Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perdarahan Postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan
lebih dari 500 – 600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan Postpartum
adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500 – 600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir. Haemoragic Post Partum ( HPP ) adalah hilangnya darah lebih dari
500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. Normalnya, perdarahan dari
tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman serat-serat
otot serta agregasi trombosit dan trombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua.
Perdarahan Postpartum dibagi atas dua bagian yaitu perdarahan Postpartum dini dan
lanjut. Perdarahan Postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan selama 24
jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai, sedangkan perdarahan Postpartum
lanjut adalah perdarahan yang berlebihan selama masa nifas, termasuk periode 24
jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai.
B. Perumusan Masalah
1. Masalah Umuma
Bagaimana cara menyusun asuhan keperawatan Pasien Postpartum (postnatal)
2. Sub Masalah
Berdasarkan masalah umum diatas, maka dengan ini penulis dapat membuat Sub
Masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana gejala Postpartum
b. Bagaimana tindakan perawatan pada pasien Postpartum?
c. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Postpartum?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
Untuk mengetahui defenisi dari masa postnatal
Untuk mengetahui tanda gejala postnatal
Untuk mengetahui fisiologis postnatal
Untuk mengetahui perubahan sistem reproduksi
Untuk mengetahui adaptasi psikologi
Untuk mengetahui Perubahan yang dapat terjadi selama periode
Postpartum(postnatal)
Untuk mengetahui komplikasi postnatal
Untuk mengetahui askep ibu pada masa postnatal
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ini bermanfaat bagi mahasiswa, lembaga penelitian
atau dosen.
1. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui Askep yang baik dilakukan pada pasien Postpartum serta
membantu mahasiswa berperan aktif dalam menanggulangi pasien Postpartum
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Untuk mempermudah lembaga pendidikan mengetahui lebih dalam tentang Askep pada
pasien dengan Postpartum
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode literature dan sumber internet
yang di ambil dari beberapa media yaitu Text Book dan Studi Kepustakaan : membaca dan
mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan Postpartum.
F. Sistematika Penulisan
Untuk dapat mempermudah pembaca dalam mengerti dan memahami isi Makalah
ini, Penulis mencantumkan Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari V Bab,
yaitu :
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Konsep dasar postnatal
Bab III : Askep Teoritis
Bab IV : Askep
Bab V : Penutup
Daftar isi
BAB II
KONSEP DASAR POSTNATAL
A. Pengertian
– Post Natal adalah masa setelah partus dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Arif
Mansyur,1999).
– Post natal adalah masa pulih kembali seperti pra hamil,berlangsung selama 6 minggu
(Abdul Bari Saefudin, 2002).
– Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat – alat
reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal. (Barbara F. weller 2005).
Periode post natal dibagi 3 yaitu:
1. Immediatelly post natal : 24 jam pertama
2. Early post natal: minggu pertama
3. Late post natal : minggu ke 2 sampai ke 6
Tujuan perawatan postnatal (srtraight 2001)
– Meningkatkan involusi uterus normal dan mengembalikan pada keadaan sebelum hamil.
– Mencegah atau meminimalkan komplikasi post partum
– Meningkatkan kenyamanan dan pennyembuhan pelvis perineal dan jaringan perineal.
– Membantu perbaikan fungsi tubuh yang normal
– Meningkatkan pemahaman perubahan psiologis dan psikologis
– Mefasilitasi perawatan bayi kedalam unit keluarga
– Mensuport keterampilan orang tua dan attechman ibu dan bayi
– Memberikan perencanaan pulang yang efektif
Faktor yang memperngaruhi pengalaman post partum
– Persalinan normal dan bayi yang dilahirkan
– Persiapan persalinan dan menjadi orang tua
– Masa transisi menjadi orang tua
– Peran keluarga yang diharapkan
– Pengalaman keluarga pada kelahiran anak
– Sensitifikasi dan efektifitas perawat dan tenaga profesional lainnya
Faktor resiko untuk terjadinya komplikasi post partum :
– Pre ekslamsi dan ekslamsi
– Diabetes
– Masalah jantung
– Overdistensi uterus akibat bayi kembar atau hydramnion
– Abruptio placenta atau placenta previa
– Persalinan lama dan sulit
B. Tanda dan gejala yang menjadi perhatian untuk dilaporkan :
– Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
– Keluar darah segar terus menerus setelah ppersalinan
– Nyeri yang hebat
– Peningkatan suhu
– Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan mengosongkan
– Perluasan hematoma
– Muka pucat,dingin, kulit lembab,peningkatan HR ,chest pain,batuk.
