You are on page 1of 92

MODUL

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PENGAMPU

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
PENDAHULUAN

A. Deskripsi singkat
Mata kuliah ini, membahas dan memberikan pengetahuan tentang teknologi
pendidikan yang meliputi pengertian teknologi pendidikan, komponen teknologi
pendidikan, peran teori belajar, peran dna prinsip belajar, model pembelajaran,
strategi pembelajaran dan desain pembelajaran. Oleh karena itu mata kuliah ini
diorientasikan pada upaya pembekalan pemahaman dan keterampilan teknis
kepada mahasiswa dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan
menggunakan teknologi pendidikan.

B. Manfaat, relevansi
Setelah mempelajari bahan ajar ini, diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan mempraktekan tentang tehnologi pendidikan dalam proses
belajar mengajar yang meliputi pengertian teknologi pendidikan, komponen
teknologi pendidikan, peran teori belajar, peran dna prinsip belajar, model
pembelajaran,strategi pembelajaran dna desain pembelajaran sehingga dapat
menghasilkan pembelajaran yang berbasis pada kemajuan tehnologi tepat guna.

C. Tujuan Instruksional
Mahasiwa dapat mempelajari bahan ajar (modul) ini dan membaca
referensi yang direkomendasikan sebagai buku acuan yang sudah ada. Setelah
selesai mempelajari modul ini, maka Anda diharapkan mampu:
1. Mampu menjelaskan tentang teknologi pendidikan sebagai cabang ilmu
IPTEK
2. Mampu memahami tentang pengertian teknologi pendidikan sebagai bidan
studi dan sistem pemecahan masalah.
3. Mampu memahami komponen teknologi pendidikan
4. Mampu menjelaskan peran teori belajar
5. Mampu menguraikan teori dan prinsip belajar
6. Mampu menyusun model pembelajaran
7. Mampu membuat strategi pembelajaran
8. Mampu membuat desain pembelajaran

D. Saran-petunjuk belajar, urutan bahasan


1. Mahasiswa dapat mempelajari bahan ajar (modul) ini dan membaca
referensi yang direkomendasikan sebagai buku acuan, membuka e-
learning yang sudah ada.
2. Sebelum anda mempelajari isi bab ini, terlebih dahulu baca baik – baik
deskripsi materi yang ada pada awal bab ini.
3. Sesudah itu, mualailah pelajari isi bab ini dan rangkumannya dengan
cermat.
4. Diskusikan dengan teman – teman anda permasalahan yang masih belum
jelas dan apabila ada kesulitan jangan malu untuk menanyakan kepada
pengajar atau pembimbing.
5. Apabila semua tugas telah selesai didiskusikan, kerjakan semua soal
latihan yang telah ada pada lembar tersendiri dan jangan melihat jawaban.
6. Setelah menjawab pertanyaan itu, Kemudian cocokkan jawaban anda
dengan kunci jawaban yang telah tersedia.
7. Ukurlah sendiri kemampuan anda dalam menjawab soal – soal yang ada.
Hasil jawaban anda menunjukkan pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan

8. Awal/entry, kaitan materi


Pada mata kuliah kali ini merupakan awal dari perkuliahan untuk program
studi D4 kebidanan yang pada dasarnya belum pernah disampaikan materi
mengenai administrasi pendidikan. Maka ini merupakan awalan dari bahan
kajian materi yang akan datang.
PETUNJUK UMUM
A. DISKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini, membahas dan memberikan pengetahuan tentang teknologi
pendidikan yang meliputi pengertian teknologi pendidikan, komponen teknologi
pendidikan, peran teori belajar, peran dna prinsip belajar, model pembelajaran,
strategi pembelajaran dan desain pembelajaran. Oleh karena itu mata kuliah ini
diorientasikan pada upaya pembekalan pemahaman dan keterampilan teknis
kepada mahasiswa dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan
menggunakan teknologi pemndidikan.

B. STANDAR KOMPETENSI
Mampu memahami dna menguasai ketrampilan tentang teknologi pendidikan pada proses
pembelajaran dengan menggunakan teknologi pendidikan yang up to date.

C. KONPETENSI DASAR
Memahami dan menerapkan konsep dasar, teori dan fungsi teknologi pendidikan
dalam kegiatan pendidikan

D. INDIKATOR
Setelah perkuliahan selesai, mahasiswa mampu memahami dan menerapkan
konsep dasar, teori dan fungsi teknologi pendidikan, meliputi:
1. Mampu menjelaskan tentang teknologi pendidikan sebagai cabang ilmu
IPTEK
2. Mampu memahami tentang pengertian teknologi pendidikan sebagai bidan
studi dan sistem pemecahan masalah.
3. Mampu memahami komponen teknologi pendidikan
4. Mampu menjelaskan peran teori belajar
5. Mampu menguraikan teori dan prinsip belajar
6. Mampu menyusun model pembelajaran
7. Mampu membuat strategi pembelajaran
8. Mampu membuat desain pembelajaran
E. REFERENSI
Teknologi Pembelajaran: Definisi Dan Kawasannya, hasil terjemahan dewi s.
Prawiradilaga, dkk.(1995) dari judul aslinya Instructional Technology:
DEFINITION and domain of Field karya Barbara B. Seels dan Rita C.
Richey yang diterbitkan pada tahun 1994
Educational Technology: a Definition with Commentary. Karya : Alan Januszweski
& Michael Molenda. Tahun 2008. Penerbit: Lawrence Erlbaum Associates
Models of Teaching (model-model pengajaran) karya Bruce Joyce,
Marsha Weil, Emily Calhoun tahun 2016. Penerbit:
Pustaka Pelajar

Menyemai benih teknologi pendidikan. Tahun: 2004. Karya: Prof. Dr. Yusuh
Hadimiarso. Penerbit: prenada media
Teknologi pengajaran. Tahun: 2003. Karya: Nana Sudjana dan Ahmad Rivai.
Penerbit: sinar baru algensindo.
Teknologi pendidikan. Tahun: 2012. Karya: dewi salma prawiradilaga. Penerbit:
kencana.
Teori belajar. Tahun 2004. Karya: teori pembelajaran. Karya achmad sugandi.
Penerbit: unnes press

F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Pembelajaran menggunakan metode pembelajaran secara SCL (Student Center
Learning) dengan menggunakan metode berikut ini : Discovery Learning, Small
grup discusions, problem based learning, tanya jawab & SGD.

G. LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN


1. Modul praktek ini digunakan sebagai panduan dalam proses perkuliahan selama 1
semester yang terdiri dari bahan ajar yang diajarkan selama masa 1 semester
2. Modul ini memuat langkah-langkah dalam pembelajaran baik teori maupun
praktikum
3. Materi perkuliahan yang diberikan meliputi :
a. Teknologi pendidikan sebagai cabang ilmu IPTEK
b.Pengertian teknologi pendidikan sebagai bidang studi dan sistem pemecahan
masalah
c. Komponen teknologi pendidikan
d.Peran teori belajar
e. Teori dan prinsip belajar
f. Model pembelajaran
g.Strategi pembelajaran
h.Desain pembelajaran
H. EVALUASI
Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan :
1. Penugasan 20 %
2. UTS Teori 20 %
3. UAS 60%

POKOK BAHASAN 1
TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI CABANG ILMU / IPTEK

A. KOMPETENSI DASAR
Mampu menjelaskan tentang teknologi pendidikan sebagai cabang ilmu / IPTEK.

B. INDIKATOR
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hakikat teknologi pendidikan dengan benar
2. Mahasiswa mampu menjelaskan peran Teknologi pendidikan dalam proses pendidikan
atau penbelajaran
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perkembangan Teknologi pendidikan darii
konsep sampai berdiri sebagai cabang IPTEK

C. POKOK MATERI
1. Hakikat teknologi pendidikan
2. Peran teknologi pendidikan dalam proses pendidikan atau pembelajaran
3. Perkembangan teknologi pendidikan dari konsep sampai berdiri sebagai cabang IPTEK

D. STRATEGI PEMBELAJARAN
Discovery Learning, Small grup discusions, problem based learning, tanya
jawab & SGD

E. LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN


1. Modul ini digunakan untuk petunjuk bagi pembelajaran teknologi pendidikan
2. Kembangkan materi yanga da di modul ini berdasarkan referensi

MATERI MODUL
A. Hakekat Teknologi pendidikan

Mengenai masalah hakikat teknologi pendidikan tidaklah berbeda dengan


teknologi pembelajaran, yang mana sama-sama berharap akan lebih berhasilnya
sebuah proses pendidikan atau pembelajaran Dalam mendefinisikan teknologi
pembelajaran ada beberapa pendapat diantaranya adalah:
1. Teknologi pembelajaran adalah penerapan secara sistematik strategi dan
teknik yang diambil dari konsep ilmu perilaku dan ilmu yang bersifat fisik,
serta pengetahuan lain untuk keperluan pemecahan masalah pembelajaran
2. Teknologi pembelajaran adalah pengembangan, penerapan dan penilaian
sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar manusia.
3. Teknologi pembelajaran adalah pemikiran yang sistematis tentang pendidikan,
penerapan, metode problem solving dalam pendidikan, yang dapat dilakukan
dengan alat-alat komunikasi modern, juga tanpa alat-alat itu.
4. Teknologi pembelajaran adalah suatu cara atau suatu metode yang digunakan
oleh seorang pendidik dalam mengarahkan peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan baik menggunakan alat media atau disebut hardware
maupun yang lebih penting dari itu yaitu software, sehingga dalam mendidik
peserta didik mereka dapat menerima materi yang diberikan oleh pendidik
dengan rasa senang bukan terpaksa.
5. Teknologi pembelajaran adalah suatu komunikasi yang sangat pesat yang
dimanfaatkan dalam pendidikan, adapun dalam berkomunikasi yang
diutamakan adalah media komunikasi yang berupa alat-alat teknologi atau
disebut hardware.
6. Menurut Prof. Dr. Hadi Miarso bahwa teknologi berasal dari kata techne yang
artinya adalah seni, cara, dan kreatifitas yang ditempuh oleh seorang pendidik
dalam mentrasfer pengetahuan kepada peserta didik. Dalam kata lain bahwa
seorang guru harus mempunyai cara-cara ataupun keahliannya dalam
mendidik peserta didik.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


terknologi pendidikan adalah suatu cara atau metode yang sistematis yang
diharapkan nantinya peserta didik dapat menerima materi pendidikan agama
islam dengan lebih baik, dengan rasa senang dan tanpa ada paksaan.
Teknologi pembelajaran merupakan bagian dari teknologi pendidikan. Hal ini
didasarkan pada konsep bahwa pengajaran adalah bagian dari pendidikan.
Teknologi pengajaran merupakan satu himpunan dari proses terintegrasi yang
melibatkan manusia, prosedur, gagasan, peralatan dan organisasi serta
pengelolaan cara-cara pemecahan masalah pendidikan yang terdapat di dalam
situasi belajar yang memiliki tujuan.

