You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia kejadian operasi Sectio caesarea yang semakin banyak sudah
issue , tapi ada suatu indicator yang dijadikan patokan masyarakat. Dari data
tahun 1975, di jaman operasi sectio caesare masih jarang dilakukan, angka
kematian ibu yang melahirkan sekitar 30 orang setiap 1000 orang ibu yang
melahirkan. Lewat keseriusan pemerintah untuk menekan angka kematian ibu
terus diupayakan sehingga pada tahun 1996 mencanangkan “Gerakan Sayang
Ibu” (GSI) dan mematok angka 2,25% dari semua persalinan sebagai target
nasional untuk menurunkan angka kematian ibu pada akhir 1999 (Cindy, dkk,
2005).
Indikasi sectio caesarea antara lain : Ibu / janin : Distosia
(ketidakseimbangan sepalopelvik, kegagalan induksi persalinan, kerja rahim
yang abnormal). Ibu : Penyakit pada ibu (Eklapmsia, DM, Penyakit
jantung,Ca servik), pembedahan sebelumnya, sumbatan pada jalan lahir.
Janin : Gangguan pada janin, Prolaps tali, Mal presentasi. Plasenta : Plasenta
previa, Abrupsion plasenta. Untuk menekan angka kematian ibu dan janin
salah satu cara bisa dilakukan dengan tindakan operasi. Tindakan persalinan
yang biasa dilakukan adalah bedah Caesar.
Di negara maju frekuensi operasi sectio caesarea berkisar antara 1,5%
sampai dengan 7% dari semua persalinan (Sarwono, 1999). Indikasi
dilakukan sectio caesarea pada ibu adalah disproporsi Cepalo pelvic, placenta
previa, tumor jalan lahir, hidramnion, kehamilan gamely, sedangkan janin
adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang, hidrocepalus (Oxom, 2008).
Pre eklampsia atau peningkatan tekanan darah, protenuria dan udem pada
ibu hamil juga merupakan indikasi dilakukan operasi sectio caesarea. Karena
bila dipaksakan pervaginaan dapat berisiko terjadi kejang pada ibu atau
eklampsia. Eklampsia dapat menyebabkan kematian ibu bahkan janin yang
dikandungnya. Namun demikian operasi sectio caesarea bukan tanpa adanya
resiko. Komplikasi sectio caesarea antara lain perdarahan, infeksi (sepsis),
dan cedera di sekeliling struktur (usus besar, kandung kemih, pembuluh
ligament yang lebar,ureter) (Hacker, 2001).
Perawat harus memahami hal tersebut, harus mamplakukan asuhan
keperawatan pada pasien post operasi sectio caesarea. Melakukan pengkajian
pada pasien, menentukan diagnose yang bisa atau mungkin muncul,
menyusun rencana tindakan dan mengimplementasikan rencana tersebut serta
mengevaluasi hasilnya. Atas dasar uraian di atas, maka penulis mengambil
judul laporan ini: “Asuhan Keperawatan pada Ny. G dengan Post Sectio
Caesarea Rumah Sakit Umum Zainal Abidin

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu secara umum melakukan Asuhan Keperawatan pada
Ny. G dengan diagnose Post Sectio Caesarea Indikasi karena SC berulang
di Ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Zainal Abidin

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian secara sistematis pada
Ny. G dengan Post Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Zainal abidin
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan sesuai dengan
data pengkajian yang didapat pada Ny. G dengan Post Sectio Caesarea
di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Zainal abidin
c. Mahasiswa mampu membuat intervensi sesuai dengan diagnose
keperawatan pada Ny. G dengan Post Sectio Caesarea di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Zainal abidin
d. Mahasisawa mampu mengimplentasikan rencana tindakan yang telah
di susun di Ruang Kebidanan Rumah Zainal abidin
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah di laksanakan di
Ruang Kebidanan Rumah Sakit Zainal abidin.
C. Manfaat Penulisan Laporan
1. Penulis
Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan
pengalaman khususnya dalam bidang maternitas pada pasien post sectio
caesarea

2. Institusi Rumah Sakit BLUD RS MEURAXA


Sebagai bahan masuk dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktek layanan keperawatan khususnya pada pasien post operasi sectio
caesaria.

3. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesarea dengan post sc
berulang yang dapat digunakan acuan bagi praktek mahasiswa
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Sectio Caesarea


Seksio secaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah
anestesia sehingga janin, plasenta dan ketuban di lahirkan melalui insisi
dinding abdomendan uterus. Prosedur ini biasanya di lakukan setelah viabilitas
tercapai ( mis, usia kehamilan lebih dari 24 minggu) (Buku Ajar bidan, Myles,
edisi 14.2011).
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen.Teknik
ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah
terjadi distres janin.Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah
malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin
dan ibu. Sectio caesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat .Untuk
sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila
dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan
sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi
.(Buku pre operatif .arifmuttaqin.2010)
Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding
abdomen (laparotomi)dan dinding uterus (histerotomi). Definisi ini tidak
mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri
atau pada kasus kehamilan abdomen. (obstetri williams,2005).
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas yaitu, Sectio caesarea adalah
pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika
kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres
janin.Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi
janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.
B. Etiologi
Indikasi kelahiran dengan bedah
Absolute Relative
Ibu a Indikasi persalinan yang a Bedah sesar elektif berulang
gagal b Penyakit ibu (pre eklamsi
b Proses persalinan tidak berat,penyakit diabetes,kanker
maju serviks)
(distosia persalinan)
c. Disproporsi
sefalopelvik(panggul sempit
a. Bedah uterus sebelumnya a. Riwayat bedah uterus
Utero (sesar klasik) sebelumnya miomektomi dengan
plasentab. Riwayat ruptur uterus ketebalan penuh)
c. Obstruksi jalan lahir
b. Presentasi funik(tali pusat)pada
(fibroid) saat persalinan
d. Plasenta previa,abruption
plasenta berukuran besar
Janin a. Gawat janin/hasil
a. Mal presentasi janin(sungsang
pemeriksaan janin yang ,presentasi alis ,presentasi
tidak meyakinkan gabingan )
b. Prolaps tali pusat b. Makrosomia
c. Malpresentasi janin (posisi c. Kelainan janin (hidrosefalus)
melintang)
Sumber :errol norwis,buku anatomi 2011

C. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic,
rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia
serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
D. Manifestasi Klinis
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit
3. Disproporsi sevalo pelvic yaitu ketidak seimbangan antara ukuran kepala
dan pangul
4. Ruptur uteri
5. Partus lama
6. Partus tidak maju
7. Distosia sereviks
8. Preeklamsia, eklamsia dan hipertensi

E. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya
setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan
sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC
transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
3. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
a) Luka kandung kemih
b) Embolisme paru – paru
c) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah
sectio caesarea klasik.

