You are on page 1of 11

1

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPERAWATAN


TENTANG KODE ETIK PROFESI DAN CARING

Selvyyanny Tedjomuljo1, Efy Afifah2


1. Program Studi S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat-16424
2. Departemen Dasar Keperawatan Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok, Jawa Barat-16424

e-mail: selvyyanny.tedjomuljo@gmail.com

Abstrak

Kode etik dan caring harus diketahui oleh mahasiswa keperawatan karena kedua hal tersebut merupakan dasar
dari profesi keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang kode
etik keperawatan dan caring pada mahasiswa FIK UI. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan
cross sectional terhadap 226 mahasiswa FIK UI yang diambil dengan teknik simple random sampling. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa FIK UI memiliki tingkat pengetahuan yang baik (92%) mengenai
kode etik secara umum dan cukup (47,3%) mengenai caring profesi keperawatan. Direkomendasikan untuk
institusi pendidikan keperawatan agar dapat memberikan edukasi dan memotivasi mahasiswa untuk
mempraktikkan pengetahuan kode etik dan caring yang telah diberikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci : caring, kode etik keperawatan, mahasiswa keperawatan, tingkat pengetahuan

Abstract

Nursing students have to know about code of ethics and caring because both of them are fundamental on
nursing profession. This study used to know a representation of the level of knowledge of the nursing
profession's code of ethics and caring among nursing students in Universitas Indonesia. This study used
decriptive with cross sectional approach among 226 nursing students University of Indonesia by using simple
random sampling methods. The results showed that nursing student in Universitas Indonesia (92%) has a good
level of knowledge of the nursing profession's code of ethics and (47,3%) respondents has a fair level of
knowledge of caring in the nursing profession. It was recommended for nursing faculty to give education and
motivate students to practice the knowledge of the nursing profession's code of ethics and caring in daily
activities.

Key words : caring, code of ethics level of knowledge, nursing faculty, nursing students

Pendahuluan telah menjadi mahasiswa dan menempuh


pendidikan keperawatan, yaitu
Keperawatan sangat penting dalam memberikan kesempatan untuk menambah
kehidupan manusia, karena dalam pengetahuan seseorang mengenai isu-isu
penyediaan pelayanan kesehatan, etis dan cara mengambil keputusan, serta
keperawatan digambarkan sebagai profesi mendapat bimbingan dalam praktik
yang bekerja dengan penuh kasih dan menjadi seorang perawat (Numminen,
caring (Scott, Matthews, & Kirwan, 2014). Arend, & Kilpi, 2009)
Namun, kenyataan yang didapat pada
keperawatan di Indonesia adalah masih Kode etik merupakan pedoman dan
cukup banyak jumlah perawat yang belum kerangka kerja saat melakukan praktik
kompeten dan bertanggung jawab selama sehingga berjalan sesuai dengan standar
menjalankan asuhan keperawatan praktik yang telah ditentukan oleh tiap
dilakukan perawat saat memberikan organisasi profesi nasional, di Indonesia
asuhan keperawatan. Sebelum seorang dikelola oleh Persatuan Perawat Nasional
perawat terjun dalam dunia praktik, ia Indonesia (PPNI). Oleh karena itu, penting
2

