Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Parasitologi sebagai ilmu mencakup pengetahuan tentang parasit dan parasitologi dalam bidang
bidang ilmu hayat, Parasitologi mungkin merupakan ilmu yang sifatnya paling multi disipliner,
sebab ilmu ini menyangkut setiap fase biologi : anatomi, fisiologi, biokimia, taksonomi dan
sebagainya.
Parasistisme adalah hubugan yang majemuk antara parasit, satu atau lebih inang dan lingkungan.
Hubungan inang parasit dapat di kaji dari banyak pendekatan yang berbeda-beda, ahli ilmu
perilaku (behaviorist). Mungkin tertarik pada cara parasit itu menyesuaikan diri kepada perilaku
jenis inang agar dapat mempertahankan pegangannya untuk hidup, dan sebaliknya mereka
mungkin tertarik tentang cara parasit itu mengubah perilaku inang untuk memenuhi
kebutuhannya.
Ahli ilmu kekebalan mungkin tertarik pada keseimbangan rawan yang dicapai antara banyak
parasit dan inangnya.
Perkembangan kekebalan penyakit parasit yang menguntungkan bagi iang atau tanggapan
hypersensitivitas yang dihasilkan oleh parasit.
Ahli biokimia dan ahli faal mungkin tertarik akan fungsi hidup parasit dan ahli patologi jelas
tersangkut kepada parasit yang menyebabkan kerusakan jaringan dan nekrosis.
Dokter manusia dan dokter hewan yang berpraktek tertarik terutama dalam diagnosa dan
pengendalian penyakit parasit.
Dalam penelitian kepustakaan yang dikerjakan oleh Broto wijaya (1984) di temukan kira-kira
164 jenis parasit obligat yang pernah dilaporkan menular atau menyerang manusia.
Inang alami jenis parasit-parasit tersebut adalah hewan liar dan hewan piaraan. Dari jumlah jenis
tersebut 32 jenis termasuk protozoa, 12 jenis termasuk nematode, 5 jenis termasuk pentatomida,
32 jenis termasuk arthropoda.
Dengan ditemukannya alat pembesaran oleh Kenaen hoek ( 1632 – 1723). Dari Belanda ;
berbagai jenis hewan parasit bersel satu (protozoa) ditemukan. Mulai saat itu teori abnogenesis
mulai ditinggalkan Mehlis dalam tahun 1831 mengamati menetasnya larva dari telur cacing daun
(trematude). Semenjak itu siklus hidup berbagai parasit dapat ditetapkan kuchen meister dalam
tahun 1852 membuktikan bahwa Cystecercus sellulose merupakan stadium peralihan
(intermediet) cacing pita pada manusia disebabkan oleh karena penderita makan daing babi yang
mengandung cacing stadium peralihan tersebut.
Namun demikian pembuktian kuchen meister tersebut di sangkal oleh Von siebold yang
berpendapat bahwa cysticercus itu merupakan cacing pita yang mengalami degenerasi
“Hidropis”. Digenerasi itu terdapat pada inang meister itu adalah hal yang benar.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam membuktikan bahwa pengetahuan teori yang
tidak berdasar observasi itu tidak benar. Seperti yang telah dikemukakan di atas. Pada jaman
dahulu para ahli biologi telah mengenal suatu teori “Abiogenesis”.
Menurut teori ini organisme hidup itu berasal dari benda mati dan itu terjadi karena kehendak
dan kekuasaan Tuhan. Ajaran agama juga menyebutkan bahwa manusia pertama juga diciptakan
oleh Tuhan dari tanah (benda mati). Secara populer paling tidak dalam hal-hal tertentu, teori
“Abrogenesis itu masih dianut dan di percayai kebalikan dari teori “Abiogenesis” adalah teori
biogenesis yang menganggap bahwa kehidupan ini berasal dari pra kehidupan. Karenanya
menurut teori biogenesis ini organisme hidup itu berasal dari bentuk-bentuk hidup sebelumnya.
BAB II
PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI
PARASIT
A. PARASITOLOGI
Parasitologi ialah ilmu yang berisi kajian tentang organisme Jasad hidup), yang hidup di
permukaan atau di dalam tubuh organisme lain boat sementara waktu atau selama hidupnya,
dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain tersebut,
hingga organisme lain tersebut jadi merugi (dirugikan).
Organisme ini disebut: parasit.
(Parasites = organisme yang mengambil makanan; logos = ilmu; sites = makan).
Organisme lain atau organisme yang mengandung parasit disebut hospes = tuan rumah.
B. PARASITOLOGI KEDOKTERAN
Parasitologi kedokteran ialah ilmu yang berisi kajian khusus mengenai parasit yang ada
hubungannya dengan manusia sebagai hospes, Serta segala akibat yang ditimbulkan oleh
hubungan tersebut pada manusia, dan bagaimana cara penanggulangan dari akibat yang terjadi
karena hubungan ini.
Dalam Parasitologi Kedokteran, yang paling penting dipelajari adalah Zooparasit yang
terdiri dari:
I. Protozoologi : ilmu yang berisi kajian tentang
Protozoa (Filum Protozoa).
II. Helmintologi : ilmu yang berisi kajian tentang cacing.
1. Filum Nemathelminthes
2. Filum Platyhelminthes
III. Entomologi : ilmu yang berisi kajian tentang
serangga (Filum Arthropods).
Dari hubungan yang terjadi antara parasit dan hospes dapat terjadi hubungan-hubungan
yang disebut sebagai:
- Parasitisme:
Hubungan dua organisme, yang satu di antaranya mendapat keuntungan dan yang lain dirugikan.
- Mutualisme.
Hubungan dua organisme yang kedua organisme ini saling mendapat keuntungan satu sama lain.
- Komensalisme:
Hubungan dua organisme, yang satu organisme diuntungkan dan yang lain tidak dirugikan dan
tidak diuntungkan.
- Simbiosis:
Hubungan permanen antara dua organisme, dimana kedua belch pihak saling menguntungkan
dan tidak bisa hidup sendiri-sendiri atau tidak dapat hidup terpisah.
Macam-macam Hospes
– Hospes definitif
Hospes akhir dimana terdapat parasit dalam stadium dewasa dan di dalam tubuh hospes terjadi
perkembangbiakan parasit secara seksual.
– Hospes paratenik
Hospes dimana parasit hanya terdapat dalam stadium larva dan tidak dapat berkembang-menjadi
stadium dewasa dan tidak terjadi perkembangbiakan parasit secara seksual dan parasit ini dapat
ditularkan kepada hospes definitif karena parasit dalam stadium ini merupakan stadium infektif
– Hospes perantara atau hospes intermediate
Manusia atau hewan tempat parasit tumbuh menjadi stadium infektif yang dapat ditularkan
kepada hospes lain.
– Hospes reservoir
Hewan yang mengandung parasit yang sama dengan parasit manusia dan dapat menjadi cumber
infeksi bagi manusia.
– Hospes obligat
Hospes tunggal yang merupakan satu-satunya spesies yang dapat menjadi tuan rumah dari parasit
dewasa.
– Hospes alternatif
Hospes utama yang mengandung parasit, namun ada spesies lain yang dapat sebagai hospes yang
mengandung parasit dewasa.
– Hospes insidental
Bila suatu spesies secara kebetulan dapat mengandung parasit dewasa, padahal hospes yang
sesungguhnya adalah spesies lain.
Istilah-istilah
Istilah-istilah penting yang Sering ditemukan dalam parasitologi antara lain sebagai
berikut.
- Vektor
Hewan yang di dalam tubuhnya terjadi perkembangan atau pembiakan dari parasit, dan parasit
itu dapat ditularkan kepada manusia atau hewan lain. Biasanya yang berperan sebagai vektor ini
adalah serangga.
- Hewan perantara
Hewan yang dapat menularkan bentuk infeksi dari parasit dengan salah satu organ tubuhnya
kepada orang lain.
- Carier
Orang yang mengandung parasit di dalam tubuhnya yang dapat menjadi cumber penularan
kepada orang lain, tapi orang tersebut tidak sakit.
- Zoonosis Parasit hewan yang dapat ditularkan kepada manusia.
- Habitat
Tempat hidup parasit dewasa yang disenangi dalam tubuh hospes dimana terjadi
perkembangbiakan parasit secara seksual.
C. SKEMA DALAM MEMPELAJARI PARASITOLOGI KEDOKTERAN
Dalam mempelajari parasit yang menginfeksi manusia yang menimbulkan manifestasi
klinik pada manusia, perlu dipelajari hal-hal yang berhubungan dengan:
1. sejarah tentang penemuan parasit,
2. penyebaran parasit secara geografis,
3. habitat parasit di dalam tubuh manusia,
4. morfologi dan siklus hidup dari parasit,
5. cara infeksi dari parasit ke tubuh manusia,
6. gejala klinik yang ditimbulkan oleh parasit,
7. reaksi immunologis yang timbal pada manusia,
8. cara untuk menegakkan diagnosis yang spesifik,
9. pengobatan yang tepat untuk memberantas parasit, Serta
10. cara pencegahan untuk perorangan atau masyarakat agar tidak terinfeksi oleh parasit.
1. Sejarah
Tanggal dan tahun parasit ditemukan oleh para peneliti, diidentifikasi, dan penemuan penting
Berta pengetahuan mengenai parasit tersebut.
2. Penyebaran
Faktor-faktor lingkungan, perilaku masyarakat dan perorangan yang mempunyai peran penting
dalam penyebaran parasit.
3. Habitat
Tempat di dalam tubuh manusia yang tertentu, disenangi parasit, dimana parasit menetap dan
menjadi dewasa setelah terjadi perkembangbiakan secara seksual.
4. Morofologi
Susunan tubuh dan parasit, balk dalam bentuk dewasa, stadium telur, maupun stadium larva.
5. Cara inftksi
Cara masuknya parasit ke dalam tubuh manusia, setelah apa, bersama apa, dan melalui apa,
menelan telur, larva menembus kulit, atau melalui hospes perantara, atau melalui vektor penular
parasit.
