Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN MINIPROJECT
Disusun Oleh :
LAPORAN MINIPROJECT
Disusun Oleh :
Oleh :
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
permasalahan Tuberkulosis (TB) yaitu diperingkat kelima didunia setelah India,
China, Afrika Selatan dan Nigeria (Depkes, 2011). DiIndonesia setiap tahunnya
ditemukan sekitar 300.000 orang menderita tuberkulosis (Kompas, 2012). Pada
tahun 2009 ditemukan sebanyak 528.063 kasus tuberkulosis baru. Kematian yang
diakibatkan tuberkulosis sebanyak 91.369 pada tahun 2009 (Depkes, 2011).
Berdasarkan global report TB WHO tahun 2011 prevalensi tuberkulosis di
Indonesia sebesar 289 per 100.000 penduduk. Insidensi tuberkulosis diIndonesia
sebesar 189 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 27 per
100.000 penduduk (Depkes, 2012). Sekitar 75% pasien tuberkulosis adalah usia
reproduktif (15-50 tahun) (Depkes, 2011).
4
tuberkulosis sejumlah 2364 penderita yang ada diwilayah Yogyakarta. Kabupaten
Sleman menjadi salah satu kabupaten dengan penderita BTA (+) tertinggi di
Propinsi Yogyakarta.
5
terhadap penyakit tuberkulosis pada ibu-ibu posyandu dukuh Lodadi 1, desa
Umbulmartani, kecamatan Ngemplak, kabupaten Sleman?”
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan upaya pencegahan terhadap penyakit tuberkulosis pada ibu-ibu
posyandu dukuh Lodadi 1, desa Umbulmartani, kecamatan Ngemplak, kabupaten
Sleman.
1. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan informasi sehingga dapat melakukan
peningkatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
2. Bagi Kader Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan masukan untuk kader kesehatan
sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
3. Bagi Penulis
Sebagai penerapan proses berfikir secara ilmiah dalam menganalisa
masalah, juga sebagai media untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TUBERKULOSIS
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang menyerang pada bagian parenkim paru.
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman batang tahan asam yang dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit. Terdapat banyak jenis
Mycobacterium patogen, namun hanya dua jenis saja yang patogen terhadap
manusia, yaitu strain bovin dan human (Price et al., 2006; Djojodibroto, 2009).
2.1.2 Epidemiologi
Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang sudah terjadi
sejak ribuan tahun sebelum masehi. Sejak zaman purba penyakit ini merupakan
penyakit menakutkan dengan angka kematian tinggi. Karena sangat menakutkan
TB dijuluki dengan “consumption”. Angka insidemsi TB mengalami penurunan
pada saat ditemukan kemoterapi. Namun pada tahun 1985-1992 jumlah kasus TB
mengalami peningkatan yang sangat tajam hingga 20%. Bahkan pada periode ini
grafik prevalensi TB menetap dan meningkat. Banyak faktor yang menjadi
pemicu peningatan kejadian TB ini, diantaranya faktor sosioekonomi dan masalah
kesehatan lain seperti tingginya angka infeksi HIV, AIDS, alkoholisme dan lain-
lain (Price et al., 2006; Djojodibroto, 2009; Widoyono, 2008).
7
daripada pedesaan. Dan angka kesakitan TB lebih banyak di negara berkembanag
dibanding dengan negara maju. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap
epidemi TB, terutama kepadatan penduduk. EpidemiTB pernah dilaporkan pada
tempat orang-orang berkumpul seperti rumah perawatan, penampungan tuna
wisma, rumah sakit, sekolah dan penjara. Riwayat penyakit menderita TB juga
menjadi pemicu tingginya prevalensi TB. Dimana anak yang pernah menderita
TB mempunyai risiko 10% menderita penyakit ini sepanjang hidupnya
(Djojodibroto, 2009; Widoyono, 2008).
Dari hasil studi SKRT (studi kesehatan rumah tangga) tahun 1986
menunjukkan penyakit TB di Indonesia menjadi penyebab kematian ke-3 dan
menduduki urutan ke-10 penyakit terbanyak di masyarakat. Tahun 1992 hasil
studi SKRT penyakit TB mengalami peningkatan dan menyebabkan kematian
terbanyak yang menduduki urutan ke-2. TB kembali menduduki urutan ke-3
(9,4% dari total kematian) penyebab kematian pada tahun 2001, dari hasil studi
SURKENAS (survei kesehatan nasional). Khusus di daerah Jawa Tengah, SKRT
melaporkan angka kejadian TB pada tahun 1999 menempati urutan ke-6 dari 10
penyakit rawat jalan di rumah sakit (Djojodibroto, 2009; Widoyono, 2008).
Penyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, dan
penyakit ini mulai merambah tidak hanya menyerang golongan sosial ekonomi
rendah saja tetapi juga orang dengan status sosial tinggi. Menurut Simon (2004)
75% penderita TB di negara berkembang banyak terjadi pada kelompok
8
usiaproduktif (15-50 tahun). Widoyono (2008) menyebutkan berdasarkan profil
kesehatan Indonesia tahun 2002 menggambarkan presentase penderita
tuberkulosis terbesar adalah usia 25-34 tahun(23,67%), 35-44 tahun (20,46%), 15-
24 tahun (18,08%), 45-54 tahun (17,48%), 55-64 tahun (12,32%), >65 tahun
(6,68%), dan yang terendah pada kelompok umur 0-14 tahun (1,31%). Jika dilihat
dari gambaran seluruh dunia, gambaran morbiditas dan mortalitas meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur. Lebih lanjut Widoyono (2008), memaparkan
perbedaan jenis kelamin juga menyebabkan perbedaan angka angka kejadia TB.
Pada pasien usia lanjut, ditemukan pasien laki-laki lebih banyak daripada wanita.
Di Indonesia sendiri dari hasil laporan seluruh provinsi di Indonesia, pada tahun
2002 menunjukkan bahwa dari 76.230 penderita TB BTA (+), 43.294 diantaranya
laki-laki (56,79%) dan 32.936 perempuan (43,21%).
2.1.3 Etiologi
Penyakit TB disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis merupakan anggota ordo
Actinomisetales dan genus mycobacterium. Mycobacterium merupakan kuman
berbentuk batang gram positif lemah, pleomorfik, tidak bergerak dan tidak
membentuk spora.Dimensimycobacterium 1,4 μ × 0,2-0,5 . Mycobacterium
tumbuh paling baik pada suhu 37-41 , menghasilkan niasin dan tidak ada
pigmentasi. Bakteri ini merupakan kuman aerobik. Sifat ini menunjukkan kuman
lebih menyukai jaringan yang memiliki kandungan oksigen tinggi seperti pada
bagian apikal paru-paru. Kuman ini juga memiliki sifat tahan terhadap asam,
sehingga lebih dikenal dengan bakteri tahan asam (BTA). Sifat tahan asam ini
didapat dari kandungan lipid didalam dinding selnya. Dinding sel Mycobacterium
kaya akan lipid sehingga resisten terhadap efek bakterisid antibodi dan
komplemen. Selain lipid dinding sel bakteri juga terdiri dari peptidoglikan dan
arabinomannan (Soedarto, 2007; Sudoyo, et al., 2009).
9
ekonomi, status gizi, kebiasaan merokok, kepadatan hunian, kelembaban rumah,
dan jenis lantai rumah. Tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh pada tingkat
keberhasilan pengobatan TB. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan
semakin tinggi juga keberhasilan pengobatan yang akan dicapai. Tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai pengertian terhadap
penyakit dan bahayanya (Jelalu, 2008).
10
Gambar 1. Sistem imun di Paru akibat merokok
11
kuman TB. Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis ini
ditularkan melalui udara, dengan cara inhalasi basil yang terkandung dalam
percikan dahak (droplet nuclei). Droplet nuclei dapat berasal dari seorang pasien
TB, yang berhambur ke udara saat mereka batuk, bersin, atau berbicara. Setiap
kali batuk seorang pasien akan menghasilkan 3000 droplet nuclei.
Sehinggadroplet nuclei yang infektif terutama dari seorang pasien yang
mengalami gejala batuk berdahak atau berdarah. Setelah basil TB tersembur
kemudian akan terhisap oleh orang lain (Sudoyo et al., 2009; Depkes, 2011;
Djojodibroto, 2009; Patel & Gwilt, 2008).
