Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. APOTEK
1) Definisi Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 9 tahun
2017 tentang Apotek, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukannya praktek kefarmasian oleh Apoteker. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 73 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (3,4).
2) Landasan Hukum Apotek
Salah satu sarana pelayanan kefarmasian adalah apotek. Dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari, apotek wajib sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Berikut merupakan beberapa landasan hukum yang
terkait:
a.Undang – undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
b. Undang – undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
c.Undang – undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
d. Undang – undang No. 35 tahun 2009 tentang Kesehatan
e.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1990 tentang Masa
Bakti dan Izin Kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995
g.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan
h.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 1998 tentang
5
a. Lokasi
Persebaran apotek dapat diatur oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kefarmasian.
b. Bangunan
Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan
dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-
anak, dan orang lanjut usia. Selain itu, bangunan Apotek harus bersifat
permanen.
c. Sarana,Prasarana dan peralatan
Bangunan apotek paling sedikit harus memiliki sarana ruang yang
berfungsi sebagai :
1) Penerimaan resep
Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat
penerimaan resep, 1 set meja dan kursi, serta 1 set komputer. Ruang
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
2) Pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas) sebaiknya memiliki rak obat dan meja peracikan. Untuk
ruang peracikan, sekurang-kurangnya disediakan peralatan
peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral) untuk
pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin,
termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat.
Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang
cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan.
3) Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
Ruang penyerahan yang berupa konter, dapat digabungkan dengan
ruang penerimaan resep.
8
4) Konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki 1 set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat
bantu konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan
pengobatan pasien.
5) Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Ruang penyimpanan harus memperhatikan sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan
rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan, lemari pendingin, lemari
penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
6) Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka
waktu tertentu.
Prasarana apotek paling sedikit terdiri atas instalasi air bersih, instalasi
listrik, sistem tata udara, dan sistem proteksi kebakaran. Peralatan apotek
antara lain meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir
catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
Seluruh sarana, prasarana, dan perlatan harus dalam keadaan terpelihara
dan berfungsi dengan baik.
d. Ketenagaan
Apoteker dalam menyelenggarakan apotek dapat dibantu dengan tenaga
teknis kefarmasian yang wajib memiliki surat izin praktek sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan kefarmasian di
apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh Apoteker
9
6) Pelanggaran Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun 2017 tentang Apotek,
jika ada pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan, maka apotek dapat
dikenai sanksi administratif yang dapat berupa peringatan tertulis,
penghentian sementara kegiatan, dan pencabutan SIA. Pencabutan SIA
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan hasil
pengawasan ataupun rekomendasi Kepala Balai POM. Jika pelanggaran yang
dilakukan oleh Apotek termasuk ke dalam pelanggaran berat yang
membahayakan jiwa, SIA dapat dicabut tanpa peringatan terlebih dahulu (3).
e.Pemusnahan
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki
surat izin praktik atau surat izin kerja.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar
atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
g.Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan)
dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal :
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
16
b.Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:
a) Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;
b) Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
obat.
2) Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a) Warna putih untuk obat dalam/oral;
b) Warna biru untuk obat luar dan suntik;
c) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
4) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan
yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:
a) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara
penulisan etiket dengan resep);
b) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
c) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
d) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;
e) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat dan lain-lain;
f) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
18
C. PENGGOLONGAN OBAT
21
pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya obat golongan ini tetap
dibeli dengan kemasannya. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan
berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam.
Contoh : Parasetamol
3) Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Obat merupakan singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya,
maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika pemakainnya tidak
berdasarkan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah
huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. (9)
Contoh : Asam Mefenamat
5) Obat Generik
25
6) Obat Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibagi ke dalam 3 golongan, yaitu:
a. Narkotika golongan I
Golongan ini dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan. Narkotika golongan I dalam jumlah terbatas hanya
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk reagensia diagnostik dan reagensia laboratorium setelah
mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi dan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Contohnya adalah opium, kokain,
heroin, amfetamin, psilosibin, dan tanaman Papaver somniferum.
b. Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah difenoksilat,
metadon, morfin, dan petidin.
