujuan
fiksasi adalah untuk menghentikan proses metabolisme secara cepat,
mencegah kerusakan jaringan, dan mempertahankan keadaan sebenarnya.
Pada praktikum ini fiksasi dilakukan dengan pemberian larutan alkohol
100% setelah darah dikeringkan. Kemudian darah diberi pewarna giemsa
dan juga methylen blue untuk memberi warna pada inti dan menbran sel
darah. Pewarna-pewarna tersebut digunakan untuk membedakan inti sel
dan morfologi sitoplasma dari sel darah merah. Selanjutnya setelah
pewarna kering, preparat darah diberi xylol sebagai penjernih preparat dan
menjaga agar preparat tidak kering sehingga mudah diamati. Kemudian
mengamati preparat apus darah menggunakan mikroskop. Selanjutnya
bagian yang teramati dengan baik ditandai kemudian ditutup dengan kaca
penutup dan di enthelen.
Berdasarkan hasil praktikum, preparat apus dengan menggunakan
darah ikan lele yang diberi pewarna giemsa dan methylen blue, didapatkan
hasil bentuk sel darah eritrosit tunggal, sel darah eritrosit yang
bertumpukan, dan juga sel darah monosit muda.
Pembuatan preparat apus menggunakan 2 macam pewarnaan yakni
pewarna giemsa dan juga methylen blue. Dengan pewarna giemsa inti sel
terlihat berwana ungu kebiruan dan selaput inti sel nya berwarna ungu
bening, sedangkan menurut Puasa (2017), pewarnaan sel darah merah
menggunakan pewarna giemsa akan berwarna merah muda, karena
pewarna giemsa merupakan campuran dari larutan methylen blue dan
larutan eosin. Selanjutnya dengan pewarna methylen blue inti se terlihat
berwarna biru tua dan selaput inti sel nya berwarna biru muda.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi serta faktor yang mempengaruhi
tingkat keberhasilan pembuatan preparat apus darah adalah pada saat
penetesan darah di kaca preparat, dikarenakan menggunakan darah ikan
lele ketika meneteskan darah pada kaca preparat darah sedikit bercampur
dengan air, sehingga tidak benar-benar darah murni, selain itu pemberian
pewarna giemsa yang harus dilakukan 2 kali dikarenakan pewarna terlalu
encer sehingga warna kurang melekat pada preparat. Kemudian setelah
semua prosedur kerja dilaksanakan seharusnya langsung diamati di
mikroskop, supaya warna yang sudah diberikan juga bisa teramati dengan
baik.
VI. KESIMPULAN
1. Preparat apus darah merupakan preparat darah yang digunakan untuk
mencari kelainan pada darah.
2. Hasil yang ditemukan dengan pewarna giemsa antara lain sel darah
monosit muda, sel eritrosit tunggal, dan juga sel eritrosit yang
bertumpukkan. Sedangkan dengan pewarna methylen blue hanya
ditemukan sel eritrosit tunggal dan sel eritrosit bertumpukan.
3. Pewarnaan yang lebih bagus digunakan adalah pewarna giemsa,
meskipun hasil warnanya kurang sesuai tetapi bentuk masih bisa
diamati dengan jelas dibandingkan dengan pewarna methylen blue.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Afriansyah, M. A. 2016. Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Preparat
Apusan darah Tepi Terhadap Hasil Makroskopis dan Morfologi
Sel darah Merah (Erythrochyte). Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Semarang
Ardina, Rinny. 2018. Morfologi Eosinofil Pada Apusan Darah Tepi
Menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright, Dan Kombinasi
Wright-Giemsa. Jurnal Surya Medika 3(2):5-12
Iqbal, Muhammad. 2011. Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias
gariepinus) Pada Budidaya Intensif Sistem Heterotrofik. Skripsi.
Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah
Puasa, Rony. 2017. Studi Perbandingn Jumlah Parasit Malaria
Menggunakan Variasi Waktu Pewarnaan Pada Konsentrasi
Giemsa 3% Di Laboratorium RSUD Dr. H Chasan Boesoirie
ternate. Jurnal Riset Kesehatan ISSN 2252-5068, 6(2):23-27
Preanger, Chanda dkk. 2016. Gambaran Ulas Darah Ikan Lele Di
Denpasar Bali. Indonesia Medicus Veterinus pISSN 2301-7848;
eISSN 2477-6637, 5(2):96-103
Rachmawati, dian. 2016. Pengaruh Lama Penguapan Larutan Fiksasi
Terhadap Hasil Makroskopis dan Mikroskopis Sediaan Apus
Darah Tepi. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang
VIII. LAMPIRAN
8.1 Foto prosedur Kerja