2.1.6 Patofisiologi
2.1.6.1 Infeksi Primer
Infeksi berawal dari seseorang menghirup droplet nuclei. Setelah droplet
nuclei terhirup, droplet (percikan)akan menempel pada dinding saluran
pernapasan. Droplet yang terhirup, mungkin akan menempel pada dinding saluran
pernapasan atas ataupun pada sistem pernapasan bawah tergantung dari ukuran
droplet yang terhirup. Jika ukuran droplet besar, ia akan menempel pada dinding
saluran nafas atas. Namun jika droplet berukuran kecil (<5 mikrometer) akan
12
masuk sampai ke alveolar dan menempel pada dinding alveolar. Kuman yang
terhirup biasanya dalam bentuk basil yang berbetuk unit, yang dalam satu unit
terdiri dari 1-3 basil. Jika seseorang baru pertama kalinya terinfeksi TB, maka
tubuh akan memberikan reaksi hanya berupa reaksi seperti adanya benda asing.
Hal ini disebabkan karena tubuh belum memiliki imunitas terhadap kuman
Mycobacterium tuberculosis. Pada awalnya basil tuberkulosis akan dilawan oleh
makrofag dengan cara fagositosis. Namun, pada saat ini makrofag belum
diaktifkan. Selama periode ini basil TB berkembang biak dengan bebas, baik
ekstraseluler maupun intraseluler didalam sel yang memfagositnya. Selama tiga
minggu pertama setelah infeksi, tubuh hanya merespon infeksi dengan peradangan
biasa.Pada fase ini leukosit polimorfonuklearlah yang berperan. Tetapi kemudian
tubuh juga mengupayakan pertahanan imunitas selular yang disebut dengan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat (delayed hypersensitivity), yang melibatkan limfosit
(biasanya limfosit T) dan pengaktivan makrofag oleh limfosit dan limfokinnya.
Pembentukan imunitas selular akan lengkap dalam 10 minggu (Djojodibroto,
2009; Price & Wilson, 2005).
13
nekrosis dan perkijuan (kaseasi) di tengahnya. Agar infeksi tidak menyebar, akan
trbentuk fibrosis yang mengililingi granuloma. Stadium ini disebut infeksi primer
(primary infection). Nodus limfa yang menampung aliran limfa yang berasal dari
lesi inisial juga ikut terinfeksi sehingga juga mengalami peradangan. Lesi inisial
ketika meradanag disebut sebagai fokus inisial (fokus primer). Fokus primer
dikelilingi oleh sel epiteloid, histiosit dan sel datia langhans, sel limfoid dan
jaringan fibrosa. Lesi ini dinamakan lesi granulomatosa, dan pada TB disebut
dengan tuberkel. Fokus primer yang meradang bersama dengan kelenjar limfa
yang meradang disebut kompleks primer. Selanjutnya fokus primer yang
mengalami kalsifikasi bersama pembesaran nodus limfa disebut kompleks ghon
(Djojodibroto, 2009; Price & Wilson, 2005; Sudoyo et al., 2009).
Menurut Price dan Wilson (2005), selain reaksi peradangan yang sudah
disebutkan diatas, masih terdapat respon yang lain yaitu pencairan, dimana bahan
cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan kavitas. Bahan
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas dapat masuk ke percabangan
trakeobronkial. Proses ini dapat terjadi berulang kali di bagain lain dari paru, atau
basil dapat terbawa sampai laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil
dapat sembuh dan meningglakan jaringan parut walaupun tanpa pengobatan. Bila
peradangan mereda, lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut. Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan. Keadaan ini dapat
tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama.
14
settlement biasanya terbentuk dibagian apeks paru, ginjal, ujung tulang panjang,
dan otak. Setiap individu akan dapat mengatasinya walaupun banyak basil yang
tersebar, jika daya tahan tubuh prima sehingga tidak akan menderita TB.
Sebagaian kecil individu tidak dapat mengatasinya dan akan menderita TB.
Secondary settlement dapat terjadi diseluruh tubuh yang biasanya menyebabkan
TB miliar (Djojodibroto, 2009; Price & Wilson, 2005; Sudoyo et al., 2009).
