Professional Documents
Culture Documents
1Giza E. E. Arikalang
2Edward Nangoy
2Christi D. Mambo
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas SamRatulangi Manado
Email: gizaarikalang.21@gmail.com
Abstract: Calculation of unit cost could give some information to healthcare policy. Broncho-
pneumonia is a lung inflammation disease that occurs in around 30% of babies with high mortality
risk. This study was aimed to determine the general depiction of unit cost calculation for
bronchopneumonia among pediatric patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital according to
clinical pathway. This was an observational retrospective study. Samples were obtained by using
random sampling as many as 42 samples that fulfilled inclusion criteria. Processed data included
patients’ demography, treatment, and the average of direct cost calculation. The results showed that
the implemented therapy consisted of antibiotic, non-antibiotic, fluid therapy, ancillary laboratory
examination, radiology, and ancillary diagnostics. Total cost for drugs was Rp. 8,822,455;
laboratory Rp. 28,568,725; radiology Rp. 9,912,400; and ancillary diagnostic examination Rp.
7,110,000. Compared to the cost covered by BPJS, the hospital had some excess as follows: drug
unit Rp. 958,549, radiology Rp. 1,771,517, and ancillary diagnostic examination Rp. 581,852. For
ancillary laboratory examination in the hospital, there was a difference as much as Rp. 1,341,276
less than the the BPJS coverage. Conclusion: There was an excess difference within drug unit,
radiology, and ancillary examinations for pediatric bronchopneumonia, while laboratorium unit
possess lesser cost than BPJS.
Keywords: bronchopneumnonia, cost unit
Abstrak: Perhitungan biaya satuan merupakan salah satu informasi masukan dalam pembuatan
kebijakan pelayanan. Bronkopneumonia ialah penyakit radang paru yang terjadi pada sekitar 30%
anak balita dengan risiko kematian yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran perhitungan biaya satuan pada pasien bronkopneumonia anak di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou berdasarkan clinical pathway. Jenis penelitian ialah observasional retrospektif. Sampel
penelitian dikumpulkan dengan metode random sampling berjumlah 42 sampel yang memenuhi
kriteria inklusi. Data meliputi data demografi pasien, gambaran pengobatan, dan penghitungan rata-
rata biaya langsung. Hasil penelitian mendapatkan bahwa terapi yang digunakan ialah antibiotik,
non antibiotik, terapi cairan, serta penunjang laboratorium, radiologi, dan penunjang diagnostik.
Total biaya untuk obat Rp. 8.822.455, laboratorium Rp. 28.568.725, radiologi Rp. 9.912.400, dan
penunjang diagnostik Rp. 7.110.000. Bila dibandingkan dengan biaya tanggungan BPJS, rumah
sakit memiliki selisih lebih pada unit obat sebanyak Rp. 958.549, radiologi Rp. 1.771.517, dan
penunjang diagnostik Rp. 581.852. Untuk penunjang laboratorium, terdapat selisih kurang sebesar
Rp. 1.341.276. Simpulan: Pada pengobatan bronkopneumonia anak terdapat perbedaan selisih lebih
pada unit obat, radiologi, dan penunjang diagnostik, serta terdapat selisih kurang pada unit
laboratorium
Kata kunci: bronkopneumonia, perhitungan biaya satuan
7
8 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2019
biaya total obat non-antibiotik Rp. berbeda-beda hal ini disebabkan oleh jumlah
1.210.668, dan biaya total terapi cairan Rp. penggunaan obat yang berbeda pada setiap
2.028.812, sehingga jumlah keseluruhan pasien. Biaya per pasien tertinggi pada
biaya obat ialah biaya total antibiotik pasien dengan lama rawat 11 hari Rp.
ditambah biaya total non antibiotik dan 4.935.131. Tingginya biaya pada pasien
biaya total terapi cairan sebanyak Rp. dengan 11 hari rawat disebabkan oleh
8.822.455, bila dibandingkan dengan biaya banyaknya biaya pemeriksaan penunjang
total klaim BPJS Rp. 9.781.004, terdapat laboratorium yang mencapai biaya Rp.
