You are on page 1of 32

LAPORAN TETAP PILOT PLANT

Disusun oleh :
Kelompok / Kelas : I / 6KA

Ade Kurniadi 0616 3040 0289


Aini Imani Halimah 0616 3040 0290
Amrina Rosyada 0616 3040 0291
Arahman Nopriansyah 0616 3040 0292
Berliana Sumarni 0616 3040 0293
Devi Romantika 0616 3040 0294
Dewi Apriyani Utari 0616 3040 0295
Faza Dwijuliarti Putri 0616 3040 0296
Indri Triadias Windi P 0616 3040 0297
Iqbal Ramadhan 0616 3040 0298
Kristrianti Ningrum 0616 3040 0299
Lismayani 0616 3040 0300

Instruktur : Adi Syakdani, S.T.,M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………ii
FALLING FILM EVAPORATOR…………………………………………….1

i
EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)………………………………...19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..30

ii
FALLING FILM EVAPORATOR

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat mengoperasikan peralatan falling film evaporator di
laboratorium pilot plant POLSRI dengan baik dan benar.
2. Dapat memahami proses pengendalian operasi pada panel kendali
dengan baik dan benar.
3. Dapat mengamati perubahan warna larutan air dengan indicator warna
EBT setelah dievaporasi.

II. DASAR TEORI


Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri
kimia untuk memekatkan suatu larutan. Pada proses fisik, evaporator
memerlukan energi untuk mengubah cair menjadi uap. Evaporator
menggunakan proses penguapan untuk menurunkan pelarut, evaporator
membutuhkan panas dalam pengoperasiannya. salah satu sumber panas
untuk evaporator berasal dari uap air yang terbentuk dari boiler steam atau
buangan uap proses lain.
Perbedaan macam-macam tipe evaporator berdasarkan prinsip cara
perpindahan panas yang diterapkan. Pada umumnya tipe evaporator ada
tiga yaitu rising film, falling film, dan forced circulation evaporator.
Falling film evaporator umumnya banyak digunakan dibanding rising film
evaporator.
Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek, dan
menggunakan gravitasi untuk mengalirkan liquida yang melalui pipa. Pada
saat sekarang ini falling film evaporator sangat meningkat penggunaanya
di dalam proses industri kimia untuk memekatkan fluida terutama fluida
yang sensitif panas (misal sari buah dan susu), karena waktu tertahan
pendek, cairan tidak mengalami pemanasan berlebih selama mengalir
melalui evaporator.
Laju perpindahan panas pada falling film evaporator dapat
dinaikkan dengan menurunkan suhu permukaan liquida yaitu dengan cara
penghembusan udara panas sehingga tekanan parsial uap akan turun. Hal

1
ini menggantikan prinsip evaporasi secara vakum yang memungkinkan
penguapan pada suhu rendah.
Perlu diperhatikan dalam penerapan prinsip falling film evaporator
adalah mengatur agar seluruh permukaan evaporator terbasahi secara
continue, dan film yang dihasilkan mempunyai ketebalan yang seragam.
Sehingga distributor umpan yang akan dipakai harus didesain secara tepat.
Berbagai cara distribusi umpan, dibuat untuk menjamin keseragaman tebal
film, antara lain memakai distributor tipe overflow weir, peletakan
evaporator harus benar-benar tegak.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mempelajari
perpindahan panas dan massa pada falling film evaporator, Palen, et al,
(1994) mengadakan penelitian hubungan antara perpindahan panas dan
perpindahan massa, untuk campuran biner ethylene glicol dengan
propilene glicol, pada tekanan atmosfer. Penelitian ini menggunakan
distribusi film tipe plug melalui celah. Hewit, et al. (1993) memberikan
persamaan koefisien perpindahan panas pada aliran laminar halus, laminar
bergelombang dan turbulen. Lailatul, et al. (2000) mengadakan penelitian
tentang pengaruh laju alir, dan konsentrasi terhadap koefisien perpindahan
panas untuk larutan gula. Penelitian ini dilakukan pada tekanan
atmosferik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa koefisien
perpindahan panas tergantung pada laju alir dan konsentrasi larutan.
Nugroho dan Priyono (1999) mengadakan penelitian tentang perpindahan
panas pada falling film evaporator pada sistem larutan Gula-Udara dan
hasil yang diperoleh koefisien perpindahan panas tergantung pada laju alir
umpan, konsentrasi larutan dan laju alir udara. Semakin besar laju alir
larutan semakin besar koefisien perpindahan panas, sebaliknya semakin
pekat konsentrasi larutan yang digunakan semakin rendah harga koefsien
perpindahan panasnya.
Evaporator selanjutnya disebut penguap jenis lapis tipis tabung
vertical telah lama digunakan misal pada produksi pupuk anorganik,
proses desalinasi, industri kertas dan bubur kertas, industri pangan dan
bahan alami/larutan biologi dll yang adalah untuk peningkatan konsentrasi