6. Gejala klinik
Akibat yang ditimbulkan oleh keberadaan parasit dalam tubuh manusia, baik sebagai akibat
toksin, lesi-lesi patogenik (traumatik) ataupun akibat perampasan makanan yang digunakan oleh
parasit dalam memenuhi fasilitas hidupnya di dalam tubuh hospes.
7. Reaksi immunologi
Reaksi yang timbul sebagai akibat dari masuknya parasit ke dalam tubuh hospes, yang disebut
sebagai imunitas yang terdiri dari imunitas bawaan yang berhubungan erat dengan susunan
genetik seseorang dan imunitas yang didapat yang dibentuk secara berangsur-angsur sesudah
mendapat infeksi secara alamiah atau ditimbulkan secara buatan.
8. Cara-cara untuk menegakkan diagnosis
Yaitu cara yang dilakukan di laboratorium untuk mengetahui parasit apa yang dikandung
penderita.
Dalam pemeriksaan ini, biasanya dapat dilakukan pemeriksaan:
1) tinja,
2) darah,
3) urine,
4) sputum,
5) biopsi, dan
6) uji serologic.
9. Pengobatan
Dalam pengobatan pada penyakit yang ditimbulkan oleh parasit diusahakan agar obat yang
dipakai adalah dengan efek parasitisida yang maksimum tetapi dengan efek samping yang
minimum pada hospes.
10. Pencegahan
Pencegahan terhadap infeksi parasit dapat dilakukan rnelalui tindakan-tindakan sebagai berikut.
1) Terapi pencegahan, yaitu membunuh parasit yang ada dalam tubuh hospes, hingga mencegah
penyebaran parasit kepada orang lain.
2) Menghilangkan infeksi dalam tubuh hospes reservoir din destruksi hospes perantara atau
membasmi stadium infektif dari parasit yang berada di luar tubuh hospes.
3) Pencegahan perorangan, yaitu menghindarkan seseorang berkontak dengan stadium infektif dari
parasit.
4) Pencegahan klinis atau terapi supresif, yaitu pemberian obat untuk menghilangkan gejala klinis
dengan terapi spesifik.
BAB III
CACING (HELMINTH) SEBAGAI
PARASIT PADA MANUSIA
I. HELMINTHOLOGI
Helminthologi Kedokteran ialah ilmu yang berisi kajian tentang parasit yang hidup pada
manusia yang berupa cacing. Berdasarkan taksonomi, parasit cacing yang hidup pada manusia
dibagi menjadi:
A. NEMATHELMINTHES = cacing benang, yaitu yang berbadan bulat panjang (silindris),
mempunyai rongga badan, dan berjenis kelamin terpisah Oantan dan betina), terdiri atas:
1. NEMATODA INTESTINAL
2. NEMATODA JARINGAN
– berbentuk dawn
– tidak bersegmen
– mempunyai alat pencernaan
2. CESTODA = CACING PITA
– berbentuk pica
– badan beruas-ruas (bersegmen)
– tidak mempunyai alat pencernaan
NEMATODA
Nematoda merupakan jumlah spesies yang terbesar di antara casing yang hidup sebagai
parasit pada manusia.
Morfologi dan Lingkaran Hidup
Casing yang hidup sebagai parasit pada manusia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
– Tidak bersegmen, berbentuk bulat seperti benang, tubuh diliputi kutikula.
– Ukuran besar dan panjang berbeda-beda dari 2 mm sampai lebih dari 1 meter.
– Mempunyai kepala, ekor, Dinding dan rongga badan, saluran pencernaan, sistem saraf, sistem
ekskresi, dan sistem reproduksi yang terpisab.
– Pada umumnya bertelur, ada pula yang vivipar atau berkembang biak secara partenogenesis.
– Bentuk yang sudah dewasa tidak bertambah banyak di dalam tubuh manusia.
– Pada umumnya mempunyai face di luar tubuh hospes dengan atau tanpa hospes perantara.
– Telur atau larva yang dikeluarkan dari tubuh hospes dengan berbagai cara, sedangkan jumlah
telur yang dikeluarkan dari tubuh hospes bervariasi antara 20 s.d. 200.000 butir sehari.
– Larva dalam kehidupamiya mengalami pertumbuhan dengan pergantian kulit.
– Stadium infektif masuk ke dalam tubuh manusia dapat secara aktif, tertelan, atau dimasukkan
oleh vektor dengan tusukan, gigitan, dan sebagainya.
NEMATODA INTESTINAL
Nematoda intestinal adalah nematoda yang berhabitat di saluran pencernaan manusia dan
hewan. Manusia merupakan hospes beberapa nematodes intestinal. Sebagian besar dari nematoda
ini adalah penyebab masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Di antara Nematoda Intestinal ini terdapat beberapa spesies yang tergolong "Soil
Transmitted Helminth ", yaitu nematoda yang dalam siklus hidupnya untuk mencapai stadium
infektif, memerlukan tanah dengan kondisi tertentu.
Nematodes golongan Soil Transmitted Helminth yang penting dan menghinggapi
manusia adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris
trichiura, Strongyloides stercoralis, dan beberapa spesies Trichostrogylus.
Nematodes Intestinal yang terdapat pada manusia dan tidak tergolong Soil Transmitted
Helminth adalah Oxyuris vermicularis dan Trichinella spiralis.
ASCARIS Lumbricoides
(Cacing Gelangf, Linnaeus, 1758)
Penyebaran
Cacing ini ditemukan kosmopolit (di seluruh dunia), terutama di daerah tropik dan erat
hubungannya dengan hygiene dan sanitasi. lebih sering ditemukan pada anak-anak. Di Indonesia
frekuensinya tinggi berkisar antara 20-90%.
NEMATODA (CACING BULAT)
Ascaris
lumbricoides (Cacing bulat)
Patologi / Klinik
Infeksi A. lumbricoides akan menimbulkan penyakit Ascariasis Penyakit ini
menimbulkan gejala yang disebabkan oleh stadium larva dan stadium dewasa.
1. Stadium larva, yaitu kerusakan pada paru-paru yang menimbulkan gejala yang disebut Sindroma
Loffier yang terdiri dari batuk-batuk, eosinofil dalam darah meningkat, dan dalam Rontgen foto
thorax terlihat bayangan putih halus yang merata di seluruh lapangan paru yang akan hilang
dalam waktu 2 minggu. Gejala dapat ringan dan dapat menjadi berat pada penderita yang rentan
atau infeksi berat.
2. Stadium dewasa, biasanya terjadi gejala uses ringan. Pada infeksi berat, terutama pada anak-
anak dapat terjadi malabsorbsi yang memperberat mahn,arisi karma perampasan makanan oleh
cacing dewasa. Bila cacing dewasa menumpuk dapat menimbulkan ileus obstruksi. Bila cacing
nyasar ke tempat lain dapat terjadi infeksi ektopik pada apendiks dan ductus choledochus.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja penderita atau larva
pada sputum, dan dapat juga dengan menemukan cacing dewasa keluar bersama tinja atau
metalui muntah pada infeksi berat.
Pengobatan
Piperazin, pirantel pamoat, mebendazol, dan tetramisol. Pencegahan
Untuk pencegahan, terutama dengan menjaga hygiene dan sanitasi, tidak berak di
sembarang tempat, melindungi makanan dari pencemaran kotoran, mencuci bersih tangan
sebelum makan, dan tidak memakai/ tinja manusia sebagai pupuk tanaman.
Patologi/Klinik
Gejala-gejala Ancylostomiasis dan Necatoriasis:
1. Stadium larva:
- Kelainan pada kulit: Ground itch
- Kelainan pada paru-paru: biasanya ringan.
2. Stadium dewasa: bergantung kepada:
- Spesies dan jumlah cacing
- Keadaan gizi penderita
Karena kedua spesies cacing im mengisap darah hospes, maka infeksi berat dan menahun
dapat menimbulkan anemia mikrositer hypochrom. Infeksi ringan dapat tanpa gejala, tapi bila
sudah menahun akan menurunkan daya/presisi kerja yang akhimya anemia yang menahun dapat
berakibat Decompensatio Gordis.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja segar dan larva pada
tinja yang sudah lama. Telur kedua spesies tidak bisa dibedakan, untuk membedakan spesies,
telur dibiakkan menjadi larva dengan salah saw cara, yaitu Harada Mori.
Pengobatan
Pirantel pamoat, mebendazol.
CACING TAMBANG
Pencegahan
Tidak membuang tinja di sembarang tempat, membiasakan memakai alas kaki bila keluar
rumah, dan tidak memupuk sayuran dengan tinja manusia.
A.braziliense, A.caninum
Dan
A.ceylanium
Hospes
Anjing dan kucing
Morfologi
A. caninum, mempunyai 3 pasang gigi, A. braziliense mempunyai 2 pasang gigi sedang
A. ceylanicum mempunyai sepasang gigi.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan:
- Gambaran pada kulit
- Biopsi
Pengobatan
Thiabendazol
Siklus Hidup
1. Siklus langsung sama seperti cacing tambang yaitu larva filariform menembus kulit.
2. Siklus tidak langsung = Siklus bebas di tanah menjadi jantan dan betina bertelur larva
rhabditiform Larva filariform menembus kulit sama seperti cacing tambang.
3. Hyper infeksi, larva rhabditiform dalam usus menjadi larva filariform menembus mucosa
intestin ikut aliran darah, seperti cacing tambang.
4. Auto infeksi: pada peri anal larva rhabditiform larva filariform kapiler darah jantung
paru-paru saluran pencernaan.
Strongyloides stercoralis
Pencegahan
Sama dengan cacing tambang dan mencegah konstipasi.
Trichostrongilus spp
Penyebaran
Kosmopolitan, frekuensi pada manusia di Jakarta 40% paling ban-yak Trichostrongylus
colubriformis.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja dan cairan duodenum.
Pengobatan
Alkopar dan Thiabendazol.
Pencegahan
Tidak memakan sayuran mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna.
