You are on page 1of 29

ASKEP PADA PENDERITA HIV/AIDS YANG SEDANG

TERAPI ANTIRETROFIRAL

OLEH

Sirajul Kardi (918312906105.013)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “terapi ARV pada penderita HIV AIDS”
dengan sebaik-baiknya. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata kuliah keperawatan HIV AIDS.
Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan
tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa
syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah
ini.

Kendari, mei 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut
HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan
terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada pasienuntuk
menghentikan aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinyainfeksi
oportunistik, memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan kecacatan. ARV
tidak menyembuhkan pasien HIV namun bisda memperbaiki kualitas hidup danmemperpanjang
usia harapan hidup penderita HIV/AIDS

B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pemberian terapi ARV bagi penderita HIV AIDS
Untuk mengetahui asuhan keperawatan hiv aids
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi
ARV merupakan obat yg digunakan pasien dgn tes HIV positif . Terapiantiretroviral
(ART) berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. Karena HIVadalah retrovirus, obat
ini biasa disebut sebagai obat antiretroviral (ARV). ARV tidak membunuh virus itu. Namun,
ART dapat melambatkan pertumbuhan virus. Waktupertumbuhan virus dilambatkan, begitu
juga penyakit HIV.

Tujuan Pengobatan ARV :


1.Mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait HIV/AIDS.
2.Memperbaiki mutu hidup.
3.Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan.
4.Mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.
5.Menurunkan biaya perawatan dan Menurunkan kemiskinan.
6.Menghentikan replikasi HIV
7.Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi opoturnistik.
8.Memperbaiki kualitas hidup
9.Menurunkan morbiditas dan moralitas karena infeksi HIV.

Manfaat ARV
1.Menekan replikasi virus sedini mungkin dalam waktu lama.
2.Perbaikan fungsi immun.
3.Hidup bebas dari penyakit untuk waktu lama.
4.Resiko resistensi obat rendah dgn penekan virus sempurna.
5.Menurunnya kemungkinan resiko transmisi virus.
CARA KERJA ARV
Obat-obatan ARV yang beredar saat ini sebagian besar bekerja berdasarkan siklusreplikasi
HIV, sementara obat-obat baru lainnya masih dalam penelitian. Jenis obat-obatARV
mempunyai target yang berbeda pada siklus replikasi HIV yaitu:
 Entry(saat masuk). HIV harus masuk kedalam sel T untuk dapat memulaikerjanya yang
merusak. HIV mula-mula melekatkan diri pada sel, kemudianmenyatukan memembran
luarnya dengan membran luar sel. Enzim reversetranscriptase dapat dihalangi oleh obat
AZT, ddC, 3TC, dan D4T, enzimintregrase mungkin dihalangi oleh obat yang sekarang sedang
dikembangkan,enzim protease mungkin dapat dihalangi oleh obat Saquinavir, Ritonivir,
danIndinivir.
 Early replication.Sifat HIV adalah mengambil alih mesin genetik sel T.
Setelahbergabung dengan sebuah sel, HIV menaburkan bahan-bahan genetiknya
kedalam sel. Disini HIV mengalami masalah dengan kode genetiknya yang tertulis
dalambentuk yang disebut RNA, sedangkan pada manusia kode genetik tertulis
dalamDNA. Untuk mengatasi masalah ini HIV membuat enzimreverse
transcriptase(RT) yang menyalin RNA-nya kedalam DNA. ObatNucleose RT
inhibitors(Nukes) menyebabkan terbentuknya enzimreverse transcriptase yang
cacat.Golongannon-nucleoside RT inhibitorsmemiliki kemampuan untuk
mengikatenzimreverse transcriptasesehingga membuat enzim tersebut menjadi
tidak berfungsi.
 Late replication.HIV harus menggunting sel DNA untuk kemudian
memasukkanDNAnya sendiri kedalam guntingan tersebut dan menyambung kembali
helaianDNA tersebut. Alat penyambung itu adalah enzim intregrase maka obat
integraseinhibitors diperlukan untuk menghalangi penyambungan ini.
 Assembly(perakitan atau penyatuan). Begitu HIV mengambil alih bahan-bahangenetik
sel, maka sel akan diatur untuk membuat berbagai potongan sebagaibahan untuk
membuat virus baru. Potongan ini harus dipotong dalam ukuran yangbenar yang
dilakukan enzim protease HIV, maka pada fase ini, obat jenis Protease inhibitors
diperlukan untuk menghalangi terjadinya penyambungan ini.
Pasien harus memahami tujuan pemberian ARV, antara lain:
 ARV tidak menyembuhkan
 Selama pengobatan ARV, virus masih dapat ditularkan atau didapat sehinggaperlu
diterapkan safe sex dan safe injection.
 Pengobatan seumur hidupJangan memulai ARV jika:
Jangan memulai ARV jika:
 Pasien tidak memiliki motivasi
 Tahap konseling intensif
 Pengobatan tidak dapat dilanjutkan
 Asimtomatik dan tidak ada informasi tentang hitung CD4
 Tidak dapat memonitor secara biologis
 Tidak ada akses terhadap diagnosis dan pengobatan IO (Infeksi Oportunistik).

