You are on page 1of 4

Motif Batik Khas Lampung

Motif Batik Lampung merupakan motif batik yang berasal dari hasil pengembangan motif kain
tradisional banyak dijumpai diantaranya adalah Motif Gamolan, Motif Batik Siger, Motif Batik Kupu-kupu
dan juga Motif Batik Gajah. Beberapa motif ini merupakan sebuah bentuk pengembangan motif batik
dan juga budaya yang saat ini dibuat dalam bentuk sebuah kain dengan motif batik. berbagai motif batik
ini seperti juga wilayah lain, adalah motif yang mengangkat kebudayaan daerah Lampung ini dalam
permukaan kain batiknya.

Dengan adanya perkembangan dalam dunia busana dan juga adanya perubahan budaya dari budaya
lama yang berkembang menjadi budaya modern, seni pembuatan kain batik telah mengalami banyak
pengembangan baik dari segi desain dan juga dari segi motif batik yang dibuat oleh para seniman batik
di wilayah ini.

Motif Batik lampung yang banyak dibuat saat ini adalah motif batik dengan gaya kontemporer tetapi
tetap menggunakan kebudayaan dari masyarakat Lampung sebagai ciri khasnya. Motif batik yang
menggunakan budaya daerah ini membuat batik yang ada di Lampung ini tetap memiliki makna dan juga
mengandung makna filosofis dalam motif batik buatan para seniman nya.

Dengan begitu masyarakat Lampung tetap dapat merasakan kebanggaan terhadap budaya mereka
sendiri dengan menggunakan baju batik yang memiliki ciri khas dari wilayah mereka. Salah satu motif
batik tradisional Lampung yang hingga saat ini masih tetap ada dan di suka adalah motif batik sembagi.
Motif batik ini adalah motif batik asli dari daerah lampung yang telah menjadi kain yang dipakai untuk
adat dan telah menjadi kain khusus dalam adat yang dipakai sebagai kain yang menutupi mayat.

Batik dengan motif sembagi ini merupakan kain untuk menutupi mayat yang memiliki bentuk motif
dengan warna yang khusus yaitu warna gelap. Sementara untuk batik dengan warna terang merupakan
jenis motif batik yang lebih banyak dipakai untuk busana dan juga dijadikan sebagai baju batik. Motif
batik sembagi ini banyak juga yang dikembangkan oleh para seniman batik daerah ini dengan
menciptakan Motif Batik Sembagi Belando dan juga Sembagi Sekebar. Batik dari daerah lampung ini
dapat dilihat memiliki ciri khas bentuk bunga kaca piring kemudian sepedundung dan beberapa ciri khas
lainnya.

Bahan pembuatan batik lampung

1. Canting, adalah alat tulis lilin yang digunakan untuk menutupi pola dan motif batik. Jadi fungsinya
seperti pensil untuk lilin

2. Pensil pola
3. Kain mori putih yang biasanya kain sutera atau kain katun

4. Lilin malam (wax)

5. Kompor atau alat pemanas lilin malam (wax)

6. Bahan pewarna kain

Proses Detail Pembuatan Batik lampung

1. Siapkan kain mori/ sutra, kemudian dibuat motif diatas kain tersebut dengan menggunakan pensil.

2. Setelah motif selesai dibuat, sampirkan atau letakkan kain pada gawangan

3. Nyalakan kompor/ anglo, letakkan malam/ lilin ke dalam wajan/ nyamplung, dan panaskan wajan
dengan api kecil sampai malam/ lilin mencair sempurna. Untuk menjaga agar suhu kompor/ anglo stabil
biarkan api tetap menyala kecil.

4. Tahap selanjutnya, menutupi kain dengan malam/ lilin pada bagian-bagian yang akan tetap berwarna
putih (sama dengan warna dasar kain). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran
besar. Proses ini bertujuan agar pada saat pencelupan bahan/ kain kedalam larutan pewarna bagian
yang diberi lapisan malam/ lilin tidak terkena pewarna.

5. Pada proses membatik dimulai dengan mengambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting,
tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas kemudian torehkan/ goreskan canting dengan mengikuti motif.
Dalam proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan sampai malam yang cair menetes diatas
permukaan kain, karena akan mempengaruhi hasil motif batik.

6. Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna atau diberi warna yang lain tertutup oleh malam/lilin,
selanjutnya dilakukan proses pewarnaan. Siapkan bahan pewarna di dalam ember, kemudian celupkan
kainnya ke dalam larutan pewarna. Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh
malam/ lilin. Pewarnaan dilakukan dengan cara mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu. Kain
dicelup dengan warna yang dimulai dengan warna-warna muda, dilanjutkan dengan warna lebih tua atau
gelap pada tahap berikutnya.

7. Setelah dicelupkan dalam pewarna, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.

8. Setelah kering dilakukan proses pelorodan, proses tehnik “pelorodan” dilakukan dengan cara lilin
dikerik dengan pisau, kemudian kain di rebus bersama-sama dengan air yang telah diberi soda abu, atau
menggunakan tehnik pelepasan lilin dengan dilumuri bensin, kemudian Kain disetrika sehingga lilin
menjadi meleh. Dari keempat jenis pelepasan lilin di atas, tehnik perebusan kain dengan soda abu dan
tehnik setrika adalah yang lazim digunakan oleh pembatik tradisional.