15
terjadi batuk darah. Batuk sebagai indikator sensitif TB paru aktif. Batuk biasanya
berlangsung selama 2-3 minggu atau lebih.
b. Sesak Napas
Gejala sesak napas jarang dikeluhkan oleh penderita TB. Sesak napas
muncul bila penyakit sudah pada tahap lanjut. Gejala ini timbul apabila sudah
terjadi pembesaran nodus limfa pada hilus yang menekan bronkus, atau terjadi
efusi pleura, atau ekstensi radang parenkim atau miliar. Secara umum sesak napas
ini muncul bila sudah mengenai setengan bagian paru-paru.
c. Nyeri Dada
Seperti pada sesak napas, nyeri dada juga jarang ditemukan. Nyeri dada ini
baru muncul apabila peradangan sudah melibatkan pleura sehingga terjadi
peradangan pada pleura (pleuritis). Karena adanya pleuritis ini,akan menimbukan
gesekan antara kedua pleura saat pasien inspirasi maupun ekspirasi sehingga akan
timbul nyeri.
b. Malaise
Karena sifat infeksi TB merupakan peradangan yang menahun, malaise
dapat mucul dalam waktu yang panjang pula. Gejala malaiseakan terjadi secara
hilang timbul. Pasien akan merasa mudah lelah, pegal-pegal, nafsu makan
menurun (anoreksia), berat badan menurun, sakit kepala dan khusus pada wanita
dapat timbul amenorea.
16
2.1.8 Pemeriksaan
2.1.8.1 Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi dapat terlihat pasien tampak pucat pada bagian konjungtiva
atau kulit, badan tampak kurus dan dibuktikan dengan penimbangan berat badan
akan menunjukkan penurunan berat badan. Kemudian dilakukan perkusi pada
bagian thoraks untuk mengetahui ada kelaianan pada paru atau tidak. Perkusi akan
menghasilkan pemeriksaan yang negatif jika penyakit yang dialami masih stadium
dini (asimptomatik). Hasil perkusi juga akan negatif jika sarang penyakit terletak
jauh didalam paru (>4cm). Lesi paling sering pada TB terjadi di apeks paru
sehingga pada perkusi akan terdengar redup pada bagian apkes paru. Bila lesi
sudah meluas maka redup tidak hanya pada bagian apeks, namun juga pada
bagian paru lain tempat lesi berada. Hasil perkusi akan menjadi hipersonor jika
kavitas yang ada sangat besar (Sudoyo et al., 2009; Alsagaff & Mukty, 2005).
Dengan auskultasi akan didapatkan suara bronkial jika lesi sudah meluas.
Juga terdapat suara napas tembahan berupa ronki basah, kasar, dan nyaring.
Namun hasil auskutasi akan berubah jika terdapat penebalan pleura dimana akan
terdengar vesikular yang melemah. Dan jika kavitas sangat besar akan terdengar
suara amforik (Sudoyo et al., 2009).
Tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas akan ditemukan
atrofi dan retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi ciut dan
menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Sebaliknya paru yang sehat menjadi
hiperinflasi. Jika fibrosis sudah mengenai separuh bagian paru akan
mengakibatakan penurunan daerah aliran darah paru dan akan mengakibatkan
peningkatan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti dengan kor
pulmonal dan gagal jantung kanan. Kor pulmonal dengan gagal jantung kanan
ditandai dengan takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular lift, right atrial
gallop, murmur Graham-steel, bunyi P2 yang mengeras, peningkatan tekanan
vena jugularis, hepatomegali, asites, dan edema (Sudoyo et al., 2009).
17
2.1.8.2 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radilogis
Alsgaff dan Mukty (2009) memaparkan gambaran radiologis akan
memperkuat dugaan adanya penyakit TB paru lebih dini. Lokasi lesi TB
umumnya di daerah apeks paru, tetapi dapat juga terjadi di lobus bawah atau
bagian hilus. Saat awal penyakit, lesi masih berupa sarang-sarang pneumonia,
pada gambaran radiologis akan terlihat bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas. Namun jika lesi sudah diliputi jaringan ikat maka akan terlihat lesi
yang dinamakan tuberkuloma yang memiliki batas tegas. Pada kavitas bayangan
berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis. Lama kelamaan dinding sklerotik
dan terlihat menebal. Jika terjadi fibrosis bayangan terlihat garis-garis. Pada
kalsifikasi bayangan tampak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan (Sudoyo et al.,
2009).
1. Lesi minimal
Bila proses TB paru mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas
chondrosternal junction dari iga kedua dan prossesus spinosus dari
18
vertebra torakalis IV atau korpus vertebra torakalis V dan tidak dijumpai
kavitas.
2. Lesi sedang
Dapat dikatakan lesi sedang jika luas proses lebih dari luas lesi minimal.
Tetapi maksimal proses TB tidak boleh lebih dari satu luas paru dengan
densitas sedang. Jika densitas yang ada lebih padat dan lebih tebal
(confluent), maka luas proses tersebut tidak boleh lebih dari sepertiga luas
satu paru dengan atau tanpa kavitas. Bila proses disertai dengan kavitas
maka diameter kavitas maksimal 4 cm.
