You are on page 1of 42

62

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 dengan subjek guru-

guru seni budaya tingkat SMP Negeri se-Kota Malang. Hasil penelitian ini menjawab

tentang seperti apakah penerapan penilaian otentik pada mata pelajaran seni budaya

kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang dengan analisa data sesuai dengan deskripsi

variabel yang dipaparkan melalui indikator, adapun analisa datanya adalah sebagi

berikut:

A. Pemahaman Konsep dan Penerapan Penilaian Otentik

1. Pemahaman Konsep Penilaian Otentik

Tabel 4.1 Tabulasi pemahaman konsep penilaian otentik komponen deskripsi penilaian
otentik

100%

100%

8%
92%
63

Pemahaman konsep penilaian otentik pada pemahaman terhadap deskripsi

penilaian otentik memiliki 3 komponen pertanyaan, yaitu: (1) pemahaman guru

dalam ranah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial, menunjukkan bahwa sebagian

besar dan hampir seluruh responden (92%) menyatakan paham, sebagian kecil dan

hampir tidak ada dari responden (8%) menyatakan kurang paham, (2) pemahaman

guru dalam ranah penilaian pengetahuan, menunjukkan bahwa sebagian besar dan

hampir seluruh responden (100%) menyatakan paham, (3) pemahaman guru dalam

ranah penilaian keterampilan, menunjukkan bahwa sebagian besar dan hampir

seluruh responden (100%) menyatakan paham.

Dapat diketahui berdasarkan hasil diatas bahwa sebagian besar dan hampir

seluruh guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang (97%)

cenderung paham dalam pemahaman konsep penilaian otentik komponen deskripsi

penilaian otentik, akan tetapi (3%) cederung menyatakan tidak paham.

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VIII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.2 Paparan hasil temuan ketidak pahaman guru terhadap pemahaman konsep
penilaian otentik sub. indikator deskripsi penilaian otentik

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Deskripsi penilaian otentik Guru memahami ranah Terdapat 1 responden yang
penilaian sikap menyatakan kurang paham karena
spiritual dan sikap masih terpaku dengan kurikulum
sosial. lama (KTSP) sehingga kurang bisa
mendeskripsikan penilaian otentik
kompetensi sikap secara jelas.
64

2. Pemahaman Konsep Teknik Penilaian Otentik


Tabel 4.3 Tabulasi pemahaman konsep penilaian otentik komponen teknik penilaian otentik

100%

100%

17%
83%

Pemahaman konsep penilaian otentik pada teknik penilaian otentik memiliki

3 komponen pertanyaan, yaitu: (1) pemahaman guru dalam teknik penilaian ranah

sikap spiritual dan sikap sosial, menunjukkan bahwa lebih besar dari setengah jumlah

responden (83%) menyatakan paham, sebagian kecil dan hampir tidak ada responden

(17%) menyatakan kurang paham, (2) pemahaman guru dalam teknik penilaian ranah

pengetahuan, menunjukkan menunjukkan bahwa sebagian besar dan hampir seluruh

responden (100%) menyatakan paham, (3) pemahaman guru dalam teknik penilaian

ranah keterampilan, menunjukkan menunjukkan bahwa sebagian besar dan hampir

seluruh responden (100%) menyatakan paham.

Berdasarkan hasil diatas bahwa dapat diketahui bahwa sebagian besar dan

hampir seluruh guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang (94%)

cenderung paham dalam pemahaman konsep penilaian otentik komponen teknik

penilaian otentik, akan tetapi terdapat persentase sebesar (6%) cenderung tidak

paham.
65

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.4 Paparan hasil temuan ketidak pahaman guru terhadap pemahaman konsep
penilaian otentik sub. indikator deskripsi teknik penilaian otentik

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Deskripsi teknik penilaian Guru memahami Terdapat 2 responden yang
otentik teknik penilaian ranah menyatakan kurang paham karena
sikap spiritual dan masih belum memahami tentang
sikap sosial teknik penilaian otentik secara jelas,
masih terpaku dengan kurikulum
lama (KTSP) dan rancu untuk
membedakan antara teknik dengan
instrumen, sehingga tidak bisa
mendefinisikan secara jelas.

3. Pemahaman Konsep Instrumen Penilaian Otentik


Tabel 4.5 Tabulasi pemahaman konsep penilaian otentik komponen instrumen penilaian
otentik

100%

100%

8%
92%

Pemahaman konsep penilaian otentik pada komponen instrumen penilaian

otentik memiliki 3 komponen pertanyaan, yaitu: (1) pemahaman guru dalam

instrument, penilaian pada ranah sikap spiritual dan sosial, menunjukkan bahwa

sebagian besar dan hampir seluruh responden (92%) menyatakan paham, sebagian

kecil dan hampir tidak ada responden (8%) menyatakan kurang paham, (3)
66

pemahaman guru dalam instrumen penilaian pada ranah pengetahuan, menunjukkan

bahwa sebagian besar dan hampir seluruh responden (100%) menyatakan paham.

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar dan hampir

seluruh guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang (97%) menyatakan

paham dalam pemahaman konsep penilaian otentik komponen instrumen penilaian

otentik, akan tetapi sebagian kecil dan hampir tidak ada responden (3%) menyatakan

kurang paham.

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Paparan hasil temuan ketidak pahaman guru terhadap pemahaman konsep
penilaian otentik sub. indikator deskripsi instrumen penilaian otentik

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Deskripsi instrumen Guru memahami Terdapat 1 responden yang
penilaian otentik instrumen penilaian menyatakan kurang paham karena
pada ranah sikap masih terpaku dengan kurikulum
spiritual dan sosial lama (KTSP) pada instrumen
penilaian ranah sikap dan sosial,
sehingga belum dapat
mendefinisikan instrumen secara
jelas.
67

4. Pemahaman Konsep Pelaporan Hasil Penilaian Otentik


Tabel 4.7 Tabulasi pemahaman konsep penilaian otentik komponen pelaporan hasil
penilaian otentik

8%
92%

8%
92%

17%
83%

Pemahaman konsep penilaian otentik pada komponen pelaporan hasil

penilaian otentik memiliki 3 komponen pertanyaan, yaitu: (1) pemahaman pelaporan

hasil penilaian sikap spiritual dan sosial, menunjukkan bahwa lebih besar dari

setengah jumlah responden (83%) menyatakan paham, sebagian kecil dan hampir

tidak ada responden (17%) menyatakan kurang paham, (2) pemahaman guru dalam

pelaporan hasil penilaian pengetahuan, menunjukkan bahwa sebagian besar dan

hampir seluruh responden menyatakan (92%) paham, sebagian kecil dan hampir

tidak ada dari responden (8%) menyatakan kurang paham, (3) pemahaman guru

dalam pelaporan hasil keterampilan, menunjukkan bahwa sebagian besar dan hampir

seluruh responden menyatakan (92%) paham, sebagian kecil dan hampir tidak ada

dari responden (8%) menyatakan kurang paham.

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahuai bahwa sebagian besar dan hampir

seluruh guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang (89%) menyatakan

paham dalam pemahaman konsep penilaian otentik komponen pelaporan hasil


68

penilaian otentik, akan tetapi sebagian kecil dan hampir tidak ada responden (11%)

menyatakan kurang paham.

