You are on page 1of 8

PAPER

TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWTAN KOMUNITAS

TERAPI PIJAT TUINA

Dosen Pembimbing: Ifa Nofalia S.Kep.,Ns.M.Kep

Oleh:

ANA RIANI

163210005/6A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2019

1
A. Latar Belakang
Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat
badan yang paling pesat dibanding dengan kelompok umur lain, masa ini tidak
terulang sehingga disebut window of opportunity, untuk mengetahui apakah
balita tumbuh dan berkembang secara normal atau tidak, penilaian tumbuh
kembang balita yang mudah diamati adalah pola tumbuh kembang fisik, salah
satunya dalam mengukur berat badan balita (Soetjiningsih, 2002).
Usia balita adalah masa-masa emas pertumbuhan seorang anak. Oleh
karena itu, kebutuhan nutrisinya benar-benar harus terpenuhi dengan baik. Gizi
yang baik merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan manusia
yang berkualitas. Usia balita merupakan usia yang rawan, karena pertumbuhan
pada masa ini sangat menentukan perkembangan fisik dan mental selanjutnya.
Oleh karena itu, asupan makanan yang bergizi sangat penting bagi
pertumbuhan sel otak dan fisiknya (Annif Munjinah, 2015).
Berdasarkan peringkat Human Development Index (HDI), pada tahun
2011 Indonesia berada pada urutan ke-124 dari 187 negara, jauh dibawah
Negara ASEAN lainnya. Faktor-faktor yang menjadi penentu HDI yang
dikembangkan oleh United Nations Development Program (UNDP) adalah
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.Ketiga faktor tersebut sangat berkaitan
dengan status gizi masyarakat (Akhmadi, 2009 dalam Astuti dan Sulistyowati,
2011). Sehubungan dengan itu, karakteristik penduduk pinggiran sungai masih
tergolong ekonomi lemah dengan pendidikan yang relatif terbatas serta
pengetahuan akan perumahan sehat cenderung masih kurang (Suprijanto, 2003)
Badan kesehatan dunia (WHO, 2011) memperkirakan bahwa 54%
kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Di Indonesia, saat ini
tercatat 4,5 % dari 22 juta balita atau 900 ribu balita di Indonesia mengalami
gizi kurang atau gizi buruk dan mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak
(Kemenkes,2012). Hasil Riskesdas (2010), menunjukkan pravelensi gizi
kurang menjadi 17,9% dan gizi buruk menjadi 4,9%, artinya kemungkinan

2
besar sasaran pada tahun 2014 sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,5% untuk
gizi buruk dapat tercapai (Depkes RI, 2010).
Kesulitan makan pada anak masih merupakan keluhan utama orang tua
terhadap anaknya, terutama pada golongan balita. Hal ini menyebabkan orang
tua membawa anak ke dokter karena anak sulit untuk makan dan banyak orang
tua juga mengeluhkan anaknya kurang gizi atau pun berat badan anak menjadi
turun. Anak prasekolah merupakan sorotan utama dalam keluhan nafsu makan
pada anak karena masih belum dapat mengambil dan memilih makanannya
sendiri, anak masih sulit untuk diberi pengertian tentang makanan serta masih
terbatas untuk menerima berbagai jenis makanan yang diberikan oleh orang
tuanya. Biasanya anak kecil menyukai makanan jajanan yang mengandung
pengawet, tentunya sebagai orang tua selalu resah setiap jajanan yang dimakan
oleh anak. Tujuan memberi makanan adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
serta tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 1992).
Oleh karena itu anak yang susah makan dapat diberi penambah nafsu
makan dalam hal ini obat tradisional Indonesia dapat diberikan. Pertumbuhan
dan perkembangan pada masa balita terjadi dengan sangat pesat sehingga
membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup (Tarigan,
2003). Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi
baik individu maupun populasi, sehingga orang tua perlu memberikan perhatian
pada aspek pertumbuhan balitanya bila ingin mengetahui keadaan gizi mereka
(Khomsan, 2003).
Banyak ibu mempunyai masalah pada anak balitanya yang berusia 1
sampai 5 tahun yang mengalami kurang nafsu makan. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita. Oleh karena itu penulis
menerapkan inovasi asuhan efektifitas pijat Tui Na dalam meningkatkan nafsu
makan pada balita umur 1 sampai 5 tahun. Saat ini kebanyakan orang tua
mengatasi kesulitan makan anak sebatas pemberian multivitamin tanpa
memperhatikan penyebabnya. Dewasa ini telah dipopulerkan kembali dari
tehnik pijat bayi, yakni pijat Tui Na. Pijat ini dilakukan dengan tehnik

3
pemijatan meluncur (Effleurage atau Tui), memijat (Petrissage atau Nie),
mengetuk (Tapotement atau Da), gesekan, menarik, memutar, menggoyang,
dan menggetarkan titik tertentu sehingga akan mempengaruhi aliran energi
tubuh dengan memegang dan menekan tubuh pada bagian tubuh tertentu. Pijat
Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk mengatasi kesulitan
makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa dan
pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa jarum, teknik ini
menggunakan penekanan pada titik meridian tubuh atau garis aliran energi
sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan akupuntur (Sukanta, 2010
).
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat (Anggraeni, 2010). Salah satu masalah kesehatan
utama di berbagai negara berkembang adalah malnutrisi (kekurangan gizi dan
kelebihan gizi) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
seseorang (Longkumer, 2012). Kekurangan gizi biasanya memberikan dampak
yang besar pada anak pra-sekolah. Jumlah angka kematian untuk anak usia di
bawah 5 tahun akibat kekurangan gizi hampir mencapai 50 %. Hal ini menunjukkan
bahwa malnutrisi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status
gizi (Whitehead dan Rowland, 2002 dalam Amosu et al, 2011).

