You are on page 1of 6

JPPIPA: 5 (1), Januari 2019

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA)


P-ISSN : 2460-2582 | E-ISSN : 2407-795X
Sekretariat : Lt. 3 Gedung Pascasarjana Universitas Mataram
Telp./Fax : (0370) 634918
Email : jppipa@unram.ac.id
Website : http://jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/index

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ICARE (INTRODUCTION-


CONNECT-APPLY-REFLECT-EXTEND) TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON
ELEKTROLIT
MAHDIAN1, ALMUBARAK1*, NURUL HIKMAH1
1
Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat: Email:
almubarak_kimia@ulm.ac.id
Accepted: November 27st, 2018. Approved: December 25st, 2018. Published: January 13st, 2019
DOI: 10.29303/jppipa.v5i1.184
Key Words Abstract
ICARE, This research was about the implementation of the ICARE (Introduction-Connect-
science Apply-Reflect-Extend) learning model to the science process skills compared to the DI
process skill, (Direct Instruction) learning model. This research was a quasi-experimental design
electrolyte and with nonequivalent control group design. The population was all students of class X
non MIPA SMAN 4 Banjarmasin with sample consist of 2 classes selected by cluster
electrolyte random sampling, X MIPA 2 as an experimental class and X MIPA 4 as a control
solution class. Data collection techniques were used test (instruments test description question)
and observation technique like using the science process skills instrument. Data
analysis using t-test obtained tcount larger than ttable at the 0.05 level of significance, ie
5.9 > 2.0, it means that there were a differenct in science process skills aspect between
students who had learned with the ICARE learning model and the DI learning model.
Students’ science process skills enhancement in the experimental class have a gain
value of 0.61 in the medium category and in the control class have a gain value of 0.40
in the medium category.
Kata Kunci Abstrak
ICARE, Penelitian tentang implementasi model pembelajaran ICARE (Introduction-Connect-
keterampilan Apply-Reflect-Extend) terhadap keterampilan proses sains dibandingkan dengan model
proses sains, pembelajaran DI (Direct Instruction). Penelitian ini merupakan eksperimen semu
larutan dengan desain nonequivalent control group design. Populasi penelitian adalah kelas X
elektrolit dan MIPA SMAN 4 Banjarmasin dengan sampel sebanyak 2 kelas dipilih dengan cluster
non elektrolit random sampling, X MIPA 2 sebagai kelas eksperimen dan X MIPA 4 sebagai kelas
kontrol. Pengumpulan data menggunakan instrumen tes berupa tes uraian dan non tes
berupa observasi keterampilan proses sains. Analisis data menggunakan uji-t diperoleh
thitung yang lebih besar daripada ttabel pada taraf signifikansi 0,05, yaitu 5,9 > 2,0 artinya
terdapat perbedaan keterampilan proses sains antara siswa yang menggunakan model
pembelajaran ICARE dibandingkan dengan model pembelajaran DI. Peningkatan
keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai gain sebesar
0,61 berada pada kategori sedang dan pada kelas kontrol memperoleh nilai gain
sebesar 0,40 berada pada kategori sedang.