Trichularis trichiura
(Whipworm = Cacing Cambuk)
Penyebaran
Penyebaran secara kosmopolit, terutama di daerah pangs dan lembab. Frekuensi di
Indonesia 75-90%.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara Anal swab.
Pengobatan
Pada pengobatan dianjurkan seluruh keluarga dari penderita diberi pengobatan. Obat
yang dipakai: piperazin dan privinium pamoat.
Pencegahan
Menjaga kebersihan kuku dan pakaian, membiasakan makan makanan yang terlindung
dari pencemaran, membiasakan anak selalu mengganti pakaian setelah mandi, serta
membersihkan lantai rumah setiap hari dan tidak memakai alas kaki ke dalam rumah.
Oxyuris vermicularis
(Enterobius vermicularis, Limnaeus, 1758)
Penyebaran
Ditemukan hampir di scluruh dunia dimana penduduknya tidak beragama Islam.
Hospes dan Habitat
Hospes definitifnya adalah manusia, babi, tikus, kucing, beruang, anjing, babi hutan.
Habitatnya di mukosa usus mulai dari duodenum sampai ke caecum.
1. Pada hari ke-8-14 mungkin dapat ditemukan larva dalarn darah dan liquor cerebrospinal.
2. Menemukan larva dalam biopsi otot.
3. Reaksi imunologi.
Pengobatan
- Pengobatan dapat secara simtomatik.
- Thiabendazol 25 mg/kg BB, 2 x sehari selama 7 hari.
Pencegahan
Menghindari makan daging babi yang tidak dimasak dengan sempurna, sebab larva baru
coati pada suhu 60°C atau jauh di bawah titik beku.
NEMATODA JARINGAN
Dalam mempelajari tentang Nematoda Jaringan, perlu diketahui istilah yang penting,
yaitu Periodisitas.
Periodisitas ialah istilah yang dipakai untuk menegakkan diagnosis dari infeksi Nematoda
Jaringan pada manusia. Periodisitas ialah periode saat mikrofilaria (larva dari Nematoda
Jaringan) berada dalam darah tepi.
Periodisitas ini ada beberapa macam, yaitu:
1. Periodisitas Nocturna yaitu di saat mikrofilariaberada dalam darah tepi malam hari.
2. Periodisitas Diuma yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi siang hari.
3. Sub-periodisitas nocturna, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi malam hari lebih
banyak dari siang hari.
4. Sub-periodisitas diurna, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi siang hari lebih banyak
dari malam hari.
5. Non-periodik, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi sama siang dan malam, jadi setiap
saat mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi.
Di antara Nematoda Jaringan yang penting dalam dunia Kedokteran, ada beberapa
spesies, yaitu:
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori
Tiga species im penting dan terdapat di Indonesia. Nematoda jaringan yang penting tetapi
tidak terdapat di Indonesia adalah:
1. Loa loa
2. Oncocerca volvulus
3. Dipetalonema perstans
Wuchereria bancrofti
(Filaria bancrofti)
Penyebaran
Ditemukan di daerah tropic dan sub-tropic, India, Cina Selatan, Jepang, Kepulauan
Pasifik, Australia, Afrika Barat dan Tengah, Amerika Selatan, dan di Indonesia ditemukan di
daerah-daerah endemik.
Hospes dan Habitat
Hospes definitiffiya adalah manusia yang dapat menimbulkan wuchereriasis bancrofti,
dan habitatnya adalah di kelenjar limfa.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi malam hari,
cairan hidrocel dan urin (khiluria).
Pengobatan
Dietilkarbamazin
Pencegahan
Pemberantasan nyamuk yang berperan sebagai vektor yaitu di perkotaan Qx.
Quinquifasciatus yang hidup pada air kotor dan di pedesaan vektornya An. Farauti, Ae. Kochi.
Brugia Malayi
Morfologi dan Lingkaran Hidup
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung. B. malayi IneMPLInyal periodisitas
nocturna atau sub-periodisitas nocturna. B. timori mempunyai periodisitas nocturna. B. malayi
yang berperiodisitas nocturna ditularkan oleh An. Barbirostris yang berperiodisitas sub-
periodisitas nocturna ditularkan oleh nyamuk Mansonia. B. timori ditularkan oleh nyamuk An.
Barbirostris. Siklus hidup sama dengan PV bancrqfii.
Patologi dan Klinik
Gejala filariasis malayi sama dengan filariasis timori. Gejala utamanya adalah demam,
limfangitis, dan limfadenitis. Elephantiasis mengenai tungkai di bawah lutut dan lengan di bawah
siku. Biasanya unilateral dan tidak mengenai alai kelamin dan payudara.
Diagnosis
Ditegakkan dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi pada malam hari.
Pengobatan
Detilkarbamazin.
Pencegahan
Pemberantasan nyamuk pada perindukan sepertiAn. Barbirostris di daerah persawahan
dan Mansonia yang berperindukan di rawa-rawa.
Hewan anjing, kucing, dan kera yang berperan sebagai hospes reservoir dari B. malayi
yang berperiodisitas nocturna agar dihindari dari infeksi parasit ini.
Mikrofilaria ini kadang-kadang dapat ditemukan dalam urin, sputum, dan cairan sumsum
tulang belakang.
Vektor dari parasit ini adalah Chrysops betina yang mengisap darah pada siang hari.
Setelah 10 hari dalam tubuh lalat ini, larva akan menjadi infektif. Vektornya yang penting adalah
C. silacea dan C. dimidiata. Bila lalat ini menggigit manusia maka orang ini akan terinfeksi dan
i-mikrofilaria akan tumbuh menjadi cacinig jantan dan betina dalam waktu 3 sampai 4 tahun.
Setelah kopulasi Loa loa betina akan mengeluarkan mikrofilaria.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan mikrofilaria pada darah tepi siang hari
atau menemukan cacing dewasa dalam jaringan subkutan atau dari konjungtiva mata.
Pengobatan
Pengobatan dengan Dietilkarbamazin 2 mg/Kg BB/hari, diberikan 3 x sehari selama 14
hari. Sekarang ada obat barn Ivermecin. Cacing dewasa pada bola mata harus dikeluarkan
dengan opersi.
Prognosis
Prognosis baik, bila pengobatan berhasil dan cacing dapat dikeluarkan melalui mata.
Epidemiologi
Daerah endemik di daerah hutan yang berhujan dan kelembaban tinggi, tempat
perindukan C. silacea dan C. dimidiata. Biasanya mengenai orang dewasa yang Bering masuk
hutan.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk atau pemberian obat
sebulan sekali, selama 3 hari berturut-turut.
Onchocerca volvulus (Leukart, 1893)
(blinding filariaria = Filaria volvulus)
Penyebaran
Cacing ini tersebar di beberapa daerah di Afrika dan di Amerika Tengah.
Habitat
Cacing dewasa berhabitat di jaringan ikat manusia.
Morfologi
Cacing betina dewasa berukuran panjang 15 cm dan lebar 0,4 mm, sedangkan yang
jantan panjangnya 3 cm dan lebar 0,13 mm. Cacing betina yang gravid dapat hidup sampai 15
tahun. Mikrofilaria ditemukan di kulit, tidak mempunyai sarung bagian kepala dan ekor tidak
mempunyai inti, panjangnya 300 mikron dan lebarnya 6-8 mikron. Cacing dewasa yang hidup
dalam jaringan ikat melingkar satu sama lain seperti benang kusut, hingga membentuk benjolan.
Gejala yang pertama timbal berupa fotopobi, lakrimasi, bleparospamos. Kelainan ini wring
ditemukan pada penderita yang banyak mengandung benjolan pada badan bagian atas. Reaksi
radang akan sangat hebat bila disebabkan mikrofilaria mati, seperti sesudah pemberian
pengobatan dan saat mikrofilaria dengan pemberian DEC. Pada kasus menahun dapat terjadi
keratitis, glaukoma, atrofi yang berakhir dengan kebutaan.
Lesi pada kulit yang disebabkan oleh cacing dewasa merupakan benjolan dalam jaringan
subkutan yang disebut onkosarkoma. Ukuran dari benjolan ini bermacam-macam dari beberapa
milimeter sampai 6 cm. Benjolan ini dapat single atau multipel dari 3 sampai 6 benjolan, bahkan
bisa lebih dari 15 benjolan. Letak benjolan ini pun berbeda-beda sesuai dengan kebiasaan lalat
Simulium menggigit, seperti di Afrika, lalat lebih senang menggigit bagian bawah tubuh, sedang
di Amerika lalat senang menggigit di bagian leher dan kepala. Nodal ini terdapat dimana cacing
dewasa ditemukan di bawah kulit dan tidak sakit.
Pruritus dermatitis dapat terjadi karena pergerakan mikrofilaria dan toksin yang
dilepaskannya di bawah kulit. Lalu timbul rush berupa papel-papel kecil-kecil, lalu timbul edema
pada kulit menebal dan timbal likenifikasi, hingga elastisitas kulit hilang dan timbal pada kulit
yang menggantung dalam lipatan-lipatan di bawah inguinal yang disebut hanging groing.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan adanya gejala klinik seperti nodul subkutan,
hanginggroing Wit seperti macan tutul (leopard skin), limbitis, dan ditemukannya mikrofi laria
dalam kornea, dan dapat dengan menemukan mikrofilaria atau cacing dalam benjolan subkutan.
Dapat dengan biopsi pada benjolan dan memeriksa dengan pewarnaan giemza. Dapat juga
dengan test serologi.
Untuk menentukan beratnya infeksi dilakukan Ultrasonografi. Pelacak DNA dengan teknik
Polymerase Chain Reaction/PCR. Test Mozotti adalah dengan pemberian 50 mg DEC sesudah
24 jam diobservasi adanya reaksi gatal, erupsi kulit, limfadenopati, dan demam.
Onchocerca volvulus
(The blinding worm)
Pengobatan
Obat yang dipakai terutama untuk pengobatan masal adalah Ivermectin. DEC tidak
dipakai sebagai terapi, sebab dapat menimbulkan efek samping yang berat. Ivermectin efektif
untuk membunuh mikrofilaria, tapi tidak membunuh cacing dewasa.