B. Peran TP Dalam Proses Pendidikan / Pembelajaran


1. Macam-macam Teknologi Pendidikan
Dalam inovasi pendidikan tidak bisa lepas dengan masalah revolusi
metode, kurikulum yang inovatif, teknologi serta SDM yang kritis untuk bisa
menghasilkan daya cipta dan hasil sekolah sebagai bentuk perubahan
pendidikan. Sekolah harus mempunyai orientasi bisnis pelanggan yang
memiliki daya saing global. Untuk itu ada lima teknologi baru yang dapat
menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik, yaitu :
a. Sistem berpikir
Sistem berpikir menjadikan kita untuk lebih hati-hati dengan
munculnya tiap mode di dunia pendidikan. Hal ini untuk mengantisipasi
terjadinya perubahan yang tidak kita inginkan. Tanpa sistem berpikir kita
akan sulit untuk mengadakan peningkatan riil di bidang pendidikan. Jadi
sistem berpikir menghadirkan konsep sistem yang umum, dimana
berbagai hal saling terkait.
b. Desain sistem
Desain sistem adalah teknologi merancang dan membangun sistem
yang baru. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang cepat yang
meningkatkan harapan. Desain sistem memberi kita peralatan untuk
menciptakan suatu sistem yang baru dan suatu strategi untuk perubahan.
c. Kualitas pengetahuan
kualitas pengetahuan merupakan teknologi yang memproduksi suatu
produk atau jasa/layanan yang sesuai harapan dan pelanggan. Ilmu
pengetahuan yang berkualitas telah menjadi alat yang sangat berharga
dalam inovasi pendidikan/sekolah.
d. Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah suatu cara untuk memandu energi
kreatif ke arah perubahan positif. Dapat juga diartikan sistem pemikiran
yang berlaku untuk aspek manajemen inovasi tentunya dengan
berorientasi pada POAC (Perencanaan, Organisasi, Aktualisasi dan
Kontrol).
Teknologi pembelajaran Disini ada dua bagian yaitu:
Yang pertama peralatan Pelajar elektronik (Komputer, multimedia,
Internet, telekomunikasi),
Yang kedua pembelajaran yang didesain, metode dan strateginya
diperlukan untuk membuat peralatan elektronik yang efektif. Pelajaran
elektronik ini mengubah cara mengkomunikasikan belajar. Jadi teknologi
pembelajaran adalah sistem pemikiran yang berlaku untuk instruksi dan
belajar

e. Teknologi
Teknolog itersebut merupakan suatu keterpaduan untuk menuju
inovasi pendidikan sehingga dalam memecahkan masalah pendidikan
perlu kombinasi peralatan/alat elektronik, orang-orang, proses,
manajemen, intelektual, untuk perubahan yang efektif.

2. Fungsi Teknologi Pendidikan


Berikut ini adalah beberapa fungsi dari teknologi pembelajaran
sebagai berikut:
1. Sebagai sarana bahan ajar yang ilmiah dan obyektif.
2. Sebagai sarana untuk memotifasi peserta didik yang semangat belajarnya
rendah.
3. Sebagai sarana untuk membantu peserta didik mempresentasikan apa yang
mereka ketahui.
4. Sebagai sarana untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran.
5. Sebagai sarana mempermudah penyampaian materi.
6. Sebagai sarana untuk mempermudah desain pembelajaran.
7. Sebagai media pendukung pelajaran dengan mudah.
8. Sebagai sarana pendukung terlaksananya program pembelajaran yang
sistematis
9. Sebagai sarana meningkatkan keberhasilan pembelajaran.

3. Manfaat Teknologi pendidikan


Mengenai manfaat teknologi pembelajaran sangatlah banyak. dan hal
ini tergantung dari siapa yang memanfaatkannya. Berikut adalah beberapa
manfaat dari teknologi pembelajaran bagi pendidik dan peserta didik:
a. Manfaat bagi pendidik
1. Pendidik dapat lebih memudahkan tercapainya tujuan pendidikan.
2. Pendidik dapat mempermudah desain pembelajaran.
3. Pendidik dapat menunjang metode pembelajaran.
4. Pendidik dapat lebih meningkatkan efektifitas Pembelajaran.
5. Pendidik lebih mudah menyampaikan materi pembelajaran.
6. Pendidik dapat mengefisiensikan waktu.
7. Dapat menjadi daya dukung pengajaran seorang pendidik.
b. Manfaat bagi peserta didik
1. Peserta didik dapat lebih cepat menyerap materi pelajaran yang
diberikan oleh pendidik.
2. Peserta didik menerima materi pembelajaran dengan senang.
3. Peserta didik dapat mempresentasikan apa yang mereka ketahui
4. Peserta didik tidak bosan dengan cara penyampaian materi
pembelajaran secara verbal
5. Peserta didik lebih bisa berekspresi dalam proses pembelajaran.

POKOK BAHASAN II

PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI BIDANG STUDI

DAN SISTEM PEMECAHAN MASALAH

A. Kompetensi Dasar

Materi ini mamberikan kemampuan agar mampu menguasai pengertian teknologi

pendidikan sebagai bidang studi dan sistem pemecahan masalah.


B. Indikator

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menjelaskan tentang pengertian teknologi pendidikan sebagai bidang studi

dengan benar

2. Menjelaskan teknologi pendidikan sebagai praktik sistem pemecahan masalah

belajar dengan benar

C. Pokok Materi

1. Pengertian teknologi pendidikan sebagai bidang studi

2. Teknologi pendidikan sebagai praktik sistem pemecahan masalah belajar

D. Strategi Pembelajaran

Discovery Learning, Small grup discusions, problem based learning, tanya


jawab & SGD
E. Lembar Kegiatan Pembelajaran

1. Modul ini digunakan untuk petunjuk bagi pembelajaran teknologi pendidikan


2. Kembangkan materi yanga da di modul ini berdasarkan referensi

Lampiran Materi

1. Pengertian Teknologi pendidikan Sebagai Bidang Studi

Teknologi Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam

mendesain, melaksanakan, dan mengealuasi proses keseluruhan dari belajar

dan pembelajaran dalam betuk tujuan pembelajaran yang spesifik,

berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan

menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non


manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif. Definisi teknologi

pendidikan pada awal tahun 1920 dipandang sebagai media. Akar

terbentuknya pandangan ini terjadi ketika pertama kali diproduksi media

pendidikan pada awal abad dua puluhan. Media ini, sebagai media

pembelajaran visual yang berupa film, gambar dan tampilan yang mulai ramai

pada tahun 1920. definisi formal pembelajaran visual terfokus pada media

yang digunakan untuk menampilkan sebuah pelajaran. Pandangan ini

berlanjut sampai 1950. Tahun 1960 dan 1970 Teknologi Pendidikan

diapandang sebagai suatu proses. Awal tahun 1950, khususnya selama tahun

1960 dan 1970 sejumlah ahli dalam bidang pendidikan mulai mendiskusiakan

teknologi pendidikan dalam suatu yang berbeda. Mereka membahasnya

sebagai suatu proses. Contohnya Finn (1960) mengatakan bahwa teknologi

pendidikan harus dipandang sebagai suatu cara untuk melihat masalah

pendidikan dan mneguji kemungkinan solusi dari masalah tersebut.