7) Obat Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya adalah psilosibin dan lisergida.
b. Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya
adalah amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan sekobarbital.
c. Psikotropika golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya
adalah amobarbital, pentazosin, pentobarbital, dan siklobarbital.
d. Psikotropika golongan IV
27
2) Psikotropika
Golongan psikotropika bermanfaat dan diperlukan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, maka psikotropika perlu
dijamin ketersediaannya. Namun penyalahgunaan golongan ini dapat
merugikan kehidupan manusia dan kehidupan bangsa sehingga dapat
mengancam ketahanan nasional. Psikotropika hanya dapat diproduksi oleh
pabrik obat yang telah memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2017 Tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekusor Farmasi. Pengertian psikotropika adalah
zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Tujuan dari pengaturan psikotropika ini sama dengan narkotika, yaitu:
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan.
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.
Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi (16):
a. Pemesanan psikotropika
Tata cara pemesanan obat psikotropika sama dengan pemesanan obat
lainnya, yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh
APA yang dikirim ke Pedagang Besar Farmasi (PBF). Surat Pesanan
tersebut dibuat rangkap dua dan setiap surat dapat digunakan untuk
memesan beberapa jenis psikotropika.
b. Penyimpanan Psikotropika
33
E. EVALUASI APOTEK
1) Mutu Manajerial
a. Metode evaluasi
1) Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan
dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan
dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang
dikehendaki. Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk menilai,
mengevaluasi, menyempurnakan Pelayanan Kefarmasian secara
sistematis. Audit dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil
monitoring terhadap proses dan hasil pengelolaan.
2) Review
Review yaitu tinjauan/kajian terhadap pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar. Review dilakukan
oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap pengelolaan
Sediaan Farmasi dan seluruh sumber daya yang digunakan.
3) Observasi
Observasi dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring
terhadap seluruh proses pengelolaan Sediaan Farmasi.
b. Indikator Evaluasi Mutu
1) Kesesuaian proses terhadap standar
2) Efektifitas dan efisiensi
35
perkembangan penyakit.
F. PELANGGARAN APOTEK
Pelanggaran apotek dapat dibedakan berdasarkan berat dan ringannya
pelanggaran tersebut.
Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat apotek adalah:
1) Melakukan kegiatan kefarmasian tanpa ada tenaga teknis farmasi.
2) Terlibat penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap.
3) Pindah alamat tanpa izin.
4) Menjual narkotika tanpa resep.
5) Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada yang tidak berhak
dalam jumlah besar.
6) Tidak menunjuk Apoteker pendamping atau pengganti pada waktu APA
keluar daerah.
7) Mengganti obat generik dengan obat paten.
Pelanggaran ringan apotek, antara lain:
1) Mengubah denah tanpa izin.
2) Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak.
3) Melayani resep yang tidak jelas dokternya.
4) Menyimpan obat rusak dan tidak mempunyai penandaan.
5) Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada.
6) Salinan resep tidak ditandatangani oleh Apoteker.
7) Melayani resep narkotika dari apotek lain.
8) Lemari narkotika tidak memenuhi syarat.
9) Resep narkotika tidak dipisahkan.
10) Buku harian narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa.
11) Tidak mempunyai dan mengisi kartu stok.
1. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan PT Kimia Farma sesuai dengan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-
47137.AH.01.02. Tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran
38
K. Struktur Organisasi
PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
membawahi 3 direktur, yaitu Direktur Operasional, Direktur Keuangan, dan
Direktur Sumber Daya Manusia & Umum. Direktur Operasional membawahi
Manager Controller, Compliance & Risk Management, dan Manager
Principal & Merchendise. Direktur Operasional juga mengoordinasi PT.
Kimia Farma Distribusi, Kimia Farma Klinik, dan Kimia Farma Optik.
Direktur Keuangan membawahi Manager Akuntansi, Keuangan & IT, dan
Manager Apotik Bisnis (Unit Bisnis). Direktur SDM & Umum membawahi
Manager Human Capital & General Affair (12) NAOMI.