PENDAHULUAN siswa sehingga keterampilan dan


pengimplementasian konten sains dalam
Mata pelajaran kimia dimaksudkan kehidupan sehari-hari mampu terinternalisasi
untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam diri siswa. Di sisi lain, dalam proses
92
JPPIPA: 5 (1), Januari 2019
pembelajaran, kebanyakan siswa menghapal berhubungan dengan pendapat Abungu et al
teori tanpa memaknai prosesnya secara lebih (2014) bahwa, KPS adalah keterampilan siswa
dalam. Pembelajaran kimia mengarahkan dalam memahami, mengembangkan dan
siswa untuk berhasil memperoleh hasil ujian memberdayakan proses belajarnya untuk
yang baik, akibatnya siswa hanya sekedar menemukan ilmu pengetahuan sehingga
mengetahui tetapi kurang memahami esensi belajar sains tidak sekedar diketahui tapi
ilmu itu sendiri. Sehingga, siswa kurang dipahami.
terlatih dalam berpikir dan menggunakan daya Model pembelajaran Introduction-
nalarnya dalam menyelesaikan permasalahan Connect-Apply-Reflect-Extend (ICARE) dapat
(Siwa, Muderawan, & Tika, 2013). memudahkan penerapan pengetahuan yang
Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah telah dipelajari siswa dikehidupan sehari-hari.
belum mengakomodir kemampuan berpikir ICARE terdiri dari lima unsur yaitu
siswa sebagaimana yang diharapkan dalam introduction (pengenalan), connect
keterampilan proses sains. Fakta tersebut (menghubungkan), apply (mengaplikasikan),
diperkuat dari hasil peninjauan dan tanya reflect (refleksi), dan extend (melanjutkan)
jawab dengan guru kimia di SMAN 4 (Ardiyani et al, 2017). Berdasarkan lima unsur
Banjarmasin, selama proses pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran ICARE
berlangsung sebagian konsep diberikan oleh dapat diterapkan pada pembelajaran kimia,
guru dan siswa cenderung pasif, kurang karena pada pembelajaran kimia tidak hanya
termotivasi untuk belajar dan belum mampu berfokus pada hal-hal yang merupakan
memahami ilmu kimia, sehingga berpengaruh pemahaman konsep saja, namun siswa
pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Data dibimbing untuk mampu mengintegrasikan
nilai ujian SMA sederajat di Banjarmasin konsep tersebut dalam kehidupan.
tahun 2015/2016, daya serap siswa di SMAN 4 Materi larutan elektrolit dan non
Banjarmasin pada indikator pengujian daya elektrolit merupakan materi yang berkaitan
hantar listrik larutan masih rendah, yaitu hanya dengan kehidupan sehari-hari. Agar siswa
34,29%, antar kota Banjarmasin 49,18% dan dapat mengintegralisasikan pembelajaran
antar propinsi 43,99% (Kemendikbud, 2016). dalam keseharian, materi ini perlu penguasaan
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan konsep yang baik (Dewi, Supriyanti, &
proses belajar yang dapat merangsang KPS Dwiyanti, 2016).
dan meningkatkan hasil belajar. Penerapan Dari pemaparan di atas, maka tujuan
pembelajaran melibatkan KPS akan membantu peneliti adalah untuk mencari tahu perbedaan
mengatasi masalah belajar siswa dalam dari implementasi model pembelajaran ICARE
konteks sains (Rahmawati, Koes H, & Dasna, terhadap keterampilan proses sains
2016). dibandingkan dengan model pembelajaran DI
Pembelajaran kimia bukan hanya di kelas X MIPA SMA Negeri 4 Banjarmasin.
pembelajaran yang memerlukan penghafalan
konsep, namun diperlukan pengaplikasian METODE
secara nyata dan ilmiah pada proses belajarnya
(Haryadi & Nurhayati, 2015). Selain Penelitian berupa eksperimen semu ini
penguasaan konsep kimia, siswa diharapkan menggunakan pretest-postest nonequivalent
memiliki keterampilan proses agar dapat control group design sebagai desain
memecahkan permasalahan baik saat proses penelitiannya, melibatkan 2 kelas yaitu 1 kelas
pembelajaran ataupun dalam keseharian dalam eksperimen dan 1 kelas kontrol (Sugiyono,
konteks sains (Rahmawati, Koes H, & Dasna, 2016). Terhadap kedua kelas sebelum
2016). perlakuan terlebih dahulu diberikan pretest dan
Rustaman, et al. (2014), menyatakan pada akhir perlakuan diberikan postest.
keterampilan proses adalah keterampilan yang Penelitian dilaksanakan pada tahun
melibatkan proses kognitif, sehingga ajaran 2017/2018. Pengambilan data dimulai
keterampilan ini yang membantu siswa dari April s/d Mei 2018. Seluruh siswa kelas X
menggunakan daya pikirnya dalam MIPA SMAN 4 Banjarmasin merupakan
menyelesaikan masalah. Pengertian ini populasi penelitian. Dengan teknik cluster