bagi mahasiswa untuk diajarkan kode etik dan caring pada mahasiswa keperawatan
agar saat menjadi perawat dapat masih sangat jarang ditemukan. Oleh
menegakkan melalui kejujuran dan karena itu, studi untuk menggambarkan
integritas profesi. tingkat pengetahuan mengenai kode etik
dan caring pada mahasiswa keperawatan
Dalam penelitian Hajbaghery dan Dianati perlu dilakukan, karena mahasiswa
(2005) menunjukkan bahwa 45% keperawatan adalah generasi penerus
mahasiswa keperawatan kurang memiliki perawat yang nantinya akan memberikan
kepribadian yang sesuai untuk profesi asuhan keperawatan pada klien.
keperawatan. Penelitian lainnya, yaitu
penelitian kualitatif oleh Brubaker (2005) Metode
menunjukkan bahwa caring mahasiswa
keperawatan di Illinois State University Penelitian ini menggunakan desain
masih dinilai rendah dan belum deskriptif dengan pendekatan cross-
berkembang oleh pengajar. Studi sectional untuk meneliti gambaran tingkat
pendahuluan yang dilakukan dalam pengetahauan mahasiswa mengenai kode
penelitian ini juga mendapatkan bahwa etik dan caring profesi keperawatan.
60% menjawab FIK UI bukan merupakan Teknik sampling yang digunakan adalah
pilihan pertama dan keinginan menjadi simple random sampling, yaitu peneliti
perawat bukanlah merupakan keinginan memilih secara acak responden penelitian.
yang muncul dalam hati seseorang. Peneliti mendistribusikan 230 kuesioner
Melalui penelitian tersebut, peneliti dan berhasil mengumpulkan 226 kuesioner
kemudian menyadari bahwa kurangnya dengan 4 kuesioner dianggap sebagai data
kepribadian untuk menjadi seorang drop out.
perawat dapat berdampak terhadap
perilaku mahasiswa dalam perkuliahan. Kuesioner yang disebar terdiri dari 3
bagian, yaitu A untuk data demografi, B
Peneliti masih melihat beberapa untuk mengukur tingkat pengetahuan kode
pelanggaran yang tidak sesuai dengan kode etik keperawatan, dan C untuk mengukur
etik dan caring dilakukan oleh mahasiswa, tingkat pengetahuan caring pada profesi
seperti datang terlambat, kurang disiplin keperawatan. Kuesioner untuk mengukur
dalam mengumpulkan tugas, dan masih tingkat pengetahuan kode etik keperawatan
sering menggunakan pakaian yang tidak dibagi menjadi tujuh sub variabel, yaitu
dianjurkan. Selain itu, hasil penelitian sejarah kode etik keperawatan, definisi dan
Milanti (2007) menggambarkan bahwa fungsi, perawat dan klien, perawat dan
perbandingan sikap caring dan non caring praktik, perawat dan masyarakat, perawat
mahasiswa yaitu 3:2, yang menandakan dan teman sejawat, serta perawat dan
bahwa perbedaan hanya terpaut satu angka profesi yang dibuat ke dalam 26
sehingga mahasiswa yang masih memiliki pernyataan. Kuesioner untuk mengukur
sikap non caring juga tidak sedikit tingkat pengetahuan caring dibuat ke
jumlahnya, seperti tidak saling mengenal dalam 23 pernyataan dengan sub variabel
antar mahasiswa FIK UI dari berbagai pengertian caring dan 10 faktor karatif
angkatan, kurang saling menyapa antara Watson. Adapun 10 faktor karatif Watson,
sesama mahasiswa. terdiri dari 1) sistem nilai kemanusiaan dan
altruistis; 2) harapan akan kepercayaan; 3)
Penelitian terkait tindakan perawat yang kepekaan pada diri sendiri dan orang lain;
belum sesuai dengan kode etik dan caring 4) hubungan saling percaya; 5) curahan
dalam ranah keperawatan telah banyak perasaan positif dan negatif; 6)
dilakukan. Namun, penelitian mengenai penggunaan metode sistematis dalam
tingkat pengetahuan mengenai kode etik memecahkan masalah; 7) proses belajar-
3

mengajar interpersonal; 8) lingkungan Mayoritas responden memiliki tingkat


fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual pengetahuan yang baik mengenai kode etik
yang mendukung; 9) memenuhi kebutuhan keperawatan secara umum. Namun, dalam
dasar; 10) upaya menghargai kehidupan 7 sub variabel kode etik keperawatan,
didapatkan hasil bahwa 70,4% responden
Penelitian ini menghargai hak asasi memiliki tingkat pengetahuan yang kurang
reponden dengan tidak memaksa calon terhadap sejarah kode etik keperawatan
responden untuk menjadi responden, dan 97,8% responden memiliki tingkat
sehingga peneliti menggunakan informed pengetahuan cukup terhadap definisi dan
consent sebagai tanda bahwa responden fungsi kode etik. Tabel 2 menunjukkan
benar-benar bersedia tanpa paksaan. Selain distribusi tingkat pengetahuan responden
itu, setiap responden diperlakukan secara mengenai kode etik keperawatan.
adil, dan diyakinkan bahwa penelitian ini
tidak merugikan responden karena data Tabel 2 Distribusi frekuensi pengetahuan
tentang kode etik keperawatan responden di
data yang diberikan bersifat rahasia Fakultas Ilmu Keperawatan UI, Mei Tahun
(Nursalam, 2008). Pengolahan data 2015 (n=226)
kuesioner menggunakan aplikasi SPSS. Variabel Kategori Frekuensi Persentase
Analisis yang digunakan dalam penelitian (n) (%)
ini adalah analisis univariat, yang Pengetahuan Baik 208 92
bertujuan untuk menjelaskan dan kode etik Cukup 17 7,5
keperawatan Kurang 1 0,5
mendeskripsikan karakteristik variabel secara umum
menjadi informasi yang mudah dipahami
(Budiharto, 2008). Mayoritas reponden memiliki tingkat
pengetahuan cukup mengenai caring
Hasil secara umum. Pengetahuan mengenai
caring dibagi ke dalam 11 sub variabel,
Responden pada penelitian ini adalah yaitu pengertian caring dan 10 faktor
mahasiswa yang berjumlah 226 orang karatif caring menurut Watson. Hasil yang
dengan rentang usia 17-23 tahun. Hasil didapatkan adalah sebagian besar
estimasi intercal menunjukkan bahwa 95% mahasiswa (n=192, 85%) memiliki tingkat
responden berusia 20,27-20,55. Mayoritas pengetahuan kurang mengenai sistem nilai
responden pada penelitian ini berjenis kemanusiaan dan altruistis. Sebagian besar
kelamin perempuan (n=214, 94,7%). mahasiswa (n=146, 64,6%) juga memiliki
Sementara, jumlah responden di tiap tingkat pengetahuan kurang mengenai
angkatan hampir sama. Tabel 1 penggunaan metode sistematis dalam
menunjukkan karakteristik responden memecahkan masalah. Sebanyak 172
berdasarkan jenis kelamin dan angkatan. orang (76,1%) memiliki tingkat
pengetahuan kurang mengenai proses
belajar mengajar interpersonal. Tabel 3
menunjukkan distribusi tingkat
Tabel 1 Distribusi frekuensi angkatan di
Fakultas Ilmu Keperawatan UI, Mei Tahun pengetahuan responden mengenai caring
2015 (n=226) profesi keperawatan.
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Jenis kelamin Tabel 3 Distribusi frekuensi pengetahuan
Laki-laki 12 5,3 tentang caring profesi keperawatan responden
Perempuan 214 94,7 di Fakultas Ilmu Keperawatan UI, Mei Tahun
2015 (n=226)
Angkatan Variabel Kategori n %
2011 74 32,75 Pengetahuan Baik 96 42,5
2012 74 32,75 caring Cukup 107 47,3
2013 78 34,5 Kurang 23 10,2
4