2
dengan penguapan pelarutnya yang umumnya air. Proses ini dapat/sering
digunakan sering digunakan untuk penguapan larutan kental., larutan
sensitif akan panas, larutan yang mudah terdekomposisi dan penguapan
perbedaan temperatur rendah.
Penguapan yang terjadi akan berada di bawah titik didih air pelarut
lain dalam kondisi curah (bulk). Penguapan akan memerlukan kalor yang
lebih sedikit untuk umpan yang memang sedikit tersebut karena umpan
mengalir dalam bentuk lapis tipis(film).
Molekul-molekul dalam suatu gas cenderung saling menolak
sehingga energi kinetik transisional yang dikandung oleh setiap molekul
memperlihatkan suatu gerak sinambung yang acak yang mengakibatkan
sebuah molekul yang lain mengalami perubahan energi. Oleh sebab itu,
molekul-molekul gas akan menyebar secara seragam dan menempati ruang
yang ada sebagai wadahnya. Sebaliknya, gaya tarik menarik antara
molekul-molekul gas akan menyebar secara seragam dan menempati ruang
yang ada. Sebaliknya gaya tarik menarik antara molekul-molekul
menyebabkan mereka saling merapat. Tetapi jika molekul-molekul
tersebut diberi suatu tekanan, pada saat molekul-molekul saling merapat
hingga suatu jarak yang begitu dekat, suatu gaya tolakan yang dikandung
setiap molekul akan bekerja dan mengakibatkan suatu penyimpangan
bentuk.
Ada dua kecendrungan yang dapat ditarik dari uraian diatas,
pertama yang bergantung pada temperatur. Kenaikan temperatur
mengakibatkan energi kinetik transisional setiap molekul bertambah dan
oleh sebab itu menaikan kemampuan untuk mengatasi gaya-gaya yang
cenderung menarik molekul-molekul yang saling berdekatan. Tendens
kedua adalah agregasi, yang ditentukan oleh besar gaya tarik-menarik
antara molekul dan jarak terdekat antar molekul. Gaya tarik yang dimiliki
suatu molekul bertambah hingga mencapai harga maksimum tertentu
dimana antara molekul tidak ada lagi tingkah laku ini ditunjukan pada
diagram dibawah ini.

3
Gaya tarik-menarik maksimum antara molekul terjadi pada jarak rm
sebanding dengan harga minimum energi intermolekul. Jika jarak tersebut
diperdekat (r < rm ), energi potensial berubah dengan segera mencapai
harga nol pada saat mencapai r0. Akibatnya gaya tolak menolak antara
molekul dan energi intermolekul akan bertambah besar.
Tujuan dari setiap proses evaporasi adalah menaikkan konsentrasi
atau kadar kepekatan suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak
mudah menguap dari zat pelarutnya yang relatif lebih mudah menguap.
Penguapan beberapa porsi pelarut tersebut akan memberikan produk yang
berupa larutan pekat dan kental, sedangkan hasil kondensasi uap
pelarutnya bisa dibuang langsung sebagai limbah atau didaur ulang dan
digunakan lagi sebagai pelarut. Hal-hal ini yang membedakan proses
evaporasi dengan distilasi. Falling Film Evaporator adalah metoda
penguapan dengan cara menjatuhkan bahan umpan membentuk lapisan
tipis, sementara itu pemanas dikontakkan terhadap umpan lapis tipis
tersebut dalam suatu kolom FFE (kalandria). Pertimbangan dibuat lapisan
tipis adalah :
1. Luas permukaan lebih luas, sehingga memudahkan proses penguapan
2. Penguapan yang terjadi berada di bawah titik didih air atau pelarut lain
sehingga memerlukan kalor lebih sedikit.
Falling Film Evaporator (FFE) adalah salah satu jenis alat untuk proses
penguapan yang diklasifikasikan dalam kelas long tube vertical
evaporator . LTVE, bersama-sama dengan climbing film evaporator
(CFE). Sedangkan berdsarkan tipe pemanasan dapat diklasifikasikan
kedalam sistem pemanasan dipisahkan oleh dinding pertukaran panas yaitu
antara lain jenis kolom kolandria dan shell and tube. Untuk FFE ada di
laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya termasuk dalam jenis yang
kedua. Temperatur operasi yan rendah dalam hal ini satu kukus (steam)
relatif kecil.
PROSES PENGUAPAN DI DALAM FFE
Umpan dimasukan melalui bagian atas kolom dan secara
grafitasional. Jika vakum tidak dioperasikan turun dan membasahi dinding
bagian dalam kolom dan dinding bagian luar tabung-tabung penukar panas
yang diberikan oleh medium pemanas di dalam penukar panas dan dipakai