3. Lesi luas
Kelainan lebih luas dari lesi sedang.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah hanya sebagai pemeriksaan pendukung untuk penegakkan
diagnosis TB paru karena hasil pemeriksaan darah tidak sensitif dan tidak
spesifik. Namun pemeriksaan darah dapat untuk membantu menentukan
aktivitas penyakit. Pada saat awal penyakit (aktif) lekosit dapat normal atau
sedikit meningkat dengan hitung jenis lekosist mengalami pergeseran ke kiri.
Jumlah limfosit di bawah normal.Laju enap darah (LED) dapat normal atau
meningkat. Ward et al. (2006) dan Sudoyo et al. (2009) menyatakan
pemeriksaan darah dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia,
anemia yang terjadi biasanya normositik normokhromik. Juga terjadi penuruan
natrium dan peningkatan kalsium.
2. Pemeriksaan Serologis
Ada berbagai macam pemeriksaan serologis yang digunakan dalam diagnosis
TB yaitu reaksi Takahshi. Reaksi Takahashi dapat menunjukkan apakah proses
TB masih aktif atau tidak. Hasil dikatakan positif apabila titer menunjukkan
1/128. Namun pemeriksaan ini banyak menghasilkan positif palsu dan
negatifpalsu. Pemeriksaan serologis yang memiliki sensitifitas dan spseifisitas
19
tinggi (85-95%) adalah Peroksidase Anti Peroksida (PAP-TB). Prinsip dari
pemeriksaan PAP-TB adalah menentukan ada tidaknya IgG yang spesifik
terhadap antigen Mycobacterium Tuberculosae. Pemeriksaan dinyatakan
patologis bila pada titer 1:10.000 didapatkan hasil uji PAP-TB positif (Sudoyo
et al., 2009).
4. Tes Tuberkulin
Dasar dari pemeriksaan ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Cara yang
dilakukan adalah dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purified
Protein Derivate) secara intrakutan berkekuatan 5 T.U. Dengan pemeriksaan
ini dapat diketahui apakah seserorang sedang atau pernah terinfeki kuman
tuberkulosis. Hasil positif bila didapatkan indurasi ≥10mm.
20
2.1.9 Diagnosis
Penegakkan diagnosis TB didasarkan pada anamnesis mengenai keluhan
yang dirasakan oleh pasien dan ditunjang dengan pemeriksaan lain. Dari
anamnesis pasien akan mengeluhkan gejala-gejala seperti batuk berdahak selama
2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala yang telah disebutkan
memiliki kemiripan dengan gejala pada penderita bronkitis kronis, bronkiektasis,
asma, dan lain-lain. Namun karena prevalensi TB di Indonesia tinggi, jika pasien
mengeluhkan keluhan tersebut dapat ditetapkan pasien tersebut sebagai tersangka
TB (suspek TB). Apabila pasien sudah ditetapkan sebagai tersangka TB, maka
pasien tersebut wajib untuk menjalani pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan
dahak untuk mencari BTA. Pemeriksaan dahak pada pasien suspek TB dilakukan
dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
Pasien dengan dahak BTA positif bila pasien pada pemeriksaan dahaknya
secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan. Atau satu sediaan dahaknya positif disertai kelainan radiologis yang
sesuai dengan gambaran TB aktif. Atau satu sediaan positif disertai biakan yang
positif (Depkes, 2011; Sudoyo et al., 2009).
21
Gambar 2. Alur Diagnosis TB
Sumber. Depkes, 2011
1. Aktif
a. Bila dahak mengandung basil tuberkulosis.
22
b. Bila ada kavitas (kecuali open case dengan basil tahan asam dalam dahak
negatif).
c. Gambaran radiologis berbeda pada foto tunggal maupun serial.
2. Tenang (quiescent)
a. Dahak tidak mengandung basil untuk jangka waktu paling sedikit 6
bulan.
b. Gambaran radiologis, tampak proses stabil atau hanya mengalami sedikit
perubahan.
c. Masih ada kavitas (tetapi open case dengan basil tahan asam negatif).