9. Kain yg telah berubah warna tadi direbus dalam air panas. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan
lapisan malam/ lilin sehingga motif yg telah digambar menjadi terlihat jelas. Apabila diinginkan beberapa
warna pada batik yg kita buat, maka proses dapat diulang beberapa kali tergantung pada jumlah warna
yg kita inginkan.

10. Setelah kain bersih dari malam/ lilin dan dikeringkan, dapat dilakukan kembali proses pembatikan
dengan penutupan malam/ lilin menggunakan alat canting untuk menahan warna berikutnya.
11. selanjutnya proses pencelupan warna yang kedua, dengan memberikan malam/ lilin lagi, pencelupan
ketiga dst. Misalkan dalam satu kain diinginkan ada 5 warna maka proses diatas tadi diulang sebanyak
jumlah warna yg diinginkan berada dalam kain tsb satu persatu lengkap dengan proses membuka/nglorot
dan menutup malam/ lilin dilakukan berulang kali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas
motif yang diinginkan.

12. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dan
soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan.

13. Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur sebelum dapat digunakan dan
dipakai.

Pengambilan motif-motif yang mempunyai ciri khas di sekitar wilayah kota Lampung
membuat batik Lampung itu sendiri mampu memberikan kesegaran baru atau oase
dalam ragam batik nusantara. Saat ini tak hanya tempat kerja atau acara resmi lainnya
saja, akan tetapi model baju batik Lampung pun kini mulai kaya akan kombinasi desain
yang fashionable.

Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk lebih mengenalkan batik lampung ke
seluruh penjuru dunia yaitu dengan mengadakan kerjasama dengan lembaga-lembaga
terkait dengan lini busana seperti desainer baju, pengelola event-event busana seperti
JFW, dan sejenisnya juga pemerintah setempat terutama departemen pendidikan dan
kebudayaan, dan pariwisata. Usaha lain guna memajukan Batik Lampung dengan
membudayakan pakaian batik lampung dilingkungan instansi pemerintah dan swasta.

Sejarah Batik Lampung

Batik lampung muncul karena gagasan salah satu penduduk Jawa yang lama menetap di wilayah
lampung yaitu Gatot Kartiko dengan ide kreatif mengembangkan corak atau motif batik dari kain
tenun tradisional lampung yaitu kain tapis dan siger. Perkembangan batik lampung cukup pesat
ketika mulai dikenakan oleh Mantan gubernur Lampung bapak Sjachroedin Z.P.

 Makna dan filosofi batik lampung tidak seperti pada batik Jawa pada umumnya, lebih kepada
kekayaan motif batik yang menunjukkan identitas lampung itu sendiri. Jika ditinjau dari sudut
sejarah batik lampung, tidak menunjukkan fakta-fakta sejarah yang mengurucut pada suatu
budaya membatik pada masa lampau, sehingga batik lampung ada karena dikembangkan atas
dasar bisnis yang menonjolkan ciri khas daerah dari kota lampung itu sendiri seperti halnya pada
batik jember yang dibuat karena faktor bisnis yang dipadu dengan ciri khas kota tersebut.
 Batik lampung makin populer saat dikenakan oleh mantan presiden RI yang sangat mencintai
batik indonesia yaitu bapak Susilo Bambang Yudhoyono ketika menghadiri acara HIMPI di
Lampung. Ragam batik lampung jika ditinjau dari proses pembuatannya, terdapat 3 jenis batik
yaitu batik tulis, batik cap, dan batik tulis dengan motif full lampung. Harga dari selembar kain
batik lampung ini hampir sama dengan harga batik pada umumnya mulai dari kisaran 75 ribu
rupiah sampai dengan satu juta-an, tergantung dari jenis bahan kain batik itu sendiri.

Tahun 2012 merupakan tahunnya batik lampung dimana para menteri waktu itu mengenakan batik
lampung dalam kegiatan bekerjanya hingga memberikan efek yang domino terhadap batik lampung.
Masyarakat internasional mulai mengenal dan tertarik untuk ikut mengenakan motif batik lampung
sebagai tambahan referensi fesyen mereka, terutama para fashionista dan pria maskulin. Sayangnya
para desainer indonesia belum banyak yang menggunakan motif lampung ini dalam padu padan busana
rancangan mereka, mungkin karena faktor makna filosofi dari kain batik itu sendiri.

Dalam referensi lain sejarah motif batik lampung menyebutkan bahwa Lampung sudah mengenal seni
kain mulai abad ke 18, terbukti dengan adanya kain tapis (kain tenun ikat), sebage, bidak, teppal, cindai,
selekap, nampan, dan peleppai (kain bermotif kapal). Perkembangan motif batik lampung dimulai pada
sekitar tahun 1970 oleh seorang budayawan lampung yaitu Andrean Sangaji yang bisa dikatakan ikut
mem-populerkan motif batik perahu dan motif batik pohon hayat atau pohon kehidupan yang sangat
dipengaruhi oleh budaya hindu-budha lampau. Motif batik lampung yang berkembang saat ini
merupakan motif batik lampung modifikasi atau kreasi untuk menambah kekayaan ragam motif batik
lampung agar pecinta batik indonesia mempunyai banyak pilihan seperti motif gamolan, kupu-kupu,
siger, dan gajah.

You might also like