Mayoritas responden yang memiliki tersebut, didapatkan bahwa usia seseorang


tingkat pengetahuan baik mengenai kode merupakan salah satu variabel yang
etik keperawatan, yaitu angkatan 2013 mempengaruhi perkembangan kemampuan
(n=72). Selain itu, mayoritas responden kognitif.
yang memiliki tingkat pengetahuan baik
mengenai caring adalah angkatan 2011 dan Responden dalam penelitian ini didominasi
2012 (n=36). Tabel 4 dan 5 menunjukkan oleh perempuan (n=214). Hasil ini serupa
distribusi tingkat pengetahuan mengenai dengan penelitian Indrawati (2012) yang
kode etik dan caring berdasarkan angkatan. mendapatkan hasil bahwa 93,1%
respondennya mayoritas adalah
Tabel 4 Distribusi frekuensi pengetahuan
perempuan. Fakta ini selaras dengan
tentang kode etik keperawatan responden
berdasarkan angkatan di Fakultas Ilmu pernyataan Riverby tahun 1987 mengenai
Keperawatan UI, Mei Tahun 2015 (n=226) perawat yang dianggap sebagai pekerjaan
Pengetahuan tentang kode etik perempuan karena perempuan memiliki
Angkatan keperawatan peran biologis untuk mengasuh dan
Baik Cukup Kurang merawat anak dalam keluarga (Radsma,
2011 68 6 0
2012 68 6 0
1994). Selain itu, penelitian-penelitian
2013 72 5 1 sebelumnya juga mengungkapkan bahwa
keperawatan dipandang sebagai profesi
Tabel 5 Distribusi frekuensi pengetahuan yang didominasi oleh perempuan, sehingga
tentang caring profesi keperawatan responden hasil yang terlihat adalah persentase
berdasarkan angkatan di Fakultas Ilmu
jumlah perawat laki-laki sangat rendah
Keperawatan UI, Mei Tahun 2015 (n=226)
Pengetahuan tentang caring pada (Cuadra & Famadico, 2013).
Angkatan profesi keperawatan
Baik Cukup Kurang Angkatan mahasiswa merupakan salah
2011 36 31 7 satu hal yang ingin diketahui oleh peneliti,
2012 36 33 5 karena lamanya seseorang menjadi
2013 24 43 11 mahasiswa dapat menjadi acuan untuk
melihat mata ajar perkuliahan yang telah
Pembahasan diselesaikan oleh orang tersebut. Peneliti
tidak memilih mahasiswa S1 reguler FIK
Hasil penelitian ini berdasarkan usia, UI angkatan 2014 karena berdasarkan hasil
mendapatkan bahwa usia responden berada wawancara yang dilakukan pada 5 orang
pada rentang 17-23 tahun. Usia ini mahasiswa didapatkan hasil bahwa mereka
termasuk dalam kategori usia remaja akhir baru menerima mata ajar KDK 2 pada
dan dewasa awal. Dalam rentang usia ini, semester kedua, sehingga pengetahuan
umumnya kemampuan seseorang dalam mengenai kode etik keperawatan belum
berpikir kritis dan memecahkan masalah dapat diukur.
meningkat karena pengalaman pendidikan
baik secara formal dan informal, Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa
pengalaman hidup, dan pekerjaan (Potter, tingkat pengetahuan mengenai kode etik
Perry, Stockert, & Hall, 2013). Dalam secara umum adalah baik (92%). Hasil
tahap perkembangan ini, seseorang tersebut hampir sejalan dengan penelitian
berpartisipasi menjadi mahasiswa sebelumnya yang diujikan kepada
perguruan tinggi. Selain itu, State mahasiswa keperawatan di Turki dengan
Adolescent Health Resource Center (2013) hasil 85,7% cukup memahami kode etik
menjelaskan bahwa dalam tahap ini keperawatan ICN dan 83,8% memahami
kepedulian dan rasa empati kepada orang masalah etik dan dilema yang sering
lain, serta minat terhadap isu-isu sosial terjadi pada praktik keperawatan (Dinc &
meningkat. Melalui pernyataan-pernyataan Gorgulu, 2002). Hal ini menandakan
5