93
JPPIPA: 5 (1), Januari 2019
random sampling, dua kelas ditetapkan sebagai analisis data untuk mengetahui peningkatan
sampel, kelas X MIPA 2 dan X MIPA 4 yang KPS siswa digunakan N –gain.
tiap kelas berjumlah 34 orang. X MIPA 2
sebagai kelas eksperimen menggunakan model HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran ICARE dan X MIPA 4 sebagai
kelas kontrol menggunakan model Hasil penelitian mengenai KPS yang
pembelajaran DI. terdiri dari beberapa indikator diantaranya;
Pengumpulan data menggunakan tes mengamati, mengajukan pertanyaan, membuat
uraian untuk mengukur KPS serta non tes hipotesis, merancang dan melakukan
berupa observasi KPS. Analisis data tes KPS percobaan, interpretasi data (mengasosiasi),
menggunakan teknik analisis uji-t yang menyimpulkan, mengkomunikasikan, dan
terlebih dahulu diuji normalitas dan menerapkan konsep pada di Tabel 1.
homogenitasnya. Data non tes observasi KPS
menggunakan analisis deskriptif. Adapun

Tabel 1. Persentase pencapaian setiap indikator KPS


Rata-rata
No Aspek KPS
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Mengamati 96.08 87.25
2 Mengajukan pertanyaan 79.41 59.8
3 Membuat hipotesis 64.71 42.16
4 Merancang dan melakukan percobaan 62.75 43.14
5 Interpretasi data (mengasosiasi) 81.37 75.49
6 Menyimpulkan 66.67 36.27
7 Mengkomunikasikan 68.63 38.24
8 Menerapkan konsep 41.18 20.59

Berdasarkan Tabel 1, indikator dB tiap kelas 33 pada tingkat signifikansi α =


mengamati memiliki persentase pencapaian 0,05 adalah 2,00. Dari hasil uji statistik
tertinggi untuk kelas eksperimen maupun diketahui thitung > ttabel maka dapat disimpulkan
kelas kontrol dibanding indikator lain. Untuk bahwa ada perbedaan KPS antara siswa yang
mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat belajar menggunakan model pembelajaran
KPS siswa kelas eksperimen maupun kontrol ICARE dengan siswa yang belajar dengan
maka dilakukan analisis inferensial berupa uji- model pembelajaran DI.
t. Rata-rata nilai post-test KPS kelas Keterampilan proses sains pada
eksperimen adalah 70,09 sedangkan rata-rata penelitian ini juga dinilai berdasarkan
nilai kelas kontrol adalah 50,37 dari rata-rata observasi yang diamati oleh 3 orang observer.
nilai tersebut dicari nilai thitung –nya dan Rata-rata hasil observasi pada 2 kali
diperoleh thitung sebesar 5,90. Nilai ttabel untuk pertemuan tersaji di Tabel 2.

Tabel 2 Rata-rata skor hasil observasi KPS siswa


Rata-rata skor
No Aspek KPS
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Mengamati 3.65 3.46
2 Mengajukan pertanyaan 3.34 2.93
3 Membuat hipotesis 3.13 2.34
4 Merancang dan melakukan percobaan 3.41 3.32
5 Interpretasi data (mengasosiasi) 3.96 3.82
6 Menyimpulkan 3.15 2.75
7 Mengkomunikasikan 3.60 2.87
8 Menerapkan konsep 3.75 2.66
Jumlah 27.99 24.15
Kategori Baik Cukup

Dari Tabel 1 telihat KPS siswa dengan dan siswa yang belajar menggunakan model
menggunakan model pembelajaran ICARE pelajaran DI berbeda. Selain itu, berdasarkan

