You are on page 1of 11

A.

Latar Belakang
Pencemaran udara yang dominan sekitar 70 % sebagai bahan
pencemar yaitu emisi gas buang kendaraan bermotor. Emisi gas buang pada
kendaraan motor diesel dan motor bensin dapat menimbulkan efek rumah
kaca atau “global warming” dan gangguan kesehatan manusia dalam waktu
jangka pendek atau panjang. Untuk mengurangi dampak negatif polusi asap
kendaraan bermotor tersebut dibuatlah aturan atau regulasi yang
mensyaratkan produsen otomotif untuk membuat teknologi kendaraan yang
ramah lingkungan atau “go green”, karena itu pemerintah menetapkan
ambang batas emisi kendaraan bermotor dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.05 Tahun 2006.
Maka perlu diadakanya pengujian kepekatan asap kendaraan
berbahan bakar disel agar kepektan asap sesuai dengan regulasi yang di
perintahkan oleh pemerintah melalui PERMENLH 2006. Pengujian
kepekatan asap menggunakan smoke opacity meter.

B. Tujuan
1. Dapat menentukan nilai opasitas apakah sudah sesuai peraturan
pemerintah.
2.

C. Manfaat
1. Mengetahui ambang batas kepekatan asap dari mesin diesel sesuai
dengan standard dari peraturan pemerintah.
2.

D. Alat, Bahan, dan Obyek Praktikum


1. Alat
a. Smoke Opacity Meter

Gambar 1. Smoke Opacity Meter

b. RPM Counter
Gambar 2. RPM Counter

c. Sampling Probe

Gambar 3. Sampling probe


d. Accu

Gambar 4. Accu
2. Bahan
a. Bahan bakar kendaraan (solar)
3. Obyek praktikum
a. Engine trainer ISUZU C190
Gambar 5. Engine trainer ISUZU C190

E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Mengikuti prosedur yang ada di modul maupun instruksi dari
pembimbing praktikum.
2. Waktu pengujian dilakukan pada tempat yang mepunyai ventilasi udara
yang baik.
3. Gunakan alat sesuai dengan kegunaan, agar tidak terjadi kerusakan.