45
tanggung jawab di setiap bagian juga dilakukan dengan tujuan efisiensi dan
efektivitas kerja. Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab sebagai berikut
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 461 Bekasi berjumlah 1 orang yaitu Ibu
Yona Widya Putri, S.Farm., Apt. sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA)
dengan nomor SIPA: 19880619/SIPA-3216/2017. APA sebagai pimpinan apotek
bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di apotek, baik di bidang teknis
kefarmasian, administrasi, maupun bidang ketenagakerjaan. Tugas dan tanggung
jawab apoteker pengelola apotek adalah :
1) Memimpin seluruh kegiatan apotek, merencanakan pengembangan apotek
dan bertanggung jawab pada kelangsungan hidup apotek.
2) Memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, melalui
pelayanan teknis farmasi dan informasi.
3) Mengelola, melaksanakan, dan mengawasi administrasi yang meliputi
administrasi umum, kefarmasian, keuangan, dan personalia.
4) Membuat laporan dan memberikan data kegiatan apotek untuk jangka
waktu tertentu.
5) Melakukan kegiatan pengembangan dengan jalan mengikuti dan
merencanakan pengembangan apotek, meningkatkan pelaksanaan dan
kegiatan usaha di bidang manajemen apotek.
6) Memimpin dan mengawasi seluruh karyawan serta menilai kinerjanya.
7) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil
yang optimal sesuai dengan rencana kerja.
8) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan, kedisiplinan,
serta loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
9) Mengusahakan agar kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
b. Asisten Apoteker
Asisten apoteker di Apotek Kimia Farma No. 461 Tambun berjumlah 4 orang.
Asisten apoteker bertanggung jawab langsung kepada APA Apotek Kimia
50
FarmaNo. 461 Tambun. Tugas dan tanggung jawab asisten apoteker adalah
sebagai berikut:
1) Pengaturan dan penyusunan dalam hal penyimpanan obat dan perbekalan
farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun
secara alfabetis.
2) Penerimaan resep dan pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep
sesuai dengan peraturan kefarmasian.
3) Pemeriksaan ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya
berdasarkan resep yang diterima.
4) Pemberian harga pada setiap resep dokter yang masuk.
5) Pelayanan dan peracikan obat sesuai dengan resep dokter, antara lain
menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik,
mengemas obat dan memberikan etiket.
6) Pembuatan kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil
sebagian atau bila diperlukan pasien.
7) Pemeriksaan kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien
meliputi: bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara
pemakaian.
8) Pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat.
9) Penyerahan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan
memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang
dibutuhkan.
10) Pencatatan masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang.
11) Pelayanan informasi obat mengenaicara pemakaian obat melalui
penyerahan obat dari AA kepada pelanggan.
12) Pembuatan faktur penjualan resep, resep kredit dari instansi yang telah
disepakati.
13) Menghitung dan menyetorkan semua hasil penjualan tunai harian selama
bertugas pada supervisor sebagai penanggung jawab.
14) Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaan sanitasi atau
kebersihan di ruang peracikan.
51
sediaan, farmakoterapi dan alfabetis. Untuk obat-obat yang dapat dibeli bebas
diletakkan di swalayan farmasi yang disusun berdasarkan farmakologi dan
alfabetis sehingga mudah dilihat oleh pembeli. Penyimpanan obat terdiri dari:
1) Lemari penyimpanan berdasarkan farmakoterapi
2) Lemari penyimpanan obat narkotika.
3) Lemari penyimpanan obat psikotropika
4) Lemari penyimpanan obat generik.
5) Lemari penyimpanan bahan baku serbuk, tablet dan sediaan lain dalam
botol.
6) Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi.
7) Lemari penyimpanan obat tetes/drops dan obat salep dan tetes mata.
8) Lemari penyimpanan alat-alat kesehatan dan perbekalan farmasi lainnya.
9) Lemari es untuk penyimpanan obat yang termo labil.
10) Lemari penyimpanan obat topikal.