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.8 Paparan hasil temuan ketidak pahaman guru terhadap pemahaman konsep
penilaian otentik sub. indikator deskripsi pelaporan hasil penilaian otentik

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Deskripsi pelaporan hasil Guru memahami Terdapat 2 responden yang
penilaian otentik pelaporan hasil menyatakan kurang paham karena
penilaian sikap masih menyesuaikan dengan sistem
pelaporan hasil penilaian sikap
spiritual dan sosial
spiritual dan sosial sesuai tuntutan
kurikulum 2013.

Guru memahami Terdapat 1 responden yang


pelaporan hasil menyatakan kurang paham karena
penilaian pengetahuan masih menyesuaikan dengan sistem
pelaporan hasil penilaian
pengetahuan sesuai dengan
kurikulum 2013.

Guru memahami Terdapat 1 responden yang


pelaporan hasil menyatakan kurang paham karena
penilaian masih menyesuaikan dengan sistem
pelaporan hasil penilaian
keterampilan
keterampilan sesuai dengan
kurikulum 2013.
69

B. Pemahaman Penerapan Konsep Penilaian Otentik

1. Instrumen Penilaian Otentik

Tabel 4.9 Tabulasi pemahaman penerapan konsep penilaian otentik (instrumen


penilaian otentik)

100%

100%

8%
92%

Penerapan pemahaman konsep penilaian otentik pada instrumen penilaian

otentik memiliki 3 komponen pertanyaan, yaitu: (1) pemahaman guru dalam

penyusunan contoh instrumen pada ranah sikap spiritual dan sosial, menunjukkan

bahwa sebagian besar dan hampir seluruh responden (92%) menyatakan paham,

sebagian kecil dan hampir tidak ada dari responden (8%) menyatakan kurang paham,

(2) pemahaman guru dalam penyusunan contoh instrumen pada ranah sikap

pengetahuan, menunjukkan bahwa sebagian besar dan hampir seluruh responden

(100%) menyatakan paham, (3) pemahaman guru dalam penyusunan contoh

instrumen pada ranah sikap keterampilan, menunjukkan bahwa sebagian besar dan

hampir seluruh responden (100%) menyatakan paham.

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahuai bahwa sebagian besar dan

hampir seluruh guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang (97%)
70

menyatakan paham dalam pemahaman penerapan konsep penilaian otentik pada

komponen instrumen penilaian otentik, akan tetapi sebagian kecil dan hampir

tidak ada responden (3%) menyatakan kurang paham.

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.10 Paparan hasil temuan ketidak pahaman guru terhadap pemahaman penerapan
konsep penilaian otentik sub. indikator instrumen penilaian otentik

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Instrumen penilaian otentik Guru memahami Terdapat 1 responden yang
penyusunan contoh menyatakan kurang paham karena
instrumen pada ranah banyaknya instrumen pada penilaian
sikap sosial dan spiritual.
sikap spiritual dan
sosial
71

2. Prinsip-Prinsip Pelaporan Hasil Penilaian Otentik

Tabel 4.11 Tabulasi penerapan pemahaman konsep penilaian otentik (prinsip-prinsip


pelaporan penilaian otentik)

8%
92%

8%
92%

8%
92%

Penerapan pemahaman konsep penilaian otentik pada prinsip-prinsip

pelaporan hasil penilaian otentik memiliki 3 komponen pertanyaan, yaitu: (1)

pemahaman guru dalam penerapan prinsip-prinsip pelaporan hasil penilaian sikap

spiritual dan sosial, menunjukkan bahwa sebagian besar dan hampir seluruh

responden (92%) menyatakan paham, dan sebagian kecil dan hampir tidak ada

responden (2%) menyatakan kurang paham, (2) pemahaman guru dalam penerapan

prinsip-prinsip pelaporan hasil penilaian pengetahuan, menunjukkan bahwa sebagian

besar dan hampir seluruh responden (92%) menyatakan paham, dan sebagian kecil

dan hampir tidak ada responden (2%) menyatakan kurang paham, (3) pemahaman

guru dalam penerapan prinsip-prinsip pelaporan hasil penilaian keterampilan,

menunjukkan bahwa sebagian besar dan hampir seluruh responden (92%)

menyatakan paham, dan sebagian kecil dan hampir tidak ada responden (92%)

menyatakan kurang paham.


72

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahuai bahwa sebagian besar dan hampir

seluruh guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang (92%) menyatakan

paham dalam pemahaman penerapan konsep penilaian otentik pada komponen

prinsip-prinsip pelaporan hasil penilaian otentik, akan tetapi sebagian kecil dan

hampir tidak ada responden (2%) menyatakan kurang paham.

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.12 Paparan hasil temuan ketidak pahaman guru terhadap pemahaman penerapan
konsep penilaian otentik sub. indikator instrumen penilaian otentik

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Prinsip-prinsip pelaporan Guru memahami Terdapat 1 responden yang
hasil penilaian otentik penerapan prinsip- menyatakan kurang paham karena
prinsip pelaporan hasil masih menyesuaikan dengan sistem
penilaian sikap penerapan prinsip-prinsip pelaporan
spiritual dan sosial hasil penilaian sikap spiritual dan
sosial sesuai dengan kurikulum 2013
Guru memahami Terdapat 1 responden yang
penerapan prinsip- menyatakan kurang paham karena
prinsip pelaporan hasil masih menyesuaikan dengan sistem
penilaian pengetahuan penerapan prinsip-prinsip pelaporan
hasil penilaian penilaian
pengetahuan sesuai dengan
kurikulum 2013

Guru memahami Terdapat 1 responden yang


penerapan prinsip- menyatakan kurang paham karena
prinsip pelaporan hasil masih menyesuaikan dengan sistem
penilaian keterampilan penerapan prinsip-prinsip pelaporan
hasil penilaian keterampilan sesuai
dengan kurikulum 2013
73

2. Perencanaan Penilaian Otentik


A. Teknik Penilaian Otentik

Tabel 4.13 Tabulasi perencanaan penilaian otentik (teknik penilaian otentik)

100%

100%

100%

Perencanaan penilaian otentik pada teknik penilaian otentik memiliki 3

komponen pertanyaan, yaitu: (1) mencantumkan teknik penilaian sikap spiritual, dan

sosial sesuai dengan indikator, menunjukkan bawa sebagian besar dan hampir

seluruh responden (100%) menyatakan selalu, (2) mencantumkan teknik penilaian

pengetahuan sesuai dengan indikator, menunjukkan bawa sebagian besar dan hampir

seluruh responden (100%) menyatakan selalu, (3) mencantumkan teknik penilaian

keterampilan sesuai dengan indikator, menunjukkan bahwa, sebagian besar dan

hampir seluruh responden (100%) menyatakan selalu, yang dimaksudkan dengan

selalu dalam hasil penelitian ini adalah selalu melaksanakan

Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar dan hampir seluruh guru seni

budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang (100%) menyatakan selalu

melaksanakan dalam pencantuman teknik penilaian sikap spiritual, sikap sosial,


74

pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan indikator, hal ini dapat dilihat pada

jumlah persentase sebanyak 100%.