4
untuk memanaskan larutan mencapai titik didihnya. Penguapan pelarut
dan membawa temperatur uap dari titik temperatur diatasnya. Sehingga
didalam kolom evaporator akan terdapat campuran larutan pada
temperatur penguapan pelarut atau sedikit lebih rendah/tinggi dari uap
pelarut. Karena temperatur pada tangki pemisah dan pendingin lebih
rendah dari pada temperatur bagian bawah kolom, maka sistem pada
kolom tersebut akan mengalami evakuasi (pengosongan) yang dalam arti
sebenarnya terjadi penurunan tekanan sehingga kondisi seprti vakum
terjadi oleh karena campuran tersebut akan terhisap menuju tangki
pemisahan dimana bagian campuran tersebut akan terhisap menuju tangki
pemisah dimana bagian campuran yang berupa larutan produk yang lebih
berat dan pekat turun menuju tanki pengumpul produk sedangkan uap
pelarut menuju kondensor dikondensasikan dan turun ke tangki
pengumpul destilat.
Pada sistem kondisi vakum yang dioperasikan oleh pompa vakum
proses akan berlangsung serupa. Tetapi titik didih yang dicapai akan lebih
rendah pda kondisi atmosfir. Selain itu kemungkinan aliran balik (blow-
back) karena pembentukan uap pelarut dan tekanan persial yang
dikandungannya lebih kecil. Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan
dapat diklasifikasikan ke dalam sistem pemanasan dipisahkan oleh dinding
pertukaran panas, yaitu jenis kolom calandria shell and tube. FFE memiliki
efektivitas yang baik untuk :
a. pengentalan larutan-larutan yang jernih
b. pengentalan larutan berbusa
c. pengentalan larutan-larutan yang korosif
d. beban penguapan yang tinggi
e. temperatur operasi yang rendah

Kinerja suatu evaporator ditentukan oleh beberapa factor lainnya :


a. Konsumsi uap
b. Steam ekonomi
c. Kadar kepekatan
d. Persentasi produk

5
Proses pengaupan berlangsung pada kalandria shell and tube. Di
dalam kalandria tersebut terdapat tabung berjumlah tiga, umpan masuk
didistribusi ke masing-masing tube kemudian membentuk lapisan tipis
pada selimut bagian dalam tube. Sementara pemanas berada diluar tube,
bahan umpan yang turun secara gravitasi menyerap panas maka terjadi
penguapan pelarut sehingga keluar dari kalandria terdiri dari dua fasa
( fasa uap pelarut dan larutan pekat ) kemudia dipisahkan di separator.
Falling film evaporator memiliki kelebihan dan kelemahan : (Hewitt, dkk,
1994; Salvagnini M.W dan Maria E.S.T, 2004)
1. Aplikasi waktu tinggalnya singkat dan digunakan untuk fluida sensitif
terhadap panas.
2. Hanya dibutuhkan ruang yang kecil untuk penempatannya.
3. Digunakan untuk cairan dengan kandungan padatan rendah.
4. Koefisien perpindahan panas tinggi.
5. Tidak ada kenaikan titik didih yang disebabkan perbedaan tekanan.

Metode FFE sudah banyak digunakan pada industri :


a. Produksi pupuk organic
b. Proses desalinasi
c. Bubur kertas dan industri kertas
d. Bahan alami/larutan biologi

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat yang digunakan
- Alat Falling Film Evaporator Seperangkat
- Selang 1 buah
- Ember 2 buah

6
- Titrator 1 buah
- Stopwatch 1 buah

2. Bahan yang digunakan


- Air secukupnya
- Erichrome Black T (EBT) secukupnya

IV. LANGKAH KERJA


(Pemanasan langsung oleh kukus / steam aliran searah)
1. Menutup katup-katup V2, V4, V5, V6, V7 dan V8
2. Membuka katup V3 dan V10 dan pembuangan dibawah “steam
trap”
3. Memasukkan larutan yang berupa air kedalam tangki umpan
sampai hamper penuh (±100lt)
4. Menambahkan pewarna indicator erichrome black T (EBT)
secukupnya beberapa tetes dan mengaduk sampai merata
5. Pada panel pengendali, menyalakan pengendali dengan memutar
“switch” utama (merah) ke angka I menyusul switch tekanan
(hitam) juga ke angka I.
6. Menekan tombol 8 sampai lampu hijau (SP-W) menyala
7. Menekan tombol 10 (manual) sampai lampu kuning menyala
8. Menekan tombol 5.1 dan 5.2 warna kuning (OUT-Y) sampai
menunjukkan angka 9 %
9. Menekan tombol 13 sampai lampu hijau didekatkan menyala
10. Menekan tombol 12.1 dan 12.2 warna hijau (SP-W) sampai angka
ditampilkan 4 menunjukkan tekanan 1 bar
11. Menekan lagi tombol 13 sampai lampu warna hijau mati
12. Menekan tombol 8 sampai lampu merah [PV-X] menyala tampilan
4 sekarang menunjukkan tekanan operasi sebenarnya
13. Menekan tombol pompa umpan (kanan bawah panel), lampu hijau
menyala
14. Mengatur laju umpan ±150 L/jam
15. Setelah umpan telah menuju kalandria, menekan tombol (10)
manual sampai lampu kuning mati (operasi sekarang otomatis),
mencatat temperaturnya
16. Mematikan peralatn falling film evaporator
17. Mengamati perubahan warna pada tangki umpan.