selisih lebih bagi rumah sakit yaitu sebanyak 4.050.000. Banyaknya biaya pemeriksaan
Rp. 958.549. Biaya penunjang laboratorium penunjang laboratorium oleh karena tinggi-
ialah Rp. 28.569.725 bila dibandingkan nya harga yang ditetapkan pada biaya per
dengan biaya klaim BPJS Rp. 27.218.449, satuan jenis pemeriksaan laboratorium, bila
rumah sakit memiliki selisih kurang dibandingkan dengan penghitungan biaya
sebanyak Rp. 1.351.276, sedangkan untuk per jenis pemeriksaan CRP ialah Rp.
penunjang radiologi dan penunjang diagnos- 128.188 tetapi untuk tagihan pada pasien
tik elektromedik masing-masing memiliki dengan 11 hari rawat inap untuk pemerik-
selisih lebih Rp. 1.886.817 dan Rp. 581.852. saan CRP Rp. 327.600. Demikian pula
Pengeluaran biaya terbesar untuk dengan pemeriksaan laboratorium lain yang
pengobatan ialah pada unit laboratorium, digunakan oleh pasien ini seperti darah rutin
sedangkan pengeluaran biaya terendah pada pada penghitungan biaya satuan per jenis
unit penunjang diagnostik. Pemeriksaan pemeriksaan Rp. 59.389 tetapi untuk pasien
penunjang digunakan untuk menunjang ini biaya untuk sekali pemeriksaan darah
diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan rutin Rp. 134.400. Selain adanya pening-
radiologi bronkopneumonia dibutuhkan katan biaya dari harga satuan, menurut
untuk melihat ada tidaknya bercak infiltrat peneliti ini disebabkan oleh banyaknya
pada kedua lapang paru sedangkan penun- varian jenis pemeriksaan laboratorium yang
jang diagnostik elektromedik seperti tes digunakan. Indikasi banyaknya varian
kulit hipersensivitas dan obat untuk mencari pemeriksaan ini dapat diketahui bila ada
jika terdapat reaksi alergi. Pada pemeriksaan wawancara langsung dengan petugas yang
laboratorium berdasarkan clinical pathway bersangkutan.
penelitian ini terdapat varian pemeriksaan, Dari hasil penelitian untuk unit obat
yang juga dapat meningkatkan biaya tagihan ditemukan bahwa terdapat 4 kasus mirip
rumah sakit terhadap pasien. Indikasi dengan clinical pathway yaitu penggunaan
adanya pemeriksaan varian pada penelitian antibiotik lini pertama (kombinasi ampisilin
ini belum dapat ditentukan oleh peneliti dan kloramfenikol), pemberian analgetik-
karena butuh wawancara mendalam dengan antipiretik, dan lain-lain yang mencakup
petugas yang bersangkutan. pemberian terapi cairan, mukolitik, dan
Lama hari rawat setiap pasien berdasar- bronkodilator. Untuk perhitungan biaya
kan hasil penelitian ini berbeda-beda, satuan unit obat pada 4 kasus ini berdasar-
sehingga peneliti menghitung biaya per kan rumus biaya total dibagi jumlah produk/
pasien berdasarkan lama hari rawat. jasa maka perhitungannya Rp. 940.081 bagi
Perhitungan dimulai dengan mengelom- 4 biaya satuan obat Rp. 235.020
pokkan pasien berdasarkan lama hari Menurut peneliti, dengan melihat biaya
rawatnya, kemudian menghitung biaya satuan perjenis obat maupun penunjang
satuan per unit (obat, penunjang labora- dapat menghitung kisaran harga berdasar-
torium, penunjang diagnostik elektromedik, kan clinical pathway yang ada. Pada hari
penunjang radiologi) dengan cara jumlah pertama dari clinical pathway disarankan
seluruh biaya per unit dibagi dengan jumlah untuk melakukan pemeriksaan penunjang
pasien. Setelah mendapat biaya satuan per radiologi dan laboratorium yang mencakup
unit, ditotalkan jumlah seluruh unit. Hasil pemeriksaan darah rutin, analisis gas darah,
penelitian menunjukkan biaya per hari rawat C-reaktif protein (CRP), gula darah sewaktu
12 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2019
(GDS), kultur darah, dan pemeriksaan laju Banyaknya biaya laboratorium meng-
endap darah, serta pengobatan yang akibatkan peningkatan jumlah biaya, yang
disarankan untuk usia >2 bulan antibiotik bila dilihat dari clinical pathway tidak
lini satu atau lini dua, kortikosteroid, semua pemeriksaan laboratorium harus
antipiretik-analgetik, dan terapi lainnya. diberikan.