94
Tabel 2 penilaian KPS dengan menggunakan yang menggunakan model pembelajaran
observasi menunjukkan bahwa KPS kelas ICARE dan kelas kontrol yang menggunakan
eksperimen memiliki hasil yang lebih baik model pembelajaran DI. Adanya perbedaan
dibanding kelas kontrol. Hasil tersebut pada KPS siswa menunjukkan bahwa model
menjadi penguatan keberhasilan penerapan pembelajaran ICARE yang digunakan
model pembelajaran ICARE di kelas. Model berdampak dan berpengaruh terhadap KPS
pembelajaran ICARE dapat membantu siswa pada materi larutan elektrolit dan non
mengoptimalkan KPS siswa karena elektrolit. Peran model pembelajaran ICARE
mengedepankan ciri aktif, kreatif dan dapat dilihat dari tahapannya, setiap tahapan
menyenangkan didasarkan pada kebutuhan dalam model pembelajaran ICARE dapat
belajar siswa (Wahyudin, 2010). Hal ini sesuai mengasah kemampuan siswa dalam
dengan pernyataan Fajri, Ratnawulan, & memahami pembelajaran karena model
Syafriani (2016) dalam penelitian mereka pembelajaran ICARE ini berpusat pada siswa,
bahwa LKS model pembelajaran ICARE siswa dibimbing untuk membangun sendiri
berpengaruh terhadap kompetensi IPA siswa. pengetahuannya melalui tahap introduction
Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, dan connect, lalu mereka dapat membuktikan
Prasetyaningtyas, & Hartati (2017) juga kebenaran dari pengetahuan yang telah
menunjukkan bahwa model pembelajaran mereka bangun pada tahap apply, kemudian
ICARE efektif meningkatkan keterampilan siswa merefleksikan pengetahuan yang
proses IPA. mereka peroleh pada tahap reflect dan pada
Data hasil tes keterampilan proses tahap akhir yaitu extend siswa diberi
sains (KPS) yang diperoleh dari pre-test dan kesempatan untuk belajar lebih banyak dan
post-test kemudian diolah menjadi data N-gain luas sehingga pemahaman mereka tentang
untuk mengetahui sejauh mana siswa pada materi pembelajaran lebih kuat dan bermakna.
kelas eksperimen maupun kelas kontrol Hal ini sejalan dengan pendapat Asri,
mengalami peningkatan KPS setelah Rusdiana, & Feranie (2016) yang
mengikuti pelajaran materi larutan elektrolit mengemukakan bahwa model pembelajaran
dan non elektrolit. Rata-rata N-gain yang ICARE memberikan guru kesempatan untuk
diperoleh kemudian diinterpretasikan sesuai mengubah pengalaman belajar siswa melalui
kriteria yang diajukan oleh Hake (2002). penekanan pada setiap tahapnya. Oleh karena
Tabel 3. Interpretasi N-gain keterampilan itu, siswa yang belajar menggunakan model
proses sains siswa pembelajaran ICARE mendapat nilai yang
Kelas Rata-rata N-gain Kategori lebih tinggi karena mereka dapat memaknai
Eksperimen 0,61 Sedang proses pembelajaran yang mereka dapat
Kontrol 0,40 Sedang
sehingga pemahaman konsep mereka tentang
materi larutan elektrolit dan non elektrolit juga
Berdasarkan rata-rata nilai N-gain pada
tinggi. Sependapat dengan hal tersebut,
Tabel 3 terlihat bahwa kelas eksperimen
Henikusniati, Andayani & Telly (2015)
memiliki N-gain yang lebih tinggi
menyatakan bahwa penguasaan siswa terhadap
dibandingkan kelas kontrol. Artinya, siswa
materi dapat mempengaruhi keberhasilan
pada kelas eksperimen mengalami peningkatan
belajar siswa.
KPS yang lebih besar dari siswa pada kelas
Pengggunaan model ICARE bertujuan
kontrol setelah mendapatkan pembelajaran
agar siswa memiliki kesempatan untuk
larutan elektrolit dan non elektrolit dengan
mengaplikasikan apa yang telah mereka
model pembelajaran ICARE. Rata-rata nilai N-
pelajari. Siswa juga dapat mengkonstruksi
gain pada kelas eksperimen adalah 0,61 yang
pengetahuannya sendiri dikarenakan adanya
termasuk kategori sedang, sedangkan rata-rata
tahap menghubungkan (connect) dimana siswa
nilai N-gain pada kelas kontrol adalah 0,40
dibimbing untuk dapat menghubungkan
dan termasuk pada kategori sedang.