Jenis-jenis Obat - obatan ARV


Obat ARV terdiri atas beberapa golongan antara lain nucleoside reversetranscriptase
inhibitors,non nucleoside reverse transcriptase inhibitors,proteaseinhibitor dan fussion
inhibitor.
1. Nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTI)Obat ini dikenal
sebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahanRNA virus menjadi
DNA ( proses ini dilakukan oleh virus HIV agar bisabereplikasi).Contoh dari obat ARV
yang termasuk dalam golongan ini:Nama Generik : ZidovudineNama Dagang :
RetrovirNama lain: AZT ,ZCV
2. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NtRTI).Yang termasuk golongan iniadalah
Tenofovir (TDF)
3. Nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).Golongan ini juga
berkejadengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA dengan cara
mengikatreverse transcriptase sehingga tidak berfungsi. Yang termasuk golongan
NNRTIadalah :Nama generik : nevirapinNama dagang : viramuneNama lain : NVP BI-
RG-587
4. Protease inhibitor (PI,menghalangi kerja enzim protease yang berfungsimemotong
DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk memproduksi virus
baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir (IDV),ritonavir (RTV) dan amprenavir
(APV).
5. Fusion inhibitor. Yang termasuk golongan ini adalah enfuvirtide (T-20)

Cara memilih obat


1. Pertimbangan dalam memilih obat adalah hasil pemeriksaan CD4, viral load
dankemampuan pasien mengingat penggunaan obatnya. Pertimbangan yang baik
adalahmemilih obat berdasarkan jadwal kerja dan pola hidup.
2. Kebanyakan orang lebih mudah mengingat obat yang diminum sewaktu makan

Efek samping obat


1. Efek samping jangka pendek adalah: mual, muntah, diare, sakit kepala, lesu dan susahtidur. Efek
samping ini berbeda-beda pada setiap orang, jarang pasien mengalamisemua efek
samping tersebut. Efek samping jangka pendek terjadi segera setelahminum obat dan
berkurang setelah beberap minggu. Selama beberapa minggupenggunaan ARV,
diperbolehkan minum obat lain untuk mengurangi efek samping.
2. Efek samping jangka panjang ARV belum banyak diketahui
3. Efek samping pada wanita: efek samping pada wanita lebih berat dari pada pada laki-
laki, salah satu cara mengatasinya adalah dengan menggunakan dosis yang lebihkecil.
Beberapa wanita melaporkan menstruasinya lebih berat dan sakit, atau lebihpanjang
dari biasanya,namun ada juga wanita yang berhenti sama sekalimenstruasinya.
Mekanisme ini belum diketahui secara jelas.
Peran Perawat dalam Pemberian ARV
Penggunaan obat ARV Kombinasi
1. Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah:
 Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil kemungkinanterjadinya
resistensi
 Meningkatkan efektifitas dan lebih menekan aktivitas virus. Bila timbul
efek samping, bisa diganti obat lainnya dan bila virus mulai resisten terhadap obat
yangsedang digunakan, bisa memakai kombinasi lain.
2. Efektivitas obat ARV kombinasi:
 ARV kombinasi lebih efektif karena mempunyai khasiat ARV yang lebih
tinggidan menurunkan viral load lebih tinggi dibanding penggunaan satu jenis
obat saja.
 Kemungkinan terjadinya resistensi virus kecil, akan tetapi bila pasien
lupaminum obat dapat menimbulkan terjadinya resistensi.
 Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih kecil,
sehinggakemungkinan efek samping lebih kecil.
I. KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau
sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan
sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif
terhadap HIV. (Doenges, 1999)
2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi
oleh HIV. (Sylvia, 2005)