Suramin merupakan obat yang dapat membunuh cacing dewasa, tap[ pemberiannya sulit
dan toksisitasnya tinggi.
Prognosis balk bila tidak mengenal mata.
Penyebaran
Cacing ini tersebar di Afrika dan Amerika Selatan.
Habitat
Cacing dewasa berhabitat di jaringan mesenterium, di pleura, dan
di rongga pericard.
Pengobatan
DEC tidak berhasil untuk pengobatan cacing ini. Antimon trifalen dapat mengurangi jumlah
mikrofilaria.
Pencegahan
Melindungi diri dari gigitan lalat Culicoid.
Penyebaran
Penyakit ini tersebar di Singapura, Muangthai, Vietnam, dan juga terdapat di Indonesia.
TREMATODA
(DACING DAUN)
Hospes
Manusia dapat berperan sebagai hospes definitif. Bermacam-macam Trematoda dapat
menimbulkan berbagai kelainan sesuai dengan habitat dari parasit tersebut.
Pembagian Trematoda berdasarkan Habitat:
I. Trematoda Hati (Liver Flukes)
- Clonorchis sinensis
- Opisthorchis felinus
- Opisthorchis viverini
- Fasciola hepatica
Penyebaran
Pada umumnya Trematoda ditemukan di RRC, Korea, Jepang, Filipina, Thailand,
Vietnam, India, dan Afrika.
Di Indonesia ditemukan beberapa spesies antara lain: Fasciolapsis buski. Di Kalimantan,
Echinostoma di Jawa dan Sulawesi, Heteropidae di Jakarta, dan Schistosoma japonicum di
Sulawesi Tengah.
Hospes
Manusia, kucing, dan anjing, menyebabkan Clonorchiacis.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja atau dalam cairan
duodenum.
Pengobatan
Klorokuin 3 gram sehari selama 3 hari.
Pencegahan
Menghindari memakan ikan yang tidak dimasak dengan baik dan pemeliharaan ikan dari
memakan tinja manusia.
OPISTHORCHIS FELINEUS
(Rivolta, 1884), Blanchard, 1895)
(The cat liver fluke)
Penyebaran
Ditemukan di Eropa Tengah, Siberia, dan Jepang. Parasit ini ditemukan pada manusia di
Prusia, Polandia, dan Siberia. Ditemukan di Jepang yang bukan daerah endemik Clonorchiasis.
Cacing dewasa panjangnya kira-kira 1 cm, hidup dalam saluran empedu dan hati manusia
serta kucing. Telur besamya kira-kira 30 mikron.
Siklus hidup, patologi dan klinik, diagnosa, dan pengobatan hampir sama dengan C.
sinensis.
Hospes definitifnya manusia dan hospes reservoarnya adalah kucing, anjing, babi, dan
serigala.
Penyebaran
Ditemukan endemik di Thailand. Morfologi dan lingkaran hidupnya sama dengan O.
felineus. Cara infeksi makan ikan mentah mengandung MC.
Morfologi
Perbedaan morfologi dari parasit ini dengan O. felineus adalah vitellarianya
berkelompok-kelompok dan testis serta ovariumnya lebih besar ukurannya.
Gejala Klinik
Pada infeksi berat terjadi diare, rasa nyeri di ulu hati, dan icterus enteng, firosis periportal
dari hati, terjadi peradangan pada saluran empedu dengan hyperplasi epitel.
Fasciola hepatica
Penyebaran
Penyebaran secara kosmopolit.
Hospes
Hospes adalah kambing dan sapi, kadang-kadang manusia, dan pada manusia dapat
menimbulkan Fascioliasis.
Morfologi dan Lingkaran Hidup
Cacing dewasa bentuknya seperti daun dan mempunyai bahu, panjangnya 30 mm lebar
13 mm, batil isap mulut dan batil isap perut hampir sama besarnya dan letaknya berdekatan.
Tractus digestifus mempunyai caecum yang bercabang-cabang. Cacing ini hermafrodit, telur
mempunyai operkulum, ukuran 140 x 80 mikron.
Cacing ini hidup di saluran empedu, telur dikeluarkan melalui saluran empedu ke dalam
tinja dalam keadaan belum matang. Di dalam air, telur akan menetas, keluar Mirasidium,
kemudian Mirasidium masuk ke dalam keong air. Di dalam keong air terjadi siklus:
M S RI R2 C
Cercaria akan keluar-dari keong air dan menempel pada tumbuhtumbuhan air dan
tumbuh menjadi Metacercaria (MC).
Cara infeksi adalah dengan memakan tumbuhan air yang mengandung MC yang tidak
dimasak. Ekskistasi terjadi di dalam duodenum, larva bermigrasi menembus dinding usus ke
rongga peritoneum, terus ke hati dan menjadi dewasa di saluran empedu.
Patologi dan Klinik
Selama bermigrasi dapat menimbulkan kerusakan parenkim hati. Dalam saluran empedu
menimbulkan radang dan penyumbatan dengan akibat cirrhosis periportal.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja, cairan duodenum atau
empedu.
Fasciola hepatica
(Trematoda hati domba)
Pengobatan
HCI emetin 0,03 g/hari, 17 hari.
Pencegahan
Pengobatan kepada sapi dan kambing yang terinfeksi (dokter he-wan), dan menghindari
memakan tumbuhan air mentah atau dimasak tidak sempurna.
Fasciolapsis buski
Penyebaran
Ditemukan di RRC, Taiwan, Vietnam, dan Indonesia.
Hospes
Hospes definitifnya adalah manusia, anjing dan babi, yang pada manusia dapat
menimbulkan Fasciolapsis.
Morfologi dan Lingkaran Hidup
Cacing ini menyerupai F hepatica tapi tidak mempunyai bahu,ukuran 20-75 x 8-20 mm,
caecurn tidak bereabang, telur besarnya 135 nukron, mempunyai operkulum dan sukar dibedakan
dari telur F hepatica, cacing ini berhabitat di dinding duodenum dan jejunum. Telur dikeluarkan
bersama tinja dan di dalam air selama 3-7 minggu menjadi matang dan menetas, lalu keluar
mirasidium dan masuk ke dalam keong air sebagai HP I, lalu menjadi M S Rl R2 C.
Cercaria akan menempel pada tumbuhan air lalu berubah menjadi MC. Manusia terinfeksi karma
memakan tumbuhan air yang mengandung MC yang tidak dimasak dengan sempurna atau
mentah. Ekskistasi terjadi dalam rongga usus halus.
Patologi dan Klinik
Karena cacing melekat pada dinding usus halus, maka akan menyebabkan ulkus yang
menimbulkan diare eosinofilia, cachexim, dan infeksi berat dapat menimbulkan kematian.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan gejala klinik yang khas dan menemukan telur di
dalam tinja yang agak sukar dibedakan dari telur F hepatica.
Pengobatan
Tetrachior ethylene dan hexvIresorsional.
Pencegahan
Di daerah endemik diutamakan pengawasan terhadap peternakan babi, dan tidak
memakan tumbuhan air yang mentah atau dimasak dengan tidak sempurna.
Heterophyes heterophyes
(Siebold, 1855), Stiles and Hassal, 1900)
Penyebaran
Parasit in] tersebar di Mesir, Palestine, dan Timur Jauh.
Hospes
Hospes definitifnya adalah manusia, anjing, kucing, dan babi.
Habitat
Habitat di usus halus, umur cacing dewasa 2 bulan.
Morfologi
Cacing dewasa panjangnya 2 mm, lebarnya 0,3-0,4 mm. Bagian anterior sempit dan
bagian posterior membulat, mempunyai genital sucker di lateral acetabulum. Telur berbentuk
oval berwarna kuning terang dan mempunyai operkulum, ukuran 30 x M mikron.
Siklus Hidup
Hospes perantara I, Pirenella conica
Dalam HP I, terjadi M S R1 R2 C
HP II, Mugil cephalus dimana Cercaria
berubah menjadi Metacerkaria (MC).
Manusia terinfeksi bila memakan ikan sebagai HP II yang mengandung MC yang tidak
dimasak dengan sempurna atau mentah.
Patologi dan Gejala Klinik
Penyakit yang ditimbulkannya disebut Heterophyiasis. Karena cacing berhabitat di
mukosa usus halus, maka gejala klinik dapat berupa kolik, diare, dan telur dapat masuk aliran
limf dan vena-vena kecil, dan dibawa aliran darah ke jantung dan ke alat-alat lain hingga dapat
menimbulkan kerusakan di tempat tersebut, seperti kerusakan katup jantung dan perdarahan
otak, hingga memberi gejala sesuai dengan organ yang dihinggapinya.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur cacing dalam tinja penderita.
Pengobatan
Pengobatan dapat diberikan antara lain tetrachlor ethylen, piperazin, piraziquantel.
Penyebaran
Cacing ini tersebar di Asia Timur, Afrika, dan Malaysia.
Hospes
Selain manusia hospes dari Cacing ini adalah kera dan babon.
Morfologi dan Siklus Hidup
Cacing ini berwarna merah kekuning-kuningan, panjang 8-10 mm, lobar 4-5 min dan
tebalnya kira-kira 2-4 mm, di dekat posterior sucker badan bagian ventral konkaf, telur berwarna
hijau kecokelatan, dengan ukuran 150 x 60 mikron, bentuk oval dan anterior keeil.
Siklus Hidup dan Gejala Klinik
Telur yang keluar bersama tinja penderita menjadi matang di air setelah 16-17 hari, lain
keluar Mirasidium dan masuk ke keong air sebagai HP I, lalu: M S R1 R2 C, HP II
adalah tumbuhan air. Lalu menjadi Metacercaria. Manusia terinfeksi setelah makan tumbuhan air
mentah atau dimasak tidak sempurna yang mengandung metacerearia (sebagian peneliti
menyatakan Siklus hidup yang sebenarnya belum jelas).
Gejala Klinik
Diare
Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja.
Pengobatan dan Pencegahan
Sama dengan Trematoda yang lainnya.