PENGHENTIAN PROSES

7
1. Menutup katup-katup manual kukus [baik yang ke calandria
(sudah harus tertutup) maupun penukar panas] menggunakan
sarung tangan
2. Pada pengendali PIC menekan/ menyalakan tombol 10 warna
kuning [manual] sampai lampu didekatnya menyala
3. Menekan tombol 5.1 sampai tampilan 6 didekatnya [OUT-Y]
menunjukkan angka 9
4. Pada panel pengendali mematikan switch tekanan [hitam] dan
switch utama [merah] ke 0 [off]
5. Menutup katup udara tekan

8
V. DATA PENGAMATAN

Waktu Laju T1-01 T1-04 T1-06 T1-07 T1-08 T1-10 T.14 Produk Destilat
P T P T P T P T P T P T P T
(menit) umpan
(l/hr)
0 1,5 1,01 121,4 1,04 120,6 0,96 113,4 0,90 26,6 0,89 27,6 0,89 36,8 0,91 26,6 95 28
10 1,5 1,21 124,4 1,21 124,8 1,20 125,1 1,19 49,7 1,20 29,1 1,20 101,2 1,19 26,6 102 28
20 1,5 1,19 124,9 1,19 124,7 1,19 125,3 1,19 81,4 1,20 32,9 1,20 101,2 1,20 27,0 103 33
30 1,5 1,21 125,6 1,21 125,5 1,19 125,9 1,18 83,5 1,17 34,2 1,17 101,2 1,15 27,9 103 36
40 1,5 1,21 125,8 1,21 125,7 1,21 126,7 1,21 84,7 1,21 35,3 1,21 101,7 1,21 28,7 103 38
50 1,5 1,21 125,7 1,22 125,5 1,22 125,3 1,21 85,7 1,21 36,3 1,21 101,2 1,20 29,5 103 39
60 1,5 1,14 125,4 1,14 125,2 1,14 124,4 1,15 86,6 1,16 37,0 1,17 101,2 1,18 30,1 103 40

P = Bar Set Point = 1,2

T = 0C Hysterisis = 0,25

9
Titrasi Produk
No Sampel Menit Volume Volume Titran Volume
Ke- Analit Run I Run II Rata-rata
1. 10 25 ml 14 ml 5 ml 9,5 ml
2. 20 25 ml 21 ml 13 ml 17 ml
3. 30 25 ml 27 ml 24 ml 25,5 ml
4. 40 25 ml 28 ml 30 ml 29 ml
5. 50 25 ml 35 ml 23 ml 29 ml
6. 60 25 ml 40 ml 38 ml 39 ml

VI. DATA PERHITUNGAN

1. Pembuatan Larutan NaOH 0.01 M dalam 40 L


Gr. NaOH = M.V.BM

= 0,01 M. 40 liter. 40

= 16 gram

2. Pembuatan Larutan HCl 0.2 M dalam 250 ml

M =

= 12,0630 M
M1.V1 = M2. V2
12,0630. V1 = 0,1 M x 250 ml
V1 = 2,0725 ml

3. Penetuan konsentrasi produk dengan metode titrasi asam basa


a.) Sampel ke-1 ( 10 menit)
Mol.analit = mol.titran
M.V = MHCl.VHCl
M NaOH . 25 ml = 0,1 M . 9,5 ml
M NaOH = 0,038 M

b.) Sampel ke-2 ( 20 menit)


Mol.analit = mol.titran
M.V = MHCl.VHCl
M NaOH . 25 ml = 0,1 M . 17 ml
M NaOH = 0,068 M
c.) Sampel ke-3 ( 30 menit)

10
Mol.analit = mol.titran
M.V = MHCl.VHCl
M NaOH . 25 ml = 0,1 M . 25,5 ml
M NaOH = 0,102 M
d.) Sampel ke-4 ( 40 menit)
Mol.analit = mol.titran
M.V = MHCl.VHCl
M NaOH . 25 ml = 0,1 M . 29 ml
M NaOH = 0,116 M
e.) Sampel ke-5 ( 50 menit)
Mol.analit = mol.titran
M.V = MHCl.VHCl
M NaOH . 25 ml = 0,1 M . 29 ml
M NaOH = 0,116 M
f.) Sampel ke-6 ( 60 menit)
Mol.analit = mol.titran
M.V = MHCl.VHCl
M NaOH . 25 ml = 0,1 M . 39 ml
M NaOH = 0,156 M

NERACA PANAS EVAPORATOR


1. Neraca Panas Dilepas Steam
Rumus:
Q1 = m1 x Cp1 x ΔT
Dimana:
m1 = Laju massa steam
Cp1 = Kapasitas Panas Steam
ΔT = Beda temperatur steam masuk dan steam keluar [(TI-04)-(TI-
06)]

Berdasarkan perhitungan dengan Microsoft Excel didapatlah hasil sebagai


berikut :

11
2. Neraca Panas Diterima Umpan
Rumus:
Q2= m2 x Cp2 x ΔT2
Dimana:
M2 = Laju massa Umpan
Cp2 = Kapasitas Panas Umpan
ΔT = Beda temperatur steam masuk dan steam keluar (TI-04-TI-06)

Berdasarkan perhitungan dengan Microsoft Excel didapatlah hasil sebagai


berikut :