Menyembelih lele Menetesi dan Mengeringkan darah


menswipe darah di udara bebas
pada kaca preparat

Memberi pewarna Memberi pewarna Menetesi dengan


methylen blue giemsa alkohol 100%

Menetesi xylol Mengamati preparat


murni menggunakan
mikroskop
8.2 Teknik Preparat Apus Sebagai Media Pembelajaran
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Kelas : XI (Sebelas)
Materi : Sistem Peredaran Darah

Kompetensi Inti:
KI 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis penetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar:
KD 3.6 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun
organ pada sistem sirkulasi dan mengaitkannya dengan
bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme
peredaran darah serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi
pada sistem sirkulasi manusia melalui studi literatur,
pengamatan, percobaan, dan simulasi
KD 4.6 menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan
fungsi darah, jantung dan pembuluh darah yang
menyebabkan gangguan sistem peredaran darah manusia
melalui berbagi bentuk media presentasi.
8.3 Jurnal Asli dan Analisis Jurnal
Nama : Tiskha Sukma Ambarwati
NIM : 201610070311096
Kelas : Pendidikan Biologi V-B

ANALISIS JURNAL METODE APUS


A. IDENTITAS JURNAL
Penulis : Gusti Ayu Yuniati Kencana, Anak Agung
Sagung Kendran, Luh Dewi Anggreni, Ni Wayan
Helpina Widyasanti
Tahun/ Nomor : 2018/ Vol.19 No.2/ pISSN: 1411-8327; eISSN:
2477-5665
Asal : Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Udayana
B. JUDUL
-Total dan Diferensial Leukosit Ayam Petelur Pascavaksinasi
Tetelo dan Flu Burung
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui jumlah total dan differensial leukosit ayam
petelur pascavaksinasi dengan vaksin kombinasi antara vaksin tetelo
atau Newcastle Disease (ND) dan flu burung atau Avian Influenza
(AI).
D. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan meliputi proses vaksinasi, pengambilan
sampel darah ayam, pemeriksaan total leukosit. Perhitungan jumlah
total leukosit pada penelitian ini menggunakan metode yang sudah
rutin dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Denpasar. Penghitungan
total leukosit dilakukan dengan mengalikan jumlah leukosit yang
tampak pada kamar hitung dengan 50 (Total leukosit = jumlah
leukosit x 50). Pembuatan preparat hapusan darah dilakukan dengan
metode hapusan darah cepat. Preparat hapusan darah kemudian
diperiksa di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 1.000 kali
untuk menentukan jumlah masingmasing sel leukosit. Hasil
penghitungan jumlah total dan differensial leukosit selanjutnya
dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
E. KONSEP UTAMA PENELITIAN
Sebanyak 30 ekor ayam petelur dipelihara sejak umur satu hari.
Ayam petelur sudah pernah divaksinasi ND dan AI pertama kali
pada saat berumur satu minggu. Penelitian ini merupakan vaksinasi
yang kedua (vaksinasi ulangan) yang diberikan pada umur 18
minggu yakni saat ayam menjelang bertelur. Vaksin yang digunakan
adalah vaksin kombinasi NDAI inaktif yang mengandung virus AI