F. Penatalaksanaan Medis Post SC


1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL
secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan.Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a) AntibiotikCara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
c) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
d) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
e) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
f) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
7. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit.
H. Asuhan Keperawatan Sectio Caesarea
A. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung
b. Keluhan utama klien saat ini
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 600-800 mL
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai
wanita.Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan.
3) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi
spinalepidural.
5) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
6) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
8) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.Aliran lokhea sedang.
B. Diagnosa keperawatan
1. Transisi Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan
atau adanya peningkatan anggota keluarga (Doengoes,2001)
2. Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan
(Doengoes,2001)
3. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri,
transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
(Doengoes,2001)
4. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa
kehidupan (Doengoes,2001)
5. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang pemajanan informasi, tidak mengenal sumber-sumber
6. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi
mekanisme efek-efek hormonal/anastesi (Doengoes,2001)
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Perubahan proses Tujuan : a. Anjur kan pasien untuk a.Jam pertama setelah kelahiran
keluarga berhubungan Setelah diberikan menggendong, menyetuh dan memberikan kesempatan unik
dengan perkembangan asuhan keperawatan memeriksa bayi, tergantung pada untuk ikatan keluarga terjadi
transisi / peningkatan diharapkan pasien kondisi pasien dan bayi, bantu sesuai karena ibu dan bayi secara
anggota keluarga dapat menerima kebutuhan emosional dan menerima
perubahan dalam b. Berikan kesempatan untuk ayah / isyarat satu sama lain, yang
keluarga dengan pasangan untuk menyentuh dan memulai kedekatan dan
anggota barunya menggendong bayi dan Bantu dalam proses pengenalan
Kriteria hasil : perawatan bayi sesuai kemungkinan b.Membantu memudahkan
a. Menggendong situasi. ikatan / kedekatan diantara
bayi, bila kondisi c. Observasi dan catat interaksi ayah dan bayi. Memberikan
memungkinkan keluarga bayi, perhatikan perilaku kesempatan untuk ibu
b. Mendemontrasikan yang dianggap menggandakan dan memvalidasi realitas situasi
prilaku kedekatan kedekatan dalam budaya tertentu dan bayi baru lahir.
dan ikatan yang d. Diskusikan kebutuhan kemajuan dan c.Ada kontak pertama dengan
tepat sifat interaksi yang lazim dari ikatan. bayi, ibu menunjukkan pola
c. Mulai secara aktif Perhatikan kenormalan dari variasi progresif dari perilaku dengan
mengikuti respon dari satu waktu ke waktu. cara menggunakan ujung jari.
perawatan bayi d.Membantu pasien dan
baru lahir dengan pasangan memahami makna
cepat pentingnya proses dan
memberikan keyakinan bahwa
perbedaan diperkirakan
2. Ketidaknyamanan : Tujuan : a. Tentukan lokasi dan karakteristik a.Pasien mungkin tidak secara
nyeri, akut Setelah diberikan ketidaknyamanan perhatikan isyarat verbal melaporkan nyeri dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan verbal dan non verbal seperti meringis ketidaknyamanan secara
trauma pembedahan. diharapkan b. Berikan informasi dan petunjuk langsung. Membedakan
ketidaknyamanan ; antisipasi mengenai penyebab karakteristik khusus dari nyeri
nyeri berkurang atau ketidaknyamanan dan intervensi yang membantu membedakan nyeri
hilang. tepat paska operasi dari terjadinya
Kriteria hasil : c. Evaluasi tekanan darah dan nadi ; komplikasi
a. Mengungkapkan perhatikan perubahan prilaku b.Meningkatkan pemecahan
kekurangan rasa d. Perhatikan nyeri tekan uterus dan masalah, membantu
nyeri. adanya atau karakteristik nyeri mengurangi nyeri berkenaan
b. Tampak rileks e. Ubah posisi pasien, kurangi dengan ansietas.
mampu tidur. rangsangan berbahaya dan berikan c.Pada banyak pasien, nyeri
c. Skala nyeri 1-3 gosokan punggung dan gunakan dapat menyebabkan gelisah,
teknik pernafasan dan relaksasi dan serta tekanan darah dan nadi
distraksi meningkat. Analgesia dapat
menurunkan tekanan darah
d.Selama 12 jam pertama paska
partum, kontraksi uterus kuat
dan teratur dan ini berlanjut 2
– 3 hari berikutnya, meskipun
frekuensi dan intensitasnya
dikurangi faktor-faktor yang
memperberat nyeri penyerta
meliputi multipara,
overdistersi uterus.
e.Merilekskan otot dan
mengalihkan perhatian dari
sensasi nyeri. Meningkatkan
kenyamanan dan menurunkan
distraksi tidak menyenangkan,
meningkatkan rasa sejahtera.
3. Ansietas berhubungan Tujuan : a. Dorong keberadaan atau partisipasi a.Memberikan dukungan
dengan krisis situasi, Setelah diberikan pasangan emosional; dapat mendorong