B. Penatalaksanaan Terapi Komplementer Pijat Tuina


1. Terapi komplementer
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konfensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari
zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun-temurun pada suatu
Negara. Tapi di philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai
pengobatan komplementer. Terapi komplementer adalah cara penanggulangan

4
penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan Medis
Konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan Medis
yang Konvensional.
2. Pijat Tuina
Tui Na (dibaca Twee Na) berasal dari bahasa cina yang memiliki arti
“tekan-pegang”. Tui Na merupakan perawatan tangan pada tubuh
menggunakan acupressure sebagai dasar pengobatan Cina yang bertujuan untuk
membawa keseimbangan dalam tubuh. Tujuan melakukan Tui Na adalah untuk
menghindari penyakit tumbuh dengan cara meningkatkan pertahanan system
imun Chi (energy vital) yang ada di dalam tubuh itu sendiri.
Tui Na dilakukan di area sekitar persendian untuk membuka chi
pertahanan tubuh (wei) dan membuat energy bergerak di kedua meridian, yang
kemudian membuat otot-otot menstimulasi aliran chi dan darah agar membawa
kesembuhan.Pijat Tui Na bisa membantu meningkatkan nafsu makan dan
penyerapan gizi di dalam tubuhnya.
a. langkah-langkah pijat tuina :
1. Persiapan
a. Klien : Keluarga/kelompok menerima petugas
b. Alat/Bahan : Minyak telon/minyak zaitun
c. Lingkungan : Lingkungan yang kondusif
2. Pelaksanaan
a. Gerakan ke 1
Tekuk sedikit ibu jari anak, lalu gosok perlahan seperti gerakan
memijat bagian garis pinggir ibu jari (sisi telapak). Pijatan dilakukan
mulai dari ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari sebanyak yang
ibu mampu (disarankan 100-500 kali). Pijatan pada sisi telapak ibu
jari ini berfungsi untuk memperkuat fungsi pencernaan dan limpa
anak. Perhatikan ibu jari kita, ada perbatasan antara kulit yang
bersisi gelap, dan bersisi terang, pembatasan itulah yang kita pijat
dari ujung hingga titik bagian tangan yang gendut. Piat di salah satu

5
titik saja, tidak perlu keduanya. Teknik sedikit ibu jari anak, pegang
ujungnya. Dibagian perbatasan sisi kulit gelap-terang tadi, gosok
satu arah dari arah kuku ke arah pergelangan tangan, berhenti pada
pangkal ibu jari. Usahakan tekanan stabil.
b. Gerakan ke 2
Pijat dengan cara sedikit ditekan melingkar pada bagian
pangkal ibu jari yang paling tebal (berdaging) sebanyak 100-300
kali. Hal ini sangat berpengaruh pada penguraian akumulasi
makanan yang belum dicerna serta menstimulasi lancarnya sistem
pencernaan.
c. Gerakan ke 3
Gosok melingkar pada bagian tengah telapak tangan sebanyak
100-300 kali, dengan radius lingkaran kurang lebih 2/3 dari bagian
tengah telapak ke pangkal jari kelingking. Pijatan ini berfungsi
untuk menstimulasi dan memperlancar sirkulasi daya hidup dan
darah serta mengharmoniskan 5 organ utama dalam tubuh anak.
d. Gerakan ke 4
Tusuk bagian lekuk buku jari dengan kuku 3-5 kali secara
perlahan pada masing-masing jari mulai dari ibu jari sampai
kelingking secara bergantian. Lalu pijat dengan cara menekan
melingkar 30-50 kali per titik buku jari. Stimulasi ini berfungsi
untuk memecah stagnasi di meridian dan menghilangkan akumulasi
makanan.
e. Gerakan ke 5
Tekan melingkar dengan bagian tengah telapak tangan Anda
tepat di area atas pusarnya, searah jarum jam sebanyak 100-300 kali.
Ini untuk menstimulasi agar makanan lebih lancar dicerna.
f. Gerakan ke 6
Tekan dan pisahkan garis di bawah rusuk menuju perut
samping dengan kedua ibu jari sebanyak 100-300 kali. Hal ini untuk

6
memperkuat fungsi limpa, lambung dan juga untuk memperbaiki
sistem pencernaan.
g. Gerakan ke 7
Tekan melingkar pada titik di bawah lutut bagian luar, sekitar 4
lebar jari anak di bawah tempurung lututnya, dan lakukan sebanyak
50-100 kali. Stimulasi ini untuk mengharmoniskan fungsi lambung,
usus dan pencernaan.
h. Gerakan ke 8
Pijat punggung anak, tekan ringan pada bagian tulang
punggungnya dari atas ke bawah sebanyak 3 kali. Lalu cubit bagian
kulitnya di bagian kiri dan kanan tulang ekor lalu menjalar ke bagian
atas hingga lebar 3-5 kali. Hal ini untuk memperkuat konstitusi
tubuh anaj dan mendukung aliran chi menjadi lebih sehat serta untuk
memperbaiki nafsu makan anak.
Penting untuk diperhatikan:
a. Jika anak tidak nafsu makan atau penyerapan nutrisinya terganggu,
lakukan 1 x terapi
b. 1 set terapi = 1 x protokol terapi perhari, selama 6 hari berturut-turut.
c. Bila perlu mengulang terapi, beri jeda 1-2 hari, cukup pijat salah satu sisi
tangan saja tidak perlu kedua sisi
d. Jangan paksa anak makan karena akan menimbulkan trauma psikologis
e. Berikan asupan makanan yang sehat, bergizi dan bervariasi.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/documen/367520680/tuina diakses pada tanggal 29 maret 2019


pikul 14.00

You might also like