B. Bentuk Penilaian Otentik


Tabel 4.14 Tabulasi perencanaan penilaian otentik (bentuk penilaian otentik)

17%
17%
67%

8%
92%

8%
92%

Perencanaan penilaian otentik pada bentuk penilaian otentik memiliki 3

komponen pertanyaan, yaitu: (1) mencantumkan bentuk penilaian sikap spiritual, dan

sosial sesuai dengan indikator, menunjukkan bahwa lebih besar dari setengah

responden (67%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak melaksanakan

responden (17%) menyatakan tidak pernah, (2) mencantumkan bentuk penilaian

pengetahuan sesuai dengan indikator, menunjukkan bahwa sebagian besar dan

hampir seluruh responden (92%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak

pernah responden (8%) menyatakan tidak pernah, (3) mencantumkan bentuk

penilaian keterampilan sesuai dengan indikator, menunjukkan bahwa sebagian besar

dan hampir seluruh responden (92%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir

tidak pernah responden (8%) menyatakan tidak pernah.


75

Berdasarkan paparan diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar dan hampir

seluruh guru-guru seni budaya SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan (95%)

selalu mencantumkan bentuk penilaian otentik, akan tetapi sebagian kecil dan

hampir tidak dari guru-guru seni budaya SMP se-Kota Malang menyatakan (6%)

tidak pernah mencantumkan bentuk penilaian otentik.

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.15 Paparan hasil temuan ketidak melaksanakannya guru terhadap perencanaan
penilaian otentik (bentuk penilaian otentik)

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Bentuk penilaian otentik Guru mencantumkan Terdapat 3 responden yang
bentuk penilaian sikap menyatakan jarang sekali
spiritual, dan sosial menerapkan pencantuman bentuk
sesuai dengan penilaian sikap spiritual, dan sosial
indikator sesuai dengan indikator, karena
keterbatasan tenaga, dan waktu
C. Instrumen Penilaian Otentik
Tabel 4.16 Tabulasi perencanaan penilaian otentik (instrumen penilaian otentik)

8%
92%

8%
92%

25%
8%
67%
76

Perencanaan penilaian otentik pada instrumen penilaian memiliki 3

komponen pertanyaan, yaitu: (1) mencantumkan instrumen penilaian sikap spiritual,

dan sosial sesuai dengan indikator, menunjukkan bahwa lebih besar dari setengah

responden (67%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak melaksanakan

responden (8%) menyatakan sering, sebagian kecil dan hampir tidak melaksanakan

responden (25%) menyatakan jarang sekali, (2) mencantumkan instrumen penilaian

pengetahuan sesuai dengan indikator, menunjukkan bahwa sebagian besar dan

hampir seluruh responden (92%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak

melaksanakan responden (8%) menyatakan sering, (3) mencantumkan instrumen

penilaian keterampilan sesuai dengan indikator, menunjukkan bawa sebagian besar

dan hampir seluruh responden (92%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir

tidak melaksanakan responden (8%) menyatakan sering.

Berdasarkan paparan diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar dan hampir

seluruh guru-guru seni budaya SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan (92%)

selalu mencantumkan bentuk penilaian otentik, akan tetapi sebagian kecil dan

hampir tidak dari guru-guru seni budaya SMP se-Kota Malang menyatakan (8%)

tidak pernah mencantumkan instrumen penilaian otentik.

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:


77

Tabel 4.17 Paparan hasil temuan ketidak melaksanakannya guru terhadap perencanaan
penilaian otentik (instrumen penilaian otentik)

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Instrumen penilaian otentik Guru mencantumkan Terdapat 3 responden yang
instrumen penilaian menyatakan jarang sekali
sikap spiritual, dan menerapkan pencantuman instrumen
sosial sesuai dengan penilaian sikap spiritual, dan sosial
indikator sesuai dengan indikator, karena
keterbatasan tenaga, dan waktu.
D. Pensekoran Penilaian Otentik

Tabel 4.18 Tabulasi perencanaan penilaian otentik (pedoman pensekoran penilaian otentik)

100%

100%

25%

75%

Perencanaan penilaian otentik pada pedoman pensekoran dikembangkan

menjadi 3 komponen pertanyaan, yaitu: (1) menggunakan pedoman pensekoran

penilaian sikap spiritual dan sosial (termasuk rubrik) sesuai dengan instrumen,

menunjukkan bahwa lebih besar dari setengah jumlah responden (75%) menyatakan

sering, dan sebagian kecil hampir tidak ada responden (25%) menyatakan jarang

sekali hal ini dapat dilihat dari jumlah responden sebanyak 3 orang yang menyatakan

jarang sekali, (2) menggunakan pedoman pensekoran penilaian pengetahuan

(termasuk rubrik) sesuai dengan instrumen, menunjukkan bahwa sebagian besar dan

hampir seluruh responden (100%) menyatakan selalu, hal ini dapat dilihat dari
78

jumlah responden sebanyak (100%) orang yang memberikan jawaban selalu, (3)

menggunakan pedoman pensekoran penilaian keterampilan (termasuk rubrik) sesuai

dengan instrumen, menunjukkan bahwa sebagian besar dan hampir seluruh

responden (100%) menyatakan selalu.

Berdasarkan paparan diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar dan hampir

seluruh guru-guru seni budaya SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan (92%)

selalu menggunakan pedoman pensekoran penilaian otentik, akan tetapi sebagian

kecil dan hampir tidak dari guru-guru seni budaya SMP se-Kota Malang menyatakan

(8%) tidak pernah menggunakan pedoman pensekoran penilaian otentik.

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.19 Paparan hasil temuan ketidak melaksanakannya guru terhadap perencanaan
penilaian otentik (pedoman pensekoran penilaian otentik)

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Pedoman pensekoran Guru menggunakan Terdapat 3 responden yang
penilaian otentik pedoman pensekoran menyatakan jarang sekali menerapkan
penilaian sikap spiritual penggunaan pedoman pensekoran
dan sosial (termasuk penilaian sikap spiritual dan sosial
rubrik) sesuai dengan (termasuk rubrik) sesuai dengan
instrumen instrumen, karena keterbatasan tenaga,
dan waktu.
79

3. Pelaksanaan Penilaian Otentik

A. Pelaksanaan Penilaian Otentik Oleh Guru


1. Kompetensi Sikap

Tabel 4.20 Tabulasi pelaksanaan penilaian otentik kompetensi sikap

25%
25%
50%

25%
8%
67%

25%
25%
50%

33%
17%
50%

Pelaksanaan penilaian otentik penilaian sikap dikembangkan menjadi 4

komponen pertanyaan, yaitu: (1) Menggunakan instrumen penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial oleh guru (lembar observasi sikap), menunjukkan

banyak variasi jawaban, yakni bahwa hampir dari setengah responden (50%)

menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak ada (17%) menyatakan sering,

sebagian kecil dan hampir tidak ada (33%) menyatakan jarang sekali, (2) Guru

menggunakan penilaian sikap spiritual dan sosial selama proses pembelajaran

dengan teknik observasi dan jurnal, hasil menunjukkan bahwa hampir dari

setengah responden (50%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak

ada responden (25%) menyatakan sering, sebagian kecil dan hampir tidak ada
80

responden (25%) menyatakan jarang sekali, (3) Guru mendokumentasikan hasil

penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial, menunjukkan bahwa lebih besar

dari setengah jumlah responden (67%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan

hampir tidak ada responden (8%) menyatakan sering, sebagian kecil dan hampir

tidak ada responden (25%) menyatakan jarang sekali, (4) Menindak lanjuti hasil

penilaian sikap spiritual dan sosial oleh guru (laporan dan tindak lanjut lainnya,

misalnya penguatan atau perbaikan sikap), menunjukkan bahwa hampir dari

setengah responden (50%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak

ada responden (25%) menyatakan sering, sebagian kecil dan hampir tidak ada

responden (25%) menyatakan jarang sekali.