2.1.10 Pengobatan
Pengobatan TB membutuhkan waktu minimal 6 bulan.Dan setiap negara
memiliki standar pengobatan TB sendiri. Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk
menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
obat anti tuberkulosis (OAT). Untuk tujuan pengobatan yang terkhir dilakukan
dengan prinsip pengobatan multidrugs regimen. Obat anti tuberkulosis dibagi
dalam dua golongan besar, yaitu obat lini pertama dan obat lini kedua.
23
Tabel 1. Pengelompokan OAT
Golongan dan Jenis Obat
Golongan-1 Obat Isoniasid (H) Pyrazinamide(Z)
LiniPertama Ethambutol (E) Rifampicin (R)
Streptomycin (S)
Golongan-2 /Obat Kanamycin (Km) Amikacin (Am)
suntik/Suntikanlinikedu Capreomycin (Cm)
a
Golongan-3 Ofloxacin (Ofx) Moxifloxacin (Mfx)
/Golongan Levofloxacin (Lfx)
Floroquinolone
Golongan-4 /Obat Ethionamide(Eto) Para amino
bakteriostatik lini Prothionamide(Pto) salisilat(PAS)
kedua Cycloserine (Cs) Terizidone (Trd)
Golongan-5 /Obat Clofazimine (Cfz) Thioacetazone(Thz)
yang Linezolid(Lzd) Clarithromycin(Clr)
belumterbuktiefikasi Amoxilin- Imipenem(Ipm).
nya dan tidak Clavulanate (Amx-
direkomendasikan Clv)
oleh WHO
Sumber. Depkes, 2011
24
a. Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular akan menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.
b. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
25
Pasien baru TB paru BTA (+)
Pasien TB paru BTA (-) foto thorak positif
Pasien TB ekstra paru
26
Tabel 4. Dosis panduan OAT-Kombipak kategori-1
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
Sumber. Depkes, 2011
b. Kategori-2 (2RHZES/RHZE/5H3R3E3)
Panduan ini digunakan untuk mengobati pasien TB BTA (+) yang telah
mendapat pengobatan sebelumnya :
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
27
Tabel 5. Dosis untuk panduan OAT KDT kategori-2
Tahap Intensif Tahap Lanjutan
tiap hari 3 kali seminggu
Berat
RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(400)
Badan
Selama 28
Selama 56 hari Selama 20 minggu
hari
2 tab 4KDT + 500 mg 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2 tab
30-37 kg
Streptomisin inj. Etambutol
3 tab 4KDT + 750 mg 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab
38-54 kg
Streptomisin inj. Etambutol
4 tab 4KDT + 1000 mg 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab
55-70 kg
Streptomisin inj. Etambutol
5 tab 4KDT + 1000 mg 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab
≥71 kg
Streptomisin inj. Etambutol
Sumber. Depkes, 2011
Tahap 2 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
Intensif bulan
(dosis 1 1 1 3 3 - - 28
harian) bulan
Tahap 4 2 1 - 1 2 - 60
Lanjutan bulan
(dosis
3×semin
ggu)
28
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “tahu” dan ini akan terjadi setelah orang
1. Tahu (Know)
sebelumnya, oleh karena itu “Tahu” ini adalah tingkat pengetahuan yang paling
rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
sebagainya.
2. Memahami (Comprension)
objek yang diketahui dan dapat menginprestasikan materi tersebut dengan benar.
3.Penerapan (Application)
4. Analisis (Analysis)
29
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang hadir
31
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan dan
upaya pencegahan penyakit TBC
32
Skor Penilaian Interpretasi Tingkat Upaya
Pencegahan
76-100% Baik
56-75% Cukup
0-55% Kurang
2.Tahap Pelaksanaan
a. Meminta ketersediaan responden untuk menjadi subjek penelitian
b. Melaksanakan pengumpulan identitas responden
c. Melaksanakan pengumpulan data pengetahuan tentang pengetahuan dan
upayan pencegan penyait tuberkulosis.
33
Data nilai yang telah dikelompokkan kemudian dilakukan tabulasi data dalam
bentuk master table agar mudah dibaca dan dipahami.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
35
Desa
Umbulmartan
i
36
4.2 Hasil Penelitian
Tabel 1
Persentase (%)
Pengetahuan Jumlah
42,86%
Baik 6
50%
Cukup 7
7,14%
Kurang 1
100.0
Total 14
37
BAB V
PEMBAHASAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setalah seseorang
melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Sebgaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Penetahuan diperlukan
sebagai dukungan dalam menimbulkan rasa percaya diri maupun sikap dan
perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknyya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan dalam penelitian ini adalah responden mampu
mengetahui tentang penyakit tuberkulosis dan upaya pencegahan penyakit
tuberkulosis.