bahwa pengetahuan tentang kode etik pertama kali mulai dikembangkan oleh
keperawatan dan isinya secara umum Listra Gretter pada tahun 1893 yang
sudah dipahami oleh mahasiswa dikenal dengan Ikrar Nightingale yang
keperawatan. kemudian ditetapkan sebagai kode etik
oleh The Nurses’ Associated Alumnae of
Tingkat pengetahuan mahasiswa 2013 The United States and Canada (Hook &
mengenai kode etik keperawatan lebih White, 2005; Fowler, 2010).
tinggi dibandingkan angkatan 2011 dan
2012. Kemungkinan hal ini terjadi karena Selain itu, tingkat pengetahuan mahasiswa
angkatan 2013 masih baru melewati mata dalam sub variabel definisi dan fungsi
ajar KDK 1 dan 2, sehingga pengetahuan kode etik keperawatan dinilai cukup baik.
tentang kode etik keperawatan masih dapat Hasil ini berbeda dengan penelitian
diingat lebih banyak. Berbeda halnya, sebelumnya yang menyatakan bahwa
dengan mahasiswa angkatan 2012 dan 89,7% mahasiswa di Hacettepe University
2011 yang beberapa di antaranya School of Nursing, Turki mengetahui
mengungkapkan telah lupa tentang kode tentang definisi dari konsep dan prinsip
etik keperawatan karena banyaknya materi dalam etika (Dinc & Gorgulu, 2002). Saat
keperawatan yang telah didapatkan. peneliti menelusuri alasan perbedaan ini
didapatkan bahwa responden bahwa
Edukasi mengenai kode etik keperawatan responden banyak salah pada pernyataan
dirasa penting karena dalam praktiknya mengenai isi yang terdapat dalam kode
sebagai perawat, seseorang akan berjumpa etik keperawatan, dan hanya 3 orang yang
dengan banyaknya permasalahan dan isu- mampu menjawab dengan benar. Ketika
isu etik. Hal ini mengakibatkan perawat peneliti mewawancarai 8 orang responden,
harus siap terlibat aktif dalam membuat mereka mengungkapkan memilih jawaban
keputusan etis yang mempengaruhi peran tersebut karena menganggap kalimat
mereka dan perawatan terhadap klien pernyataan yang relatif panjang umumnya
(Chaloner, 2007). Oleh karena itu, mata memiliki jawaban benar.
ajar keperawatan mengenai etika
keperawatan memberikan mahasiswa Hasil penelitian pada mahasiswa FIK UI,
kesempatan untuk mempelajari etika, didapatkan bahwa sebagian besar memiliki
masalah etik, dan dilema etik yang terdapat tingkat pengetahuan baik mengenai
dalam dunia keperawatan sehingga benar perawat dan teman sejawat sebanyak 144
adanya bila pendidikan keperawatan dapat orang (63,7%). Penelitian ini sejalan
memberikan kontribusi terhadap dengan penelitian Brown yang
pengembangan pengetahuan dan menggunakan 231 perawat sebagai
kemampuan seorang perawat. responden dengan hasil yang didapatkan,
yaitu sikap positif perawat saat
Walaupun tingkat pengetahuan responden berkolaborasi dengan sesama tenaga
sudah baik mengenai kode etik kesehatan (Brown, Lindell, Dolansky, &
keperawata, namun dalam beberapa sub Garber, 2015). Dengan demikian,
variabel kode etik keperawatan responden telah menyadari bahwa dokter
pengetahuan mahasiswa perlu merupakan mitra kerja perawat, sehingga
ditingkatkan. Dalam analisis, didapatkan pekerjaan perawat sesungguhnya bukan
bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa hanya menjalankan perintah dokter. namun
kurang (n=159, 70,4%) mengenai sejarah lebih dari itu, perawat memiliki prosedur
kode etik keperawatan. Hal ini terjadi dan kesepakatan profesional yang diatur
karena responden tidak terlalu mengetahui dalam kode etik dan hukum untuk
secara tepat evolusi dari kode etik mengevaluasi setiap tugas dan tanggung
keperawatan. Kode etik keperawatan jawab yang dilakukan, sehingga tujuan
6