C. Perubahan fisiologis
1. Tanda-tanda vital
– Suhu : 24 Jam pertama dapat terjadi peningkatan suhu 38 c sebagai akibat oleh nidasi
selama persalinan
– Nadi : dalam waktu 6-8 hari setelah melahirkan ditemukan adanya nadi normal kembali
dalam waktu 2 bulan n: 50x – 70x /menit
– Pernafasan : akan kembali normal sama sebelum melahirkan
– Tekanan darah : mengalami sedikit perubahan pada 48 jam pertam dapat terjadi hipotensi
orthostatik .
2. Sistem kardiovaskuler
Cardiac output beberapa saat setelah melahirkan , cardiac output setelah melahirkan
menurun 50% dari sebelum melahirkan . Pada persainan normal darah yang dikeluarkan
kurang lebih 400-500 cc masih dapat ditoleransi
3. Sistem endokrin
Blorman placenta pada periode post partum terjadi perubahan roduksi homon,kadarestrogen
dan progesteron menurun secara mencolok .
4. Sistem perkemihan
Vesika urinaria mengalami trauma akibat tekanan > edema>menimbulkan overdistensi dan
pemenuhan antong kemih tidak sempurna > kurang sensitif dan kapasitas bertambah
>sesudah berkemih masih ada residu.
5. Sistem gastrointestinal
Pada minggu pertama post partum fungsi usus besar kembali normal, akibat adanya
penurunan mobilitas usus dan tonus otot abdomen dan kehilangan cairan,rasa tidak nyaman
pada perinium.
6. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil bisa menghilang,sedangkan hiperpigmentasi
diaerola dan nigra tidak menghilang seluruhnya atau tidak menetap kulit yang menegang
pada payudara ,abdomen ,paha dan panggur mungkin memudar ,tetapi tidak menghilang.
D. Perubahan sistem reproduksi
– Uterus
Ukuran akan tetap sama sampai 2 hari, kemudian berkurang (involusi)dan turun kurang lebih
1 ruas jari perhari
– Lochea
Keluaran dan uterus selama 3 minggu pertama setelah melahirkan dibagi 3 tipe:
Ø Lochea mbra : bewarna merah gelap terjadi 2-3 hari pertama, mengandung sel-sel efitel,
oritrosit,leukosit desidua dan bau karakteristik manusia
Ø Lochea serosa : bewarna merah muda sampai kecoklatan ,terjadi 3-10 hari setelah
kehamilan
Ø Lochea alba : hampir tidak bewarna samapi krim kekuningan,terjadi 10-3 minggu setelah
melahirkan.
– Serviks
Menjadi lebih tebal dan lebih keras pada akhir minggu pertama kelahiran anak bisa
mengakibatkan perubahan permanen pada osteum serviks dari bulat menjadi memanjang.
– Vagina
Halis dan membengkak dengan tonus otot yang buruk mgae tampak kembali 3-4 minggu
pasca partum.
– Perinium
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
karena tekanan kepala bayi yang bergerak maju.Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah
mendapat kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.
– Payudara
Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi,
payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula – mula lebih nyeri tekan sebagai
reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi
E. Adaptasi psikologis
Periode pasca partum, menggambarkan suatu stress emossional bagi ibu baru menjadi lebih
sulit dengan perubahan psikologis besar yang terjadi.
Faktor –faktor yang mempengaruhi keberhasilan peran menjadi orang tua selama pasca
partum:
– Repon oleh dukungan keluarga dan teman
– Hubungan pengalaman kelahiran dengan harapan dan aspirasi
– Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak
– Pengaruh budaya
1. Menurut Rubin fase adaptasi dibagi menjadi 3 fase :
a. Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan hari ketiga post
partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan ketergantungan, menyatakan ingin
makan dan tidur, sulit membuat keputusan.
b. Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari ketiga sampai
dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi, mandiri dalam perawatan diri, mulai
memperhatikan fungsi tubuh sendiri dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan
kesehatan.
c. Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab peran yang baru, hari
kesepuluh sampai dengan enam minggu post partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya,
ayah berperan sebagai ayah dan berinteraksi dengan bayi.
