You are on page 1of 15

Blog Kumpulan Askep

Welcome to My Blog

Kamis, 31 Mei 2012

Restraint pada Bayi dan Anak

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tingkah laku adalah aksi, reaksi, terhadap perangsangan dari lingkungan. Bisa beruparespon pasif atau
tanpa tindakan, maupun aktif dengan tindakan. Tingkah laku dapatmengalami suatu perubahan yang
relatif menetap. Tingkah laku anak sangat dipengaruhi olehkarakteristik individu dan lingkungannya.
Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku atau kebiasaan anak.

Ada beberapa jenis tingkah laku anak yaitu Koperatif (Cooperative), Kurang koperatif (Inability to
Cooperative), Tingkah laku yang tidak terkontrol (hysterical or Uncontrolled Behavior), Anak yang keras
kepala (Obstinate Behavior), Anak yang Pemalu (Timid Behavior), Tingkah laku yang tegang (Tense
Cooperative), Anak yang Cengeng (Whining Patient).

Adapun tehnik-tehnik dalam menangani tingkah laku anak yaitu, komunikasi dengan pasien, penanganan
farmakologis dan penanganan non farmakologis. Yang termasuk penanganan non farmakologis adalah
pembentukan tingkah laku TSD atau ceritakan (Tell), tunjukan (Show), kerjakan (Do), pengontrolan suara,
Reinforcement, HOME (Hand Over Mounth Excercises), Modelling, Desensitisasi, Hipnosis, Appointment
physical restraint.

Setiap anak memiliki sifat dan prilaku yang berbeda-beda saat menjalankan suatu perawatan, ada yang
dapat menerima perawatan dengan baik dan ada yang tidak.

Teknik pengendalian fisik (restraint) merupakan teknik menahan gerakan pasien dengan cara mengunci
gerakan tangan, kepala, ataupun kaki pasien sehingga memudahkan perawatan. Tekhnik ini biasanya
digunakan pada anak yang mengalami kondisi tertentu, seperti gangguan kepribadian, tujuan
penggunaan teknik ini adalah untuk mencegah terjadinya luka ataupun hal-hal yang tidak diinginkan
pada pasien ataupun orang lain yang terlibat dalam perawatan.
Manfaat penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah supaya pasien yang mengalami
gangguan kepribadian ataupun pasien yang tidak dapat menjadi kooperatif dapat mendapatkan
perawatan dengan baik.

Rumusan Masalah

Bagaimanakah tekhnik penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak ?

Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Menjelaskan tekhnik penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak.

Tujuan Khusus

Menjelaskan definisi Restraint

Menjelaskan tujuan penggunaan Restrain

Menjelaskan indikasi penggunaan Restrain pada bayi dan anak

Menjelaskan kontraindikasi penggunaan Restrain pada bayi dan anak

Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Restrain pada bayi dan anak

Menjelaskan macam-macam Restrain pada bayi dan anak

Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Agar mampu memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak, serta dapat
mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.

1.4.2 Bagi Institusi

Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan
anak serta dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang penggunaan tindakan fisik
(restrain) pada bayi dan anak.

1.4.3 Bagi Masyarakat


Agar lebih mengerti dan memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak,
serta dapat lebih mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan menggunakan tali untuk
mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali yang
bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis individu.

Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi verbal, chemical
restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari restraint fisik yaitu dengan menempatkan
klien di sebuah ruangan tersendiri untuk membatasi ruang gerak dengan tujuan meningkatkan
keamanan dan kenyamanan klien.

Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali dapat dihindari
dengan persiapan anak yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf terhadap anak, dan proteksi
adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat perlu mempertimbangkan perkembangan
anak, status mental, ancaman potensial pada diri sendiri atau orang lain dan keamannnya.

2.2 Tujuan Penggunaan Restraint

Untuk memastikan keselamatan dan kenyaman anak

Memfasilitasi pemeriksaan

Membantu dalam pelaksanaan uji diagnostik dan prosedur terapeutik

2.3 Indikasi Penggunaan Restrain

Penggunaan tekhnik pengendalian fisik (restrain) dapat siterapkan dalam keadaan:


Pasien yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak bisa menjadi kooperatif karena suatu
keterbatasan misalnya : pasien dibawah umur, pasien agresif atau aktif dan pasien yang memiliki
retardasi mental.

Ketika keamanan pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan dapatterancam tanpa
pengendalian fisik (restraint).

Sebagai bagian dari suatu perawatan ketika pasien dalam pengaruh obat sedasi.

2.4 Kontraindikasi Pengunaan Restrain

Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) tidak boleh diterapkan dalam keadaan yaitu:

Tidak bisa mendapatkan izin tertulis dari orang tua pasien untuk melaksanakan prosedur kegiatan.