Metagonimus vocogaway (Katsudara, 1912)
Penyebaran
Timur Jauh, Siberia, Balkan, dan Mesir.
Habitat
Parasit ini berhabitat di usus halus manusia.
Morfologi
Ukuran panjang cacing ini 2 mm, dan lebar 0,5 mm. Acetabulum terletak sebelah lateral
dari garis tengah badannya, sedangkan genital porenya terletak di bagian anterior acetabulum.
Telurnya tak dapat d I bedakan dari telur H. heterophyes.
Siklus Hidup
Hospes definitif dari cacing ini adalah manusia, babi, anjing, kucing, dan pelican. HP I
adalah keong melania, dimana terjadi siklus M S R2 C. HP II adalah ikan air tawar,
Plegtoglossus altivelis dimana cercaria berubah menjadi Metacercaria.
Cara infeksi adalah termakan ikan mentah yang mengandung metacercaria.
Patologi dan Gejala Klinik
Penyakit yang ditimbulkannya pada manusia disebut Metagonimiasis, dengan gejala diare
ringan.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja, untuk menegakkan
diagnosis species hanya dengan menemukan cacing dewasa.
Propilak
Pengobatan dan propilak pada infeksi parasit ini sama dengan H. heterophyes.
Gastrodiscoides hominis
(Lewis and Mc Connel, 1876), Leiper 1913
Penyebaran
Parasit ini tersebar di India, Cochin, Malaysia dan di Guyana, Inggris yang berasal dari
imigran Indian.
Habitat
Cacing dewasa berhabitat di usus besar manusia, babi adalah hospes reservoar-nya.
Morfologi
Cacing ini berbentuk piriform, panjang 5-10 mm dan lebar 4-6 mm. Cacing berwarna
kemerah-merahan, bagian anterior tubuhnya seperti kerucut dan bagian posterior bulat. Bagian
posterior ini berupa cakram yang besar dengan batil isap perut besar yang mempunyai piringan
tebal dan melebar keluar, caecum pendek melebar hanya sampai pertengahan badan. Testis
berlobus dengan susunan tiap-tiap testis terletak sebelah anterior atau posterior yang lainnya.
Telurnya berbentuk oval dan mempunyai operkulum dengan ukuran 130 x 60 mikron
pada bagian yang paling lebar. Waktu keluar, telur dari cacing dewasa belum mater.
Siklus Hidup
Belum diketahui.
Patologi dan Gejala Klinik
Diare.
Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja penderita.
Pengobatan
Carbontetrachlorida, tetrachorethylen, hexylersorsinol.
Propilaks
Belum diketahui dengan pasti.
Keluarga ECHINOSTOMATIDAE
Kira-kira 11 spesies cacing dari genus Echinostoma yang ditemukan pada manusia. Di
antaranya telah ditemukan di Indonesia sebanyak 5 spesies, yaitu Echinostoma iliocanumu, E.
malayanum, E. findoensis, E. revolutum, dan E. recurvatum.
Brug dan Tesch tahun 1937 menemukan E. lidoense pada manusia di Palu, Sulawesi
Tengah, dan Bone, Bras dan Lie Kian Joe tahun t948 menemukan E. ilicanum pada penderita
sakit jiwa di Pulau Jawa.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja.
Pengobatan
Dapat diberikan pengobatan dengan tetrachlorethylen dan pengobatan barn yang lebih
aman adalah pirazikuantel.
Prognosis
Dapat sembuh setelah diberi pengobatan yang tepat.
Pencegahan
Memasak keong sawah dengan sempurna, hingga Metacercaria yang terdapat dalam
tubuh keong tidak menjadi sumber infeksi.
Paragoniues Westermani
Penyebaran
RRC, Korea, Filipina, Jepang, Vietnam, Taiwan, India, dan Afrika. Di Indonesia
autochton ditemukan pada hewan. Pada manusia ditemukan sebagai kasus impor.
Ekskistasi terjadi di dalam rongga duodenum menembus dinding uses rongga perut
diafragma rongga pleura paru-paru. Tidak jarang tersesat ke alat lain.
Pada manusia terdapat lima spesies, tetapi yang penting hanya tiga. Lima spesies tersebut
adalah:
1. Schistosoma japonicum
2. Schistosoma mansoni
3. Schistosoma haematobium
4. Schistosoma mekongi
5. Schistosoma intercalatum
Banyak spesies lain yang hidup pada hewan yang kadang-kadang juga terdapat pada
manusia. Schistosoma atau Bilharzia ialah trematoda yang hidup di dalam vena. Cacing genus ini
mempunyai jenis kelamin terpisah. Telur yang besarnya 120 x 60 mikron tidak mempunyai
operkulum, diletakkan dalam kapiler darah yang vena-vena kecil dekat permukaan selaput lendir,
misalnya usus dan kandung kemih. Telur yang terdapat dalam tinja atau urine menetas dalam air.
Mirasisium masuk ke dalam hospes perantara yaitu keong air dan terjadi perkembangan: M S1
S2 C. Cara infeksi cercaria menembus kulit masuk kapiler darah aliran darah jantung
kanan paru-paru jantung kiri sistem peredaran darah cabang-cabang vena porta
menjadi dewasa dalam hati kembali ke vena porta dan cabangcabangnya:
S. japonicum di : V. mesenterika superior
S. mansoni di : V. mesenterika inferior
S. haematobium di : V. mesenterika inferior
V. haemorrhoidalis
V. pudendalis
Plexus vesicalis.
Patologi dan Klinik
Perubahan-perubahan pada schistosomiasis dapat dibagi dalam 3 stadium:
1. Masa tunas biologik
Cercaria menembus kulit sampai menjadi dewasa. Pada kulit terjadi sedikit perubahan, di pare-
pare terjadi infiltrasi sel eosinofil, dan dalam hati terjadi peradangan akut.
2. Stadium akut
Cacing dewasa bertelur dalam mukosa usus atau kantung kemih. Telur menyebabkan pseudo
abses pseudo tuberkel yang lambat lawn dibentuk pula pada alai-alai lain.
3. Stadium menahun
Penyembuhan jaringan dengan fibrosis. Hati mina-mina membesar karena peradangan, kemudian
mengalami cirmasis periportal ascites. Terjadi pula splenomegali.
Jadi perubahan yang disebabkan oleh schistosomiasis dapat disebabkan oleh telur, cacing
dewasa, dan cercaria. Penyakit schistosomiasis atau bilharziasis masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di berbagai negeri.
Pemberantasan
Kemajuan dalam bidang pertanian menyebabkan penyebaran hospes perantara dan
penyakitnya hingga pemberantasannya menjadi sulit sekali.
Schhtosoma japonicitm
Schistosoma japonicum
Penyebaran
RRC, Jepang, Filipina, Thailand. Di Indonesia hanya ditemukan di daerah Danau Lindu dan
Lembah Napu Sulawesi Tengah.
Hospes
Manusia dan berbagai hewan seperti anjing, kucing, tikus sawah, babi, rasa, dan lain-lain.
Pada manusia menyebabkan Oriental schistosomiasis atau schistosomiasis japonica atau penyakit
Katayama atau Demam Keong.
Morfologi dan Lingkaran Hidup
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5 cm yang betina 1,9 cm. Hidup di dalam
vena usus halos. Telur ditemukan di dinding dinding usus halus dan alai lain seperti hati, paru,
dan otak. Telur mempunyai knob di samping. Oncomelania yang hidup di saluran air merupakan
hospes perantaranya.
Patologi dan Klinik
Kelainan tergantung kepada beratnya infeksi.
tadium I : gatal-gatal (ulticaria). Gejala intoksikasi disertai de-main, hepatomegali, dan eosinofilia tinggi.
tadium II : sindroma disentri disertai demam.
tadium III : sirrhosis hepatis, emasiasi, splenomegali, mungkin terdapat gejala saraf dan paru-paru.
Diagnosis
Dnegakkan dengan menemukan telur dalam tinja atau dalam ja-. ringan biopsi dan reaksi
immunologi.
Pemberantasan
Memberantas keong air yang berperan sebagai HP I yaitu Oncomelania hupensis
lindoensis.
Schistosoma haematobium dan Schitosoma mansoni tidak terdapat di Indonesia.
Telur berukuran kurang lebih 70 Vm hingga 100 µrn x 50 Vm hingga 75 pm dan di ujungnya
yang bulat terdapat projeksi yang tumpul. Apabila telur ini keluar melalui tinja, ia mengandung
embrio yang sudah cukup membesar danjuga mirasidium yang bersilia. Apabila telur-telur ini
diendapkan ke dalam air, ia menetas dengan pantasya. Mirisidium yang barn keluar dari telur itu
berenang kesana-kemari. Apabila ia bersentuhan dengan perumah perantara yang sesuai,
iamenyisipkan badannya dan masuk ke dalam jaringan siput. Siput kecil yang mempunyai insang
atau operkulum yang tergolong dalam genus Oncomelania merupakan perumah perantara cacing
ini. Larva Schistosoma sangat memerlukan perumah tertentu yaitu perumah perantara siput.
Mirasidium akan coati jika ia tidak mendapatkan perumah yang sesuai dalam beberapa jam.
Apabila sudah berada dalam perumah yang rentan, mirasidium pun membesar menjadi
sporosista. sporosista induk kemudian menghasilkan generasi anak sporosista kedua dalam masa
lebih kurang 8 hari. Perkembangan selanjutnya berlaku dan setiap anak sporosista mengeluarkan
jumlah serkaria yang banyak. Satu sporosista menghasilkan jumlah serkaria yang banyak. Semua
serkaria yang berasal dari satu mirasidium mempunyai seks yang sama. Serkaria S. japonicum
hanya akan keluar 7 minggu selepas infeksi. Cahaya merupakan perangsang yang utama untuk
serkaria keluar dari siput itu.