Berdasarkan paparan diatas dapat dilihat bahwa lebih besar dari setengah

jumlah guru-guru seni budaya SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan (73%)

selalu melaksanakan penilaian otentik kompetensi sikap, akan tetapi hampir dari

setengah jumlah guru-guru seni budaya SMP se-Kota Malang menyatakan (27%)

tidak pernah melaksanakan penilaian otentik kompetensi sikap.

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.21 Paparan hasil temuan ketidak melaksanakannya guru terhadap pelaksanaan
penilaian otentik kompetensi sikap (oleh guru)

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Melakukan penilaian Menggunakan instrumen Terdapat 3 responden yang menyatakan
kompetensi sikap penilaian sikap spiritual dan jarang sekali menerapkan penggunaan
sosial oleh guru (lembar instrumen penilaian sikap spiritual dan
observasi sikap)
sosial oleh guru (lembar observasi
sikap), karena keterbatasan tenaga,
waktu dan biaya. Faktor manusiawi,
yakni lupa tidak melaksanakannya, dan
81

hanya menggunakan sekali dalam satu


semester.

Guru menggunakan Terdapat 4 responden yang menyatakan


penilaian sikap spiritual dan jarang sekali menerapkan penggunaan
sosial selama proses penilaian sikap spiritual dan sosial
pembelajaran dengan selama proses pembelajaran dengan
teknik observasi dan jurnal teknik observasi dan jurnal, karena
keterbatasan tenaga, waktu dan biaya.

Guru mendokumentasikan Terdapat 4 responden yang menyatakan


hasil penilaian kompetensi jarang sekali menerapkan
sikap spiritual dan sosial pendokumentasian hasil penilaian
kompetensi sikap spiritual dan sosial,
karena keterbatasan tenaga, dan waktu.

Guru menindak lanjuti hasil Terdapat 4 responden yang menyatakan


penilaian sikap spiritual dan jarang sekali menerapkan tindak lanjut
sosial oleh guru (laporan hasil penilaian sikap spiritual dan sosial
dan tindak lanjut lainnya, oleh guru (laporan dan tindak lanjut
misalnya penguatan atau lainnya, misalnya penguatan atau
perbaikan sikap) perbaikan sikap), karena keterbatasan
tenaga, dan waktu.

2. Kompetensi Pengetahuan
Tabel 4.22 Tabulasi pelaksanaan penilaian otentik komponen pengetahuan

8%
17%
75%

17%
83%

33%
67%

25%
75%
82

Pada pelaksanaan penilaian otentik oleh guru untuk komptensi

pengetahuan dikembangkan menjadi 4 komponen pertanyaan, yaitu: (1) Guru

menggunakan instrumen penilaian pengetahuan (tes), menunjukkan bahwa lebih

besar dari setengah jumlah responden (75%) menyatakan selalu, sebagian kecil

dan hampir tidak ada responden (25%) menyatakan sering, (2) Guru

menggunakan penilaian pengetahuan selama proses pembelajaran (tes

lisan/tertulis dan penugasan, menunjukkan bahwa lebih besar dari setengah

jumlah responden (67%) menyatakan sering, dan hampir dari setengah jumlah

responden (33%) menyatakan sering, (3) Guru mendokumentasikan hasil

penilaian kompetensi pengetahuan, menunjukkan bahwa hampir dari setengah

jumlah responden (40%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak ada

responden (17%) menyatakan sering, (4) Menindak lanjuti hasil penilaian

pengetahuan oleh guru (laporan dan tindak lanjut lainnya, misalnya remedial atau

pengayaan), menunjukkan bahwa lebih besar dari setengah jumlah responden

(75%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak ada responden (17%)

menyatakan sering, dan sebagian kecil, hampir tidak ada responden (17%)

menyatakan jarang sekali.

Dari paparan diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar dan hampir

guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang (98%)

melaksanakan penilaian otentik kompetensi pengetahuan, dan sebagian kecil

(hampir tidak ada) guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang

tidak pernah melaksanakan penilaian otentik kompetensi pengetahuan, hal ini

dapat dilihat dari persentase sebanyak (2%).


83

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.23 Paparan hasil temuan ketidak melaksanakannya guru terhadap pelaksanaan
penilaian otentik kompetensi pengetahuan (oleh guru)

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Melakukan penilaian Menindak lanjuti hasil Terdapat 1 responden yang menyatakan
kompetensi pengetahuan penilaian pengetahuan jarang sekali menerapkan tindak lanjut
oleh guru (laporan dan hasil penilaian pengetahuan oleh guru
tindak lanjut lainnya,
(laporan dan tindak lanjut lainnya,
misalnya remedial atau
pengayaan) misalnya remedial atau pengayaan),
karena keterbatasan tenaga, dan waktu.

3. Kompetensi Keterampilan

Tabel 4.24 Tabulasi pelaksanaan penilaian otentik kompetensi keterampilan

8%
92%

100%

100%

17%
83%

Pelaksanaan penilaian otentik pada kompetensi keterampilan

dikembangkan menjadi 4 komponen pertanyaan, yaitu: (1) Guru menggunakan

instrumen penilaian keterampilan (rubrik untuk: tes kinerja, proyek, portofolio),


84

menunjukkan bahwa lebih besar dari setengah jumlah responden (83%)

menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak ada responden (17%)

menyatakan sering, (2) Guru menggunakan penilian keterampilan yang relevan

selama proses pembelajaran atau situasi tes kinerja, menunjukkan bahwa lebih

besar dari setengah jumlah responden (100%) menyatakan selalu, (3) Guru

mendokumentasikan hasil penilaian keterampilan, menunjukan hasil bahwa lebih

besar dari setengah jumlah responden (100%) menyatakan selalu, (4)

Menindaklanjuti hasil penilaian keterampilan oleh guru (laporan dan tindak lanjut

lainnya, misalnya remedial atau pengayaan) menunjukkan bahwa, lebih besar dari

setengah jumlah responden (92%) menyatakan selalu, dan sebagian kecil, hampir

tidak ada responden (8%) menyatakan jarang sekali melaksanakan.

Dilihat dari paparan diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar dan

hampir guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang (98%)

melaksanakan penilaian otentik kompetensi keterampilan, dan sebagian kecil

(hampir tidak ada) guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang

tidak pernah melaksanakan penilaian otentik kompetensi pengetahuan, hal ini

dapat dilihat dari persentase sebanyak (2%).

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:

Tabel 4.25 Paparan hasil temuan ketidak melaksanakannya guru terhadap pelaksanaan
penilaian otentik kompetensi pengetahuan (oleh guru)

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


85

1. Melakukan penilaian Menindaklanjuti hasil Terdapat 1 responden yang menyatakan


kompetensi keterampilan penilaian keterampilan jarang sekali menerapkan tindak lanjut
oleh guru (laporan dan hasil penilaian keterampilan oleh guru
tindak lanjut lainnya,
(laporan dan tindak lanjut lainnya,
misalnya remedial atau
pengayaan) misalnya remedial atau pengayaan),
karena keterbatasan tenaga, dan waktu.