Berdasarkan biaya satuan pemeriksaan Total biaya satuan rata-rata per pasien
laboratorium yang ada dan sesuai dengan ialah Rp. 1.480.631. Tingginya biaya rawat
clinical pathway ialah pemeriksaan CRP, pada 11 hari rawat disebabkan banyaknya
darah rutin, dan GDS. Dari data biaya satuan pemeriksaan laboratorium dan tingginya
yang ada, dapat ditarik harga untuk biaya satuan per jenis pemeriksaan yang
pemeriksaan radiologi Rp. 241.765, peme- ditagih untuk pasien dengan 11 hari rawat.
riksaan laboratorium CRP Rp. 128.188, Bila dibandingkan dengan klaim BPJS,
darah rutin Rp. 59.389, dan GDS Rp. maka untuk biaya total per satuan unit
41.575, sehingga jumlah pemeriksaan terdapat selisih lebih pada unit obat, radio-
penunjang Rp. 470.917 yang bila diban- logi, dan penunjang diagnostik, sedangkan
dingkan biaya satuan laboratorium pada 42 untuk penunjang laboratorium terdapat
kasus yang ada Rp. 732.557 maka dapat selisih kurang. Untuk per hari rawat pasien,
menghemat biaya Rp. 261.640. pada hari rawat 2, 3, dan 4 terdapat selisih
Begitu juga dengan penggunaan obat lebih, sedangkan untuk hari rawat 5 hari, 6
berdasarkan clinical pathway tanpa melihat hari, 7 hari, dan 11 hari terdapat selisih
terapi lain-lain, bila dihitung berdasarkan kurang.
biaya satuan per jenis obat, maka untuk
ampisilin injeksi Rp. 12.478, kloramfenikol SARAN
injeksi Rp. 14.045, seftriakson injeksi Rp. Disarankan untuk penelitian lanjutan
18.304, analgetik-antipiretik (parasetamol agar dapat memberikan lebih banyak ma-
sirup) Rp. 4.663, dan kortikosteroid (deksa- sukan ke rumah sakit dalam proses evaluasi
metason) Rp. 2.188. Untuk pasien dengan upaya perbaikan kebijakan pelayanan.
pengobatan lini satu ampisilin tunggal maka Penelitian yang dilakukan hanya meng-
biaya ialah Rp. 19.259, pasien pengobatan gunakan penghitungan biaya satuan pada
lini satu kombinasi ampisilin dengan biaya medis langsung. Perlu pengembangan
kloramfenikol Rp. 33.304, dan untuk pasien penelitian dengan menghitung biaya tidak
pengobatan lini dua seftriakson Rp. 25.155. langsung untuk menggunakan metode-
Biaya yang dihitung ialah biaya taksiran metode dalam studi farmakoekonomi.
menurut peneliti berdasarkan clinical Tidak adanya wawancara mendalam
pathway dan biaya satuan per jenis. Biaya dengan petugas yang bersangkutan membuat
dapat bertambah tergantung jenis obat dan peneliti tidak dapat menentukan indikasi
berapa banyak obat yang digunakan serta pemeriksaan varian pada pemeriksaan
jenis pemeriksaan penunjang yang dibutuh- penun-jang, sehingga disarankan untuk
kan dilihat dari keadaan klinis pasien. Obat penelitian selanjutnya agar peneliti dapat
yang digunakan untuk setiap pasien dapat mewawancarai petugas yang bersangkutan.
berbeda-beda oleh sebab adanya keragaman Untuk perbedaan data antara data
respon tubuh terhadap pengobatan. keuangan dan data rekam medik, diharapkan
dapat menjadi bahan evaluasi bersama agar
SIMPULAN pada penelitian selanjutnya data yang
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dipakai tidak terdapat perbedaan dan
disimpulkan bahwa perbedaan biaya obat perhitungan biaya menjadi lebih baik.