Serkaria ini berukuran lebih kurang 300 pin hingga 400 x 50 pm hingga 70 pm dan ekornya pula
bercabang. la berenang ke sana ke mari dalam air. Apabila serkaria ini bersentuhan dengan kulit
manusia atau mamalia lain yang rentan, ia akan menembusi ke lapisan luar kulit manusia sambil
menggoyangkan ekornya. Pada kebiasaannya, ia masuk melalui celah-celah bulu roma. Serkaria
ini masuk ke dalam kulit dengan menggunakan duri yang terdapat pada ujung anterior dan
melalui pengeluaran enzim sitolaktik daripada kelenjar sefalus. Proses infeksi ini memakan
waktu lebih kurang 3 hingga 5 menit.
Bila telah sampai pada kulit dalam, tingkatan ini melalui saluran limfa atau venul, terus
ke jantung dan kemudian ke paru-paru dalam masa seminggu selepas infeksi pada kulit luar.
Gambar CAGING SISTOSOMA ASIA
— Schistosoma japonicum
A. Cacing dewasa jantan dan betina; B. Telur
Schistosoma haematobium
Penyakit
Schistosoma haematobium dapat menyebabkan penyakit Schistosomiasis vesicalis atau
haematuri Schistosoma atau Bilharziasis UrinariUS.
Epidemiologi
Penyebaran Schistosoma pada manusia tergantung dari variasi keong air. S. haematobium
sangat endemis di seluruh Sungai Nil dan boleh dikatakan telah menyebar di seluruh Afrika,
Pulau-pulau Malagasi dan Mauritius, sarang-sarang endemi ditemukan di Israel, Yordania, Syria,
lrak, Arab, Yaman, dan daerah kecil pantai barat India. Di daerah-daerah Mesir dan bagian lain
di Afrika, 75 sampai 95 persen penduduknya telah terkena infeksi. Kera mendapat infeksi alami,
akan tetapi tidak penting untuk penyebaran infeksi.
Keong air yang merupakan hospes dari S. haematobium hidup di air tawar dan termasuk genus
Bulimus, Physopsis, dan Biamphalaria.
Patologi dan Simtomatologi
S haematobium terutama hidup di vena panggul kecil, telur terutama diletakkan di plexus
vesicalis, menyebabkan lesi di kandung kencing, alai genital, dan kadang-kadang di usus.
Telur S. haematobium yang mempunyai duri di samping terletak di dalam submukosa
dinding kandung kencing. Sedangkan beberapa telur menghambat pembuluh darah. Peradangan
yang terjadi menyebabkan perubahan progresif di kandung kencing dan jaringan sekitamya. Peru
bahan-perubahan semula merupakan hiperemi difusa dan penonjolan-penonjolan mukosa seperti
vesikel atau papel yang keeil sekali. Lipatan-lipatan seperti papiloma dan polypoid terbentuk
selama perkembangan penyakit. Kemudian daerah yang meradang terdiri atas jaringan yang
terlepas, penimbunan kalsium dan telur-telur menyebabkan mukosa seperti daerah pasir atau
berbutir-butir terutama di trigonom kandung kencing.
Kristal asam urat dan oksalat, penimbunan fosfat, telur, bekuan darah, mukus, pus, dan
papiloma yang terlepas mungkin ditemukan di dalam urine. Uretra mungkin tertutup, ureter
tersumbat dan kadangkadang pelvis ginjal terkena. Iritasi mekanik dan toksik dari telur-telur dan
penimbunan bahan kimia merupakan predisposisi terhadap proses ganas.
Di Mesir Schistosomiasis kandung kencing dianggap sebagai penyebab yang tersering
dari proses ganas di kandung kencing penderita Schistosomiasis vesicalis adalah jauh lebih
banyak daripada orangorang yang tidak terserang penyakit ini.
Kanker ini terjadi pada usia lebih muda, daripada kanker lainnya, kebanyakan dari di
bawah umur 40 tahun. Hubungan Schistosomiasis intestinalis dengan proses ganas tidak begitu
jelas seperti pada Schistosomiasis vesicalis.
Pada orang laki-laki yang paling sering terkena vesicula seminal isnya, kadang-kadang tanpa
terlihatnya kandung kencing, prostat lebih jarang terkena. Perubahan terdiri atas kongesti
proliferasi jaringan dan akhirnya fibrosis adhesif. Alat-alai genital externa laki-laki mungkin
serupa elefantiasis dengan pertumbuhan papiloma karena obstruksi saluran getah bening
serosum. Infeksi bakteri sekunder dapat menyebabkan ulkus abses perivesica dan periuretra dan
fistula kandung kencing, rectum, scrotum, dan penis.
Alat genital penderita wanita terkena pada 80-90% dari infeksi kandung kencing, vulva
mungkin mempunyai pertumbuhan papiloma noduler yang mungkin menjadi ulkus dinding
cervix dan vagina mungkin menebal, dapat terjadi fistula vesivaginal, ovarium dan tuba mungkin
melipat satu dengan yang lainnya.
Pada infeksi ringan, gejala mungkin timbul sesudah bertahun-tahun tetapi pada infeksi
berat gejala mungkin nyata sate bulan setelah infeksi. Telur mina-mina terlihat dalam urine 10
sampai 12 minggu sesudah infeksi. Gejala yang paling khas ialah hematuaria biasanya dengan
darah di dalamnya. Bilamana permulaan mukosa mulai meradang kencing mulai sering, sakit dan
lendir Berta nanah ditemukan di dalam urine. Tiap hari suhu badan meninggi, berkeringat, malas,
badan lemah, dan nyeri pada daerah supra pubis.
Jumlah Bel leukosit bertambah dan biasanya terdapat eosinofil. Terdapat cystitis dengan
infeksi sekunder yang naik ke ureter, ginjal, dan hydronefrosis. Biasanya dibentuk fistel-fistel
urine pada scrotum, perineum, dan daerah sekitarnya. Beberapa penderita memperlihatkan gejala
usus dan rectum. Kejadian kelainan Kati sama seringnya tetapi tidak begitu berat seperti pada
infeksi dengan S. japonicum dan S. mansoni.
Kelainan paru-paru terjadi pada permulaan karena migrasi Schistosoma yang belum
dewasa, kemudian karena emboli telur yang mengakibatkan pneumonitis parenkim yang ringan
sekitar bronkus dan alveolus, tetapi kadang-kadang menyebabkan lesi nekrotik yang lebih berat,
penyumbatan arteri dengan hiperplasia endotel, trombus Malin, penebalan intima yang fibrotik,
dan difus. Endarteritis dan periarteritis ialah akibat alergi terhadap zat-zat yang dikeluarkan
mirasidium di dalam telur. Keadaan yang disebut Corpulmonale terjadi karena hipertesi
pulmonale, menuju ke hipertrofi ventrikel kanan, dan akhirnya payah jantung kanan.
Apabila telur dalam jumlah besar diletakkan di dalam berbagai alai dan jaringan maka
timbullah gejala. Prognosis Schistosomiasis vesicalis adalah balk, kecuali pada stadium lanjut
dengan ulkus-ulkus karena S. haematobium relatif peka terhadap pengobatan kimiawi.
Penderita dengan infeksi menahun yang berat dan infeksi septik sebagai tambahan
terutama pada orang tea dan debil, prognosisnya buruk. Kemudian disebabkan kelemahan,
pneumonia atau infeksi tambahan.
Schistosoma mansoni
Penyakitnya
Penyakitnya disebut Bilharziasis intestinalis, disentri Schistosoma, Schistosoma mansoni.
Epidemiologi
S. mansoni tersebar di Afrika tetapi tidak seluas S. haematobium, banyak terdapat di delta
Sungai Nil sebelah utara Kairo dan Afrika Timer; mulai dari daerah Nil atas sampai ke Rhodenia
Selatan, dengan beberapa fokus di Natal dan pantai timer Malagasi. Beberapa fokus tersebar di
Arab dan Yaman. Parasit ini mungkin terbawa ke belahan dunia Barat dengan perantaraan
perdagangan budak, menetap di Brazilia, Venezuela, Suriname, Puerto Rico, Viegues, Antigua,
Republik Dominica, Guadeloune, Martinique, Monserat, Nevis, dan St. Lucia. Tidak ditemukan
di Barbodas Cuba, Haiti Jamaica, Frenidad atau Kepulauan Virgin.
Keong air yang merupakan hospes perantara adalah Biomphalaria (Australorbis) dan
Tropicarbis di Amerika Selatan dan Hindia Barat. Hewan mengerat, kera di alam mengandung
cacing ini.
Schistosoma mansoni dan schistosoma japonicum
Dermatitis schistosoma
Cercaria Schistosoma dari bermacam-macam hospes burung dan mamalia,
menembus kulit manusia tetapi tidak dapat bergerak lebih lanjut dan dihancurkan di dalam kulit,
sehingga menyebabkan dermatitis. Sejumlah burung yang berpindah-pindah tempat, termasuk
beberapa spesies itik, mengandung cacing dewasa ini dan di mana dalam perjalanan mereka
ditemukan keong sebagai hospes yang sesuai, di sinilah ditemukan dermatitis pada manusia.
Gejala klinik mulai dikenal tersebar di dunia.
Distribusi Geografik
Penyebaran mungkin kosmopolit, sekurang-kurangnya 25 spesies cercaria dari hospes
keong air tawar dan sekurang-kurangnya 4 dari keong air laut, pernah dilaporkan dan mungkin
terdapat banyak spesies lainnya.
Pertama-tama penyakit ini diketahui di Michigan pada tahun 1928 dan telah dilaporkan di
Amerika Serikat, Canada, Eropa, Meksiko, Amerika Tengah, Jepang, Malaysia, Australia, India,
Afrika, Alaska, Amerika Selatan, Kuba, dan Selandia Baru. Cercaria air laut menyebabkan
dermatitis pada pencari remis dan perenang di laut, di pantai timur, dan barat Amerika Serikat
dan Hawai.
Cercaria yang keluar dari keong berenang di air dangkal atau terbawa ke dekat pantai
dengan gelombang air. Cercaria ini berenang bebas sampai 24 jam. Penyebaran dan kebiasaan
hospes keong menentukan adanya infestasi di suatu pantai yang dipakai untuk berenang.