B. Pelaksanaan Penilaian Otentik Oleh Siswa


1. Menfasilitasi Penilaian Siswa

Tabel 4.26 Tabulasi pelaksanaan penilaian otentik (menfasilitasi penilaian siswa)

25%
25%
50%

17%
17%
67%

25%
25%
50%

25%
25%
50%

Pada pelaksanaan penilaian otentik oleh siswa terdapat pemfasilitasan

penilaian siswa oleh guru yang dikembangkan menjadi 4 komponen pertanyaan,

yaitu: (1) Guru menggunakan instrumen penilaian diri dan penilaian teman

sebagai bagian dari penilaian sikap, menunjukkan bahwa hampir dari setengah

jumlah responden (50%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak ada

responden (25%) menyatakan sering, sebagian kecil dan hampir tidak ada

responden (25%) menyatakan jarang sekali, (2) Guru memfasilitasi pelaksanaan

penilaian diri dan penilaian teman selama proses pembelajaran atau pada
86

kesempatan khusus, menunjukkan hasil bahwa hampir dari setengah jumlah

responden (50%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak ada

responden (25%) menyatakan sering, sebagian kecil dan hampir tidak ada

responden (25%) menyatakan jarang sekali, (3) Guru mendokumentasikan hasil

penilaian diri dan penilaian teman, menunjukkan bahwa lebih besar dari setengah

responden (67%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak ada

responden (25%) menyatakan sering, sebagian kecil dan hampir tidak ada

responden (17%) menyatakan jarang sekali, (4) Menindaklanjuti hasil penilaian

sikap oleh guru (laporan dan tindak lanjut lainnya, misalnya penguatan atau

perbaikan sikap), menunjukkan bahwa hampir dari setengah jumlah responden

(50%) menyatakan selalu, sebagian kecil dan hampir tidak ada responden (25%)

menyatakan sering, sebagian kecil dan hampir tidak ada responden (25%)

menyatakan jarang sekali.

Diketahui dari paparan diatas maka dapat dikatakan bahwa lebih besar dari

setengah jumlah guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang

(73%) selalu melaksanakan penilaian otentik dengan menfasilitasi penilaian oleh

siswa, dan hampir dari setengah jumlah guru-guru seni budaya kelas VII SMP

Negeri se-Kota Malang tidak pernah melaksanakan penilaian otentik dengan

menfasilitasi penilaian oleh siswa, hal ini dapat dilihat dari persentase sebanyak

(27%).

Berdasarakan hasil temuan yang diperoleh peneiliti melalui kolom keterangan

pada angket atau kuesioner, sebagian kecil dari guru- guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan keterangan sebagai berikut:


87

Tabel 4.27 Paparan hasil temuan ketidak melaksanakannya guru terhadap pemfasilitasan
penilaian otentik (oleh siswa)

No. Sub. Indikator Komponen Hasil temuan penelitian


1. Menfasilitasi penilaian oleh Terdapat 3 responden yang menyatakan
siswa Guru menggunakan
jarang sekali menggunakan instrumen
instrumen penilaian diri
penilaian diri dan penilaian teman
dan penilaian teman
sebagai bagian dari penilaian sikap,
sebagai bagian dari
karena keterbatasan biaya, tenaga, dan
penilaian sikap
waktu.
Guru memfasilitasi Terdapat 3 responden yang menyatakan
pelaksanaan penilaian jarang sekali memfasilitasi pelaksanaan
diri dan penilaian teman penilaian diri dan penilaian teman
selama proses
selama proses pembelajaran atau pada
pembelajaran atau pada
kesempatan khusus kesempatan khusus, karena
keterbatasan biaya.
Guru Terdapat 2 responden yang menyatakan
mendokumentasikan jarang sekali mendokumentasikan hasil
hasil penilaian diri dan penilaian diri dan penilaian teman,
penilaian teman
karena keterbatasan biaya, tenaga, dan
waktu.
Menindaklanjuti hasil Terdapat 3 responden yang menyatakan
penilaian sikap oleh guru jarang sekali Menindaklanjuti hasil
(laporan dan tindak lanjut penilaian sikap oleh guru (laporan dan
lainnya, misalnya
tindak lanjut lainnya, misalnya
penguatan atau perbaikan
sikap) penguatan atau perbaikan sikap),
karena keterbatasan tenaga, dan waktu.

Berikut adalah paparan data hasil penelitian secara keseluruhan yang

dibagi menjadi dua bagian yakni untuk indikator pemahaman, menjadi: cenderung

paham dan cenderung tidak paham, sedangkan untuk indikator pelaksanaan

terbagi menjadi dua bagian, yakni: cenderung selalu dan cenderung tidak pernah,

adapun cara pembacaan perolehan skor kecenderungan pada tabel berikut ini

dapat dilihat pada bab III.


88

A. Pemahaman Konsep dan Penerapan Penilaian Otentik

1. Pemahaman Konsep Penilaian Otentik

Tabel 4.28 Paparan hasil penelitian pemahaman konsep penilaian otentik

11 %
89 %

3%
97 %

6%
94 %

3%
97 %

Tabel 4.29 Rata-rata persentase pemahaman konsep

6%

94 %

Berdasarkan tabel 4.15. mengenai data yang diperoleh dari hasil penelitian

berkenaan dengan pemahaman konsep dan penerapan penilaian otentik, berupa

angket yang sudah disebarkan pada guru-guru seni budaya yang mengajar kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang dapat disimpulkan bahwa untuk komponen pemahaman
89

deskripsi penilaian otentik pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial, sebagian besar

guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang cenderung memahaminya, hal ini

dapat dilihat dari jumlah persentase (92%) yang menyatakan paham, dan terdapat

persentase (8%) yang menyatakan tidak memahami tentang deskripsi penilaian

otentik pada ranah sikap spiritual, dan sikap sosial. Untuk komponen pemahaman

guru tentang deskripsi penilaian otentik pada ranah pengetahuan menyatakan bahwa

sebagian besar dan hampir guru-guru seni budaya se-Kota Malang (100%)

menyatakan paham, begitu juga dengan pemahaman tentang deskripsi penilaian

otentik pada ranah keterampilan, menunjukkan sebagian besar dan hampir guru-guru

seni budaya kelas VII se-Kota Malang (100%) menyatakan paham.

Dapat dikatakan bahwa untuk pemahaman konsep penilaian otentik, mulai

dari pemahaman deskripsi penilaian sikap spiritual, sikap sosial, deskripsi penilaian

pengetahuan, deskripsi penilaian keterampilan, menunjukkan bahwa guru-guru seni

budaya kelas VII se-Kota Malang menyatakan (97%) cenderung paham, dan

sebagian kecil (2%) menyatakan cenderung tidak paham.

Untuk pemahaman deskripsi teknik penilaian otentik pada komponen

pemahaman guru pada teknik penilaian ranah sikap spiritual dan sikap sosial,

sebagian guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang cenderung memahaminya,

hal ini dapat dilihat dari jumlah persentase (83%) yang menyatakan paham, dan

sebagian kecil guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang (17%) menyatakan

tidak memahami teknik penilaian sikap spiritual dan sikap sosial. Untuk komponen

pemahaman guru terhadap teknik penilaian otentik ranah pengetahuan menyatakan

bahwa sebagian besar dan hampir guru-guru seni budaya se-Kota Malang (100%)

menyatakan paham, begitu juga dengan pemahaman tentang teknik penilaian otentik
90

ranah penilaian keterampilan, menunjukkan sebagian besar dan hampir guru-guru

seni budaya kelas VII se-Kota Malang (100%) menyatakan paham.