pelayanan kesehatan bagi klien dapat masih belum mencapai kriteria baik. Bila
tercapai secara menyeluruh (Minnesota dibandingkan dengan hasil penelitian
Nurses Association, 2007). Milanti (2007) yang menunjukkan 97
mahasiswa (n=161) memiliki sikap caring,
Selain itu, tingkat pengetahuan mahasiswa sementara 64 mahasiswa memiliki sikap
terhadap isi kode etik mengenai perawat non caring, maka hasil ini dapat
dan klien; perawat dan praktik; perawat menggambarkan bahwa tingkat
dan masyarakat ; dan perawat dan profesi pengetahuan caring dapat mempengaruhi
memiliki tingkat pengetahuan yang baik. sikap caring seseorang (Koswara, 2002).
Hasil ini membuktikan bahwa mahasiswa Dengan demikian, pembelajaran mengenai
telah memahami bahwa isi kode etik caring saat duduk di bangku perkuliahan,
keperawatan di dalamnya menjelaskan memiliki tujuan ke depan, yaitu agar
tentang tanggung jawab perawat kepada mahasiswa dapat menunjukkan sikap
klien, masyarakat, praktik, dan profesi caring terhadap tuntutan situasi praktik
(Weis & Schank, 2009). Mahasiswa telah sebenarnya (Beck, 2001).
mengerti tentang nilai-nilai etik, seperti
menghargai harkat dan martabat klien Selain itu, penelitian ini juga membahas
tanpa membeda-bedakan, menghargai mengenai tingkat pengetahuan caring
keunikan klien, dan memberikan berdasarkan angkatan responden, yang
pelayanan keperawatan dengan mendapatkan hasil bahwa angkatan 2011
menghormati nilai dan kepercayaan klien. dan 2012 memiliki tingkat pengetahuan
Selain itu, mahasiswa memahami bahwa yang baik dibandingkan angkatan 2013.
tugasnya dalam konteks masyarakat, yaitu Hal ini dikarenakan mahasiswa angkatan
melakukan upaya promotif, preventif, 2011 dan 2012 sudah memasuki praktik
kuratif, dan rehabilitatif. klinik, yaitu melakukan praktik langsung
dengan klien, baik di rumah sakit, panti,
Mahasiswa juga menyadari bahwa ketika maupun komunitas. Hal ini sesuai dengan
berada dalam situasi praktik seorang pendapat Blum (2010 dikutip dalam
perawat perlu menggunakan ilmu yang Rosecrans, 2014) yang menemukan bahwa
terus menerus diperbarui bukan hanya dua dari tiga perilaku caring berubah
melalui bangku pendidikan. Namun juga ketika mahasiswa menghabiskan waktu
dengan mengikuti seminar kesehatan dan bersama klien dan tidak merasa lelah untuk
bertukar informasi dengan orang lain yang melakukan itu. Pendapat tersebut bukan
memahami ilmu kesehatan dapat berarti mahasiswa angkatan 2013 masih
memperbarui ilmu seorang perawat. belum mengetahui caring, namun
Mahasiswa pun telah memahami bahwa Rosecrans (2014) berpendapat bahwa
profesi keperawatan membutuhkan peran mahasiswa keperawatan yang masih baru
perawat untuk meningkatkan mutu asuhan (dalam hal ini mahasiswa 2013) masih
keperawatan dengan membuat standar- terfokus pada perkuliahan yang mana
standar dalam pelayanan keperawatan dan harus mereka selesaikan dengan baik.
pendidikan.
Berikutnya, peneliti membahas mengenai
Hasil penelitian selanjutnya yang dibahas tingkat pengetahuan caring mahasiswa bila
adalah tingkat pengetahuan mengenai dibagi ke dalam 11 sub variabel
caring profesi mahasiswa keperawatan. (pengertian caring dan 10 faktor karatif
Secara umum, tingkat pengetahuan Watson). Hasil penelitian mendapatkan
mahasiswa mengenai caring, yaitu cukup bahwa sebanyak 85% responden memiliki
baik (n=107, 47,3%). Hasil ini tingkat pengetahuan yang kurang
menggambarkan bahwa tingkat mengenai sub variabel sistem nilai
pengetahuan mahasiswa tentang caring kemanusiaan dan altruistis. Dalam hal ini,
7

mahasiswa belum memahami makna yang sesuai untuk mengatasi masalah


altruis yang terlihat bahwa sebanyak 188 klien.
orang menjawab bahwa toleransi
merupakan sikap mendahulukan Saat praktik, tindakan yang dapat langsung
kepentingan orang lain. dilakukan perawat untuk menyelesaikan
permasalahan klien dapat berupa
Sejalan dengan hasil tersebut, Rognstad memberikan teknik relaksasi, tarik napas
(2007) mengemukakan bahwa terjadi dalam, batuk efektif, memberi posisi
perubahan nilai-nilai profesional dalam nyaman, dan lain sebagainya. Tindakan
mahasiswa keperawatan pada beberapa invasif hanya dapat dilakukan perawat
tahun terakhir terlebih dari dimensi dalam keadaan darurat saja, namun secara
altruisme. Penelitian lain menyebutkan umum tindakan invasif dapat dilakukan
bahwa dalam waktu 20 tahun terakhir ini, perawat dengan kolaborasi bersama dokter.
terjadi penurunan dari dimensi altruisme Oleh karena itu, tantangan bagi pengajar
pada mahasiswa keperawatan saat ini keperawatan untuk meningkatkan
(Johnson, Haigh, & Yates-Bolton, 2007). pemahaman mahasiswa terhadap tindakan
Hal ini sulit diidentifikasi karena altruisme prioritas untuk masalah klien, sehingga
merefleksikan sistem nilai diri seseorang. mahasiswa keperawatan bukan hanya
Selain itu, faktor yang mempengaruhi nilai paham mengenai caring, namun dapat
altruistik seseorang, yaitu motivasi yang menggunakan ilmu pengetahuan
mendukung pilihan profesi dan orientasi keperawatan dan kemampuan teknik
nilai pribadi profesional keperawatan pemberian asuhan perawatan dalam
(Mecugni, Albinelli, Pellegrin, & Finotto, menyelesaikan permasalahan klien
2015). (Karaoz, 2005).