Patologi dan Simtomatologi
Cercaria yang menembus kulit dihancurkan di dalam lapisan epitel kulit, meskipun
kadang-kadang dapat melarikan diri ke paru-paru. Cercaria ini menyebabkan reaksi radang akut
dengan edema, infiltrasi dini dengan sel neutrofi I, limfosit, dan kemudian dengan eosinofil.
Cercaria di dalam air mungkin menembus kulit akan tetapi biasanya hal ini terjadi apabila
lapisan air menguap pada kulit.
Perasaan seperti tertusuk-tusuk diikuti dengan pembentukan urtikaria secara cepat, yang
menghilang dalam waktu setengah jam meninggalkan bekas sebagai makula yang kecil-keell.
Beberapa jam sesudah gatal hebat terjadi edema dan makula berubah menjadi papula, kadang-
kadang terjadi pustua, reaksi mencapai puncak dalam 2 sampai 3 hari. Kemerahan yang berupa
papula dan kadang-kadang hemoragi sembuh dalam waktu seminggu atau lebih tetapi mungkin
menjadi lebih hebat karena garukan dan infeksi sekunder. Pada infeksi berat mungkin terdapat
reaksi umum dengan kelemahan. Reaksi terhadap infeksi ini berlainan pada tiap orang.
Reaksi ini pada dasarnya adalah suatu fenomena sanitasi. Lesi kulit setempat yang
disebabkan Schistosoma manusia adalah ringan, tetapi dengan adanya reinfeksi terus-menerus,
orang yang telah menjadi sensitif dapat memperlihatkan suatu dermatitis yang jelas. Dermatitis
yang disebabkan Schistosoma hewan berkisar antara ringan sampai berat, tergantung daripada
reaksi imunologi perseorangan. Infeksi berulangulang menjurus ke reaksi yang semakin hebat.
Diagnosis
Dalam anamnesis kontak dengan air dan kemerahan kulit. Tes serologi dan kulit mungkin
positif, sehingga menyebabkan diagnosis menjadi Schistosomiasis manusia, suatu diagnosis yang
salah.
Pengobatan
Lotion antigatal dan antihistamin dapat meringankan. Pengobatan antibakteri harus
dipakai untuk infeksi bakteri sekunder.
Pencegahan
Pemusnahan keong dari daerah sekitar pantai renang adalah cara yang paling praktis
untuk membasmi "Swimmer's itch". Keong dapat dihancurkan dengan menghilangkan tumbuh-
tumbuhan dan dengan moluskaida.
Campuran dua bagian sulfat tembaga dan satu bagian karbonat tembaga dalam tiga per
1000 kaki persegi berhasil baik. Natrium pentaklorfenat juga berguna. Menggosok badan dengan
kuat dengan handuk segera sesudah si perenang meninggalkan air dapat mencegah
menembusnya cercaria ke dalam kulit.
CESTODA
Cestoda ini terbagi ke dalam 2 ordo:
I. Ordo Pseudophyllidea
II. Ordo Cyclophyllidea
Manusia merupakan hospes dari Cestoda dalam bentuk:
Dewasa: - Diphyllobothrium Tatum
- Taenia saginata
- Taenia soleum
- Hymenolepis nano
- Hymenolepis diminuta
- Diphyllidium caninum
Larva: - Diphyllobothrium spp.
- Taenia soleum
- Echinococcus granulosus
- Echinococcus multilocularis
- Multiceps spp.
Morfologi dan Lingkaran Hidup
Bentuk badan seperti pica dan terdiri dari:
a. Skolek, yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat. Pada Cyclophillidea skolek
dilengkapi dengan batil isap dan kepala yang bulat, sedang pada Pseudophyllidae skolek
mempunyai lekuk isap dan kepala berbentuk sendok.
b. Leher antara skolek dan badan, bagian ini lebih kecil dan merupakan tempat pertumbuhan
bagian badan.
c. Strobila yaitu bagian badan yang terdiri dari segmen-segmen yang disebut proglotid. Tiap
proglotid mempunyai susunan alai kelamin jantan dan betina lengkap, keadaan ini disebut
hermafrodit. Pada Cyclophyllidae, genital pore terdapat di pinggir (lateral) dari proglotid, sedang
pada Pseudophyllidoe, lubang uterusnya terdapat di sentral dari proglotid. Genital pore pada
Pseudophyllidae terletak pada medioventral dari proglotid, sedangkan Cyclophylidae tidak
mempunyai uterin pore.
Cacing ini tidak mempunyai rongga badan dan alai cema. Telur dilepaskan bersama
dengan proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus. Embrio yang terdapat di dalam telur
disebut onkosfer berupa em-brio heksakan yang tumbuh menjadi infektif di dalam hospes
perantara. Cyclophyllidea umumnya mempunyai satu hospes perantara, sedang Pseudophyllidea,
mempunyai dua hospes perantara.
Cara Infeksi
Menelan larva infektif di dalam hospes perantara dan dapat juga dengan memakan telur.
Penyebaran
Amerika, Canada, Eropa, Afrika, Siberia, Malagasi. Belum ditemukan di Indonesia.
Hospes
Manusia, menyebabkan Diphyllobothriasis. Hospes reservoir adalah anjing, anjing hutan,
dan beruang. Hospes perantara I adalah Cyclops dan Dioptomus. Hospes perantara. II adalah
ikan.
Cara Infeksi
Bila manusia memakan ikan mentah atau yang tidak dimasak dengan baik yang
mengandung plerocercoid.
Diagnosa
Menemukan telur di dalam tinja, dapat juga dengan menemukan proglotid dalam, tinja.
Pengobatan
Yornesan, Bithionol.
Pencegahan
Menghindari makan ikan mentah atau yang kurang matang dan tidak mencemari air
dengan tinja manusia.
Diphyllobothrium latum (Gating pity ikan)
Siklus hidup cestoda
Hospes
Hospes cacing dewasa terdapat pada anjing, kucing, dan karnivora lain. Manusia dapat
dihinggapi stadium larvanya (sparganum).
HP 1 Cyclops dan Dioptomus
HP 11 amphibi dan reptil.
Klinik
Pada manusia sparganum tidak bisa menjadi dewasa tetapi mengembara terutama dalam
otot-otot dan fascia yang menimbulkan sparganosis.
Diagnosis
Menemukan sparganum dalam jaringan.
Pengobatan
mengeluarkan larva dengan operas i/eksterfas 1.
Pencegahan
Tidak memakan kodok atau reptil.
Taenia Saginata
Beef tapeworm)
Penyebaran
Kosmopolit, juga ditemukan di Indonesia.
Penyebaran
Kosmopolit, juga ditemukan di Indonesia terutama di daerah yang penduduknya non-
muslirn.
Cara Infeksi
Manusia akan terinfeksi bila makan daging sapi yang mengandung Cysticercus bovis
yang tidak dimasak dengan sempuma.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan proglotid yang keluar secara aktif melalui
anus. Diagnosa genus dengan menemukan telur dalam tinja, sebab telur T saginata tak dapat
dibedakan dari telur T soleum.
Pengobatan
Yomesan dan Atebrin. Pencegahan
Memakan daging sapi yang dimasak di atas suhu 57°C, atau didinginkan sampai –10°C selama 5
hari.
Diagnosis
Taeniasis solium ditegakkan dengan pemeriksaan proglotid. Cyticercosis ditegakkan
dengan:
a. menemukan cysticercus dalam benjolan kulit atau alai dalam,
b. reaksi immunologi.
Pengobatan
Atebrin, Yomesan.
Pencegahan
Tidak memakan daging babi yang mentah atau tidak dimasak dengan sempurna.
Hymenolepis nana
(Dwar tapeworm
Penyebaran
Kosmopolit, juga ditemukan di Indonesia.
Pada manusia infeksi H. nana tidak memerlukan hospes perantara. Cara infeksi dengan
tertelannya telur. Telur menetas dan onkosfer masuk mukosa, usus halus, dan menjadi
cysticercoid. Cysticercoid bersarang dalam tunica propria dari villi usus halus. Setelah beberapa
Sari kembali ke rongga usus halus menjadi dewasa. Setelah 30 Sari
sesudah infeksi akan ditemukan telur di dalam tinja. Kadang-kadang telur tidak dikeluarkan
bersama tinja, tetapi menetas di dalam usus, onkosfer yang keluarmenembusvilli usus dan
lingkaran hidupnya akan berulang. Hal ini disebut autoinfeksi interne yang dapat menyebabkan
infeksi menjadi berat.
Pengobatan
Niclosamin, atebrill.
Pencegahan
Melindungi makanan dari pencemaran tinja penderita dan mengobati penderita sesegera
mungkin.
Hymenolepis diminuta
Penyebaran
Kosmopolit, juga ditemukan di Indonesia. Hospes dan Habitat
Manusia, tikus, dan mencit, habitat di usus halus.
Morfologi dan Lingkaran Hidup
Cacing dewasa panjangnya 10-60 cm, lebarnya 3-5 mm, lebih besar dari H. nana,
mempunyai 800-1000 proglotid. Scolexnya bulat mempunyai rostellum di puncaknya tanpa kait-
kait dan ada 4 batil isap kecil. Proglotid lebarnya jauh lebih besar dari panjangnya. Panjangnya
0,8 mm, lebarnya 2,5 mm. Proglotid gravid mengandung uterus yang berbentuk kantong, berisi
telur yang berkelompok-kelompok.
Telur berukuran 58 x 86 mikron, berbeda dengan H. nana karena tidak ada filamen pada
kedua kutubnya. Hospes perantaranya Larva pinjal tikus dan kumbang tepung dewasa. Dalam
serangga ini embrio yang keluar dari telurnya berkembang menjadi cysticercoid. Manusia
terinfeksi bila termakan larva pinjal atau kumbang tepung yang mengandung cysticercoid.
Diagnosa
Menemukan telur dalam tinja.
Pengobatan
Niclosamid dan Atebrin.
Pencegahan
Membasmi tikus dan serangga yang berperan sebagai hospes perantara.