Dapat dikatakan bahwa untuk pemahaman konsep teknik penilaian otentik,

mulai dari pemahaman teknik penilaian sikap spiritual, sikap sosial, teknik penilaian

pengetahuan, teknik penilaian keterampilan, menunjukkan bahwa guru-guru seni

budaya kelas VII se-Kota Malang menyatakan (94%) cenderung paham, dan

sebagian kecil (6%) menyatakan cenderung tidak paham.

Pada pemahaman deskripsi instrumen penilaian otentik komponen

pemahaman guru pada teknik penilaian ranah sikap spiritual dan sikap sosial,

sebagian guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang cenderung memahaminya,

hal ini dapat dilihat dari jumlah persentase (92%) yang menyatakan paham, dan

sebagian kecil guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang (8%) menyatakan

tidak memahami deskripsi instrumen penilaian sikap spiritual dan sikap sosial. Untuk

komponen pemahaman guru terhadap deskripsi instrumen penilaian otentik ranah

pengetahuan menyatakan bahwa sebagian besar dan hampir guru-guru seni budaya

se-Kota Malang (100%) menyatakan paham, begitu juga dengan pemahaman tentang

deskripsi instrumen penilaian otentik ranah penilaian keterampilan, menunjukkan

sebagian besar dan hampir guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang (100%)

menyatakan paham.

Dapat dikatakan bahwa untuk pemahaman konsep instrumen penilaian

otentik, mulai dari pemahaman deskripsi instrumen penilaian sikap spiritual, sikap

sosial, deskripsi instrumen penilaian pengetahuan, deskripsi instrumen penilaian

keterampilan, menunjukkan bahwa guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang
91

menyatakan (97%) cenderung paham, dan sebagian kecil (3%) menyatakan

cenderung tidak paham.

Dalam pemahaman konsep penilaian otentik pada komponen deskripsi

pelaporan hasil penilaian otentik, sebagian guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota

Malang cenderung memahaminya, hal ini dapat dilihat dari jumlah persentase (83%)

yang menyatakan paham, dan sebagian kecil guru-guru seni budaya kelas VII se-

Kota Malang (17%) menyatakan tidak memahami deskripsi pelaporan hasil penilaian

sikap spiritual dan sikap sosial. Untuk komponen pemahaman guru terhadap

deskripsi pelaporan hasil penilaian otentik ranah pengetahuan menyatakan bahwa

sebagian besar dan hampir guru-guru seni budaya se-Kota Malang (92%)

menyatakan paham, dan sebagian kecil guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota

Malang (8%) menyatakan tidak memahami tentang deskripsi pelaporan hasil

penilaian pengetahuan, begitu juga dengan pemahaman tentang deskripsi pelaporan

hasil penilaian otentik ranah penilaian keterampilan, menunjukkan sebagian besar

dan hampir guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang (92%) menyatakan

paham, dan sebagian kecil guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang (8%)

menyatakan tidak memahami tentang deskripsi pelaporan hasil penilaian

keterampilan.

Dapat dikatakan bahwa untuk pemahaman deskripsi pelaporan hasil penilaian

otentik, mulai dari pemahaman pelaporan hasil penilaian sikap spiritual, sikap sosial,

deskripsi pelaporan hasil penilaian pengetahuan, deskripsi pelaporan hasil penilaian

keterampilan, menunjukkan bahwa guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang

menyatakan (89%) cenderung paham, dan sebagian kecil (11%) menyatakan

cenderung tidak paham.


92

Setelah diketahui persentase setiap kumpulan komponen, maka dapat

disimpulkan persentase secara keseluruhan untuk indikator pemahaman konsep

penilaian otentik oleg guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang,

menunjukkan bahwa sebagian besar (94%) cenderung paham terhadap konsep

penilaian otentik, akan tetapi terdapat sebagian kecil dari guru-guru seni budaya

kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang yang menyatakan cenderung tidak

memahami, hal ini dapat diketahui dari jumlah persentase sebesar (6%) yang

menyatakan cenderung tidak paham.

2. Pemahaman Penerapan Konsep Penilaian Otentik

Tabel 4.29 Paparan hasil penelitian pemahaman penerapan konsep penilaian otentik

8%
92 %

3%
97 %

Tabel 4.30 Rata-rata persentase untuk pemahaman penerapan penilaian otentik secara
keseluruhan

6%

94 %

Untuk pemahaman penerapan konsep penilaian otentik pada komponen

instrumen penilaian otentik, sebagian guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota

Malang cenderung memahaminya, hal ini dapat dilihat dari jumlah persentase (92%)
93

yang menyatakan paham, dan sebagian kecil guru-guru seni budaya kelas VII se-

Kota Malang (8%) menyatakan tidak memahami penerapan instrumen penilaian

sikap spiritual dan sikap sosial. Untuk komponen pemahaman guru terhadap

penerapan instrumen penilaian otentik ranah pengetahuan menyatakan bahwa

sebagian besar dan hampir guru-guru seni budaya se-Kota Malang (100%)

menyatakan paham, begitu juga dengan pemahaman tentang penerapan instrumen

penilaian otentik ranah penilaian keterampilan, menunjukkan sebagian besar dan

hampir guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang (100%) menyatakan paham.

Dapat dikatakan bahwa untuk pemahaman penerapan konsep instrumen

penilaian otentik, mulai dari pemahaman penerapan instrumen penilaian sikap

spiritual, sikap sosial, penerapan instrumen penilaian pengetahuan, penerapan

instrumen penilaian keterampilan, menunjukkan bahwa guru-guru seni budaya kelas

VII se-Kota Malang menyatakan (97%) cenderung paham, dan sebagian kecil (3%)

menyatakan cenderung tidak paham.

Untuk penerapan instrumen penilaian otentik pada komponen memahami

penyusunan contoh instrumen penilaian otentik untuk ranah sikap spiritual dan sikap

sosial, sebagian guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang cenderung

memahaminya, hal ini dapat dilihat dari jumlah persentase (92%) yang menyatakan

paham, dan sebagian kecil guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang (8%)

menyatakan tidak memahami penyusunan contoh instrumen pada ranah sikap

spiritual dan sosial, untuk komponen pemahaman guru terhadap penyusunan contoh

instrumen pada ranah pengetahuan menyatakan bahwa sebagian besar dan hampir

guru-guru seni budaya se-Kota Malang (100%) menyatakan paham, begitu juga

dengan pemahaman pemahaman guru terhadap penyusunan contoh instrumen pada


94

ranah keterampilan, menunjukkan sebagian besar dan hampir guru-guru seni budaya

kelas VII se-Kota Malang (100%) menyatakan paham.

Dapat dikatakan bahwa untuk pemahaman penerapan konsep penilaian

otentik pada komponen instrumen penilaian otentik, menunjukkan bahwa guru-guru

seni budaya kelas VII se-Kota Malang menyatakan (97%) cenderung paham, dan

sebagian kecil guru-guru seni budaya kelas VII se-Kota Malang (3%) menyatakan

cenderung tidak paham.

