You are on page 1of 6

2.

6 Perubahan yang terjadi saat menopause ( fisik, hormonal, psikologis, seksualitas )

- Hormonal

Menopause adalah satu titik di mana terjadi penghentian menstruasi permanen setelah
hilangnya aktivitas ovarium. Menopause berasal dari kata Yunani men (bulan) dan pausis
(berhenti). Perubahan siklus menstruasi sebelum menopause ditandai oleh peningkatan kadar
hormon penstimulasi folikel (FSH) dan penurunan kadar inhibin, namun dengan kadar hormon
luteinisasi (LH) yang normal dan kadar estradiol yang sedikit meninggi. Berlawanan dengan
kepercayaan di masa lalu (berdasarkan laporan Sherman dkk), kadar estradiol tidak turun
secara bertahap pada tahun-tahun sebelum menopause, namun tetap berada pada kisaran
normal, meskipun sedikit meningkat, hingga sekitar 1 tahun sebelum pertumbuhan dan
perkembangan folikel berhenti. Menurut Purwoastuti T (2008) peristiwa penting yang terjadi
dalam kehidupan seorang wanita salah satunya adalah menopause. terjadi perubahan hormonal
yang mendasar dengan peristiwa emosional yang mengikuti perubahan sosial yang penting
dalam peranan dan struktur keluarganya. Semasa menopause, beberapa masalah tertentu sangat
berarti bagi kebanyakan wanita dan dapat membuat mereka merasa lebih cemas.

Segera sesudah menopause, kita dapat dengan aman menyatakan bahwa tidak ada folikel
ovarium yang tersisa. Pada akhirnya terdapat peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan
LH sekitar 3 kali lipat, mencapai kadar maksimal 1-3 tahun pasca menopause, di mana
sesudahnya terjadi penurunan yang bertahap, namun sedikit, pada kadar kedua gonadotropin.
Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat ini dalam hidup merupakan bukti pasti terjadinya
kegagalan ovarium. Kadar FSH lebih tinggi daripada LH karena LH lebih cepat dihilangkan dari
darah (waktu paruh awalnya sekitar 20 menit untuk LH dan 3-4 jam untuk FSH), dan mungkin
karena tak ada peptida umpan balik negatif yang spesifik untuk LH seperti inhibin.

Segera sesudah menopause, ovarium mensekresi terutama androstenedion dan


testosteron. Setelah menopause, kadar androstenedion yang bersirkulasi adalah sekitar satu-
setengah dari yang dijumpai sebelum menopause. Mayoritas androstenedion pasca menopause
ini berasal dari kelenjar adrenal, dengan hanya sejumlah kecil yang disekresi dari ovarium,
meskipun androstenedion adalah steroid utama yang disekresi oleh ovarium pasca menopause.
Dehidroepiandrosteron (DHA) dan sulfatnya (DHAS), berasal dari kelenjar adrenal, mengalami
penurunan bermakna seiring penuaan; pada dekade pasca menopause, kadar DHA yang
bersirkulasi adalah sekitar 70% lebih kecil, dan kadar DHAS sekitar 74% lebih kecil daripada
kadar pada usia dewasa muda.

Produksi testosteron turun sekitar 25% pasca menopause, namun ovarium pasca menopause pada
sebagian besar wanita, namun tak seluruhnya, mensekresi lebih banyak testosteron daripada
ovarium pramenopause, setidak-tidaknya pada tahun-tahun pertama periode pasca menopause.
Dengan hilangnya folikel dan estrogen, peningkatan gonadotropin mengarahkan jaringan yang
tersisa dalam ovarium hingga ke tingkat peninggian sekresi testosteron. Sel-sel ovarium asalnya
tak diketahui; kemungkinan adalah jaringan steroidogenik yang telah terakumulasi dari folikel-
folikel ovarium yang mengalami atresia karena sel-sel stroma yang dipercaya berasal dari
mesenkim tak memiliki kemampuan steroidogenik.