F. Perubahan yang dapat terjadi selama periode Postpartum(postnatal)
– Kardiovaskuler : penurunan volume darah karena diuresis, kehilangan darah. Dapat
menyebabkan orthostatik hypontention, tingginya waktu pembekuan.
– Gastrointestinal: konstipasi haemoroid
– Urinary : retensi uriene catheterisasi dapat menyebabkan UTI
– Sexsuallity: turunnya libido karena pengaruh hormon
G. Komplikasi post partum
– Infeksi pada sel reproduksi
– Infeksi pada sel kemih
– Mastitis
– Penyakit thromoembolic Postpartum
– Gangguan psychiatric pada Postpartum
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. Asuhan keperawatan
Menurut Marlynn E. Doengous, 2001 :
1. Pengkajian
– Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
– Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
– Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (“Postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari setelah
melahirkan).
– Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima
– Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga
– Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5 pascapartum.
– Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kira-kira 1 lebar jari
setiap harinya.
Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke2 – 3 , berlanjut menjadi lokhea serosa dengan aliran
tergantung pada posisi (mis, rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (mis,
menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada
hari ke 3; mungkin lebih didini, tergantung kapan menyusui dimulai.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (carpenito, 2000)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Postpartum menurut Marilyn doengoes, 2001
yaitu :
– Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
– Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan tubuh.
– Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia
gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
– Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (misal
hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia; tromboembolisme; profil
darah abnormal (anemia, sensivitas rubella,inkompabilitas Rh).
– Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan
kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan,
rupture ketuban lama, mal nutrisi.
C. Perencanaan Asuhan Keperawatan
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang meliputi
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-
masalah yang diidentifikasi pada diagnose keperawatan.
1. Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa
nyeri teratasi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan.
Intervensi :
Mandiri :
– Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan catatan
kelahiran.
– Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan
local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan.
– Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam pertama setelah kelahiran.
– Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi) diantara 100o dan 105o
F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4 kali sehari, setelah 24 jam
– Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomy.Infeksi
hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan kompres es selama 20 menit setiap 4 jam,
penggunaan kompres witch hazel, dan menaikan pelvis pada bantal.
– Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain.
– Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan melakukan
tehnik visualisasi atau aktivitas pengalihan.
– Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran dan/atau pitung pecah –
pecah.
– Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
– Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan, memberikan kompres panas
sebelum member makan, mengubah posisi bayi dengan tepat, dan mengeluarkan susu
secara berurutan , bila hanya satu putting yang sakit atau luka.
– Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan menyusui.
– Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
– Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia subaraknoid. Hindari
member obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala ditentukan.
Kolaborasi :
– Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan selama 2 – 3
minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama ambulasi pertama.
– Berikan analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak menyusui,
berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama pembesaran payudara dan afterpain.
– Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk perineum bila
dibutuhkan.
– Bantu sesuai dengan injeksi salin atau pemberian “ blood patch “ pada sisi pungsi dural.
Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.
2. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia
gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara diharapkan tingkat
pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui, mendemonstrasikan
tehnik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan regimen menyusui satu sama lain,
dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
Intervensi :
Mandiri :
– Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan/keluarga.
– Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui,
perawatan putting dan payudara, kenutuhan diet khusus, dan factor – factor yang
memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
– Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik – tehnik menyusui. Perhatikan posisi bayi selama
menyusui dan lama menyusui.
– Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
– Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 – 30 menit setelah
menyusui.
– Instruksikan klien untuk menghindari pengunaan putting kecuali secara khusus diindikasi.
– Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui dengan putting masuk
atau datar.
Kolaborasi :
– Rujuk klien pada kelompok pendukung; misal posyandu
– Identifikasi sumber – sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :
Pemenuhan ADL terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan minum).
Rencana tindakan
– Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
– Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
– Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
– Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasionalisasi
– Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.
– Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
– Agar klien mudah menjangkau kebutuhannya.
– Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga klien terpenuhi
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator ( misal
hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia; tromboembolisme; profil
darah abnormal (anemia, sensivitas rubella, inkompabilitas Rh).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera teratasi.
– Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan factor – factor
risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
Intervensi :
Mandiri :
– Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan.