ancaman pada konsep asuhan keperawatan b. Tentukan tingkat ansietas pasien dan mengungkapkan masalah.
diri, transmisi / diharapkan ansietas sumber dari masalah. b.Mendorong pasien atau
kontak interpersonal, dapat berkurang atau c. Bantu pasien atau pasangan dalam pasangan untuk
kebutuhan tidak hilang. mengidentifikasi mekanisme koping mengungkapkan keluhan atau
terpenuhi Kriteria hasil : baru yang lazim dan perkembangan harapan yang tidak terpenuhi
a. Mengungkapkan strategi koping baru jika dibutuhkan. dalam proses ikatan/menjadi
perasaan ansietas d. Memberikan informasi yang akurat orang tua.
b. Melaporkan tentang keadaan pasien dan bayi. c.Membantu memfasilitasi
bahwa ansietas e. Mulai kontak antara pasien/pasangan adaptasi yang positif terhadap
sudah menurun dengan baik sesegera mungkin. peran baru, mengurangi
c. Kelihatan rileks, perasaan ansietas
dapat tidur / d.Khayalan yang disebabkan
istirahat dengan informasi atau
benar. kesalahpahaman dapat
meningkatkan tingkat ansietas
e.Mengurangi ansietas yang
mungkin berhubungan dengan
penanganan bayi, takut
terhadap sesuatu yang tidak
diketahui, atau menganggap
hal yang buruk berkenaan
dengan keadaan bayi.
4. Harga diri rendah Tujuan : a. Tentukan respon emosional pasien / a.Kedua anggota pasangan
berhubungan dengan Setelah diberikan pasangan terhadap kelahiran sesarea. mungkin mengalami reaksi
merasa gagal dal am asuhan keperawatan b. Tinjau ulang partisipasi emosi negatif
peristiwa kehidupan. diharapkan pasien pasien/pasangan dan peran dalam terhadap.kelahiran sesarea
tidak lagi pengalaman kelahiran. Identifikasi meskipun bayi sehat, orangtua
mengungkapkan perilaku positif selama proses prenatal
sering berduka dan merasa
perasaan negatif diri dan antepartal. kehilangan karena tidak
dan situasi c. Tekankan kemiripan antara kelahiran mengalami kelahiran
Kriteria hasil : sesarea dan vagina. Sampaikan sifat pervagina sesuai yang
a. Mengungkapkan positif terhadap kelahiran sesarea.Dandiperkirakan
pemahaman atur perawatan pasca patum sedekat b.Respon berduka dapat
mengenai faktor mungkin pada perawatan yang berkurang bila ibu dan ayah
individu yang diberikan pada pasien setelah mampu saling membagi akan
mencetuskan situasi kelahiran vagina. pengalaman kelahiran,
saat ini. sebagai dapat membantu
b. Mengekspresikan menghindari rasa bersalah
diri yang positif. c.Pasien dapat merubah
persepsinya tentang
pengalaman kelahiran sesarea
sebagaiman persepsinya
tentang kesehatannya /
penyakitnya berdasarkan pada
sikap professional.
5. Risiko tinggi terhadap Tujuan : a. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci a.Membantu mencegah atau
infeksi berhubungan Infeksi tidak terjadi tangan dengan cermat dan membatasi penyebaran
dengan trauma Kriteria hasil : pembuangan pengalas kotoran, infeksi.
jaringan / kulit rusak a. Luka bebas dari pembalut perineal dan linen b. Anemia, diabetes dan
drainase purulen terkontaminasi dengan tepat. persalinan yang lama sebelum
dengan tanda awal b. Tinjau ulang hemogolobin / kelahiran sesarea
penyembuhan. hematokrit pranantal ; perhatikan meningkatkan resiko infeksi
b. Bebas dari infeksi, adanya kondisi yang dan memperlambat
tidak demam, urin mempredisposisikan pasien pada penyembahan.
jernih kuning infeksi pasca operasi. c.Pasien yang berat badan 20%
pucat. c. Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan dibawah berat badan normal
penampilan rambut, kuku jari, kulit atau yang anemia atau yang
dan sebagainya Perhatikan berat malnutrisi, lebih rentan
badan sebelum hamil dan terhadap infeksi pascapartum
penambahan berat badan prenatal. dan dapat memerlukan diet
d. Dorong masukkan cairan oral dan diet khusus
tinggi protein, vitamin C dan besi. d.Mencegah dehidrasi ;
e. Inspeksi balutan abdominal terhadap memaksimalkan volume,
eksudat atau rembesan. Lepasnya sirkulasi dan aliran urin,
balutan sesuai indikasi. protein dan vitamin C
. diperlukan untuk
pembentukan kolagen, besi
diperlukan untuk sintesi
hemoglobin
e. Balutan steril menutupi luka
pada 24 jam pertama
kelahiran sesarea membantu
melindungi luka dari cedera
atau kontaminasi. Rembesan
dapat menandakan hematoma.
D. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan
tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa
berkurangnya atau hilangnya masalah ibu. Pada tahap implementasi ini
terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan,
menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan, serta
melanjutkan pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail
dan jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan
baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakan
langsung atau bekerja sama dengan para tenaga pelaksana lainnya.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi.
Di samping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau
pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka
dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 November 2014 ada pun data yang
didapatkan bahwa pasien masuk melalui Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa pada tanggal 11 November 2014 dibawa oleh keluarganya
dengan nomor register 08.701 dan sekarang dirawat di Ruang Kebidanan
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa dengan diagnose Post Sectio Caesarea