F. Kajian Teori
1. Prinsip Kerja Mesin Diesel
Mesin/motor diesel (diesel engine) merupakan salah satu bentuk motor
pembakaran dalam (internal combustion engine) di samping motor bensin
dan turbin gas. Motor diesel disebut dengan motor penyalaan kompresi
(compression ignition engine) karena penyalaan bahan bakarnya
diakibatkan oleh suhu kompresi udara dalam ruang bakar. Dilain pihak
motor bensin disebut motor penyalaan busi (spark ignition engine) karena
penyalaan bahan bakar diakibatkan oleh percikan bunga api listrik dari busi.
Cara pembakaran dan pengatomisasian (atomizing) bahan bakar pada
motor diesel tidak sama dengan motor bensin. Pada motor bensin campuran
bahan bakar dan udara melelui karburator dimasukkan ke dalam silinder dan
dibakar oleh nyala listrik dari busi. Pada motor diesel yang diisap oleh torak
dan dimasukkan ke dalam ruang bakar hanya udara, yang selanjutnya udara
tersebut dikompresikan sampai mencapai suhu dan tekanan yang tinggi.
Beberapa saat sebelum torak mencapai titik mati atas (TMA) bahan bakar
solar diinjeksikan ke dalam ruang bakar.
Dengan suhu dan tekanan udara dalam silinder yang cukup tinggi maka
partikel-partikel bahan bakar akan menyala dengan sendirinya sehingga
membentuk proses pembakaran. Agar bahan bakar solar dapat terbakar
sendiri, maka diperlukan rasio kompresi 15-22 dan suhu udara kompresi
kira-kira 600ºC.
Meskipun untuk motor diesel tidak diperlukan system pengapian seperti
halnya pada motor bensin, namun dalam motor diesel diperlukan sistem
injeksi bahan bakar yang berupapompa injeksi (injection pump) dan
pengabut (injector) serta perlengkapan bantu lain. Bahan bakar yang
disemprotkan harus mempunyai sifat dapat terbakar sendiri (self ignition).
2. Kepekatan Asap Motor Diesel
Kepekatan Kepekatan asap adalah kemampuan asap untuk meredam
cahaya, apabila cahaya tidak bisa menembus asap maka kepekatan asap
tersebut dinyatakan 100 persen (%), apabila cahaya bisa melewati asap
tanpa ada pengurangan intensitas intensitas cahaya maka kepekatan asap
tersebut dinyatakan sebagai 0% (nol persen).
Demikian pula sebaliknya apabila cahaya sama sekali tidak mampu
melewati asap atau terdapat pengurangan insensitas, maka dikatakan
sebagai kepekatan 100%
Kepekatan dinyatakan terlalu tinggi bila melampaui ambang batas yang
ditentukan oleh pemerintah sebesar 50 % atau nilai koeficient (K faktor) ±
1.9, kepekatan tersebut disebabkan;
a. Filter udara tersumbat
b. Tekanan pembukaan injektor terlalu rendah
c. Terdapat kebocoran pada Injektor (Injektor Menetes)
d. Terdapat kotoran pada lubang penyemprot Injektor
e. Tekanan kompresi rendah
f. Saat penyemprotan/injeksi terlambat
g. Tekanan pembukaan injektor tidak sama satu dengan lainnya
h. Volume penyemprotan tidak merata antara injektor satu dengan
lainnya (kalibrasi pompa tidak tepat)
i. Terdapat kotoran pada katup dan dudukannya
j. Dan penyebab lainnya
Menurut Nakoela Soenarta (1995:39) faktor-faktor yang menyebabkan
terbentuknya jelaga atau angus pada gas buang motor Diesel adalah :
a. Konsentrasi oksigen sebagai gas pembakar kurang
b. Bahan bakar yang disemprotkan ke dalam ruang bakar terlalu
banyak
c. Suhu di dalam ruang bakar terlalu tinggi
d. Penguapan dan pencampuran bahan bakar dan udara yang ada di
dalam silinder tidak dapat berlangsung sempurna
e. Karbon tidak mempunyai cukup waktu untuk bedifusi supaya
bergabung dengan oksigen
3. Prosedur Uji Emisi Kendaraan Bermotor Berbahan Bakar Diesel
Cara uji ini dilakukan untuk mengukur opasitas asap dengan
menggunakan smoke opacimeter pada kondisi akselerasi bebas untuk
kendaraan bermotor tipe M, N dan O yang berbahan bakar diesel.
Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Persiapkan kendaraan yang akan diuji
 Kendaraan yang akan diukur komposisi gas buangnya harus
diparkir pada tempat yang datar
 Pipa gas buang (knalpot) tidak bocor
 Temperatur oli normal 600C sampai dengan 700C atau sesuai
rekomendasi manufaktur
 Sistem asesoris (lampu, AC) dalam kondisi mati
 Kondisi temperatur tempat kerja pada 200C sampai dengan 350C
b. Persiapkan peralatan uji
 Pastikan bahwa alat telah dalam keadaan terkalibrasi
 Hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan
rekomendasi manufaktur alat uji)
c. Naikkan putaran mesin hingga mencapai 2.900 rpm sampai dengan
3.100 rpm. Kemudian tahan selama 60 detik dan selanjutnya
kembalikan kepada kondisi idle.
d. Masukkan probe alat uji ke dalam pipa gas buang sedalam 30 cm,
bila kedalaman pipa gas buang kurang dari 30 cm, maka pasang pipa
tambahan.
e. Injak pedal gas maksimum (full throttle) secepatnya hingga
mencapai putaran mesin maksimum, selanjutnya tahan 1 hingga 4
detik. Lepas pedal gas dan tunggu hingga putaran mesin kembali
stasioner. Catat nilai opasitas asap.
f. Ulangi proses butir (e) minimal 3 kali.
g. Catat nilai persentase nilai rata-rata opasitas asap dari langkah (f)
dalam satuan persen (%) yang terukur dalam alat uji (SNI 09-7118.2-
2005).
Nilai opasitas merupakan perbandingan tingkat penyerapan cahaya
oleh asap yang dinyatakan dalam satuan persen. Sedangkan kondisi idle
merupakan kondisi dimana mesin kendaraan pada putaran dengan:
a. sistem kontrol bahan bakar (misal: choke, akselerator) tidak bekerja.
b. posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semi otomatis.
c. posisi transmisi netral atau parkir untuk kendaraan otomatis.
d. perlengkapan atau asesoris kendaraan yang dapat mempengaruhi
putaran tidak dioperasikan atau dapat dijalankan atas rekomendasi
manufaktur (SNI 19- 7118.1-2005).

G. Prosedur Operasional Standar/Standard Operational Procedure (SOP)


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Pemsangan Alat Ukur
a. Hubungkan kabel power smoke opacity meter tipe G-820 ke stop kontak

Gambar 6. Pemasangan kabel power

b. Pasang selang sampling probe ke connector probe smoke opacity meter


dengan cara kendorkan kla denan obeng setelah kendor masukkan
kemudian kencangkan dengan obeng.
Gambar 7. Pemasangan selang sampling probe

c. Pasang sampling probe ke dalam lubang kenalpot + 30 sm kemudian


jepit agar tidak copot.

Gambar 8. Pemasangan sampling probe

d. Tekan switch on yang ada di belakang alat hingga muncul pilihan smoke
meter 820.