Pemahaman konsep penerapan penilaian otentik pada komponen prinsip-

prinsip penilaian otentik oleh guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota

Malang cenderung paham, hal ini dapat dilihat dari hasil data penelitian yang

menyebutkan bahwa pada masing-masing item memiliki persentase yang sama,

yakni: komponen (1) pemahaman guru seni budaya terhadap penerapan prinsip-

prinsip pelaporan hasil penilaian sikap spiritual dan sosial, menunjukkan bahwa

sebagian besar (92%) guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang

menyatakan paham, akan tetapi tersisa (2%) dimana sebagian kecil dari guru-guru

seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan tidak paham. Untuk

pemahaman guru seni budaya terhadap penerapan prinsip-prinsip pelaporan hasil

penilaian pengetahuan, menunjukkan bahwa sebagian besar (92%) guru-guru seni

budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan paham, akan tetapi

tersisa (2%) dimana sebagian kecil dari guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri

se-Kota Malang menyatakan tidak paham, dan pemahaman guru seni budaya

terhadap penerapan prinsip-prinsip pelaporan hasil penilaian keterampilan,

menunjukkan bahwa sebagian besar (92%) guru-guru seni budaya kelas VII SMP

Negeri se-Kota Malang menyatakan paham, akan tetapi tersisa (2%) dimana sebagian
95

kecil dari guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan

tidak paham.

Dari paparan data hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang dalam

pemahaman konsep penerapan prinsip-prinsip penilaian otentik cenderung paham,

dengan persentase sejumlah (92%) dan cenderung tidak paham dengan persentase

sebesar (2%).

Secara keseluruhan untuk pemahaman penerapan konsep penilaian otentik

didapatkan hasil bahwa sebagian besar guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri

se-Kota Malang cenderung memahami dengan menunjukkan persentase sebesar

(94%) menyatakan cenderung paham, dan sebagian kecil guru-guru seni budaya

kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang cenderung tidak memahami penerapan

konsep penilaian otentik, ditunjukkan dengan persentase sejumlah (6%) yang

menyatakan cenderung tidak paham.

Tabel 4.30 Paparan hasil penelitian perencanaan penilaian otentik

8%
92 %

8%
92 %

5%
95 %

100 %

Tabel 4.31 Rata-rata persentase untuk perencanaan penilaian otentik secara keseluruhan
96

5%

95 %

Berdasarkan tabel 4.30 mengenai data yang diperoleh dari hasil penelitian

berkenaan dengan komponen perencanaan penilaian otentik, berupa angket yang

sudah disebarkan pada guru-guru seni budaya yang mengajar kelas VII SMP

Negeri se-Kota Malang dapat disimpulkan bahwa untuk teknik penilaian otentik

cenderung selalu, yakni dengan menyatakan persentase sebesar (100%), “selalu”

dalam penelitian yang dimaksudkan adalah cenderung selalu melaksanakan teknik

penilaian otentik, yakni berupa pencantuman teknik penilaian otentik oleh guru-

guru seni budaya di SMP Negeri se-Kota Malang kelas VII.

Pada komponen bentuk penilaian otentik oleh guru-guru seni budaya kelas

VII SMP Negeri se-Kota Malang secara keseluruhan cenderung selalu

melaksanakan, hal ini dapat dilihat dari persentase sebesar (95%), akan tetapi

terdapat sebagian kecil dan hampir tidak pernah guru-guru seni budaya kelas VII

SMP Negeri se-Kota Malang melaksanakan perencanaan bentuk penilaian otentik,

hal ini dapat dilihat dari (6%) responden menyatakan cenderung tidak pernah

melaksanakan perencanaan bentuk penilaian otentik. Adapun penjabaran

komponen tentang perencanaan bentuk penilaian otentik, yakni (1) Guru

mencantumkan bentuk penilaian sikap spiritual, dan sosial sesuai dengan

indikator, dengan persentase pencapaian (84%) cenderung selalu

melaksanakannya, dan terdapat persentase sebesar (17%) guru-guru seni budaya


97

kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang cenderung tidak pernah melaksanakan

perencanaan bentuk penilaian otentik sub. Pencantuman bentuk penilaian otentik

sikap spiritual dan sikap sosial sesuai dengan indikator, (2) Guru mencantumkan

bentuk penilaian pengetahuan sesuai dengan indikator, dapat diperoleh persentase

sebesar (100%) cenderung selalu melaksanakan, (3) Guru mencantumkan bentuk

penilaian keterampilan sesuai dengan indikator, dengan persentase sebesar (100%)

cenderung selalu melaksanakan.

Berdasarkan paparan hasil penelitian untuk perencanaan penilaian otentik

komponen instrumen penilaian otentik oleh guru-guru seni budaya kelas VII se-

Kota Malang secara keseluruhan cenderung selalu melaksanakan, hal ini dapat

diketahui dari jumlah persentase sebesar (92%) mengatakan cenderung selalu

melaksanakan, dan sebagian kecil dan hampir tidak pernah guru-guru seni budaya

kelas VII SMP se-Kota Malang cenderung tidak pernah melaksanakan

perencanaan instrumen penilaian otentik dengan persentase sebesar (8%)

meyatakan cenderung tidak pernah melaaksanakan. Kesimpulan secara

keseluruhan tersebut diperoleh dari rata-rata persentase untuk masing-masing item

yang terdapat pada perencanaan instrumen penilaian otentik, adapun item yang

dimaksudkan adalah, (1) Guru menyusun contoh instrumen penilaian sikap

spiritual dan sosial sesuai dengan kaidah pengembangan instrumen, menyatakan

(75%) selalu melaksanakan, dan (25%) cenderung tidak melaksanakan dalam

menyusun contoh instrumen penilaian sikap spiritual dan sosial sesuai dengan

kaidah pengembangan instrumen, (2) Guru menyusun contoh instrumen penilaian

pengetahuan sesuai dengan kaidah pengembangan instrumen, menyatakan (100%)

selalu melaksanakan, (3) Guru menyusun contoh instrumen penilaian


98

keterampilan sesuai dengan kaidah pengembangan instrumen, menyatakan

(100%) selalu melaksanakan.

Pada pedoman pensekoran penilaian otentik secara keseluruhan oleh guru-

guru seni budaya SMP Negeri se-Kota Malang kelas VII menyatakan (92%)

cenderung selalu melaksanakan, data ini diperoleh dari rata-rata persentase untuk

masing-masing komponen, yakni (75%) cenderung selalu melaksanakan

perencanaan pedoman pensekoran penilaian otentik dalam (1) Guru menggunakan

pedoman pensekoran penilaian sikap spiritual dan sosial (termasuk rubrik) sesuai

dengan instrumen, (2) Guru menggunakan pedoman pensekoran penilaian

pengetahuan (termasuk rubrik) sesuai dengan instrumen, menunjukkan persentase

(100%) cenderung selalu melaksanakan, (3) Guru menggunakan pedoman

pensekoran penilaian keterampilan (termasuk rubrik) sesuai dengan instrumen,

menunjukkan persentase (100%) cenderung selalu melaksanakan, akan tetapi

dalam perencanaan pedoman pensekoran penilaian otentik terdapat sebagian kecil

dan hampir tidak pernah dari guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-

Kota Malang dalam melaksanakannya dengan persentase sebesar (8%), data ini

diperoleh dari rata-rata persentase item (1) guru menggunakan pedoman

pensekoran penilaian sikap spiritual dan sosial (termasuk rubrik) sesuai dengan

instrumen, dalam data ini diperoleh persentase sebesar (25%) yang menyatakan

cenderung tidak pernah melaksanakan.