Sub variabel berikutnya yang Tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai


menggambarkan tingkat pengetahuan proses belajar mengajar interpersonal
mahasiswa kurang adalah penggunaan didapatkan masih kurang. Responden
metode sistematis dalam memecahkan banyak menjawab salah mengenai peran
masalah. Responden masih banyak yang perawat sebagai health educator.
belum mengerti mengenai tindakan yang Meskipun peran perawat umumnya
dapat langsung dilakukan oleh perawat membantu memenuhi kebutuhan klien,
tanpa kolaborasi dengan teman sejawat namun bukan berarti klien secara terus
lain. Selain itu, banyak responden masih menerus setiap harinya dibantu oleh
belum memahami untuk memutuskan perawat. Klien dan keluarga juga memiliki
tindakan prioritas dalam klien dengan tanggung jawab untuk belajar merawat
masalah hipertensi. Keperawatan dirinya. Sebagai contoh, Potter dan Perry
profesional melakukan pemecahan (2009) perawat yang menjelaskan kepada
masalah secara ilmiah dan sistematik klien cara penanganan diabetes dan
sesuai dengan metodologi dan proses mendukung klien dan/atau keluarga dalam
keperawatan (Gauna, 1998). Penelitian melakukan perawatan menyuntik insulin
Paldanius & Maatta (2011) mengatakan sendiri setiap hari dan melakukan
bahwa memang keputusan klien harus perawatan diri sendiri merupakan konsep
dipertimbangkan ketika membuat proses belajar mengajar interpersonal
keputusan dalam keperawatan, namun antara perawat dan klien, yang mana dalam
perawat merupakan wali klien yang telah proses tersebut melakukan pertukaran
mendapat pengetahuan mengenai asuhan informasi dan mempertimbangkan sifat
keperawatan, sehingga bersama-sama pembelajaran, dan perlu ditekankan bahwa
dengan persetujuan klien dan keluarga dalam hal ini sikap perawat adalah
perawat mampu memutuskan tindakan memfasilitasi dan memberikan dukungan
8

untuk mengedukasi klien dan/atau cara berkomunikasi, mahasiswa pun harus


keluarga (Watson dalam Gauna, 1998). tetap memperhatikan faktor karatif
sebelumnya, seperti hubungan saling
Selain itu, tingkat pengetahuan mahasiswa percaya, peka terhadap perasaan orang
dalam sub variabel kepekaan pada diri lain, dan sitem nilai kemanusiaan dalam
sendiri digambarkan cukup, yang berarti melakukan komunikasi.
bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa
masih belum mencapai kategori baik. Selain itu, tingkat pengetahuan mahasiswa
Responden masih belum sering tertukar mengenai sub variabel caring lainnya,
mengenai definisi rasa simpati dan empati. seperti pengertian caring, harapan akan
bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa kepercayaan. Mahasiswa memahami
masih belum mencapai kategori baik. Hal bahwa caring terbentuk melalui proses
ini sependapat dengan Rognstad (2004 sosialisasi selama kehidupan dan juga
dikutip dalam Solvoll & Heggen, 2010) pendidikan, bukan diturunkan secara
yang menemukan bahwa tingginya rasa genetik. Hal ini diperkuat dengan
untuk mementingkan diri sendiri dan pernyataan Lebold and Douglas (1998
kurangnya rasa empati pada mahasiswa dikutip dalam Hsieh, 2003) yang
keperawatan saat ini. Dengan demikian, menyatakan bahwa walaupun caring tidak
pengajar dan institusi lebih ditantang untuk diajarkan, mahasiswa keperawatan masih
memberikan pengajaran mengenai rasa dapat mempelajarinya melalui praktik
peka dan melatih rasa sensitivitas kepada ilmiah, bacaan, tulisan jurnal dan artikel,
sesama. berpikir, dan berdialog. Dalam sub
variabel harapan akan kepercayaan,
Berikutnya, sub variabel curahan perasaan mahasiswa memahami tindakan yang
didapatkan bahwa responden memiliki harus dilakukan seorang perawat, yaitu
tingkat pengetahuan yang cukup. Dalam mendorong dan memotivasi klien dan
penelitian ini, mahasiswa dikatakan telah orang lain yang sedang dalam keadaan
cukup memahami mengenai sub variabel putus asa sehingga mereka meyakini
ini, namun belum berarti baik. Penelitian bahwa masih ada harapan untuk
kualitatif yang dilakukan Adamski, menyelesaikan setiap permasalahan.
Parsons, & Hooper (2009) terdapat
mahasiswa yang berpendapat bahwa Mahasiswa juga memahami bahwa
caring adalah tentang komunikasi dan hubungan saling percaya merupakan hal
kepercayaan diri, sehingga dapat membuat yang harus dilakukan perawat dan klien.
situasi nyaman bersama klien dan Hal ini sejalan dengan penelitian kualitatif
membuat klien merasa penting, sehingga Rhodes, Morris, dan Lazenby (2011) yang
meningkatkan kepuasan klien terhadap mengemukakan bahwa sebagian besar
perawatan yang diberikan. mahasiswa mengatakan bahwa hubungan
saling percaya antara perawat dan klien
Melalui pengajaran dan proses sosialisasi merupakan bagian penting dalam caring.
dalam pendidikan keperawatan, Blum (2010 dalam Rosecrans, 2014)
kemampuan mahasiswa untuk menyatakan bahwa hubungan saling
berkomunikasi dengan baik dapat semakin percaya dapat terjadi saat perawat
meningkat. Seseorang dapat melatih cara menghabiskan banyak waktu dengan klien.
berkomunikasi yang baik sebelumnya
dengan sesama mahasiswa atau orang- Mahasiswa juga memahami dan
orang di sekitar hingga orang-orang atau mengetahui bahwa menyediakan
teman mereka merasa nyaman dan dapat lingkungan yang kondusif bagi klien dapat
menceritakan segala perasaan baik yang mempengaruhi status kesehatannya. Dalam
positif maupun negatif. Tetap saja, selain hal ini, terdapat dua jenis lingkungan, yaitu
9