Sedangkan Lumsdaine (1964) mengatakan bahwa teknologi pendidikan dapat

dijadikan aplikasi ilmu pengetahuan pada praktek pendidikan. Pada tahun

1960an dan 1970 banayak definisi teknologi pendidikan yang dipandang

sebagai suatu proses. Definisi 1963 Di tahun 1963, definisi teknologi

pendidikan digambarkan bukan hanya sebagai sebuah media. Definisi ini (Ey,

1963) menghasilkan dengan suatu komisi pengawas yang dibentuk olep

Departemen Pendidikan Audiovisual (sekarang dikenal sebagai Asosiasi

Teknologi dan Komunikasi Pendidikan). Hal ini merupakan suatu hal yang
berangkat dari pandangan “tradisional” terhadap teknologi pendidikan.

Definisi kini lebih memusat pada desain pembelajaran dan penggunaan media

sebagai pengendalian proses belajar (p. 38). Lebih dari itu pengertian kini

lebih menganali serangkaian langkah-langkah penerapan, perancangan, dan

penggunaan. Langkah-langkah ini mencakup perencanaan, produksi,

pemilihan, pemanfaatan, dan manajemen. Perubahan disini mencerminkan

bahwa, bagaimana lingkungan dan kemajuan zaman dapat mengubah sebuah

definisi dan praktek dari teknologi pendidikan. Definisi 1970 Definisi

selanjutnya merupakan definisi tahun 1970-an yang dikeluarkan oleh Komisi

Pengawas Teknologi Pendidikan. Komisi pengawas ini dibentuk dan dibiayai

oleh pemerintah Amerika Serikat untuk menguji permasalahan dan manfaat

potensial yang berhubungan dengan teknologi pendidikan di sekolah-sekolah.

Teknologi pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain,

melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan

pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan

penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan mengunakan

kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk

membuat pembelajaran lebih efektif. Jadi menurut konsep ini tujuan utama

teknologi pembelajaran adalah membuat agar suatu pembelajaran lebih

efektif. Bagaimana hal itu dilakukan? Dengan cara mendesain, melaksanakan

dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar

tentunya, serta memanfaatkan segala sumber baik yang bersifat manusia


maupun non manusia, dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah ada

pandangan bahwa manusia (dalam hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber

belajar. Definisi 1977 Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang

terintegerasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk

menganalisa masalah dan merancang. Melaksanakan, menilai dan mengelola

pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia. Definisi 1994

Teknologi instruksional adalah praktek dalam mendesain, mengembangkan,

memanfaatkan, mengelola dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber

balajar. Definisi baru : menyatakan peran media, desain pembelajaran

sistematis, dan pendayagunaan teknologi. Definisi ini lebih operasional dari

pada rumusan tahun 1977 yang terlalu rumit, definisi ini menegaskan bahwa

adanya lima dominant teknologi pembelajaran, yaitu kawasan desain,

kawasan pengemabangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan

kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar, seorang

teknolog pembelajaran bias saja memfokuskan bidang garapannya dalam

salah satu kawasan tersebut. Bidang teknologi dan desain pembelajaran

mencakup analisis pembelajaran dan pencapaian masalah serta rancangan,

pengembangan, pemanfaatan, evaluasi, manajemen, pembeljaaran, proses non

pembelajaran untuk meningkatkan pencapaian pelajaran dalam berbagai

peraturan, bidang pendidikan dan tempat kerja. Para ahli bidang desain

pembelajaran dan teknologi sering menggunakan prosedur desain

pembelajaran yang sistematis dari berbagai media pembelajaran untuk


menyelesaikan tujuan mereka. Definisi ini menggaris bawahi dua praktek

yaitu penggunaan media untuk tujuan pendidikan dan penggunaan prosedur

desain pembelajaran yang sistematis. Mengapa kita menyebutnya desain

pembelajaran dan teknologi ? Definisi berbeda dari yang sebelumnya. Lebih

mengacu pada bidang desain pembelajaran dan teknologi dibandingkan

dengan teknologi pembeljaaran. Mengapa kebanyakan individu

menggambarkan istilah teknologi pembelajaran dengan komputer, video,

OHP, dan segala jenis hardware dan software lainnya yang berhubungan

dengan media pembelajaran. Dengan kata lain banyak individu yang

menyamakan teknologi pembelajaran dengan desain pembelajaran. Praktek

desain pembelajaran sudah meletus sehingga banyak digunakan oleh individu

yang menyebut diri mereka perancang pembelajaran.