38
Pengetahuan yang baik mengenai upaya pencegahan penyakit tuberkulosis
akan sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melakukan upaya
pencegahan penyakit tuberkulosis. Masyarakat dengan pengetahuan yang baik
diharapkan dapat melakukan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis yang tepat.
Kesadaran akan tumbuh pada masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan
penyakit tuberkulosis jika warga mempunyai pengetahuan yang baik.
39
BAB VI
5.1. Simpulan
5.2. Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaaf, H., Mukty, A., 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga
universitypress, Surabaya
Dye C, Watt CJ, Bleed DM, Hosseini SM, Raviglione MC, 2005. Evolution of
Tuberculosis Control and Prospects for Reducing Tuberculosis
Incidence, Prevalence, and Deaths Globally. JAMA, 293:2767-2775.
Jelalu, T., 2008, Faktor-Faktor Risisko Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Orang
Dewasa Di Kabupaten Kupang, Tesis, Jurusan Ilmu Kedokteran Tropis
Minat Utama Kesehatan Tropis Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah
Mada
Kumar V., et al., 2007. Robbins Basic Pathology (7th ed). Brahm U.P. 2007 (Alih
Bahasa), EGC, Jakarta, 544-551
Lin H., Ezzati M., Chang H., Murray M., 2009. Association between Tobacco
41
Smoking and Active Tuberculosis in Taiwan : Prospective Cohort
Study, Am J Respir Crit Care Med,180:475–480
Patel, H., Gwilt, C., 2008. Respiratory System (3rd ed).Elsevier, London, 122-124
Riset Kesehatan Dasar, 2007, Riset Kesehatan Dasar Laporan Jawa Tengah,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
RI, Jakarta, 165-172
42
LAMPIRAN :
1. DOKUMENTASI PENYULUHAN
2. KUESIONER
3. LEAFLET
4. DAFTAR HADIR PESERTA
43
1. DOKUMENTASI PENYULUHAN
44
KUISIONER MINIPROJECT
A. Karakteristik Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Status Pendidikan :
Status Pekerjaan :
B. Pengetahuan
Isilah pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda chek list (√) pada kotak.
Benar atau Salah seseuia dengan jawaban anda.
Salah
No. Pernyataan Benar
TBC merupakan penyakit keturunan dari orang tua
1.
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri TBC
2.
Penyebaran penyakit TBC dapat melalui pemakaian
3. sabun yang digunakan bersama-sama penderita penyakit
TBC
Batuk, nyeri dada, dan demam merupakan tanda dan
4.
gejala dari penyakit TBC
Angota keluarga yang tidak tinggal serumah dengan
5. penderita TBC memiliki resiko yang besar terserang
atau tertular penyakit TBC
Sering begadang dan kurang istirahat merupakan salah
6.
satu faktor penyebab terjangkit TBC
Pencegahan penularan TBC dengan menutup mulut saat
7.
bersin dan batuk
TBC bila tidak ditangani dengan baik akan
8. menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh
seperti otak, jantung, dan ginjal
45
Cahaya yang terang dan sinar matahari yang dapat
9.
masuk ke rumah dapat membunuh kuman TBC
TBC dapat disebut juga paru-paru basah
10.
Penderita TBC dapat mengalami kematian akibat kuman
11.
TBC yang ada di dalam tubuhnya
Supaya tidak tertular penyakit TBC, maka sebaiknya
12.
anak balita diberikan imunisasi BCG
Membersihkan lingkungan rumah setiap hari merupakan
13.
tindakan efektif dalam pencegahan TBC
Perumahan yang terlalu padat dan kumuh merupakan
14.
kondisi yang tidak dapat menyebabkan TBC
Lingkungan yang lembab merupakan kondisi yang dapat
15.
menyebabkan TBC
Membuka jendela pada siang hari merupakn salah satu
16.
tidakan pencegahan TBC
Upaya pencegahan yang lain yaitu dengan membuang
17.
dahak/ludah di sembarang tempat
Meminum obat secara teratur dan tekun bagi penderita
18. TBC merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah
penularan penyakit
Tidur dan istirahat yang cukup dapat mencegah
19.
tertularnya TBC
Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan menyediakan
20. makanan dengan gizi seimbang seperti nasi, lauk, sayur,
dan buah
46