Tabel 4.31 Paparan hasil penelitian pelaksanaan penilaian otentik

2%
98 %

2%
27 % 73 % 98 %
99

27 %

73 %

Table 99.99 Rata-rata persentase untuk pelaksanaan penilaian otentik secara keseluruhan

14 %

86 %

Berdasarkan tabel 4.31 mengenai data yang diperoleh dari hasil penelitian

berkenaan dengan komponen pelaksanaan penilaian otentik, berupa angket yang

sudah disebarkan pada guru-guru seni budaya yang mengajar kelas VII SMP Negeri

se-Kota Malang dapat disimpulkan bahwa untuk pelaksanaan penilaian otentik oleh
100

guru pada kompetensi sikap diperoleh persentase sebesar (75%) cenderung

melaksanakan, dan hampir dari jumlah setengah guru (27%) cenderung tidak

melaksanakan, persentase secara keseluruhan diatas diperoleh dari rata-rata yang

terdapat dalam komponen pelaksanaan penilaian kompetensi sikap, adapun

komponennya adalah: (1) Menggunakan instrumen penilaian sikap spiritual dan

sosial oleh guru (lembar observasi sikap), dari data ini diperoleh persentase sebesar

(67%) menyatakan cenderung melaksanakan, dan hampir dari jumlah setengah guru

(33%) cenderung tidak pernah melaksanakan dalam penggunaan instrumen penilaian

sikap spiritual dan sosial berupa (lembar observasi sikap), (2) Guru menggunakan

penilaian sikap spiritual dan sosial selama proses pembelajaran dengan teknik

observasi dan jurnal, dari data ini diperoleh persentase sebesar (75%) menyatakan

cenderung melaksanakan, sebagian kecil dan hampir pernah guru (25%) cenderung

tidak pernah melaksanakan dalam penggunaan instrumen penilaian sikap spiritual

dan sosial selama proses pembelajaran dengan teknik observasi dan jurnal, (3) Guru

mendokumentasikan hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial, dari data

ini diperoleh persentase sebesar (75%) menyatakan cenderung melaksanakan,

sebagian kecil dan hampir pernah guru (25%) cenderung tidak pernah melaksanakan

dalam mendokumentasikan hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial, (4)

Menindak lanjuti hasil penilaian sikap spiritual dan sosial oleh guru (laporan dan

tindak lanjut lainnya, misalnya penguatan atau perbaikan sikap), dari data ini

diperoleh persentase sebesar (75%) menyatakan cenderung melaksanakan, sebagian

kecil dan hampir pernah guru (25%) cenderung tidak pernah melaksanakan dalam

menindak lanjuti hasil penilaian sikap spiritual dan sosial.


101

Berdasarkan hasil data penelitian pelaksanaan penilaian otentik untuk

komponen kompetensi keterampilan disimpulkan bahwa secara keseluruhan guru-

guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang selalu melaksanakan

pelaksanaan penilaian otentik ranah kompetensi keterampilan dengan persentase

sejumlah (98%), akan tetapi masih ada sebagian kecil dan hampir dari guru-guru seni

budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang tidak melaksanakan penilaian otentik

ranah kompetensi keterampilan, hal ini ditunjukkan dengan adanya persentase

sebesar (2%) yang menyatakan tidak pernah melaksanakan.

Kesimpulan umum diatas diperoleh dari rata-rata persentase dari beberapa

komponen, yakni: dalam kaitannya dengan (1) penggunaan instrumen penilaian

keterampilan (rubrik untuk: tes kinerja, proyek, portofolio), (2) penggunaan penilian

keterampilan yang relevan selama proses pembelajaran atau situasi tes kinerja, dan

(3) mendokumentasikan hasil penilaian keterampilan yang menunjukkan adanya

persentase sebesar (100%) selalu melaksanakan. Untuk komponen (4)

Menindaklanjuti hasil penilaian keterampilan oleh guru (laporan dan tindak lanjut

lainnya, misalnya remedial atau pengayaan), menunjukkan bahwa (92%) menyatakan

selalu melaksanakan, dan sebagian kecil dan hampir dari guru-guru seni budaya

kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan tidak pernah melaksanakan

dengan persentase sebesar (8%).

Dalam pelaksanaan penilaian otentik oleh siswa pada komponen menfasilitasi

penilaian siswa secara keseluruhan berdasarkan data yang diperoleh peneliti, guru-

guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota Malang menyatakan (73%) selalu

melaksanakan pelaksanaan menfasilitasi penilaian yang dilakukan oleh siswa, dan

hampir dari setengah jumlah guru-guru seni budaya kelas VII SMP Negeri se-Kota
102

Malang menyatakan tidak pernah melaksanakan pelaksanaan penilaian otentik dalam

pemfasilitasan penilaian yang dilakukan oleh siswa, pernyataan tersebut dapat dilihat

dari besarnya persentase yang menyatakan tidak pernah melaksanakan dengan

jumlah persentase (27%).

Berdasarkan data yang diperoleh melalui kolom dalam kuesioner, maka

secara keseluruhan ketidak pahaman dan ketidak melaksanakannya penerapan

penilaian otentik oleh guru-guru seni budaya dikarenakan oleh:

Tabel 4.32 Paparan hasil temuan ketidak pahaman dan ketidak melaksanakannya
penerapan penilaian otentik oleh guru

No. Indikator Hasil temuan penelitian


1. Pemahaman konsep penilaian Sebagian kecil guru-guru seni budaya cenderung menyatakan
otentik tidak paham karena masih terpaku dengan kurikulum lama
(KTSP), dan masih menyesuaikan dengan perubahan sistem
penilaian pada kurikulum baru (kurikulum 2013) sehingga
dalam mendeskripsikan pemahaman konsep penilaian otentik
berdasarkan komponen-komponen yang telah dipaparkan diatas
masih belum jelas.
Pemahaman penerapan konsep Sebagian kecil guru-guru seni budaya cenderung menyatakan
penilaian otentik tidak paham karena masih terpaku dengan kurikulum lama
(KTSP), dan masih menyesuaikan dengan perubahan sistem
penilaian pada kurikulum baru (kurikulum 2013) sehingga
dalam mendeskripsikan pemahaman penerapan konsep
penilaian otentik berdasarkan komponen-komponen yang telah
dipaparkan diatas masih belum jelas.

Banyaknya instrumen penilaian, utamanya sikap sehingga


menjadikannya kurang paham.
2. Perencanaan penilaian otentik Sebagian kecil guru-guru seni budaya cenderung menyatakan
tidak melaksanakan perencanaan penilaian otentik secara
mestinya dikarenakan keterbatasan tenaga, dan waktu.

3. Pelaksanaan penilaian otentik Sebagian kecil guru-guru seni budaya cenderung menyatakan
tidak melaksanakan penilaian otentik secara mestinya
dikarenakan keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya.
103

You might also like