pengetahuan baru dengan pengetahuan
Hasil penelitian KPS siswa
sebelumnya sehingga dapat meningkatkan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada
keterampilan proses sains dan pemahaman
rata-rata KPS siswa antara kelas eksperimen
konsep siswa terhadap materi pembelajaran.
95
Mahmudah dan Sholahuddin (2016) dalam merupakan tahap pengujian hipotesis dimana
penelitiannya menyatakan bahwa hipotesis yang telah dibuat siswa pada tahap
meningkatnya pemahaman konsep siswa connect diuji kebenarannya melalui percobaan
dipengaruhi oleh keterampilan proses sains, langsung. Selanjutnya pada tahap refleksi
siswa dengan keterampilan proses sains tinggi (reflect) siswa diberi kesempatan untuk
mampu melakukan percobaan dengan baik, merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.
sehingga lebih mudah memahami materi yang KPS yang muncul pada tahap refleksi adalah
diajarkan melalui pelaksanaan percobaan. interpretasi data (mengasosiasi),
Pengamatan oleh guru dan diskusi menyimpulkan dan mengkomunikasikan, pada
dengan observer memperkuat bahwa model tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
pembelajaran ICARE dapat mendorong mengungkapkan apa yang telah mereka
terjadinya diskusi aktif yang dilakukan antar pelajari dengan berdiskusi menyampaikan
siswa secara berkelompok sehingga mereka hasil percobaan di depan kelas, pada tahap ini
terbiasa untuk membuktikan sendiri konsep masing-masing kelompok dapat mengajukan
yang mereka dapatkan secara langsung. pendapat mereka sampai akhirnya tercapailah
Kemudian, diskusi yang dilakukan membuat sebuah kesimpulan tentang pembelajaran
proses pembelajaran menjadi lebih bermakna secara keseluruhan.
karena pada proses diskusi setiap siswa Tahap terakhir yaitu extend. Pada tahap
diberikan kesempatan untuk mengkritisi ini KPS yang muncul adalah menerapkan
temannya secara positif sehingga dapat konsep dimana siswa dilatih untuk
bertukar gagasan guna mendapatkan solusi menggunakan konsep yang telah dimiliki
dalam memecahkan permasalahan. Hal ini siswa untuk menjelaskan peristiwa baru
sejalan dengan penelitian bahwa penerapan dalam situasi baru yang dihadapinya (Farida,
pendekatan ICARE dapat meningkatkan 2017).
kemampuan pemecahan masalah siswa
(Yumiati & Wahyuningrum, 2015). KESIMPULAN
Setiap fase yang ada dalam model
pembelajaran ICARE berpotensi menggali Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
pengetahuan siswa sesuai dengan teori disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
konstruksivisme dan dapat memunculkan keterampilan proses sains antara siswa yang
keterampilan proses sains siswa (KPS), yaitu belajar dengan model pembelajaran ICARE
melalui tahap awal berupa pengenalan dibandingkan siswa yang belajar dengan
(introduction) KPS yang berpotensi muncul model pembelajaran DI. Perbedaan ini dapat
adalah mengamati dan mengajukan dilihat dari hasil uji-t yang menunjukkan
pertanyaan. Kemudian pada tahap thitung > ttabel yaitu 5,9 > 2,0. Selain itu
menghubungkan (connect) KPS yang muncul peningkatan KPS siswa pada kelas eksperimen
pada tahap ini adalah membuat hipotesis, hal lebih tinggi daripada kelas konrol yaitu sebesar
ini dikarenakan ketika siswa mampu 0,61 atau berada pada kategori sedang
menghubungkan pengetahuan baru dengan sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,40
pengetahuan sebelumnya mereka akan mampu atau berada pada kategori sedang.
mengutarakan jawaban sementara dari
permasalahan yang akan mereka teliti karena DAFTAR PUSTAKA
mereka sudah memiliki pengetahuan-
pengetahuan dasar yang telah mereka peroleh Abungu, H,E., Okere, M.I.O., & Wachanga,
dan ketahui sebelumnya. S.M. 2014. The Effect of Science
Tahap mengaplikasi (apply) dimana Process Skills Teaching Approach on