bergantung jenis obat yang diberikan. Dari
perhitungan biaya ini, data yang dihitung DAFTAR PUSTAKA
ialah dari data keuangan, namun terdapat 1. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM.
beberapa perbedaan data penggunaan obat Pneumonia. Charles G, penyunting.
antara data rekam medis dan data keuangan. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2
Arikalang, Nangoy, Mambo: Perhitungan biaya satuan … 13
(15th ed). Jakarta: EGC, 2000; p. 883-9. faktor risiko dan karakteristik gejala
2. Fadhila A. Penegakan diagnosis dan penata- klinis dengan kejadian pneumonia pada
laksanaan bronkopneumonia pada balita. Global Medical and Health
pasien bayi laki-laki berusia 6 bulan. Communica-tion. 2016;4(1).
Medula. 2013;1(2):1-10. 10. Hartati S, Nurhaeni N, Gayatri D. Faktor
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. risiko terjadinya pneumonia pada anak
Data dan informasi profil kesehatan balita. Jurnal Keperawatan Indonesia.
Indonesia 2017. 2018 [cited 2018 Dec 2012;15(1):13-20.
11]. Available from: http://www. 11. Utsman P. Evaluasi penggunaan antibiotic
depkes.go.id/resources/download/ pada balita penderita pneumonia rawat
pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/ inap di RSUD Tidar kota Magelang
Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan- tahun 2016. [Skripsi]. Surakarta: Uni-
Indonesia-2017.pdf versitas Muhammadiyah Surakarta;
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017.
Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan 12. Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Kesehatan Nasional dalam Sistem Fakultas Kedokteran Universitas Indo-
Jaminan Sosial Nasional. 2013. [cited nesia. Farmakologi dan Terapi (5th ed).
2018 Sept 24]. Available from: Jakarta: FKUI, 2012.
http://www.depkes.go.id/resources/ 13. Yanti YE. Rasionalitas penggunaan anti-
download/jkn/buku-pegangan- biotika pada pasien rawat inap balita
sosialisasi-jkn.pdf penderita pneumonia dengan pende-
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia katan metode gyssens di RSUD Sultan
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kese- Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak
hatan. Rencana strategis bisnis tahun [Skripsi]. Pontianak: Universitas
2015-2019 RSUP Prof. Dr. R. D. Tanjungpura; 2016.
Kandou Manado revisi III. 2016. [cited 14. World Health Organization. Buku Saku
2018 Sept 19]. Available from: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
https://www.rsupkandou.com/assets/ Sakit. 2008. [cited 2018 Dec 12].
doc/renstra2016.pdf Available from: http://www.searo.who.
6. Hidhayanto W. Analisis biaya satuan (unit int/indonesia/documents/97897919477
cost) pelayanan rumah sakit: pentingnya 01-buku-saku-kesehatan-anak-
“unit cost”, teori biaya, teknik indonesia.pdf?ua=1
perhitungan, serta kemanfaatannya bagi 15. Confalonieri M. Kodric M. Santagiuliana
rumah sakit. 2009. p. 1-39. Available M. Longo C. Biolo M. Cifaldi R. et al.
form: https://kupdf.net/.../ perhitungan- To use or not use corticosteroids for
unit-cost-ruah-sakit_5a3a1c08e2. pneumonia? A clinician’s perspective.
7. Rascati KL. Essentials of Pharmacoeconomic Monaldi Arch Chest Die. 2012;77(2):
(2nd ed). Philadelphia: Wolters Kluwer, 94-101.
2014; p. 1-8. 16. Ardayati S, Kurniawan NU, Darmawan E.
8. Kaunang CT, Runtunuwu AL, Wahani Pengaruh pemberian steroid sebagai
AMI. Gambaran karakteristik terapi tambahan terhadap rata-rata lama
pneumonia pada anak yang dirawat di pasien dirawat di rumah sakit dan tanda
ruang perawatan intensif anak RSUP klinis pada anak dengan pneumonia.
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Jurnal Farmasi Klinik Indonesia.
2013-2015. eCl. 2016;4(2). 2017;6(3):181-9.
9. Garina LA, Putri SF, Yuniarti. Hubungan