B. ETIOLOGI
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus
limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus
mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk
ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi
penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus.
Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu,
yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx
meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr.
Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam
serum dari para perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan
penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)
1. Cara Penularan
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu:
· Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%
· Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%
· Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%
· Transmisi dari ibu ke anak :
a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan, risiko penularan 50%
c. Melalui air susu ibu(ASI)14%

C. PATOFISIOLOGI
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10
minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan
gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat
AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus
HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke
dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan
ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4,
yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor
CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi
mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B,
makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas
dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap
selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-
1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun
sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain
karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan
virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus
di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel
CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi
dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang
beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+
biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi
rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan.
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi
antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus
diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer
antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu
penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa
titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun
kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan
gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya
26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)
PATWAY
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita
AIDS :
Panas lebih dari 1 bulan,
Batuk-batuk,
Sariawan dan nyeri menelan,
Badan menjadi kurus sekali,
Diare ,
Sesak napas,
Pembesaran kelenjar getah bening,
Kesadaran menurun,
Penurunan ketajaman penglihatan,
Bercak ungu kehitaman di kulit.

Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan gejala
penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan
penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada
seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka
dianjurkan ia tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5
tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang
paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
1.Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah ditubuh.
2.Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.
3.Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar
getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan

E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral akut,
demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV
dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4.( Arif Mansjoer, 2000 )
1. Infeksi retroviral akut
Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan demam,
pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus
pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami gangguan
neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini
biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan.
2. Masa asimtomatik
Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum.
Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period).
3. Masa gejala dini
Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat infeksi
pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, ITP, dan
tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC)
4. Masa gejala lanjut
Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko tinggi
rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan

.
F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :
1. Pneumonia pneumocystis (PCP)
2. Tuberculosis (TBC)
3. Esofagitis
4. Diare
5. Toksoplasmositis
6. Leukoensefalopati multifocal prigesif
7. Sarcoma Kaposi
8. Kanker getah bening
9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah
1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa
perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan
Rontgen.
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4, protein
purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS,
hepatitis, dan pap smear.
Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka
pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6
bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian profilaksi
INH tidak tergantung pada jumlah CD4.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat
antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.
Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop fluoresensi atau
flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah
Istiqomah : 2009) :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau
sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat
ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat
enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi
virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
– Didanosine
– Ribavirin
– Diedoxycytidine
– Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit
khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
2. Diet
Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah
a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
· Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
· Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang
diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
· Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
· Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.
b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
· Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
· Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat
pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang,
perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan.
· Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
· Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).
· Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai
dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.
c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:
· Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres,
aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13%
untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.
· Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti
jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan
ginjal dan hati.
· Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak
disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak,
digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain
Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama
minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
· Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi
yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium,
Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa
suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat menekan kekebalan
tubuh.
· Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
· Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan
fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap
dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental
(thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid).
· Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti
(natrium, kalium dan klorida).
· Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini
sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat
kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat,
maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan
utama atau makanan selingan.
· Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
· Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik,
termik, maupun kimia.
d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien dengan:
a. Infeksi HIV positif tanpa gejala.
b. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan, sariawan
dan pembesaran kelenjar getah bening).
c. Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
d. Infeksi HIV dengan TBC.
e. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral, enteral(sonde)
dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak
mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai
makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.
1) Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi,
sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera
setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama
beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan
menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair
dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral
komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C.
bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).
2) Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi.
Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai
gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan
makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.