1. Biodata
Pasien bernama Ny. Y berjenis kelamin perempuan berusia 31 tahun,
Ny. Y beragama Islam, Ny. Y berkebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir
Ny. Y adalah SMA dan bekerja sebagai IRT dan penanggung jawab adalah
suami Ny. Y sendiri Tn. J yang beralamat Lampisang Tunong Seulimum
Aceh besar.

2. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Riwayat obstetri Ny. Y G2 P1 A0, dengan keluhan utama rasa nyeri
pada daerah luka operasi sedangkan keluhan sebelumnya keluar cairan dari
vagina, Ny. Y melakukan persalinan pada tanggal 12 November 2014 secara
bantuan atau Sectio Caesarea (SC)

3. Riwayat Kesehatan Dahulu dan Keluarga


Ny. Y mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu dan pasien tidak
melaksanakan KB jenis apapun dan pasien memiliki riwayat imunisasi TT
dipuskesmas. Riwayat kesehatan keluarga hanya Ny. Y yang melahirkan
secara Sectio Caesarea
Genogram

ss
ss

Keterangan :

: Perempuan hidup

: Laki Laki hidup

Ps : Pasien
ss
: Tinggal serumah

4. Aktivitas Kehidupan Sehari- Hari


a) Pola Nutrisi Di Rumah : Pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi,
sayur, ikan, buah dan minum air 7-8 gelas/hari. Di Rumah Sakit : Pasien
makan makanan yang disediakan rumah sakit, hanya ¼ porsi dihabiskan
yang disediakan oleh rumah sakit
b) Eliminasi Di Rumah frekuensi BAB 1-2 kali perhari sedangkan BAK 5-6
kali perhari. Di Rumah Sakit : frekuensi BAB tidak menentu sedangkan
BAK 5-6 kali perhari
c) Istirahat dan Tidur Di Rumah : Pasien tidur siang 15.00-16.00 WIB, tidur
malam 21.00-05.00 WIB. Di Rumah Sakit : Pasien tidak mengalami
kesulitan untuk tidur
d) Kebersihan diri Di Rumah : Pasien mandi 2 kali sehari, menggunakan
sabun mandi, keramas 2-3 kali dalam seminggu menggunakan shampoo,
sikat gigi 2 kali sehari dengan memakai pasta gigi. Di Rumah sakit :
Pasien dibersihkan di tempat tidur dengan cara diwaslap, menggunakan
handuk kecil

5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien baik, bentuk kepala bulat, rambut hitam, tidak
rontok, kulit kepala tampak bersih, ekspresi wajah tampak menahan sakit,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, terjadi
hyperpigmentasi areola mamae, putting susu menonjong dan ada
pengeluaran ASI. TFU pertengahan sympisis- pusat, Aukultasi peristaltic
usus normal. Lochea tampak berwarna kuning bercampur sedikit darah dan
lender tanda-tanda REEDA dibatas normal, ekstremitas atas bawah dapat
digerakkan dan tidak ada masalah.