2. Teknologi pendidikan sebagai sytem pemecahan masalah belajar


Penerapan TP untuk Memecahkan Masalah Belajar
Aplikasi atau penerapan teknologi pendidikan dalam upaya pemecahan
masalah pendidikan dan pembelajaran mempersyaratkan minimal tersedianya
hal-hal berikut: a) dukungan teknologi atau infrastruktur, b) penguasaan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan content, c) dukungan
policy dari pemerintah dantop leader, d) kesiapan masyarakat pengguna atau
user. Sementara itu pemecahan masalah belajar secara empirik dapat
dilakukan dengan berbagai cara, strategi, dan prosedur (Purwanto, 2005:17
18).
Aplikasi atau penerapan teknologi pendidikan dalam upaya pemecahan
masalah pendidikan dan pembelajaran dengan cara: 1) memadukan berbagai
macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa,
dan lain-lain secara bersistem; 2) memecahkan masalah belajar pada manusia
secara menyeluruh danserempak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua
kondisi dan saling kaitan di antaranya; 3) menggunakan teknologi sebagai
proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar; 4)
timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan dan
atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedarpenjumlahan. Demikian
pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih
daripada memecahkan masalah secara terpisah (Miarso, 2007:78).
Penerapan teknologi pendidikan dapat berwujud dalam berbagaibentuk upaya
memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran,khususnya dalam
perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan, yaitu: a) menerapkan
prosedur pengembangan pembelajaran dalam penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), struktur dan muatan kurikulum, kalender
pendidikan, silabus dan perangkat pembelajaran lain, seperti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); b) menerapkan prosedur pengembangan
pembelajaran dalam penyusunan bahan belajar, modul, buku teks, atau buku
elektronik (e-book); c) menerapkan metode pembelajaran yang lebih
menekankan kepada penerapan teori-teori belajar mutakhir, seperti teori
belajar konstruktivisme dan paradigma baru pendidikan lainnya; d)
mengembangkan dan memanfaatkan berbagai jenis media yang sesuai dengan
kebutuhan dan dengan mengindahkan prinsip-prinsip pemanfaatannya secara
efektif dan efisien (Purwanto, 2005:18) dan(e) mengembangkan strategi
pembelajaran untuk membangun danmenemukan jati diri melalui proses
pembelajaran yang aktif, interaktif,kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM).
Sesungguhnya pemanfaatan teknologi untuk keperluan
pendidikandalam hal fungsinya sebagai media pembelajaran bukanlah
merupakan hal baru. Sejarah teknologi pendidikan, khususnya pemanfaatan
media massa dalam konteks pendidikan, merupakan bagian dari suatu revolusi
(Cuban, 1986). Penggunaan buku, film, radio, TV dan multimedia interaktif
telah menjadi harapan masyarakat sebagai sarana untuk bisa membantu
memecahkan berbagai masalah proses pembelajaran dalam sistem pendidikan,
merupakan upaya pemanfaatan teknologi untuk menunjang peningkatan
kualitas proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan secara tradisional.
Dibandingkan dengan penggunaan media lain sebagai
mediapembelajaran, Internet menjanjikan kemungkinan yang lebih lugs
danmemiliki dampak yang lebih serius terhadap masyarakat, balk masyarakat
politik maupun masyarakat pendidikan. Sebagai contoh ialah Televisi yang
sebagai media massa pemanfaatannya lebih menonjol pada aspek hiburan,
walaupun sesungguhnya sebagai media massa dia juga mempunyai
peran/fungsi yang lain yaitu pengawasan lingkungan, korelasi antar bagian
dalam masyarakat dan sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai (Lasswell dan
Wright, 1975). Sedangkan komputer/Internet pemanfaatannya lebih luas lagi
yaitu mencakup bidang-bidang pekerjaan, sekolah (pendidikan),
permainan/hiburan dan perdagangan balk dalam lingkup individu, lingkup
keluarga, institusi maupun bisnis. Dengan demikian trend ke depan
menunjukkan bahwa model-model pembelajaran yang berbasis teknologi
informasi dan komunikasi atau ICT ini makin berkembang.
Sistem pembelajaran yang inovatif, sebagai bentuk aplikasi
konsepteknologi pendidikan, telah berhasil diciptakan dan bahkan
dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional. Sistem itu antara lain SD
PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua dan Guru), SD
Kecil, SMP Terbuka, MTs Terbuka, SMA Terbuka, Universitas Terbuka, dan
berbagai sistem pembelajaran jarak jauh yang diselenggarakan oleh berbagai
lembaga Diklat, Diklat guru SD melalui Siaran Radio Pendidikan (Diklat
SRP), Diklat bahasa Inggris guru SD sistem jarak jauh, Siaran Radio
Pendidikan untuk Murid Sekolah Dasar (SRPM SD), IDLN, SEAMOLEC,
pendidikan di rumah (Home schooling), dan lain-lain.
Selain itu berbagai strategi belajar dan pembelajaran yang inovatif, sebagai
bentuk aplikasi konsep teknologi pendidikan, yaitu: belajarberbasis masalah,
belajar berbasis aneka sumber (BEBAS), pembelajaran elaboratif,
pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM), pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi atau
ICT, seperti e-dukasi net, ASEAN SchoolNet, serial televisi ACI (Aku Cinta
Indonesia =Amir Cici dan Ito), siaran Televisi Edukasi (TVE), dan lain lain.
Teknologi Pendidikan tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan
komunikasi audio visual. Teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai
teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain mengajar
dengan alat bantu audio-visual. Teknologi Pendidikan merupakan gabungan
dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan,
psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.
Teknologi pendidikan berupaya merancang, mengembangkan, dan
memanfaatkan aneka sumber belajar sehingga dapat memudahkan atau
memfasilitasi seseorang untuk belajar di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa
saja, dengan cara dan sumber belajar apa saja yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya. Dengan memanfaatkan teknologi pendidikan, masalah belajar
dan pembelajaran dapat dipecahkan dalam setiap aktivitas pendidikan.
POKOK BAHASAN III

KOMPONEN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

A. Kompetensi Dasar

Materi ini memberikan pemahaman pada mahasiswa tentang komponen

teknologi pendidikan.
B. Indikator

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu :

1. Menjelaskan tentang latar belakang dan sejarah teknologi pendidikan dengan

benar

2. Menjelaskan definisi teknologi pendidikan dengan tepat

3. Menjelaskan tentang kawasan teknologi pendidikan dengan benar.

C. Pokok Materi

1. Latar belakang dan sejarah teknologi pendidikan

2. Definisi tekologi pendidikan

3. Kawasan teknologi pendidikan

D. Strategi Pembelajaran

Discovery Learning, Small grup discusions, problem based learning

E. Lembar Kegiatan Pembelajaran

1. Modul ini memberikan petunjuk bagi mahasiswa dalam mempelajari kawasan

teknologi pendidikan

2. Membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok dnegan setiap kelompok 6

orang \

3. Buatlah makalah tentang kawasan teknologi pendidikan dan aplikasikan

dalam institusi kebidanan yang ditunjuk

4. Ketik makalah dengan format kertas A4, Time New Roman 12, spasi 1,5

5. Diskusikan secara panel di kelas.


A. Latar Belakang Sejarah dan Teknologi Pembelajaran

Teknologi Pembelajaran tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan


komunikasi audio visual. Teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai
teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain mengajar dengan
alat bantu audio-visual. Teknologi Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga
aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi
pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.

Adalah Edgar Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam
pengembangan Teknologi Pembelajaran modern. Edgar Dale mengemukakan
tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) sebagaimana tampak dalam
gambar 1 berikut ini :

Gambar 1. Kerucut
Pengalaman Dale

Dari
gambar
tersebut
dapat kita
lihat
rentangan
tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui
simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke
abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan
metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi
Pembelajaran

Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of


Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar
tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual.
Kerucut Pengalaman Dale telah menyatukan teori pendidikan John Dewey
(salah satu tokoh aliran progresivisme) dengan gagasan – gagasan dalam
bidang psikologi yang tengah populer pada masa itu.

Sedangkan, James Finn seorang mahasiswa tingkat doktoral dari


Edgar Dale berjasa dalam mengusulkan bidang komunikasi audio-visual
menjadi Teknologi Pembelajaran yang kemudian berkembang hingga saat ini
menjadi suatu profesi tersendiri, dengan didukung oleh penelitian, teori dan
teknik tersendiri. Gagasan Finn mengenai terintegrasinya sistem dan proses
mampu mencakup dan memperluas gagasan Edgar Dale tentang keterkaitan
antara bahan dengan proses pembelajaran.

B. Definisi Teknologi Pembelajaran

Rumusan tentang pengertian Teknologi Pembelajaran telah mengalami


beberapa perubahan, sejalan dengan sejarah dan perkembangan dari teknologi
pembelajaran itu sendiri. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang
Teknologi Pembelajaran yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan
Teknologi Pembelajaran.

Definisi Association for Educational Communications Technology (AECT)


1963“ Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek
pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendesain, dan menggunakan
pesan guna mengendalikan proses belajar, mencakup kegiatan : (a) mempelajari
kelemahan dan kelebihan suatu pesan dalam proses belajar; (b) penstrukturan
dan sistematisasi oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan,
meliputi : perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari
komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya adalah
pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk
membantu pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.”

Meski masih menggunakan istilah komunikasi audio-visual, definisi di atas telah


menghasilkan kerangka dasar bagi pengembangan Teknologi Pembelajaran
berikutnya serta dapat mendorong terjadinya peningkatan pembelajaran.

Definisi Commission on Instruction Technology (CIT) 1970

“Dalam pengertian yang lebih umum, teknologi pembelajaran diartikan sebagai


media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan
untuk keperluan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan
tulis…..bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah televisi, film,
OHP, komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya.”

“Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang,


melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan
khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi
pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan manusia agar
belajar dapat berlangsung efektif.”

Dengan mencantumkan istilah tujuan khusus, tampaknya rumusan tersebut


berusaha mengakomodir pengaruh pemikiran B.F. Skinner (salah seorang tokoh
Psikologi Behaviorisme) dalam teknologi pembelajaran. Begitu juga, rumusan
tersebut memandang pentingnya penelitian tentang metode dan teknik yang
digunakan untuk mencapai tujuan khusus.
Definisi Silber 1970

“Teknologi Pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi,


evaluasi, dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran
(pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha
pengembangan (organisasi dan personal) secara sistematik, dengan tujuan
untuk memecahkan masalah belajar”.

Definisi yang dikemukakan oleh Kenneth Silber di atas menyebutkan istilah


pengembangan. Pada definisi sebelumnya yang dimaksud dengan pengembangan
lebih diartikan pada pengembangan potensi manusia. Dalam definisi Silber,
penggunaan istilah pengembangan memuat dua pengertian, disamping berkaitan
dengan pengembangan potensi manusia juga diartikan pula sebagai
pengembangan dari Teknologi Pembelajaran itu sendiri, yang mencakup :
perancangan, produksi, penggunaan dan penilaian teknologi untuk pembelajaran.

Definisi MacKenzie dan Eraut 1971“Teknologi Pendidikan merupakan studi


sistematik mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai”

Definisi sebelumnya meliputi istilah, “mesin”, instrumen” atau “media”,


sedangkan dalam definisi MacKenzie dan Eraut ini tidak menyebutkan perangkat
lunak maupun perangkat keras, tetapi lebih berorientasi pada proses.

Definisi AECT 1972Pada tahun 1972, AECT berupaya merevisi defisini yang
sudah ada (1963, 1970, 1971), dengan memberikan rumusan sebagai berikut :

“Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan


memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam :
identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai
macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses
tersebut”.

Definisi ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-visual


sebagai suatu bidang studi. Ketentuan ini mengembangkan gagasan bahwa
teknologi pendidikan merupakan suatu profesi.

Definisi AECT 1977“Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang


terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk
menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola
pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia.

Definisi tahun 1977, AECT berusaha mengidentifikasi sebagai suatu teori,


bidang dan profesi. Definisi sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak
menekankan teknologi pendidikan sebagai suatu teori.