Diphyllidium caninum
(The double pored Dog Tape Worm
Penyebaran
Kosmopolit.
Hospes dan Habitat
Hospes dari parasit ini anjing dan kucing, kadang-kadang dapat mengenai manusia.
Habitat di uses hales.
Morfologi dan Lingkaran Hidup
Cacing dewasa berukuran 15-70 cm, dengan 60-175 proglotid. Scolexnya berbentuk
belah ketupat dan mempunyai 4 batil isap lonjong dan menonjol. Sebuah rostelum seperti
kerucut refractil yang dilengkapi 30-150 kait-kait yang berbentuk duri mawar dan tersusun
menurut garis transversal. Proglotidnya menyerupai tempayan dengan 2 perangkat alai kelamin
dan sebuah lubang kelamin di tengah-tengah masing-masing sisi lateral.
Proglotid gravid dipenuhi dengan telur yang dikelilingi oleh kapsul telur yang
bermembran. Setiap kapsul mengandung 8-20 butir telur. Proglotid gravid dapat aktif keluar anus
atau keluar bersama tinja satu atau berkelompok 2-3 proglotid. Telur mengandung embrio yang
akan coati karena kekeringan. Hospes perantara adalah C. Canis atau C. fells yang langsung
berfungsi sebagai vektor. Di dalam badan vektor onkosfer akan membesar dan menjadi
cysticercoid yang berekor. Manusia terinfeksi bila termakan kutu anjing atau kutu kucing yang
mengandung cysticercoid.
Gambar 13.3 Morfologi Diphyllidium caninum
Cacing ini dapat hidup biasanya 5 bulan, kadang-kadang ada yang dapat hidup sampai 1
tahun. Pada anjing sewaktu parasit ini berada di intestin tidak begitu mengganggu, tetapi
larvanya dapat menimbulkan kista hidatid hospes perantara. Pada hospes perantara yang terkena
infeksi dengan menembus usus dan masuk saluran limf atau kaptler darah lalu dibawa ke
berbagai bagian tubuh seperti hati, paru-paru, otot, ginjal, limpa, otak, tulang, dan tumbuh
menjadi kista hidatid yang berukuran 1 mm dalam waktu I bulan dan dapat menjadi 10-50 mm
dalam waktu
5 bulan. Kista pada manusia biasanya berbentuk bulat dengan dinding 2 lapis dan diameter dapat
mencapai 20 cm.
Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan kista dan menemukan scolex pada cairan
fungsi atau dari kista yang diekterpasi dan dapat Pula dengan reaksi immunologi.
Pengobatan
Ekterpasi kista dengan pembedahan.
Echinococcus multilocularis
(Leukart 1863, Vogel, 1955)
Penyebaran
Ditemukan endemik di Eropa Tengah, Eropa Timur, Balkan, Jepang, Kanada, Alaska,
Australia, dan Selandia Baru.
Diagnosis
Sukar untuk menegakkan diagnosis pasti, tapi pads penderita yang meninggal dapat
dilakukan autopsi.
Pengobatan
Pengobatan adalah dengan operasi, tapi ini amat sulit karena jaringan tumbuh dan
bermetastase.
Pencegahan
Menghindari makanan yang terkontaminasi dari tinja hospes definitif.
BAB IV
PROTOZOA SEBAGAI PARASIT PADA MANUSIA
PROTOZOOLOGI
Protozoologi ialah ilmu yang berisi kajian tentang hewan bersel satu yang hidup sebagai
parasit pada manusia..
Filum Protozoa
Definisi
Protozoa ialah hewan bersel satu yang dapat hidup secara mandiri atau berkelompok.
Tiap Protozoa merupakan satu sel yang merupakan kesatuan yang lengkap, balk dalam susunan
maupun dalam fungsinya.
Morfologi
Struktur dari sel Protozoa terdiri dari dua bagian:
1. Sitoplasma, dan
2. Nukleus atau intl.
1. Sitoplasma
Sitoplasma terdiri dari:
a. Ektoplasma yaitu bagian luar yang terdiri dari Malin yang jernih dan homogen dengan
struktur yang elastic. Fungsinya sebagai:
1) alat pergerakan,
2) mengambil makanan,
3) ekskresi,
4) respirasi, dan
5) mempertahankan diri.
Endoplasma adalah bagian dalam dari sel, tidakjemih yang berbutirbutir dan di dalamnya
terdapat inti. Di dalam endoplasma ini terdapat vakuola makanan, makanan cadangan, vakuola
kontraktil, benda asing, dan benda kromatoid. Pada Mastigophora biasanya terdapat kinetoplas
yang terdiri dari benda para basal dan bleparoplas, yaitu tempat keluar flagel.
Reproduksi
Protozoa mempunyai dua cara reproduksi (berkembang biak) yaitu:
1. Cara aseksual
2. Cara seksual
2. Cara seksual
Pada pembiakan secara seksual berupa perkawinan antara mikrogamet dan makrogamet. Setelah
terjadi perkawinan akan menghasilkan zigot (zygosis = menjadi satu), lalu terbentuk ookinet lalu
menjadi ookista yang di dalamnya terbentuk sporozoit, proses ini disebut sporogoni.
Definisi-definisi
Definisi ialah istilah-istilah yang biasa ditemukan berhubungan dengan Protozoa.
trojbzoit = stadium dalam daur hidup Protozoa, dimana ia makan, bergerak, berkembang
biak, dan mempertahankan koloni di dalam tubuh tulan rumah.
kista = stadium yang tidak aktif yang melindungi diri dengan membuat dinding kista.
Prakista = stadium yang mendahului stadium kista, yaitu st adium trofozoit yang
membulat, tapi belum mempunyai dinding.
Enkislasi = perubahan bentuk trofozoit menjadi kista.
Ekskistasi = proses keluarnya trofozoit dari kista.
Kromatin = bagian-bagian inti yang mudah diwarnai.
Bleparoplas = bintik kromatin tempat flagel tumbuh.
Vakuola glikonen = cadangan glikonen yang berwarna gelap dengan pulasan yodium terutama
a makanan = vesikel dengan membran yang dibentuk dalam sitoplasma di sekeliling butir makanan.
a kontraktil = vesikel dengan membran yang dibentuk dalam sitoplasma dan berfungsi untuk mengambil dan
mengeluarkan air dengan kontraksi. Biasanya vakuola kontraktil ini terdapat pada Amoeba yang
hidup bebas.
podia = kaki palsu yaitu tonjolan sitoplasma yang dibentuk pada permukaan trofozoit, yang bersifat
Klasifikasi Protozoa
Protozoa yang berperan sebagai parasit pada manusia dalam dunia kedokteran dibagi
dalam 4 kelas, yaitu:
1. Kelas Rhizopoda
2. Kelas Flagellate = Mastigophora (mastix = cambuk, phoros = mengandung)
3. Kelas Ciliate (cilia = bulu)
4. Kelas Sporozoa
Pembagian Filum Protozoa secara sistematik dapat dilihat pada pembagian secara sistematik
menurut:
– Thomas V.V.
– Chatterjee K.D.
KLASIFIKASI SISTEMIK Protozoa
(Chatterjee, 1969)
KELAS
RHIZOPODA
Dari kelas Rhizopoda in i dapat dibagi menjadi 4 genus berdasarkan morfologi dari
intinya, yaitu:
1. Genus Entamoeba dengan inti Entamoeba
Inti entamoeba, yaitu kariosom kecil terletak di bagian tengah inti (eksentris atau sentris), di
sekeliling membran inti terdapat banyak granola kromatin.
Sejarah
Parasit ini pertama kali ditemukan oleh "Lambl" tahun 1859, sedang 1875 "Losch"
membuktikan sifat patogen dari parasit ini, dan Schaudinn (1903) dapat membedakan jenis
Amoeba yang patogen dan yang apatogen.
Penyebaran
Parasit ini tersebar lugs di seluruh dunia, tapi lebih banyak di daerah tropis dan subtropis
daripada di daerah beriklim sedang.
Hospes
Hospes dari parasit ini adalah manusia dan kera. Di Cina, anjing dan tikus-tikus liar
merupakan somber infeksi bagi manusia. Walaupun bukan merupakan faktor penting dalam
penyebaran penyakit pada manusia, rnaka hewan-hewan ini dianggap sebagai hospes reservoir
dari E. histolytica.
Habitat
Habitat dari stadium trofozoit parasit ini (stadium yang menginfeksi jaringan = stadium
histolytica) hidup di dalam jaringan mukosa dan submukosa dari usus besar manusia. Stadium
minuta dan -stadium kista ditemukan di lumen dari usus besar manusia.
Morfologi
Dalam mempelajari struktur dari E. histolytica biasanya dapat dipelajari dari preparat
yang dipulas (yodium atau ironhematoxylin) ataupun tanpa pulasan.
Dalam daur hidup E. histolytica
1. Stadium Trofozoit (stadium pertumbuhan atau stadium makan) Dalam keadaan segar, di bawah
mikroskop stadium ini terlihat bergerak dengan pseudopodia yang dibentuk mendadak dengan
pergerakan cepat. Ukurannya: 10-40 mikron, rata-rata 20-30 mikron, karma pergerakan ini,
bentuknya menjadi tidak tetap.
Ektoplasmanyajeniih dan transparan. Endoplasmanya mempunyai granula halus, di dalamnya
ditemukan sel darah merah, kadangkadang sel leukosit. Stadium ini adalah patogen disebut juga
sebagai stadium histolytica (histo =jaringan, lysis = hancur). Stadium ini terdapat di dalam
jaringan usus besar, paru-paru, hati, otak, kulit, dan vagina. Stadium ini berkembang biak secara
belch pasang di jaringan dan dapat merusak jaringan dengan enzim yang dikeluarkannya yaitu
enzim proteolitik. Stadium ini mempunyai sate inti yaitu Intl bentuk entamoeba dengan kariosom
terletak di tengah = sentris.
http://djokopurwoko.blogspot.co.id/2015/02/buku-ajar-i-1-105.html