lingkungan eksternal dan internal. praktiknya sebagai perawat, seseorang


Lingkungan eksternal meliputi faktor fisik akan berjumpa dengan banyaknya
dan sosial, seperti rumah, udara, kualitas permasalahan dan isu-isu etik yang
air, dan asupan gizi, sedangkan lingkungan mengakibatkan perawat harus siap terlibat
internal merupakan lingkungan yang aktif dalam membuat keputusan etis yang
disediakan perawat untuk klien, berupa mempengaruhi peran mereka dan
lingkungan spiritual dan kesejahteraan perawatan terhadap klien (Chaloner,
mental (Watson dalam Harrison, 1988). 2007). Selain itu, pengetahuan seorang pun
mempengaruhi dalam membuat keputusan
Hasil penelitian juga menggambarkan etis sehingga pengetahuan yang telah
tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai dimiliki pun perlu untuk mengalami
menghargai upaya kehidupan luar biasa pembaruan. Hal ini merupakan unsur darri
yang dinilai baik. Hasil penelitian yang isi kode etik mengenai perawat dan
dilakukan menggambarkan bahwa praktik.
mahasiswa FIK UI memiliki tingkat
pengetahuan yang baik dalam memotivasi Selain itu gambaran tingkat pengetahuan
klien untuk tetap percaya bahwa kekuatan mahasiswa mengenai caring dinilai cukup
spiritual dapat menjadi koping untuk baik, yang bila dijelaskan berarti
menghadapi masalah kesehatannya dan pengetahuan mahasiswa masih belum
Tuhan dapat memberikan keajaiban dalam mencapai kriteria baik untuk caring. Hal
kehidupannya. Berbeda dengan hasil ini dapat berdampak pada sikap mahasiswa
penelitian lainnya (Bennett & Thompson, untuk caring, karena pengetahuan caring
2015) yang mengatakan secara konsisten yang baik memiliki hubungan dengan
menunjukkan bahwa kemampuan perawat sikap caring seseorang (Koswara, 2002).
untuk berhubungan dengan perawatan Dalam aspek caring, mahasiswa belum
spiritual lemah karena persiapan peran sepenuhnya memahami peran caring
sebagai perawat yang kurang saat perawat dalam 10 faktor karatif Watson,
menempuh pendidikan keperawatan. seperti sistem nilai kemanusiaan dan
Berdasarkan kedua perbedaan tersebut, atruistis, menggunakan metode sistematis
peneliti perlu menekankan bahwa spiritual untuk memecahkan masalah, proses belajar
klien dalam pendidikan caring termasuk mengajar interpesonal, kepekaan terhadap
dalam kebutuhan dasar klien yang harus diri sendiri dan orang lain, serta
dipenuhi dalam proses perawatan, mencurahkan perasaan positif maupun
sehingga perawatan secara holistik dapat negatif. Praktik di lapangan pun memiliki
diberikan secara maksimal dan peran dalam membantu mahasiswa untuk
memberikan makna dan motivasi dalam mengaplikasikan pengetahuan yang telah
kehidupan klien selama menjalani dimiliki. Melihat masih banyaknya aspek
perawatan. yang belum terpenuhi secara baik, sebuah
institusi pendidikan mendapatkan
Kesimpulan tantangan untuk memberikan pengajaran
bukan hanya lewat teori, namun dapat
Gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa memberikan contoh agar pengetahuan
keperawatan mengenai kode etik dinilai mahasiswa semakin kuat untuk melakukan
sudah baik. Namun, masih terdapat sikap caring dalam kehidupan sehari-hari.
beberapa aspek sub variabel yang ada
dalam kode etik belum diketahui secara
baik oleh mahasiswa, seperti sejarah kode Referensi
etik dan definisi, serta fungsi kode etik
keperawatan. Edukasi mengenai kode etik Adamski, M., Parsons, V., & Hooper, C.
keperawatan dirasa penting karena dalam (Nov/Dec, 2009). Internalizing the
10