3) Diet AIDS III


Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien dengan
infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan
sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan
melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian
makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama
II. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Identitas klien, Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan
alamat. Serta jenis kelamin pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat
1) Riwayat penyakit sekarang
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat penyakit keluarga
4) Riwayat psikososial
d. Aktivitas dan Istirahat
Gejala:
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelahan/malaise, perubahan pola tidur
Tanda:
Kelemahan otot, menurunnya masa otot. Respons fisiologis terhadap aktivitas
seperti perubahan dalam td, frekuensi jantung, pernapasan.
e. Sirkulasi
Gejala:
Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia), perdarahan lama pada
cedera (jarang terjadi)
Tanda:
Takikardia, perubahan TD postural. Menurunnya volume nadi perifer.
Pucat/sianosis; perpanjangan pengisian kapiler
f. Integritas ego
Gejala:
1) Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, misal dukungan keluarga,
hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distres
spiritual
2) Mengkuatirkan penampilan; alopesia, lesi cacat, dan menurunnya BB
3) Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresi
Tanda:
1) Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri
2) Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang
kurang.
3) Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
g. Eliminasi
Gejala:
1) Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan/tanpa disertai keram
abdominal.
2) Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda:
1) Feses encer dengan/tanpa disertai mukus atau darah.
2) Diare pekat yang sering.
3) Nyeri tekan abdominal.
4) Lesi/abses rektal, perianal
5) Perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine.
h. Makanan/cairan
Gejala:
1) Tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali makan,
mual/muntah.
2) Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
3) Penurunan BB yang cepat atau progresif.
Tanda:
1) dapat menunjukan adanya bising usus hiperaktif
2) Penurunan BB: perawakan kurus, menurunnya lemah subkutan/masa otot.
3) Turgor kulit buruk.
4) Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna.
5) Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
6) Edema (umum, dependen)

i. Higiene
Gejala: tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda:
1) Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi.
2) Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri,aktivitas perawatan diri.
j. Neurosensori
Gejala:
1) Pusing/pening,sakit kepala.
2) Perubahan status mental,kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk
mengatasi masalah,tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun.
3) Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran.
4) Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan.
5) Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukan perubahan paling
awal).
Tanda:
1) Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia,
lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, reterdasi
psikomotor/respon melambat.
2) Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
3) Timbul refleks yang tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan
ataksia.
4) Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis; hemiparesis,
kejang.
5) Hemoragi retina dan eksudat (renitis cmv)
k. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
1) Nyeri umum atao lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki.
2) Sakit kepala (keterlibatan ssp)
3) Nyeri pada pleuritis
Tanda:
1) Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
2) Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan atau pincang
3) Gerak otot melindungi bagian yang sakit
l. Pernapasan
Gejala:
1) ISK sering, menetap
2) Napas pendek yang progresif
3) Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum (tanda
awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodik saat napas dalam)
4) Bendungan atau sesak pada dada
Tanda:
1) Takipnea, distres pernapasan
2) Perubahan pada bunyi napas/bunyi napas adventisius.
3) Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
m. Keamanan
Gejala:
1) Riwayat jatuh, terbakar,pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya.
2) Riwayat menjalani transafusi darah yang sering/berulang (mis. Hemofilia,
operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
3) Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut.
4) Riwayat atau berulangnya infeksi dengan phs
5) Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermiten/memuncak;
berkeringat malam

Tanda:
1) Perubahan integritas kulit; terpotong, ruam, mis. Eksema, eksantem, psoriasis,
perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola; mudah terjadi memar yang
tidak bisa dijelaskan sebabnya.
2) Rektum, luka-luka perianal atau abses
3) Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh atau lebih
(mis. Leher, ketiak, paha)
4) Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.

n. Seksualitas
Gejala:
1) Riwayat perilaku berisiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan
pasangan yang positiv HIV, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang
tidak terlindungi, dan seks anal.
2) Menurunnya libido, terlal sakit untuk melakukan hubungan seks.
3) Penggunaan kondom yang tidak konsisten.
4) Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus
pada wanita yang diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan
kekeringan/friebilitas vagina)
Tanda:
1) Kehamilan atau resiko terhadp hamil
2) Genital: manifestasi kulit (mis. Herpes, kutil); rabas.
o. Interaksi sosial
Gejala:
1) Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis. Kehilangan kerabat/orang
terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang
lain, takut akan penolakkan/kehilangan pendapatan.
2) Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal karena
aids
3) Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat
rencana.