3. Perhitungan Panas Laten Steam


Rumus:
Q3 = m 3 x λ
Dimana:
M3 = Laju massa steam
λ = Panas laten penguapan

12
Berdasarkan perhitungan dengan Microsoft Excel didapatlah hasil sebagai
berikut:

Gambar A. Grafik Kalor Panas (Q) terhadap Waktu

13
Gambar B. Grafik Konsentrasi Produk terhadap Waktu

VII. ANALISA PERCOBAAN

Percobaan yang telah dilakukan kali ini yaitu Falling Film Evaporator
(FFE) bertujuan untuk proses peningkatan konsentrasi dari suatu larutan.
Proses yang dilakukan dalam peningkatan konsentrasi ini dengan cara
menguapkan pelarut yang ada didalam larutan. Proses penguapan inilah
yang disebut dengan evaporasi. Peralatan evaporasi yang dipakai adalah
falling film evaporator dimana proses terjadinya perpindahan panas yang

14
menyebabkan adanya perpindahan massa di kalandria. Didalam kalandria
tersebut terdapat pipa shell and tube dengan jumlah tiga tube dan satu shell.
Didalam tube-tube inilah umpan akan dipekatkan konsentrasinya. Bahan
yang digunakan adalah campuran air dan NaOH. Dimana air akan menguap
naik ke atas dan terkondensasi pada wadah destilat, dan larutan yang
mengandung NaOH ke wadah labu produk.
Proses pemanasan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah
pemanasan secara langsung. Hal ini dimaksud bahwa pemanasan dengan
menggunakan steam yang dialirkan ke alat tidak menggunakan Heat
Exchanger. Sedangkan pemindahan panas yang terjadi adalah secara co-
current, dimana steam dan umpan dialirkan dengan arah yang sama. Steam
dialirkan dari atas kebawah hal ini dikarenakan untuk meningkatkan
efektivitas dan efessiensi penggunaan steam karena saat steam diumpankan
dari atas dan setelah menukar panasnya steam akan menjadi kondensat dan
turun ke separator. Tetapi jika steam diumpankan dari bawah ke atas maka
kondensat yang terbentuk akan bersinggungan dengan steam sehingga akan
menurunkan suhu steam dan hal ini menyebabkan banyak kehilangan panas.
Proses perpindahan panas terjadi secara konveksi dan konduksi.
Perpindahan secara konduksi terjadi melalui dinding-dinding tube dan
secara konveksi terjadi melalui molekul-molekul fluida yang bergerak jatuh.
Proses dilakukan selama 60 menit. Dimana setiap 10 menit sampel
pada wadah umpan akandi ambil untuk dilakukan analisan lebih lanjut.
Analisa yang digunakan bertujuan untuk mennentukan konsentrasi NaOH
yang terkandung di dalam larutan. Berdasarkan teori yang ada semakin lama
proses maka konsentrasi NaOH akan semakin tinggi. Dimana proses titrasi
menggunakan titran larutan HCl. Berdasarkan analisa dan perhitungan di
dapatkan sampel pada menit 1 konsentrasi sampel NaOH adalah sebesar
0,038 M sedangkan sampel pada menit ke 60 adalah sebesar 0,156 M
dimana membuktikan proses evaporasi berhasil dikarenakan konsentrasi
meningkat selama proses berlangsung.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaaan, maka dapat disimpulkan bahwa :

15
1. Falling Film Evaporator (FFE) adalah alat yang digunakan untuk menjenuhkan
atau mengevaporasi suatu larutan agar didapatkan konsentrasi yang lebih pekat.
2. Kondisi operasi yang bekerja pada alat FFE adalah tekanan steam, laju alir
steam, laju alir umpan, temperatur steam, banyaknya jumlah steam dan jumlah
umpan.
3. Semakin lama proses evaporasi secara kontinyu, maka konsentrasi produk akan
semakin pekat.
4. Kalor yang bekerja pada evaporator adalah kalor yang dilepas steam, kalor
yang diterima umpan.

GAMBAR ALAT

16
Distilat Umpan

Kondensat

17
Falling Film Evaporator

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu menjalankan peralatan ekstraksi di Politeknik dengan aman

18
dan benar.
2. Mampu memahami fenomena perpindahan massa (proses fisis
ekstraksi).
3. Mampu menghitung efisiensi tahap percobaan dan hasil ekstraksi
(yield).
4. Mampu menghitung kalor terpakai dari kukus (steam) oleh
pemanasan pelarut.

II. DASAR TEORI


Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat
maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus
dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan
material lainnya.
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi
komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini
merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami
perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika
bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi.
Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit
larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan
yang larut karena efektivitasnya. [Lucas, Howard J, David Pressman.
Principles and Practice In Organic Chemistry].
Banyak proses biologi, inorganik dan substansi organik
terjadi dalam campuran dengan komponen yang berbeda dalam
solid. Tujuannya adalah untuk memisahkan campuran solute atau
menghilangkan komponen solute yang tidak diinginkan fase solid,
solid dikontakkan dengan fase cair. Dua fase ini dikontakkan dengan
intim dan solute dapat mendifusi dari fase solid ke fase cair yang
mana menyebabkan pemisahan original komponen dalam solid.
Proses ini disebut liquid-solid leaching atau leaching sederhana.
Istilah ekstraksi juga digunakan untuk mendeskripsikan unit operasi,
meskipun itu juga mengarah pada liquid-liquid. Dalam leaching