concept of caring: an examination of Gauna, M.C. (1998). An exploration of the


student perceptions when nurses share carative beliefs and behaviors of
their stories. Nursing Eduction female emergency room nurses: a
Perspectives, Vol. 30 No. 6, 358-361 study of caring in theory and practice.
Available from ProQuest Dissertations
Beck, C.T. (March, 2001). Caring within & Theses Global. Retrieved from
nursing education: a metasynthesis. http://search.proquest.com/docview/
Journal of Nursing Education, Vol. 40
No. 3, 101-109 Hajbaghery, M.A. & Dianati, M. (2005).
Undergraduate nursing students’
Bennett, V. & Thompson, M.L. (2015). compatibility with the nursing
Teaching spirituality to student nurses. profession. BMC Medical Education,
Journal of Nursing Education and 5, DOI:10.1186/1472-6920-5-25
Practice, 5(2), 26-33
Hook, K.G. & White, G.B. (2005,
Brown, S.S., Lindell, D.F., Dolansky, Agustus-Oktober). Code of ethics with
M.A., & Garber, J.S. (2015). Nurses’ interpretative an independent study
professional values and attitudes module. Nevada Rnformation, 27-30
toward collaboration with physicians.
Nursing Ethics, 22 No.2, 205-216. Hsieh, J.L.(2003). An Educational Strategy
DOI: 10.1177/0969733014533233 to Enhance Caring in Nursing
Students in an Associate Degree
Brubaker, C.L. (2005). An instrument to Program. International Journal for
measure ethical caring in clinical Human Caring, 7(1), 27-33
encounters between student nurses
and patients. Available from ProQuest Johnson M., Haigh C. & Yates-Bolton N.
Dissertations & Theses Global. (2007). Valuing of altruism and
Retrieved from honesty in nursing students: a two-
http://search.proquest.com/docview/ decade replication study. Journal of
Advanced Nursing, 57 (4), 366–374
Chaloner, C. (2007). An introduction to
ethics in nursing. Nursing Standard. Karaoz, S. (2005). Turkish nursing
21, 32, 42-46 students’ perception of caring. Nurse
Education Today, 25, 31-40
Cuadra, D.S. & Famadico, L.F. (2013).
Male nursing students’ emotional Koswara, D. (2002). Hubungan antara
intelligence, caring behavior and pengetahuan caring dengan sikap
resilience. International Journal of caring perawat pelaksana di ruang
Arts & Sciences, 6(3), 243-260 rawat inap RSUD Tasikmalaya tahun
2002. Tesis Program Magister Ilmu
Dinc, L. & Gorgulu, R.S. (2002). Teaching Keperawatan FIK UI. Tidak
ethics in nursing. Nursing Ethics, Vol dipublikasikan.
9 No. 3, 259-268
Mecugni, D., Albinelli, P., Pellegrin, J., &
Fowler, M.D.M. (2010). Guide to the code Finotto, S. (2015). The Italian
of ethics for nurses : interpretation validation of the Salford-Scott nursing
and application. ANA. values questionnaire. Nursing Ethics,
Vol. 22 No. 2, 248-260. DOI:
Gaffar, L.O.J. (1999). Pengantar
10.1177/0969733014533236
keperawatan profesional. Jakarta :
EGC Milanti, A. (2007). Sikap caring
mahasiswa FIK UI. Tugas Akhir
11

Program Sarjana Ilmu Keperawatan. Rosecrans, K.K. (2014). Caring behaviors


Tidak dipublikasikan of nursing students. Available from
ProQuest Dissertations & Theses
Minnesota Nurses Association. (2007, Global. Retrieved from
January-Februari). Code of ethics for http://search.proquest.com/docview/
nurses: the standard of caring.
Minnesota Nursing Accent, 8-9 Scott, P.A., Matthews, A., & Kirwan, M.
(2014). What is nursing in the 21st
Numminen, O., van der Arend, A., Kilpi, century and what does the 21st
H.L. (2009) Nurse educators’ and century health system require of
nursing students’ perspectives on nursing? Nursing Philosophy, 15, 23-
teaching codes of ethics. Nursing 34
Ethic. 16(1): 69-82.
Solvoll, B. A. & Heggen, K.M. (2010).
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan Teaching and learning care –
metodologi penelitian ilmu Exploring nursing students’ clinical
keperawatan : pedoman skripsi, tesis, practice. Nurse Education Today, 20,
dan instrumen penelitian 73-77
keperawatan. Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika Weis, D. & Schank, M.J. (2009).
Development and psychometric
Paldanius, A. & Maatta, K. (2011). What evaluation of the nurses professional
Are Students’ Views of (Loving) values scale – revised. Journal of
Caring in Nursing Education in Nursing Measurement, 17(3), 221-231
Finland? International Journal of
Caring Sciences, 4(2), 81-89
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2009).
Fundamental keperawatan (edisi 7).
Jakarta : Salemba Medika
Potter, P.A., Perry, A.G, Stockert, P., &
Hall, A. (2013). Fundamental of
nursing 8th ed. St. Louis : Elsevier
Mosby
Radsma, J. (1994). Caring and nursing : a
dilemma. Journal of Advanced
Nursing, 20, 444-449
Rhodes, M.K., Morris, A.H., & Lazenby,
R.B. (February 25, 2011). Nursing at
its best: competent and caring. The
Online Journal of Issues in Nursing,
Vol. 16 No. 2, DOI:
10.3912/OJIN.Vol16No02PPT01
Rognstad, M.K. & Aasland, O. (2007).
Change in career aspirations and job
values from study time to working
life. Journal of Nursing Management,
Vol. 15, 424-432

You might also like