Tanda:
1) Perubahan pada interaksi keluaga/orang terdekat
2) Aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
p. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
1) Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku berisiko tinggi
(mis. Seksual ataupun penggunaan obat-obatan iv)
2) Penggunaan/penyalahgunaann obat-obatan iv, saat ini merokok, penyalahgunaan
alkohol.
3) Pertimbangan rencana pemulangan:
4) Drg menunjukan rerata lama dirawat 10,2 hari
5) Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan; transportasi, belanja makanan dan persiapan ; perawatan diri,
prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan/pemeliharaan rumah, perawatan
anak; perubahan fasilitas hidup.
2. Diagnosa Keperawatan
1) D.0142 Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder

2) D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi


nutrien

3) D.0020. Diare berhubungan dengan proses infeksi.


3. Rencana Keperawatan

Diagnosa RencanaTindakanKeperawatan
Keperawatan Tinjauan/Kriteria Tindakan
Hasil (NOC) (NIC)
D.0142 Resiko Aktivitas-aktivitas:
infeksi dengan  0703 Termogulasi.
faktor resiko  Definisi: keparahan 1. bersihkan lingkungan dengan baik
ketidakadekuatan tanda dan gejala. setelah di gunakan untuk setiap
pertahanan tubuh  Skala Outcome pasien
sekunder Keseluruhan 2. ganti peralatanperawatan per pasien
Indikator: sesuai protokol institus
1. 070307 Demam 3. batasi jumlah pengunjung
2. 070311 malaise 4. anjurka pengunjung untuk mencuci
3. 070312 Menggigil tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan
5. cuci tangan sebelum dan sesudah
kegiatan pasien
6. pakai sarung tangan sebagaimana di
anjurkan oleh kebijakan pencegahan
universal
7. pakai pakaian ganti atau jubah saat
menangani bahan-bahan yang
infeksius
8. gosok kulit pasien menggunakan
antibakteri yang sesuai1
2. D.0020.Defisit  1004 status nutrisi Aktivitas-aktivitas:
nutrisi  Definisi: sejauh mana 1. Tentukan status gizi pasien dan
berhubungan nutrisi di cerna dan di kemampuan pasien untuk
dengan serap untuk memenuhi mememnuhi kebutuhan gizi
ketidakmampuan kebutuhan metabolik 2. Identifikasi adanya alergi atau
mengabsorbsi  Skala Outcome intoleransi makanan yang di miliki
nutrien Keseluruhan pasien
Indikatir: 3. Anjurkan keluarga pasien untuk
1. 100401 asupan gizi membawa makanan faforit pasien
2. 100402 asupan sementara pasien berada di rumah
makanan sakit atau fasilitas perawatan yang
3. 100403 asupan cairan sesuai
4. 100404 energi 4. Anjurkan keluargan untuk bantu
5. 100405 energi pasien membuka kemasan makaanan ,
6. 100407 hidrasi memotong makanan ,dan makan , jika
di perlukan

3. D.0020.  0500 Kontinensi usus a aktivitas-aktivitas:


Diare  Definisi: mengontrol 1. Monitor buang air bsar termasuk
berhubungan pengeluaran feses dari frekuensi , konsistensi bentuk , volume
dengan proses usus dan warna ,dengan cara yang tepat
infeksi.  Skala outcome
keseluruhan 2. Ajarkan pasien mengenai makanan-
Indikator: makanan tertentu yang membantu
1.) 050008 mengenali mendukung keteraturan(aktifitas) usus
keinginan untuk
defekasi 3. Anjurkan anggota paien/keluarga untuk
2.) 050001 mencatat warna volume, frekuensi dan
memepertahankan pola konsistensi tinja
pengeluaran feses yang
bisa di prediksi 4. Berikan cairan hangat setelah makanan
3.) 050002 dengan cara yang tepat
mempertahankan
kontrol pengeluaran
feses
4.) 050003
mengeluarkan feses
paling tidak 3 kali per
hari
5.) 0500013 minuman
cairan secara adekuat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ARV merupakan obat yg digunakan pasien dgn tes HIV positif . Terapiantiretroviral (ART)
berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. Karena HIVadalah retrovirus, obat ini
biasa disebut sebagai obat antiretroviral (ARV). ARV tidak membunuh virus itu. Namun,
ART dapat melambatkan pertumbuhan virus. Waktupertumbuhan virus dilambatkan, begitu
juga penyakit HIV.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

You might also like