19
ketika komponen yang tidak diinginkan dihilangkan dari solid
dengan menggunakan air, proses ini disebut washing (pencucian)
(Geankoplis, 1997: 723).
Leaching ialah suatu perlakuan istimewa dalam satu atau
lebih komponen padatan yang terdapat pada suatu larutan. Dalam
unit operasi, leaching merupakan salah satu cara tertua dalam
industri kimia, yang pemberian namanya tergantung dari cara yang
digunakan. Industri metalurgi ialah penggunaan terbesar operasi
leaching ini. Dalam penggunaan campuran mineral dalam jumlah
besar dan tak terhingga, leaching dipakai sebagai pemisah. Contoh,
tembaga yang terkandung dalam biji besi di leaching dengan asam
sulfat atau amoniak, dan emas dipisahkan dengan larutan sodium
sianida. Leaching memainkan peranan penting dalam proses
metalurgi alumunium, cobalt, mangan, nikel dan timah (Tim Dosen
Teknik Kimia, 2009: 45). Ektraksi padat-cair juga digunakan dalam
industri dalam manufaktur dari kopi instan untuk menutup kembali
pelarut kopi dari lingkungan sekitar. Aplikasi lainnya dalam dunia
industri termasuk ekstraksi inyak kacang kedelai menggunakan
hexane sebagai pelarut dan discovery dari uranium dari ores low
grade dengan ekstraksi dengan asam sulfur atau sodium karbonat
(Foust dkk, 1980: 15-16). Bila zat padat itu membentuk massa
terbuka yang permeabel atau telus (permeable) selama proses
leaching itu, pelarutnya mungkin berperkolasi (mengalir melalui
rongga- rongga) dalam hamparan zat padat yang tidak teraduk.
Dengan zat padat yang tak permeabel yang tersintrgasi pada waktu
proses leaching, zat padat itu terdispersi (tersebar) ke dalam pelarut,
dan dipisah kemudian dari pelarut itu. Kedua metode itu dapat
dilaksanakan dengan sistem tumpak (batch) maupun kontinyu.
Dalam beberapa kasus leaching hamparan zat padat, pelarutnya
mungkin bersifat mudah menguap, sehingga operasinya memerlukan
tangki tertutup di bawah tekanan. Tekanan diperlukan pula untuk
mendorong pelarut melalui zat padat yang kurang permeabel.

20
Deretan tangki bertekanan, yang dioperasikan dengan aliran pelarut
arus lawan-arah dinamakan baterai difusi (diffusion battery).
Pengurasan dengan hamparan bergerak melalui pelarut tanpa
pengadukan atau dengan sedikit sekali pengadukan. Ekstraktor
Bollman mempunyai elevator yang ditempatkan dalam suatu
rumahan. Ember-ember itu berlubang-lubang dasarnya.

Ada beberapa jenis metode operasi leaching, yaitu :


1. Operasi dengan sistem bertahap tunggal dalam metode ini
pengontakan antara padatan dan pelarut dilakukan sekaligus dan
kemudian disusul dengan pemisahan larutan dari padatan sisa.
Cara ini jarang ditemui dalam operasi industri, karena perolehan
solute yang rendah.
2. Operasi kontinu dengan sistem bertahap banyak dengan aliran
berlawanan (countercurrent) dalam sistem ini aliran bawah dan
atas mengalir secara berlawanan. Operasi ini dimulai pada tahap
pertama dengan mengontakkan larutan pekat, yang merupakan
aliran atas tahap kedua, dan padatan baru, operasi berakhir pada
tahap ke n (tahap terakhir), dimana terjadi pencampuran antara
pelarut baru dan padatan yang berasal dari tahap ke-n (n-1).
Sistem ini memungkinkan didapatnya perolehan solute yang
tinggi, sehingga banyak digunakan di dalam industri (Treyball,
1985: 719)

Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam operasi


ekstraksi:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi.
Semakin kecil ukuran partikel maka areal terbesar antara
padatan terhadap cairan memungkinkan terjadi kontak secara
tepat. Semakin besar partikel, maka cairan yang akan mendifusi
akan memerlukan waktu yang relative lama.
2. Faktor pengaduk