Pasien anak kooperatif.

Pasien anak memiliki komplikasi kondisi fisik atau mental

Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) pada anak dalam penatalaksanaanya harus memenuhi
syarat-syarat yaitu sebagai berikut:

Penjelasan kepada pasien anak mengapa pengendalian fisik (restraint) dibutuhkandalam perawatan,
dengan harapan memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami bahwa perawatan yang akan
diberikan sesuai prosedur dan aman badi pasien maupun keluarga yang bersangkutan.

Memiliki izin verbal maupun izin tertulis dari psikiater yang menjelaskan jenis teknik pengendalian fisik
yang boleh digunakan kepada pasien anak dan pentingnya teknik pengendalian fisik yang dapat
digunakan terhadap pasien berdasarkan indikasi-indikasi yang muncul.

Adanya dokumen yang menjelaskan kepada orang tua pasien anak maupun pihak keluarga pasien yang
bersangkutan mengapa pengendalian fisik (restraint) dibutuhkan dalam perawatan.

Adanya penilaian berdasarkan pedoman rumah sakit dari pasien yang pernahmenjalankan pengendalian
fisik (restraint) untuk memastikan bahwa pengendalian fisik tersebut telah diaplikasikan secara benar,
serta memastikan integritas kulit dan status neurovaskular pasien tetap dalam keadaan baik.

Alasan mengapa perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena tenaga kesehatan
harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik pengendalian tersebut dapat dilaksanakan
dengan cara menjaga keamanan pasien ataupun keluarga yang bersangkutan, mengontrol tingkat agitasi
dan agresi pasien, mengontrol perilaku pasien, serta menyediakan dukungan fisik bagi pasien.
2.5 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Restraint pada bayi dan anak

Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter.

Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan restrain, perawat melaporkan pada dokter untuk
mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal maupun tertulis.

Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk klien berusia >18 tahun, 2 jam untuk usia 9-17
tahun, dan 1 jam untuk umur <9 tahun.

Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien >18tahun, 2 jam untuk anak-anak dan usia 9-17 tahun.

Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia >18 tahun dan 4 jam untuk usia <17
tahun.

Selama restrain klien di observasi tiap 10-15 menit, dengan fokus observasi:

Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain

Nutrisi dan hidrasi

Sirkulasi dan Range of Motion eksstremitas

Vital Sign

Hygiene dan eliminasi

Status fisik dan psikologis

Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain

Alat restrain bukan tanpa resiko dan harus diperiksa dan di dokumentasikan setiap 1-2 jam untuk
memastikan bahwa alat tersebut mencapai tujuan pemasangannya, bahwa alat tersebut dipasang
dengan benar dan bahwa alat tersebut tidak merusak sirkulasi, sensai, atau integritas kulit.

Selekman dan Snyder (1997) merekomendasikan intervensi keperawatan yang tepat untuk anak yang
direstrain adalah:

Lepaskan dan pasang kembali restrain secara periodik

Lakukan tindakan untuk memberi rasa nyaman, gunakan pelukan terapeutik bukan restrain mekanik

Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukan

Tawarkan makanan, minuman dan bantuan untuk eliminasi, beri anak dot.

Diskusikan kriteria pelepasan restrain


Berikan analgesik dan sedatif jika diinstruksikan atau di minta

Hindari kemarahan psikologik kepada pasien lain

Berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan

Pertahankan harga diri anak

Lakukan pengkajian keperawatan yang kontinu

Dokumentasikan penggunaan restrain

2.6 Jenis-jenis Restrain pada Bayi dan Anak

2.6.1 Pengendalian fisik (physical restraint) dengan menggunakan alat

Pengendalian fisik dengan menggunakan alat merupakan bentuk pengendalian dengan menggunakan
bantuan alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien maupu nmenahan gerakan rahang
dan mulut pasien.

Alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien

Sheet and ties

Penggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya tidak bergerak dengan cara melingkarkan
selimut ke seluruh tubuh pasien dan menahan selimutnya dengan perekat atau mengikatnya dengan tali.

Restraint Jaket

Restraint jaket digunakan pada anak dengan tali diikat dibelakang tempat tidur sehingga anak tidak
dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke bagian bawah tempat tidur, menjaga anak tetap di dalam
tempat tidur. Restrain jaket berguna sebagai alat mempertahankan anak pada posisi horizontal yang
diinginkan.