6. Psikososial
Ny. Y sangat senang dengan kelahiran anak keduanya dan keluarga
pun sangat antusias menyambut kelahiran anak kedua Ny. Y

7. Pemeriksaan Penunjang
No Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
1. HB 11.7 gr% 12-16 gr %
2. Leukosit 8400/ mm3 4000-10000/ mm3
3. Trombosit 156 10/L 150-450 10/L

8. Penatalaksanaan Medis
No Tindakan / Medikasi Keterangan
1. Cefadroxil 3x1
2. Metronidazol tab 3x1
3. Sf 1x1
4. Diet TKTP
B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : Pengalaman bedah Cemas


a. Pasien mengatakan takut yang berulang
dengan tindakan operasi
yang kedua
b. Pasien juga mengatakan
pernah operasi sesar anak
pertama

Do:
a. Pasien tampak gelisah
b. Pasien mengeluarkan
keringat dingin

2. Ds : Agen cedera fisik Nyeri Akut


a. Pasien mengatakan nyeri ( Luka post Op)
pada bekas operasi
b. Pasien mengatakan nyeri
jika banyak bergerak

Do :
a. Pasien tampak menahan
nyeri
b. Pasien tampak tidak rileks
c. Skala nyeri 4

3. Ds : Prosedur invasive Resiko infeksi


a. Pasien mengatakan ada luka
jahitan post section caesarea
dan ada infuse ditangannya

Do :
a. Terdapat luka jahitan post
section caesarea diperutnya
b. ada infuse terpasang
ditangan kanannya
C. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan pengalaman bedah (Anasthesi, nyeri) dan hasil
akhir dari pembedahan
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka post op)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
D. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Cemas berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan a.Menurunkan ansietas pre-0peratif a. Agar pasien rileks
pengalaman bedah keperawatan diharapkan b. Libatkan keluarga b. Membantu
(Anasthesi, nyeri) dan hasil ansietas dapat berkurang c Pertahankan komunikasi terbuka mekanisme koping
akhir dari pembedahan atau hilang dengan KH: dengan klien klien
a. Mengungkapkan d.Persiapan nutrisi dan cairan c. Agar klien lebih
perasaan ansietas percaya dengan tim
b. Melaporkan bahwa medis
ansietas sudah d. Agar klien memenuhi
menurun kebutuhan tubuh.
c. Kelihatan rileks,
dapat tidur / istirahat
dengan benar.

2. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan a.Kaji perubahan skala nyeri a.Pasien mungkin tidak
dengan agen cedera fisik tindakan keperawatan b.Berikan lingkungan yang tenang secara verbal
(luka post op) selama 1x24 jam c.Kalaborasi pemberian analgetik melaporkan nyeri dan
diharapkan nyeri teratasi d.Pantau dan cek TTV ketidaknyamanan
dengan KH: secara langsung.
a. Skala nyeri Membedakan
b. Ekspresi wajah rileks karakteristik khusus
c. Tidak terlihat dari nyeri membantu
menahan nyeri membedakan nyeri
d. TTV dalam batas paska operasi dari
normal terjadinya komplikasi
b.Meningkatkan
pemecahan masalah,
membantu
mengurangi nyeri
berkenaan dengan
ansietas.
c.Pada banyak pasien,
nyeri dapat
menyebabkan gelisah,
serta tekanan darah
dan nadi meningkat.
Analgesia dapat
menurunkan tekanan
darah
d.Selama 12 jam
pertama paska partum,
kontraksi uterus kuat
dan teratur dan ini
berlanjut 2 – 3 hari
berikutnya, meskipun
frekuensi dan
intensitasnya
dikurangi faktor-
faktor yang
memperberat nyeri
penyerta meliputi
multipara, overdistersi
uterus.

3. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan a.Pantau tanda dan gejala infeksi a.Membantu mencegah
dengan prosedur invasif tindakan keperawatan b.Anjurkan kepada pasien dan atau membatasi
selama 1x24 jam keluarga untuk tidak menyentuh luka penyebaran infeksi.
diharapkan resiko infeksi operasinya. b. Anemia, diabetes dan
tidak terjadi dengan KH: c.Beri tahu pentingnya personal hygine persalinan yang lama
a. Leukosit tetap di d.Pantau TTV(suhu) sebelum kelahiran
pertahankan dalam sesarea meningkatkan
batas normal resiko infeksi dan
b. TTV normal memperlambat
c. Luka tetap kering penyembahan.
d. Tidak muncul tanda- c.Pasien yang berat
tanda infeksi seperti badan 20% dibawah
( color, dolor, rubor, berat badan normal
tumor) atau yang anemia atau
yang malnutrisi, lebih
rentan terhadap infeksi
pascapartum dan dapat
memerlukan diet
khusus
d.Mencegah dehidrasi ;
memaksimalkan
volume, sirkulasi dan
aliran urin, protein dan
vitamin C diperlukan
untuk pembentukan
kolagen, besi
diperlukan untuk
sintesi hemoglobin
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Tanggal dan Implementasi Catatan Paraf
Keperawatan Waktu Perkembangan
1. Cemas berhubungan 11 November S : Pasien mengatakan takut
dengan pengalaman 2014 dengan tindakan operasi yang
bedah (Anasthesi, 10.00 WIB a.Menurunkan ansietas pre- kedua
nyeri) dan hasil akhir operatif
dari pembedahan O: Pasien tampak gelisah dan
10.15 WIB b. Melibatkan keluarga mengeluarkan keringat
dingin
11.00 WIB c Mmpertahankan komunikasi
terbuka dengan klien A : Cemas Teratasi

11.30 WIB d.Mempersiap nutrisi dan cairan P : Intervensi dilanjutkan

2. Nyeri Akut 12 November S : Pasien mengatakan nyeri


berhubungan dengan 2014 pada bekas operasi
agen cedera fisik (luka 15.00 WIB a.Mengkaji perubahan skala nyeri
post op) O :Pasien tampak menahan
15.15 WIB b.Memberikan lingkungan yang nyeri, skala nyeri 4
tenang
18.00 WIB A : Nyeri Akut belum teratasi
c.berkolaborasi pemberian
18.15 WIB analgetik P : Intervensi dilanjutkan
d.Memantau dan cek TTV
3. Resiko infeksi 12 November S : Pasien mengatakan ada luka
berhubungan dengan 2014 jahitan post section caesarea
prosedur invasif 15.40 WIB a.Memantau tanda dan gejala dan ada infuse ditanganny
infeksi
16.00 WIB O : Terdapat luka jahitan post
b.Menganjurkan kepada pasien section caesarea diperutnya
dan keluarga untuk tidak dan infuse terpasang ditangan
menyentuh luka operasinya. kanannya
17.00 WIB
c.Memberi tahu pentingnya A : Resiko Infeksi Teratasi
personal hygine sebagian
18.15 WIB
d.Memantau TTV(suhu) P : Intervensi dilanjutkan

1. Nyeri Akut 13 November S : Pasien mengatakan nyeri


berhubungan dengan 2014 pada bekas jahitan operasi
agen cedera fisik (luka 10.00 WIB a.Mengkaji perubahan skala nyeri
post op) O :Pasien tampak menahan
10.30 WIB b.Memberikan lingkungan yang nyeri, skala nyeri 3
tenang
11.00 WIB A : Nyeri Akut teratasi sebagai
c.Berkolaborasi pemberian
12.00 WIB analgetik P : Intervensi di hentikan
d.Memantau dan cek TTV
2. Resiko infeksi 13 November S : Pasien mengatakan ada luka
berhubungan dengan 2014 jahitan post section caesarea
prosedur invasif 11.30 WIB a.Memantau tanda dan gejala dan ada infuse ditanganny
12.00 WIB infeksi
b.Menganjurkan kepada pasien O : Terdapat luka jahitan post
dan keluarga untuk tidak section caesarea diperutnya
menyentuh luka operasinya. dan infuse terpasang ditangan
12.30 WIB kanannya
c.Memberi tahu pentingnya
personal hygine A : Resiko Infeksi Teratasi
13.00 WIB sebagian
d.Memantau TTV(suhu)
P : Intervensi dihentikan pasien
pulang

You might also like