Gambar 9. Tekan switch on

e. Jika telah siap maka beralih pada smoke meter, salurkan colokan pada
smoke meter pada stop kontak. Pilih free page lalu enter, tunggu hingga
warm up ± 3 menit dan auto zero ± 1 menit.
f. Pasang RPM counter dan temperatur suhu (bila ada). Pasang konektor
rpm counter ke soket rpm connector somek opacity meter Technometer
tipe G-820.
Gambar 10. Pemasangan RPM counter

g. Kemudian pasangkan kabel rpm counter ke accu . kabel merah (accu


connector) pada terminal positif dan kabel hitam ke negatif baterai.

Gambar 11. Pemasangan kabel rpm counter ke accu

h. Tekan tombol power pada rpm counter.

Gambar 12. Tekan tombol power

3. Pengujian opasitas gas buang mesin diesel.


a. Nyalakan mesin kemudian tunggu mesin hingga temperature pada oli
mesin menunjukan > 60oC dan air pendingin pada temperature > 80oC.
Gambar 13. Tekan tombol enter

b. Untuk memulai pengujian pilih acceleration kemudian tekan enter (↲).

Gambar 14. Meilih menu acceleration

c. Setelah memilih acceleration display akan menampilkan prepare to


accelerate tekan tombol eneter (↲).
d. Kemudian lakukan akselerasi pada mesin secara cepat dan halus dari
rpm kecil ke rendah.

Gambar 15. Lakukan akselerasi

e. Kemudian tahan akselerasi sapai pada display menunjukkan bar graph


accelerate penuh. Setelah display menujukkan decelarete lepas
akselerasi.
f. Setelah itu muncul pada display nilai peak opacity. Kemudian tekan
enter (↲).

Gambar 16. Display nilai peak opacity

g. Untuk mencetak hasil pengujian opasitas pada soke opacity meter maka
tekan tombol F pada operation keypad. Pilih print lalu tekan enter(↲).

Gambar 17. Display Print

h. Lakukan pengujian kembali dengan cara tekan tombol F dan pilih


acceleration. Lakukan pengujian minimal 3 kali, lakukan pengujian
sama dengan poin 3.a-3.h

Gambar 18. Display acceleration

H. Hasil
Dari pengukuran yang telah dilakukan selama tiga kali, maka hasil yang
didapatkan yaitu:
Tabel 1. Hasil Pengujian Kepekatan Asap pada Mesin Diesel
Smokes Rpm Oil t
N K Maximum
No Temp
(%) (1/m) (/m)
(°C)
1 15,5 0,57 1,28 37 742 80
2 15,5 0,57 2,59 33 719 80
3 15,5 0,57 3,12 35 710 80

I. Pembahasan
Dari pengukuran yang telah dilakukan selama tiga kali, maka hasil yang
didapatkan yaitu:
Pada pengujian pertama yang dilakukan, didapatkan
N : 15,5%
K: 0,11 1/m maximum 0,04 (/m); dan temperature asap 28°C. Pada
pengujian kedua yang dilakukan, didapatkan N yaitu 2,9 %; K 0,10 1/m;
maximum 0,04 (/m); dan temperatur asap 28oC. Pada pengujian ketiga yang
dilakukan, didapatkan N yaitu 0,5 %; K 0,02 1/m; maximum 0,28 (/m); dan
temperatur aasap 28oC.
Kemudian menentukan nilai HSU dengan melihat tabel korelasi K-m-1.

Tabel 2. Nilai HSU (Hartridge Smoke Unit) yang didapat.


No Nilai K Smoke Temperature HSU (Hartridge Smoke
(1/m) (oC) Unit) %
o
1 0,57 37 C 15,5
o
2 0,57 33 C 15,5
o
3 0,57 35 C 15,5
o
Rata-Rata 35 C 15,5 %

J. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat
diambil sebagai berikut:
a. Pada 3 data yang diambil dari pengujian mesin diesel dengan
temperatur rata-rata 35oC didapatkan nilai K (1/m) yang suadah di
rata-rata 0,57 didapatkan nilai HSU yang sudah di rata-rata
mendapatkan nilai sebesar 15,5% yang artinya kepekatan asap pada
engine trainer IZUZU C190 dinilai masih aman mengacu pada
PERMENLH yaitu sebesar 50% atau nilai koefisien (K faktor) ± 1,9.
2. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu:
a. Sebelum melakukan pengujian opacity, terlebih dahulu untuk
memanaskan opacity meter sebelum praktikum dimulai karena
membutuhkan waktu yang lama.
b. Penguji menggunakan masker untuk melindungi dari asap yang
mengandung zat – zat beracun bagi tubuh jika dihirup.
c. Penguji menggunakan earplug agar saluran pendengaran/telinga
menjadi aman dan terlindungi.
K. Daftar Pustaka

You might also like