Papoose board

Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak anak saat melakukan
perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah anak ditidurkan dalam posisi terlentang di atas papan datar
dan bagian atas tubuh, tengah tubuh dan kaki anak diikat dengan menggunakan tali kain yang besar.
Pengendalian dengan menggunakan papoose board dapat diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah
anak berontak dan menolak perawatan.

Tujuan utama dari penggunaan alat ini adalah untuk menjaga supaya pasien anak tidak terluka saat
mendapatkan perawatan.
Gambar 2.1 Alat Restrain Sheet and ties

Restraint Mumi atau Bedong

Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya dilipat ke tengah.

Bayi diletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada di lipatan dan kaki ke arah sudut yang
berlawanan.

Lengan kanan bayi lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut ditarik ke tengah melintasi
bahu kanan anak dan dada diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri.

Lengan kiri anak diletakkan lurus rapat dengan tubuh anak, dan sisi kiri selimut dikencangkan melintang
bahu dan dada dikunci dibawah tubuh anak bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik kearah
tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan pinpengaman.

Restraint Lengan dan Kaki

Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk mengimobilisasi satu atau lebih
ekstremitas guna pengobatan atau prosedur, atau untuk memfasilitasi penyembuhan. Beberapa alat
restraint yang da di pasaran atau yang tersedia, termasuk restraint pergelangan tangan atau kaki sekali
pakai, atau dapat dibuat dari pita kasa, kain muslin, atau tali stockinette tipis.

Jika restraint jenis ini di gunakan, ukurannya harus sesuai dengan tubuh anak. Harus dilapisi bantalan
untuk mencegah tekanan yang tidak semestinya, konstriksi, atau cidera jaringan. Pengamatan
ekstremitas harus sering dilakukan untuk memeriksa adanya tanda-tanda iritasi dan atau gangguan
sirkulasi. Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat tidur, karena jika penghalang tersebut
diturunkan akan mengganggu ekstremitas yang sering disertai sentakan tiba-tiba yang dapat menciderai
anak.

Restraint siku

Adalah tindakan mencegah anak menekuk siku atau meraih kepala atau wajah. Kadang-kadang penting
dilakukan pada pasien setelah bedah bibir atau agar anak tidak menggaruk pada kulit yang terganggu.
Bentuk restraint siku paling banyak digunakan, terdiri dari seutas kain muslin yang cukup panjang untuk
mengikat tepat dari bawah aksila sampai ke pergelangan tangan dengan sejumlah kantong vertikal
tempat dimasukkannya depresor lidah. Restraint di lingkarkan di seputar lengan dan direkatkan dengan
plester atau pin.

Pedi-wrap

Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher sampai pergelangan kaki pasien
anak untuk menstabilkan tubuh anak serta menahan gerakan tubuh anak. Pedi-wrap mempunyai
berbagai variasi ukuran sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 2.2 Alat Restrain Pedi-wrap

Alat bantu untuk menahan gerakan mulut dan rahang pasien

Molt Mouth Prop

Molt mouth prop merupakan salah satu alat yang paling penting dalam melakukan perawatan gigi. Alat
ini biasanya digunakan dalam anestesi umum untuk mencegah supaya mulut tidak tertutup saat
perawatan dilakukan. Alat ini juga sangat cocok dalam penanganan pasien yang tidak bisa membuka
mulut dalam jangka waktu lama karena suatu keterbatasan.

Penggunaan molt mouth prop harus memperhatikan posisi rahang pasien saat pasien membuka
mulutnya, supaya tidak terjadi dislokasi temporomandibular. Sebagai tambahan, dokter gigi harus
memindahkan molt mouth prop dari mulut pasien setiap sepuluh hingga lima belas menit agar rahang
dan mulut pasien dapat beristirahat.
Gambar 2.3 Alat Restrain Molt Mouth Prop

Molt Mouth Gags

Molt mouth gags juga merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk menahan mulut
pasien.

Gambar 2.4 Alat Restrain Molt Mouth Gags


Tongue Blades

Tongue blades merupakan alat bantu yang digunakan untuk menahan lidah pasien supaya tidak
mengganggu proses perawatan.

Gambar 2.5 Alat Restrain Tongue Blades

Pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat (dengan bantuan orang lain)

Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian fisik tanpa menggunakan
bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan bentuk pengendalian yang menggunakan bantuan
perawat maupun bantuan orang tua atau pihak keluarga pasien.

Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan

Pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga kesehatan merupakan bentuk pengendalian
fisik dimana diperlukan tenaga kesehatan, misalnya perawat untuk menahan gerakan pasien anak
dengan cara memegang kepala, lengan, tangan ataupun kaki pasien anak.

Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua pasien


Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua sebenarnya sama dengan pengendalian fisik dengan
bantuan tim medis (tenaga kesehatan). Hanya saja peran perawat digantikan oleh orang tua pasien anak.
Cara pengendalian dengan menggunakan bantuan orang tua lebih disukai anak apabila dibandingkan
dengan menggunakan bantuan tim medis, sebab anak lebih merasa aman apabila dekat dengan orang
tuanya.

2.7 Resiko Penggunaan Restraint pada Bayi dan Anak

Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien anak yang disebabkan oleh penggunaan
teknik pengendalian fisik (restraint). Hubungan kematian pasien dengan gangguan psikologi yang
disebabkan penggunaan restraint adalah dimana ketika pengendalian fisik (restrain) dilakukan, pasien
anak mengalami reaksi psikologis yang tidak normal, yaitu seperti menigkatnya suhu tubuh, cardiac
arrhythmia yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya positional asphyxia, excited delirium, acute
pulmonary edema, atau pneumonitis yang dapat menyebabkan kematian pada anak.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam mengatasi tingkah laku anak yang sangat beragam, seorang tenaga medis memerlukan teknik
tertentu dalam melakukan perawatan, salah satunya adalah dengan penggunaan teknik pengendalian
fisik (restraint).

Teknik pengendalian fisik (restraint) hanya boleh digunakan pada anak yang tidak dapat menjadi
kooperatif, teknik ini tidak boleh digunakan pada anak yang kooperatif atau anak yang memiliki potensi
menjadi kooperatif. Teknik pengendalian fisik memiliki beberapa jenis, yaitu teknik pengendalian dengan
menggunakan bantuan alat dan teknik pengendalian tanpa menggunakan bantuan alat. Teknik
pengendalian dengan menggunakan alat merupakan teknik pengendalian yang dalam proses
pengendaliannya menggunakan alat bantu.

Sedangkan teknik pengendalian tanpa menggunakan alat merupakan teknik pengendalian fisik dengan
bantuan orang lain, teknik ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni teknik pengendalian dengan
menggunakan bantuan tim medis dan teknik pengendalian dengan menggunakan bantuan orang tua.

Dalam praktiknya, teknik pengendalian fisik (restraint) tidak selalu dapat diterapkan pada setiap anak,
sebab teknik ini memiliki resiko yang dapat membahayakan pasien anak hingga dapat menyebabkan
kematian pada anak. Penggunaan teknik ini menyebabkan terjadinya berbagai berdebatan di kalangan
masyarakat karena cara penerapannya yang dianggap kasar. Oleh karena itu, tekhnik pengendalian fisik
yang baik tidak boleh berdampak buruk terhadap keadaan tubuh pasien.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekhnik pengendalian fisik memiliki beberapa cara perawatan yang
berbeda, tetapi tekhnik restraint yang paling baik adalah teknik pengendalian tanpa penggunaan
bantuan alat, sebab dengan menggunakan alat, anak akan cenderung merasa depresi karena tubuh anak
hanya ditahan oleh alat bantu, dan tidak dapat merasakan sentuhan dari orang lain, terutama orang
terdekat pasien anak yaitu orang tua maupun keluarga dekat pasien anak,sedangkan teknik
pengendalian tanpa menggunakan alat akan cenderung membuat pasien anak merasa lebih nyaman dan
aman.

Seorang perawat yang baik harus dapat membuat pilihan yang bijaksana dalam menangani pasien anak,
terutama yang tidak kooperatif. Pilihan tekhnik pendekatan perawatan yang baik akan memberikan hasil
yang baik dan maksimal dalam proses perawatan, teknik restraint hanya boleh digunakan apabila teknik
pendekatan yang lain sudah digunakan dan tidak berhasil.

3.2 Saran

3.2.1 Bagi Mahasiswa

Diharapkan mampu memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak, serta
dapat mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.

3.2.2 Bagi Institusi

Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi
dan anak serta dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang penggunaan tindakan
fisik (restrain) pada bayi dan anak.

3.2.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan lebih mengerti dan memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan
anak, serta dapat lebih mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.

Rizky Destyowati Candra Rahayu di 03.36

Berbagi

1 komentar:

Kez022329 Juli 2018 18.57


As part of a school thesis for research I’ve got to search sites with relevant information on given topic
and provide them to teacher our opinion and the article. Your post helped me a lot. This is my first time
see here. From the tons of comments on your articles, I guess I’m not just one having all the enjoyment
right here! I just couldn’t leave your website before telling you that I truly enjoyed the best high quality
articles you present for your visitors? Will be returning again frequently to check up on brand new posts.

Obat Maag

Obat Tipes

Obat Maag

Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Profilku

Foto saya

Rizky Destyowati Candra Rahayu

Lihat profil lengkapku

You might also like