siswa mempraktikkan atau menerapkan Secondary School Students’
pengetahuan baru yang telah mereka peroleh Achievement in Chemistry in Nyando
dari tahap connect. KPS yang muncul pada District, Kenya. Journal of Educational
tahap ini adalah merancang dan melakukan and Social Research, 4(6):359-372.
percobaan, selain untuk menerapkan Ardiyani, N. K., Darmawiguna, I. G., &
pengetahuan siswa pada tahap ini juga Sindu, I. G. 2017. Penerapan Model
96
Pembelajaran ICARE untuk Lingkungan pada Pembelajaran Larutan
Meningkatkan Hasil Pengolahan Citra Elektrolit dan Non Elektrolit
Digital Siswa Kelas XI MM2 di SMKN Menggunakan Model Inkuiri
1 Klungkung Tahun Pelajaran Terbimbing untuk Meningkatkan
2016/2017. KARMAPATI , 6 (3). Motivasi, Pemahaman konsep, dan
Asri, Y. N., Rusdiana, D., & Feranie, S. 2016. Keterampilan Proses Sains Siswa.
ICARE Model Integrated with Science QUANTUM , 7 (1), 46-54.
Magic to Improvement of Students' Rahmawati, Koes H, S., & Dasna, I. W. 2016.
Cognitive Competence In Heat and Kajian Pengaruh Learning Cycle 5E
Temperture Subject. 1st International terhadap Keterampilan Proses Sains
Conference of Mathematics and Science Peserta Didik SMP. Pros. Semnas Pend.
Education (ICMSEd) (pp. 137-139). IPA Pascasarjana UM. 1, pp. 1063-
Bandung: Atlantis Press. 1070. Malang: Universitas Negeri
Dewi, R., Supriyanti, F. T., & Dwiyanti, G. Malang.
2016. Analisis Penguasaan Konsep Siwa, I., Muderawan, I. W., & Tika, I. N.
Larutan Elektrolit-Nonelektrolit Siswa (2013). Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Menggunakan Siklus Belajar Hipotesis Proyek dalam Pembelajaran Kimia
Deduktif. EduChemia (Jurnal Kimia dan Terhadap Keterampilan Poses Sains
Pendidikan) , 1 (2), 98-109. Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. e-
Fajri, N., Ratnawulan, & Syafriani. 2016. Journal Program Pascasarjana
Pengaruh LKS Terintegrasi Nilai Universitas Pendidikan Ganesha , 3, 1-
Karakter dalam Model ICARE Terhadap 13.
Kompetensi IPA Siswa Kelas VII Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
SMPN 35 Padang. Pillar of Physics Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Education , 8, 161-168. Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Farida, I. 2017. Evaluasi Pembelajaran Alfabeta.
Berdasarkan Kurikulum Nasional. Wahyudin, D. 2010. Model Pembelajaran
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ICARE Pada Kurikulum Mata Pelajaran
Hake, R. R. 2002. Analyzing Change/Gain TIK di SMP. Jurnal Penelitian
Scores. USA: Dept. of Physics, Indiana Pendidikan , 11 (1), 23-33.
University. Yani, Y. 2018. Pengembangan Modul
Haryadi, D. N., & Nurhayati, S. 2015. Pembelajaran Berbasis ICARE
Penerapan Model Learning Start With A (Introduction, Connection, Application,
Question Berpendekatan ICARE pada Reflection, Extension) Pada Mata
Hasil Belajar. Jurnal Inovasi Pendidikan Pelajaran Matematika Siswa SMP/MTs.
Kimia , 9 (2), 1528-1537. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri
Henikusniati, Andayani, Y., & Telly, L. R. Ar-Raniry.
2015. Penerapan Pembelajaran dengan Yumiati, & Wahyuningrum, E. (2015).
Pendekatan Keterampilan Proses Sains Pembelajaran ICARE (Introduction,
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Connect, Apply, Reflect, Extend) dalam
Kimia Siswa SMK Negeri 3 Mataram. Tutorial Online untuk Meningkatkan
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Kemampuan Pemecahan Masalah
(JPPIPA) , 1 (2), 52-58. Matematis Mahasiswa UT. Jurnal
Kemendikbud. 2016. Aplikasi Pamer UN Ilmiah Program Studi Matematika
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan STKIP Siliwangi Bandung , 4 (2), 182-
dan Kebudayaan. 189.
Mahmudah, U., & Shlahuddin, A. 2016.
Pemanfaatan Sumber Belajar Berbasis

97

You might also like