subtipe H5N1 dan virus ND strain Lasota. Vaksinasi dilakukan pada
ayam dengan injeksi vaksin sebanyak 0,5 mL/ekor secara
intramuskuler melalui otot paha. Pengambilan sampel darah ayam
dilakukan sebanyak 2 kali yakni dua minggu dan tiga minggu
pascavaksinasi NDAI. Pengambilan darah sebanyak 0,5 mL
dilakukan melalui vena brakialis dengan menggunakan spuit 3 mL,
kemudian ditampung pada tabung yang berisi antikuagulan ethylene
diamine tetra acetic acid (EDTA). Pemeriksaan total leukosit
dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar, sedangkan
pemeriksaan diferensial leukosit dilakukan di Laboratorium
Diagnosisi Klinik dan Patologi Klinik Veteriner, FKH Unud, di
Denpasar.
Perhitungan jumlah total leukosit pada penelitian ini
menggunakan metode yang sudah rutin dilakukan oleh Balai Besar
Veteriner Denpasar. Darah yang sudah berisi EDTA diisap dengan
pipet Thoma sampai tanda 0,5 kemudian ditambahkan dengan
aquades sampai tanda 11, dengan demikian terjadi pengenceran 20
kali. Perhitungan leukosit dilakukan pada kamar hitung. Lensa
objektif yang digunakan adalah objektif 10 kali (10 x). Penghitungan
total leukosit dilakukan dengan mengalikan jumlah leukosit yang
tampak pada kamar hitung dengan 50 (Total leukosit = jumlah
leukosit x 50).
Pembuatan preparat hapusan darah dilakukan dengan metode
hapusan darah cepat. Darah yang sudah tercampur dengan
antikoagulan diambil menggunakan pipet lalu diteteskan pada salah
satu ujung dari gelas objek. Gelas penghapus diletakkan dekat
dengan tetesan darah membentuk sudut 30-45Ë% dengan gelas
objek, kemudian digeser kearah tetesan darah sehingga darah
tersebar ke seluruh permukaan gelas penghapus. Dengan cepat
kemudian gelas ditarik berlawanan dengan arah tadi sehingga darah
akan merata di atas gelas objek sebagai lapisan tipis. Hapusan darah
segera dikeringkan dengan cara mengangin-anginkan di udara.
Preparat hapusan darah selanjutnya difiksasi dengan methanol dan
diangin-anginkan selama lima menit. Setelah itu preparat
dikeringkan dan dilanjutkan dengan pewarnaan Giemsa selama 25-
30 menit. Preparat hapusan darah kemudian diperiksa di bawah
mikroskop cahaya dengan pembesaran 1.000 kali untuk menentukan
jumlah masingmasing sel leukosit. Hasil penghitungan jumlah total
dan differensial leukosit selanjutnya dianalisis secara deskriptif
kuantitatif.
Hasil perhitungan total leukosit ayam dua minggu
pascavaksinasi ND-AI nilainya berada di bawah standar normal.
Pada kondisi normal, leukosit ayam adalah 12.000 sel/μL, sedangkan
pada penelitian total leukosit ayam sebesar 10.855 sel/μL. Penurunan
total leukosit diikuti dengan penurunan jumlah heterofil dengan
demikian kemungkinan besar heterofil menyebabkan leukopenia.
Heterofil ayam berkisar antara 3.000-6.000 sel/μL, sedangkan hasil
penelitian menunjukkan jumlah heterofil ayam adalah sebesar
2.277,30 sel/μL
F. KRITIK DAN SARAN
Kritik : Dalam jurnal konsep penelitiannya kurang tergambar
dengan jelas, hanya uraian metode peneitian yang lebih
dibahas.
Saran : Seharusnya konsep penelitiannya disampaikan dengan jelas
terlebih dahulu.

You might also like