Catat tanda – tanda anemia.
– njurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan anesthesia
subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring selama 6 – 8 jam, tanpa penggunaan bantal atau
meninggikan kepala. Bantu klien dengan ambulasi awal.
– Berikan supervise yang adekuat pada mandi shower atau rendam duduk. Berikan bel
pemanggil dalam jangkauan klien.
– Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KKaA , sakit kepala, atau
gangguan penglihatan.
– Catat efek – efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji respon patella dan pantau
status pernapasan.
– Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda – tanda tromboflebitis, perhatikan ada atau
tidaknya tanda human.6) Berikan kompres panas local; tingkatkan tirah baring dengan
meninggikan tungkai yang sakit.
– Evaluasi status rubella pada grafik prenatal, kaji klien tehadap alergi pada telur atau bulu.
Kolaborasi :
– Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi.
– Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila risiko – risiko atau gejala
– gejala flebitis terjadi.
– Berikan antikoagulasi; evaluasi factor – factor koagulasi, dan perhatikan tanda – tanda
kegagalan pembekuan.
– Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhlgG) LM.dalam 72 jam pascapartum, sesuai indikasi.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan
kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan,
rupture ketuban lama, mal nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik – tehnik untuk menurunkan risiko/meningkatkan
penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase purulen dan bebas dari infeksi,
tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi :
Mandiri :
– Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan
tertahannya plasenta.
– Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda-tanda menggigil,
anoreksia atau malaise.
– Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri
tekan uterus ekstrem.Catat jumlah dan bau rabas lokhial atau perubahan pada kemajuan
normal dari rubra menjadi serosa.
– Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau nyeri tekan.
– Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan tehnik pemberian
makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri (akut)/ketidaknyamanan).
– Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan,
kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura (kehilangan perlekatan), atau
adanya laserasi.
– Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih.
– Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sisitis (mis : peningkatan
frekiensi, doronganatau disuria).
– Catat warna dan tampilan urin, hematuria yang terlihat, dan adanya nyeri suprapubis.
– Anjurkan perawatan perineal, dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4
kali sehari atau setelah berkemih/defekasi. Anjurkan klien mandi setiap hari ganti pembalut
perineal sedikitnya setiap 4 jam dari depan ke belakang.
– Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut yang
kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.
– Kaji status nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit, dan sebagainya.Catat
berat badan kehamilan dan penambahan berat badan prenatal.
– Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan zat besi.
– Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari.
– Tingkatkan tidur dan istitahat.
Kolaborasi :
– Kaji jumlah sel darah putih (SDP).
C. Pelaksanaan/ Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu,
memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan
dari klien.
Proses pelaksanaan keperawatan mempunyai lima tahap, yaitu :
1. Mengkaji ulang klien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi memberikan mekanisme bagi
perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
2. Menelaah dan modifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada
Modifikasi rencana asuhanyang telah ada mencakup beberapa langkah. Pertama, data
dalam kolom pengkajian direvisi sehingga mencerminkan status kesehatan terbaru klien.
Kedua, diagnose keperawatan direvisi. Diagnose keperawatan yang tidak relevan dihapuskan,
dan diagnose keperawatan yang terbaru ditambah dan diberi tanggal.
Ketiga, metoda implementasi spesifik direvisi untuk menghubungan dengan diagnose
keperawatan yang baru dan tujuan klien yang baru.
Mengidentifikasi bidang bantuan
Situasi yang membutuhkan tambahan tenaga beragam.Sebagai contoh, perawat yang
ditugaskan unutk merawat klien imobilisasi mungkin membutuhkan tambahan tenaga untuk
membantu membalik, memindahkan, dan mengubah posisi klien karena kerja fisik yang
terlibat.
Mengimplementasikan intervensi keperawatan
Berikut metode untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan :
1. Membantu dalam melakukan aktivitas sehari – hari
2. Mengonsulkan dan menyuluhkan pasien dan keluarga
3.Mengawasi dan mengevaluasi kerja anggota staf lainnya.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan pengertian :
Ø S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
ØO :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
ØA :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan standar yang telah
ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan klien.
ØP : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan Keperawatan Post
Partum Normal (episiotomi) yaitu :
– Rasa nyeri teratasi
– Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara
– Pemenuhan ADL terpenuhi.