Supresi gonadotropin dengan terapi agonis atau antagonis hormon pelepas gonadotropin
(GnRH) atau pada wanita-wanita pasca menopause menghasilkan penurunan kadar testosteron
bersirkulasi yang bermakna, mengindikasikan asal ovarium pasca menopause yang
gonadotropin-dependen. Namun, jumlah total testosteron yang diproduksi setelah menopause
turun karena jumlah sumber utamanya, yaitu konversi androstenedion di perifer, telah berkurang.
Kadar androstenedion yang bersirkulasi pada awal pasca menopause turun sekitar 62% dari
kadar dewasa muda. Penurunan kadar testosteron pada pasca menopause tidak besar, dari tak ada
perubahan pada sebagian besar wanita hingga penurunan 15% pada wanita-wanita yang lain.
Dalam sebuah penelitian longitudinal yang sangat bagus di Australia, dari 5 tahun
sebelum menopause hingga 7 tahun pasca menopause, kadar testosteron yang bersirkulasi tidak
berubah. Memang, karena penurunan pada globulin pengikat hormon seks, penelitian Australia
ini menghitung peningkatan androgen bebas. Pada akhir tahun-tahun pasca menopause, kadar
androgen yang bersirkulasi hampir seluruhnya, bahkan mungkin seluruhnya, berasal dari kelenjar
adrenal. Sebuah penelitian yang teliti tak mendeteksi adanya androgen yang bersirkulasi pada
wanita-wanita pasca menopause (dengan rata-rata 12 tahun sesudah menopause) dengan
insufisiensi adrenal komplet, dan tanpa testosteron atau androstenedion intraovarium.

gejala-gejala yang sering dijumpai dan berhubungan dengan penurunan kompetensi folikel
ovarium

1. Gangguan pola menstruasi, termasuk anovulasi dan penurunan fertilitas, penurunan


keluarnya darah atau justru hipermenore, frekuensi mens yang tak teratur, dan kemudian,
yang terakhir, amenore.
2. Instabilitas vasomotor (hot flushes dan berkeringat).
3. Kondisi-kondisi atrofi: atrofi epitel vagina, pembentukan karunkula-karunkula uretra,
dispareuni dan pruritus karena atrofi vulva, introitus, dan vagina, atrofi kulit secara umum,
gangguan berkemhi seperti urgensi, dan uretritis serta sistitis abakterial.
4. Masalah-masalah kesehatan akibat penurunan estrogen jangka panjang; konsekuensi-
konsekuensi dari osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler.

-Seksual

Ada dua perubahan seksual utama pada wanita yang menua. Terjadi penurunan tingkat
produksi dan volume cairan pelumas vagina, dan terjadi kehilangan elastisitas vagina dan
ketebalan epitel. Atrofi vagina yang lebih ringan dijumpai pada wanita-wanita yang aktif secara
seksual dibanding wanita-wanita yang inaktif; kemungkinan aktivitas seksual tadi
mempertahankan sirkulasi dan vaskulatur vagina. Dispareuni yang berhubungan dengan atrofi
urogenital pasca menopause meliputi perasaan kering dan sempit, iritasi vagina dan rasa terbakar
saat bersenggama, dan perdarahan serta rasa nyeri pasca sanggama. Tentu saja, perubahan-
perubahan ini dapat dicegah secara efektif melalui terapi estrogen. Memang, terapi estrogen
memiliki dampak positif pada seksualitas di luar efeknya pada jaringan vagina. Dalam sebuah
penelitian di Australia yang meneliti perubahan-perubahan pada fungsi seksual selama transisi
menopause dan perimenopause, dijumpai korelasi antara penurunan seksualitas dengan kadar
estradiol, namun tidak dengan kadar testosteron.

-Psikologis

Secara umum keluhan psikologis pada menopause adalah :