21
Semakin cepat laju putaran pengaduk partikel akan semakin
terdistribusi dalam permukaan kontak akan lebih luas terhadap
pelarut. Semakin lama waktu pengadukan berarti difusi dapat
berlangsung terus dan lama pengadukan harus dibatasi pada
harga optimum agar dapat optimum agar konsumsi energi tak
terlalu besar. Pengaruh faktor pengadukan ini hanya ada bila laju
pelarutan memungkinkan.
3. Temperatur
Pada banyak kasus, kelarutan material akan diekstraksi
akan meningkat dengan temperatur dan akan menambah
kecepatan ekstraksi.
4. Pelarut
Pemilihan pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai
dengan viskositas yang cukup rendah agar sirkulasinya bebas.
Umumnya pelarut murni akan digunakan meskipun dalam
operasi ekstraksi konsentrasi dari solute akan meningkat dan
kecepatan reaksi akan melambat, karena gradien konsentrasi
akan hilang dan cairan akan semakin viskos pada umumnya
(Coulson, 1955: 721). Dalam biologi dan proses pembuatan
makanan, banyak produk yang dipisahkan dari struktur
alaminya menggunakan ekstraksi cair-padat. Proses terpenting
dalam pembuatan gula, leaching dari umbi-umbian dengan
produksi minyak tumbuhan, pelarut organic seperti hexane,
acetone, dan lainnya digunakan untuk mengekstrak minyak dari
kacang kedelai, biji bunga tumbuhan dan lain-lain. Dalam
industri farmasi, banyak produk obat- obatan diperoleh dari
leaching akar tanaman, daun dan batang. Untuk produksi kopi
instan, kopi yang sudah dipanggang di leaching dengan air
segar. Teh dapat larut diproduksi dengan menggunakan pelarut
air dan daun teh (Geankoplis, 1997: 724-725).

Karena alasan ekonomi dan pelestarian lingkungan,


seringkali sisa pelarut yang tertinggal dalam rafinat dipisahkan

22
(misalnya dengan pemanasan langsung menggunakan kukus) dan
diambil kembali pada akhir proses ekstraksi.Untuk mencapai unjuk
keda ekstraksi atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi
padat-cair, syarat-syarat berikut harus dipenuhi :
a. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak
antara fasa padat dan fasa cair, maka bahan itu perlu sekali
memiliki permukaan yang seluas mungkin. Ini dapat dicapai
dengan rnemperkecil ukuran bahan ekstraksi. Dalam hal itu
lintasan-lintasan kapiler,yang harus dilewati dengan cara difusi,
menjadi lebih pendek sehingga mengurangi tahanannya. Pada
ekstrak terkurung dalarn sel-sel seringkali perlu dibentuk
kontak langsung dengan pelarut melalui dinding sel yang
dipecahkan. Pemecahan dapat dilakukan misalnya dengan
menekan atau menggerus bahan ekstraksi.Untuk alat-alat
ekstraksi tertentu harus dijaga agar pada pengecilan bahan
ekstraksi, ukuran partikel yang diperoleh tidak menjadi terlalu
kecil. Bila hal itu terjadi, tidak dapat dipastikan bahwa bahan
ekstraksi cukup permeabel untuk pelarut.
b. Kecepatan alir pelarut, sedapat mungkin besar dibandingkan
dengan laju alir bahan ekstraksi, agar ekstrak yang terlarut
dapat segera diangkut keluar dari permukaan bahan padat.
Tergantung pada jenis ekstraktor yang digunakan, hal tersebut
dapat dicapai baik dengan pengadukan secara turbulen, atau
dengan pemberian laju alir pelarut yang tinggi Suhu yang lebih
tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak lebih
besar) pada umumnya menguntungkan untuk kerja ekstraksi.

Ekstraksi padat-cair tak kontinyu


1. Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur
beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki
pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan

23
dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan
(dalam sebuah alat yang dihubungkan dengan ekstraktor).Proses
ini tidak begitu ekonomis, digunakan misalnya di tempat yang
tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia
dalam bentuk serbuk sangat halus, sehingga karena bahaya
penyumbatan,ekstraktor lain tidak mungkin digunakan.
2. Ekstraktor yang sebenamya adalah tangki-tangki dengan pelat
ayak yang dipasang di dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi
diletakkan diatas pelat ayak horisontal. Dengan bantuan suatu
distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah. Dengan perkakas
pengaduk (di atas pelat ayak) yang dapat dinaikturunkan,
pencampuran seringkali dapat disempurnakan, atau rafinat dapat
dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor
semacarn ini hanya sesuai untuk bahan padat dengan partikel
yang tidak terlalu halus.

Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa


ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan
dengan aliran pelarut. Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam
ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses
ekstraksi paling banyak. Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut
semakin diperkaya oleh ekstrak.Pelarut akan dikeluarkan dalam
konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran yang
mengalami proses ekstraksi paling sedikit. Dengan operasi ini
pemakaian pelarut lebih sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan
ekstrak lebih tinggi.
Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang
keluar dari pelat ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut
di situ, menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera
mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan
ekstraksi. Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus
menerus meningkat. Dengan metode ini jumlah total pelarut yang
diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian, selalu terdapat

24
perbedaan konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi
dan pelarut. Kerugiannya, adalah pemakaian banyak energi karena
pelarut harus diuapkan secara terus menerus.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan
1. Unit Leaching
2. Termometer
3. Ember Plastik

25
4. Stopwatch
b. Bahan yang digunakan
1. 1 kg Arang
2. Campuran Etanol-Air

IV. LANGKAH KERJA


a. Membuka katup – katup air pendingin V1 dan V2 ke kondensor
b. Membuka tutup wadah dan memasukkan kertas saring disusul 1
Kg umpan arang

c. Mengatur sudut sifon anatara 60 0C


d. Memasukan air dingin kewadah umpan samapai terdapat air
mengalir melalui sifone ke labu utama dan mengambil air tersebut
melalui pembuangan dibawah wadah, mencatat sebagai B dan
menutup wadah kembali
e. Mengisi labu utama dengan pelarut (air+etanol) sebanyak ± 40
liter dan menutup kembali labu utama
f. Membuka katup kukus V3 sampai tekanan menunjukan 1 bar
g. Setelah satu siklus atau tahap mengambil sampel dari ekstrak
untuk analisa
h. Mencatat laju dari kukus dan temperatur kondensat
i. Setelah selesai mematikan peralatan yang digunakan.