– Resiko cidera tidak terjadi
– Infeksi tidak terjadi.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Nama klien : Ny. SR
2. Umur klien : 25 tahun 4 bulan (3-07-1979)
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Nama suami : Tn. Wahyunta
5. Umur suami : 29 tahun
6. Alamat : Pasaman barat
7. Status perkawinan : Kawin
8. A g a m a : Islam
9. S u k u : Jawa
10. Pendidikan : SLTA
11. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
12. Diagnosa medik : Post partum hari ke-0
13. Tanggal masuk RS : 03-03-2015
14. No. RM : 00986926
15. Tgl Pengkajian : 03-03-2015
IV.Intervensi
No Diagnosa Noc Nic Aktivitas
1. Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen Manajemen nyeri
berhubungan • Pantau nyeri • Lakukan penilaian
dengan Agen TTV nyeri secara
injuri fisik, • Menilai komprehensif
Kontraksi uterus gejala dari • Kaji
nyeri ketidaknyamanan secara
• non verbal
Mengurangi • Evaluasi pengalaman
nyeri dengan pasien / keluarga erhadap
non analgesik nyeri
• • Tentukan tingkat
Memantau kebutuhan pasien yang
lamanya nyeri dapat memberikan
kenyamanan pada pasien
•
Tingkatan • Pemberian analgesik
nyeri • Cek riwayat alergi
• obat
Frekuensi • Tentukan analgesik
nyeri yang cocok
• Panjang • Monitor TTV
episode nyeri • Beri perawatan yang
• Ekspresi dibutuhkan
wajah saat
nyeri
•
Perubahan
frekuensi
pernafasan,
nadi, TD
2. Defisit perawatan Setelah Konseling Kaji kamampuan pasien
diri: dilakukan perawatan untuk perawatan diri
Mandi/kebersihan tindakan diri 2. Pantau kebutuhan
diri, Toileting keperawatan pasien untuk alat-alat
berhubungan selama ... x 24 bantu dalam makan,
dengan jam mandi, berpakaian dan
Kelelahan. diharapkan toileting
kebutuhan 3. Berikan bantuan
mandiri pada pasien hingga
pasien pasien sepenuhnya bisa
terpenuhi mandiri
n Pasien dapat 4. Berikan dukungan
makan dengan pada pasien untuk
bantuan orang menunjukkan aktivitas
lain/ mandiri normal sesuai
n Pasien dapat kemampuannya
mandi dengan 5. Libatkan keluarga
bantuan orang dalam pemenuhan
lain kebutuhan perawatan
n Paien dapat diri pasien
memakai
pakaian
dengan
bantuan orang
laian/mandiri
n Pasien dapat
toileting
dengan
bantuan alat
Rabu, 4-03-2015Jam
05.30 WIB
Meginspeksi kulit
dan mukosa dari
kemerahan, panas,
atau drainase.
Memonitor
pengeluaran lokhia.
Memonitor involusi
uterus dan tinggi
fundus uteri.
Memonitor tanda-
tanda vital.
Mengawasi tanda-
tanda REEDA.
Mencuci tangan
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
Memberikan
antibiotik
Amoxycillin 500 Mg
per oral dan derivat
besi Emineton 1
tablet.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses fisiologis yang akan dialami wanita untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang hidup dari uterus, sedangkan pasca persalinan adalah waktu penyembuhan
untuk kembali kepada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga
baru mulai dari selesai persalinan sampai kira-kira 6 minggu, tetapi alat genital baru pulih 3
bulan setelah persalinan
B. Kritik dan Saran
Makalah kami masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kami. Besar harapan kami
kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marlin E.2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi.Jakarta : EGC
Helen Farrer, 1996. Perawatan Maternitas. Jkarta : EGC
Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan : Jakarta EGC
Judi Januadi Endjun.2002. Persalinan Sehat. Puspa Swara
Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media
Sudi Amus.2011. laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html (online)
http://diaryofeffatazebaoth.blogspot.com/2011/02/laporan-pendahuluan-asuhan-
Berbagi
Posting Komentar
‹ Beranda
Mengenai Saya
Esifha Pamungkas
haii... saya Shila .. Salam Kenal buat sobat semua... sering2 kunjung di blog aku yaa....
Lihat profil lengkapku