1. Perasaan takut, gelisah

2. Mudah tersinggung

3. Lekas marah

4. Sukar konsentrasi

5. Perubahan perilaku

6. Depresi

7. Gangguan gairah seksual

8. Gangguan suasana hati (mood)

Banyak wanita yang mengalami menopause merasa sangat kesepian dan tidak
mempunyai teman untuk diajak berbicara atau yang dapat dimintai nasehat. Rasa cemas mereka
dapat dicampuri dengan adanya banyak mitos tentang menopause. . Penelitian longitudinal pada
wanita-wanita pramenopause mengindikasikan bahwa histerektomi dengan atau tanpa
ooforektomi tak berhubungan dengan dampak psikologis negatif pada wanita-wanita usia
pertengahan. Dan data longitudinal dari Penelitian Kesehatan Wanita Massachusetts
membuktikan bahwa menopause tak berhubungan dengan peningkatan resiko depresi. Meskipun
wanita lebih mungkin mengalami depresi dibanding laki-laki, perbedaan jenis kelamin ini
dimulai pada awal remaja, bukan saat menopause. Pada awal pasca menopause yang sering
dijumpai, namun tampaknya tak memiliki hubungan kausal dengan estrogen. Masalah-masalah
ini meliputi kelelahan, gugup, nyeri kepala, insomnia, depresi, iritabilitas, nyeri sendi dan otot,
pusing berputar, dan berdebar-debar.
Pada keadaan menopause, wanita 3 kali lebih banyak yang menderita penyakit Alzheimer
dibanding laki-laki. Estrogen mampu melindungi fungsi sistem saraf pusat melalui berbagai
mekanisme. Sebagai contoh, estrogen melindungi terhadap sitotoksisitas neuron yang diinduksi
oleh oksidasi; estrogen menurunkan konsentrasi komponen amiloid P serum (glikoprotein yang
dijumpai pada kekusutan neurofibriler pada Alzheimer); dan estrogen meningkatkan
pertumbuhan sinaps dan neuron, khususnya densitas spina dendritik. Estrogen melindungi
terhadap toksisitas serebrovaskuler yang dipicu oleh peptida-peptida amiloid, dan memicu
pembentukan sinaps serta pertumbuhan dan ketahanan hidup neuron. Obat-obat progestasional
tak menunjukkan aksi-aksi yang sama. Yang menarik, pasien-pasien dengan penyakit Alzheimer
memiliki kadar gonadotropin bersirkulasi yang jauh lebih tinggi, dan LH telah ditemukan pada
neuron-neuron yang diketahui terlibat pada degenerasi Alzheimer.

-Fisik

Pada menopause ditemukan berbagai macam keluhan, diklasifikasikan menjadi 2 yaitu keluhan
jangka pendek dan jangka panjang.

Jangka pendek Jangka panjang


- Keluhan pada mulut, gigi, kulit dan - Tulang keropos (osteoporosis)
kuku (Kulit kering, tipis, keriput, Mulut - Penyakit jantung koroner (PJK)
kering, Kuku rapuh berwarna kuning, - Dementia tipe Alzheimer (DTA)
Gigi goyah) - Stroke
- Infeksi saluran kemih (berulang) - Kanker usus besar
- Rasa gatal pada vagina dan vulva - Gigi rontok
- Vagina mudah lecet - Katarak
- Prolaps uteri/vagina
- Nyeri berkemih
- Inkotinensia urin
- Perdarahan pasca sanggama

1. Gejala-gejala vasomotor : Flush vasomotor dipandang sebagai ciri khas klimakterium


wanita, dialami hingga derajat tertentu oleh sebagian besar wanita pasca menopause.
Istilah “hot flush” adalah gambaran dari awitan kemerahan kulit kepala, leher, dan dada
secara mendadak, yang disertai perasaan panas badan yang hebat dan kadang-kadang
diakhiri dengan keringat yang banyak. Durasinya bervariasi dari beberapa detik hingga
beberapa menit, dan dapat selama satu jam, walaupun jarang. Frekuensinya dapat jarang
hingga berulang setiap beberapa menit. Flushes lebih sering dan berat di malam hari
(ketika seorang wanita sering terbangun dari tidurnya) atau saat-saat stress. Di
lingkungan yang dingin, hot flushes lebih jarang, lebih ringan, dan durasinya lebih
pendek dibanding di lingkungan yang hangat.
2. Dengan produksi estrogen yang sangat rendah pada usia-usia akhir pasca menopause,
atau bertahun-tahun setelah kastrasi, terjadi atrofi pada permukaan mukosa vagina,
disertai dengan vaginitis, pruritus, dispareuni, dan stenosis
3. penurunan kekuatan otot secara stabil. Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan ini,
termasuk tinggi badan, berat badan, dan tingkat aktivitas fisik
4. Osteoporosis, masalah tulang yang paling menonjol pada usia lanjut, adalah
berkurangnya massa tulang dengan rasio mineral terhadap matriks yang normal,
menyebabkan peningkatan kejadian fraktur. Osteoporosis ditandai oleh massa tulang
yang rendah dan pembusukan struktur mikro jaringan tulang, menyebabkan
bertambahnya kerapuhan tulang dan konsekuensinya terjadi peningkatan resiko fraktur
dengan trauma sekecil apapun atau bahkan tanpa trauma pun. Resiko fraktur di
kemudian hari akibat osteoporosis akan bergantung pada massa tulang pada saat
menopause dan kecepatan hilangnya tulang setelah menopause. Tanda dan gejala
osteoporosis :Fraktur kompresi tulang belakang, Fraktur Colles, Fraktur bongkol femur..

DAFTAR PUSTAKA

1. Purwoastuti E. 2008. Menopausee. Jakarta: Kanisius.

You might also like