11) Penyimpanan obat/barang yang dapat dibeli bebas.
d. Penjualan
Penjualan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 461 Tambun
meliputi penjualan obat dengan resep dokter secara tunai maupun kredit, serta
swalayan farmasi. Alur penjualan resep secara rinci dapat dilihat pada
Lampiran 5.
1) Penjualan obat secara tunai dengan resep dokter
Penjualan obat tunai dilakukan terhadap pelanggan yang langsung datang ke
apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai.
Prosedur pelayanan resep tunai adalah sebagai berikut:
a. Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep mengucapkan salam
“selamat datang di apotek kimia farma, ada yang bisa dibantu?” dan
menerima resep yang diberikan oleh pasien kemudian memeriksa
kelengkapan dan keabsahan resep tersebut.
b. Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam
persediaan.
55
b. Penerimaan narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut
setelah dilakukan pencocokkan dengan surat pesanan. Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang
dipesan. Contoh faktur narkotika dapat dilihat pada lampiran 12.
c. Penyimpanan narkotika
Obat-obat yang termasuk narkotika di Apotek Kimia Farma No. 460 Tambun
disimpan dalam lemari khusus yang terkunci ganda. Kunci lemari tersebut
dipegang oleh penanggung jawab lemari narkotika dan psikotropika atau
petugas yang ditunjuk (13). Lemari khusus penyimpanan narkotika dan
psikotorpika yang terdapat di Apotek Kimia Farma No. 460 Tambun dapat
dilihat di Lampiran 13.
d. Pelayanan narkotika
Apotek Kimia Farma No. 460 Tambun hanya melayani resep narkotika dari
resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 460
Tambun sendiri, yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian.
Apotek tidak melayani pembelian obat narkotik tanpa resep atau pengulangan
resep yang ditulis oleh apotek lain.
e. Pelaporan narkotika
60
f. Pemusnahan Narkotika
Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
narkotika. Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut (13
Naomi):
1) Apoteker Pengelola Apotek membuat dan menandatangani surat
permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis
dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat.
2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke
Balai besar POM Jakarta. Balai besar POM akan menetapkan waktu
dan tempat pemusnahan.
3) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Apoteker
Pengelola Apotek, Asisten Apoteker, Petugas Balai besar POM.
4) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi: Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat
dilakukannya pemusnahan dan nama, jenis dan jumlah narkotika yang
dimusnahkan.
6. Pengelolaan Psikotropika
Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 461 Tambun meliputi:
a. Pemesanan Psikotropika
61
Obat golongan psikotropika dipesan oleh Apotek Kimia Farma No. 460
Tambun melalui BPBA yang dikirimkan ke BM. Pemesanan psikotropika
dilakukan dengan menggunakan surat pesanan psikotropika. Khusus
pikotropika yang ditandatangani oleh APA, satu lembar pesanan boleh berisi
lebih dari satu jenis obat psikotropika. Surat pesanan dibuat rangkap dua yang
masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan dan sebagai arsip di
apotek. Surat pemesanan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 15.
b. Penyimpanan Psikotropika
Obat golongan psikotropika disimpan di lemari khusus yang terkunci ganda.
Kunci lemari tersebut dipegang oleh penanggung jawab lemari narkotika dan
psikotropika atau petugas yang ditunjuk. Lemari khusus penyimpanan
narkotika dan psikotorpika yang terdapat di Apotek Kimia Farma No. 461
dapat dilihat di Lampiran 13.
c. Pelayanan Psikotropika
Apotek Kimia Farma No. 461 Tambun melayani resep psikotropika dari resep
asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 461
Tambun sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian.
Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep atau
pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.
d. Pelaporan Psikotropika
Pelaporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulan. Laporan
penggunaan obat psikotropika dilakukan secara online melalui SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). APA setiap bulannya
menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP, lalu
setelah data telah terinput data tersebut di import. Laporan meliputi laporan
pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama
bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan). Contoh laporan penggunaan
narkotika dapat dilihat di Lampiran 16
e. Pemusnahan Psikotropika
Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan psikotropika dapat dilakukan
62