VI. DATA PENGAMATAN

1. Berat bahan baku = 500 gram


2. Pelarut = 35 liter
3. Suhu kondensat = 61oC (141,8oF)
4. Berat sampel = 1,18 kg
5. Tekanan operasi = 2,2 bar
6. Total ekstrak (kondensat) = 10 liter

26
Titrasi Produk

No. Sampel ke- Volume Analit Volume Titran


1. I 10 ml 3 ml
2. II 10 ml 3,5 ml
3. III 10 ml 3 ml

VII. PERHITUNGAN
7.1. Pembuatan Larutan HCl 0,5 M dalam 2 liter

M1 =

= 12,0630 M
M1 . V1 = M2 . V2
12,0630 M . V1 = 0,5 M . 2000 ml
V1 = 82,8981 ml

7.2. Pembuatan Latutan NaOH 0,1 M dalam 1 liter

gr. NaOH = M . V . BM
= 0,1 M . 1 liter . 40 gr/ml
= 4 gram

7.3. Penentuan Konsentrasi Produk dengan Metode Titrasi Asam-Basa


a. Sampel ke- I

MNaOH . VNaOH = MHCl . VHCl


0,1 M . 3 ml = MHCl . 10 ml
MHCl = 0,030 M
b. Sampel ke- II

27
MNaOH . VNaOH = MHCl . VHCl
0,1 M . 3,5 ml = MHCl . 10 ml
MHCl = 0,035 M
c. Sampel ke- III

MNaOH . VNaOH = MHCl . VHCl


0,1 M . 3 ml = MHCl . 10 ml
MHCl = 0,030 M

7.4. Penentuan Laju Massa Kukus (mkks)

Mkks =

= 0,166 L/min

7.5. Menghitung Kalor yang dilepas oleh Kukus pada siklus 1


- Interpolasi mencari nilai Yhf, hg pada suhu 61oC

hf = 109,69 kj/kg
hg = 1122,72 kj/kg
hfg = hg - hf
= 1013,03 kj/kg
Q = mkks x hg – mkks x hf + mkks . hfg
= 0,166 [(1122,72 – 109,96 + 1013,03)] kj/kg
= 336,3259 kj/kg
Jadi kalor yang dilepas pada 1 siklus adalah 336,3259 kj/kg
Dalam 600 ml produk 10 ml
10 liter = 166,67 ml
VIII. ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum “Ekstraksi Padat


Cair” atau leaching. Ekstraksi ini bertujuan untuk memisahkan zat terlarut

28
dari bahan padatan dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan
harus dapat mengekstraksi substansi yang diinginkan tanpa melarutkan
material lainnya. Padatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
arang aktif, dimana zat terlarut yang akan diambil adalah asam klorida
(HCl) dan pelarut berupa air.
Prinsip kerja alat leaching ini yaitu dengan cara melarutkan arang
aktif dengan pelarut air yang kemudian dibawa turun untuk didestilasi dan
diembunkan agar proses yang berlangsung terjadi secara kontinyu. Tekanan
operai dijaga lebih kecil sama dengan 2,2 bar. Pelarut air dalam tangka
dipanaskan, uapnya akan melewati packing, dimana di dalam packing ini
uap yang memiliki titik didih lebih rendah akan lolos dan masuk ke dalam
sifon yang berisi arang aktif. Air akan kembali ke tangka apabila telah
melalui satu siklus.
Pada alat leaching terdapat sifon yang berfungsi untuk memperluas
bidang kontak sehingga satu siklus saja dibutuhkan waktu satu jam untuk
mendapatkan hasil ekstrak yang optimal. Kalor yang dilepas kukus pada
satu siklus yaitu 336,3259 kj/kg.

IX. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Leaching adalah proses untuk mengambil komponen dalam suatu padatan
dengan cara melarutkannya pada pelarut (solvent).
2. Laju kukus = 0,166 L/min
3. Kalor yang dilepas = 336,3259 kj/kg

DAFTAR PUSTAKA

Bustomi, Ahmad.2015. Penuntun Praktikum Pilot Plant. Falling Film


Evaporator. Politeknik Negeri Sriwijaya: Palambang.

29
Andrian, Eka. 2016. Online. Falling Film Evaporator.
http://documentips.com/2012/04/falling-film-evaporator.html.
Diakses pada tanggal 16 April 2019.

Hajar, Ibnu. 2013. Penuntun Praktikum Pilot Plant. Palembang : Jurusan


Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya

Robert E. Treybal. 1981. Mass Transfer Operations. Singapore.


Online.http://www.chem-is-try.org/materi-kimia/kimia
industri/teknologi proses/pelaksanaan-proses-ekstraksi/ . Diakses pada
April 2019.

30

You might also like