Definisi AECT 1994“ Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek


dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang
proses dan sumber untuk belajar.”

Meski dirumuskan dalam kalimat yang lebih sederhana, definisi ini


sesungguhnya mengandung makna yang dalam. Definisi ini berupaya semakin
memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang dan profesi, yang
tentunya perlu didukung oleh landasan teori dan praktek yang kokoh. Definisi ini
juga berusaha menyempurnakan wilayah atau kawasan bidang kegiatan dari
teknologi pembelajaran. Di samping itu, definisi ini berusaha menekankan
pentingnya proses dan produk.

Jika kita amati isi kandungan definisi-definisi teknologi pembelajaran di atas,


tampaknya dari waktu ke waktu teknologi pemebelajaran mengalami proses
“metamorfosa” menuju penyempurnaan. Yang semula hanya dipandang sebagai
alat ke sistem yang lebih luas, dari hanya berorientasi pada praktek menuju ke
teori dan praktek, dari produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya
melalui perjalanan evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran telah menjadi
sebuah bidang dan profesi.

Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi


yang demikian pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan
komunikasi maka tidak mustahil ke depannya teknologi pembelajaran akan
semakin terus berkembang dan memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu
dan profesi yang dapat lebih jauh memberikan manfaat bagi pencapaian
efektivitas dan efisiensi pembelajaran.

Kendati demikian, harus diakui bahwa perkembangan bidang dan profesi


teknologi pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih boleh dikatakan belum
optimal, baik dalam hal design, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan,
maupun evaluasinya. Kiranya masih dibutuhkan usaha perjuangan yang sungguh-
sungguh dari semua pihak yang terkait dengan teknologi pembelajaran, baik dari
kalangan akademisi, peneliti maupun praktisi.

C. Kawasan Teknologi Pembelajaran

Definisi 1994, dirumuskan berlandaskan lima bidang garapan dari Teknologi


Pembelajaran, yaitu : Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan dan
Penilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan (domain) dari bidang Teknologi
Pembelajaran. Di bawah ini akan diuraikan kelima kawasan tersebut, dengan sub
kategori dan konsep yang terkait .

1. Kawasan Desain
Yang dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan
kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk.
Kawasan desain bermula dari gerakan psikologi pembelajaran, terutama
diilhami dari pemikiran B.F. Skinner (1954) tentang teori pembelajaran
berprogram (programmed instructions). Selanjutnya, pada tahun 1969 dari
pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif tentang desain
turut memicu kajian tentang desain. Pendirian pusat-pusat desain bahan
pembelajaran dan terprogram, seperti “Learning Resource and Development
Center” pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang desain. Dalam
kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, selaku Direktur dari
Learning Resource and Development Center tersebut menulis dan berbicara
tentang desain pembelajaran sebagai inti dari Teknologi Pendidikan.

Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi


pembelajaran tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan
sistem pembelajaran secara bertahap mulai berkembang menjadi suatu
metodologi dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran.

Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-


an dan pada awal 1970-an. Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs
telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat dalam
desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin
hidup.

Kawasan Desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori
dan praktek, yaitu : (1) Desain Sistem Pembelajaran; (2) Desain Pesan; (3)
Strategi Pembelajaran; (4) Karakteristik Pembelajar.

Desain Sistem Pembelajaran; yaitu prosedur yang terorganisasi,


meliputi : langkah-langkah : (a) penganalisaan (proses perumusan apa yang
akan dipelajari); (b) perancangan (proses penjabaran bagaimana cara
mempelajarinya); (c) pengembangan (proses penulisan dan pembuatan atau
produksi bahan-bahan pelajaran); (d) pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan
bahan dan strategi) dan (e) penilaian (proses penentuan ketepatan
pembelajaran).

Desain Sistem Pembelajaran biasanya merupakan prosedur linier dan


interaktif yang menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar dapat berfungsi
sebagai alat untuk saling mengontrol, semua langkah –langkah tersebut harus
tuntas. Dalam Desain Sistem Pembelajaran, proses sama pentingnya dengan
produk, sebab kepercayaan atas produk berlandaskan pada proses.

Desain Pesan; yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari


pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan
memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi,dan daya tangkap. Fleming
dan Levie membatasi pesan pada pola-pola isyarat, atau simbol yang dapat
memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Desain pesan
berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti : bahan visual, urutan, halaman dan
layar secara terpisah. Desain harus bersifat spesifik, baik tentang media
maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung makna bahwa prinsip-prinsip
desain pesan akan berbeda, bergantung pada jenis medianya, apakah bersifat
statis, dinamis atau kombinasi keduanya (misalnya, suatu potret, film, atau
grafik komputer). Juga apakah tugas belajarnya tentang pembentukan konsep,
pengembangan sikap, pengembangan keterampilan, strategi belajar atau
hafalan.

Strategi Pembelajaran; yaitu spesifikasi untuk menyeleksi serta


mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran.
Teori tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen
belajar/mengajar. Seorang desainer menggunakan teori atau komponen
strategi pembelajaran sebagai prinsip teknologi pembelajaran. Dalam
mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran bergantung pada situasi belajar,
sifat materi dan jenis belajar yang dikehendaki.

Karakteristik Pembelajar, yaitu segi-segi latar belakang pengalaman


pembelajar yang mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya.
Karaketeristik pembelajar mencakup keadaan sosio-psiko-fisik pembelajar.
Secara psikologis, yang perlu mendapat perhatian dari karakteristik
pembelajar yaitu berkaitan dengan dengan kemampuannya (ability), baik yang
bersifat potensial maupun kecakapan nyata — dan kepribadiannya, seperti,
sikap, emosi, motivasi serta aspek-aspek kepribadian lainnya.

2. Kawasan Pengembangan

Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke


dalam bentuk fisik, di dalamnya meliputi : (1) teknologi cetak; (2) teknologi
audio-visual; (3) teknologi berbasis komputer; dan (4) teknologi terpadu.

Kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Melalui proses


yang bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini berakibat pada
perubahan kawasan. Walaupun perkembangan buku teks dan alat bantu
pembelajaran yang lain (teknologi cetak) mendahului film, namun
pemunculan film merupakan tonggak sejarah dari gerakan audio-visual ke era
Teknologi Pembelajaran sekarang ini. Pada 1930-an film mulai digunakan
untuk kegiatan pembelajaran (teknologi audio-visual). Selama Perang Dunia
II, banyak jenis bahan yang diproduksi terutama film untuk pelatihan militer.
Setelah perang, televisi sebagai media baru digunakan untuk kepentingan
pendidikan (teknologi audio-visual). Selama akhir tahun 1950- an dan awal
tahun 1960-an bahan pembelajaran berprograma mulai digunakan untuk
pembelajaran. Sekitar tahun 1970-an komputer mulai digunakan untuk
pembelajaran, dan permainan simulasi menjadi mode di sekolah. Selama
tahun 1098-an teori dan praktek di bidang pembelajaran yang berlandaskan
komputer berkembang seperti jamur dan sekitar tahun 1990-an multimedia
terpadu yang berlandaskan komputer merupakan dari kawasan ini.

Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks


antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun
strategi pembelajarannya . Pada dasarnya kawasan pengembangan terjadi
karena : (1) pesan yang didorong oleh isi; (2) strategi pembelajaran yang
didorong oleh teori; dan (3) mManifestasi fisik dari teknologi – perangkat
keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran

Teknologi Cetak; adalah cara untuk memproduksi atau


menyampaikan bahan, seperti : buku-buku, bahan-bahan visual yang statis,
terutama melalui pencetakan mekanis atau photografis. Teknologi ini menjadi
dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan
pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa cetakan. Teks dalam penampilan
komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi komputer untuk
produksi. Apabila teks tersebut dicetak dalam bentuk “cetakan” guna
keperluan pembelajaran merupakan contoh penyampaian dalam bentuk
teknologi cetak.

Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan visual.
Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat bergantung
pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan informasi oleh manusia
dan teori belajar.

Secara khusus, teknologi cetak/visual mempunyai karakteristik sebagai


berikut : (1) teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut
ruang; (2) keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif;
(3) keduanya berbentuk visual yang statis; (4) pengembangannya sangat
bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual; (5) keduanya
berpusat pada pembelajar; dan (6) informasi dapat diorganisasikan dan
distrukturkan kembali oleh pemakai.

Teknologi Audio-Visual; merupakan cara memproduksi dan


menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronis untuk
menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran audio-visual dapat
dikenal dengan mudah karena menggunakan perangkat keras di dalam proses
pengajaran. Peralatan audio-visual memungkinkan pemroyeksian gambar
hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang beukuran besar.
Pembelajaran audio-visual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan
bahan yang berkaitan dengan pembelajaran melalui penglihatan dan
pendengaran yang secara eksklusif tidak selalu harus bergantung kepada
pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis.

Secara khusus, teknologi audio-visual cenderung mempunyai


karakteristik sebagai berikut : (1) bersifat linier; (2) menampilkan visual yang
dinamis; (3) secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah
ditentukan oleh desainer/pengembang; (3) cenderung merupakan bentuk
representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak: (4) dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif; (5) sering
berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas belajar si
pembelajar.

Teknologi Berbasis Komputer; merupakan cara-cara memproduksi


dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber
pada mikroprosesor. Pada dasarnya, teknologi berbasis komputer
menampilkan informasi kepada pembelajar melalui tayangan di layar monitor.
Berbagai aplikasi komputer biasanya disebut “computer-based intruction
(CBI)”, “computer assisted instruction (CAI”), atau “computer-managed
instruction (CMI)”.

Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan


teori perilaku dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak
berlandaskan pada teori kognitif. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat : (1)
tutorial, pembelajaran utama diberikan, (2) latihan dan pengulangan untuk
membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah
dipelajari sebelumnya, (3) permainan dan simulasi untuk memberi
kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari; dan (5) dan
sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri
susunan data melalui tata cara pengakasesan (protocol) data yang ditentukan
secara eksternal.

Teknologi komputer, baik yang berupa perangkat keras maupun


perangkat lunak biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Dapat digunakan secara secara acak, disamping secara linier


 Dapat digunakan sesuai dengan keinginan Pembelajar, disamping menurut
cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
 Gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan
menggunakan kata, simbol maupun grafis.
 Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan
 Belajar dapat berpusat pada pembelajar dengan tingkat interaktivitas tinggi.

Teknologi Terpadu; merupakan cara untuk memproduksi dan


menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang
dikendalikan komputer. Keistimewaan yang ditampilkan oleh teknologi ini,–
khususnya dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi tinggi, yakni
adanya interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam sumber
belajar.

 Pembelajaran dengan teknologi terpadu ini mempunyai karakteristik


sebagai berikut :
 Dapat digunakan secara acak, disamping secara. linier
 Dapat digunakan sesuai dengan keinginan Pembelajar, disamping menurut
cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
 Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks
pengalaman Pembelajar, relevan dengan kondisi pembelajar, dan di bawah
kendali pembelajar.
 Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam
pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran
 Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif
sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan.
 Bahan belajar menunjukkan interaktivitas pembelajar yang tinggi
 Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan contoh dari banyak
sumber media.

3. Kawasan Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk


belajar. Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan
antara pembelajar dengan bahan atau sistem pembelajaran. Mereka yang
terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokkan
pembelajar dengan bahan dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan pembelajar
agar dapat berinteraksi dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan
bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai
pembelajar, serta memasukannya ke dalam prosedur oragnisasi yang
berkelanjutan.

Kawasan pemanfaatan mungkin merupakan kawasan Teknologi


Pembelajaran, mendahului kawasan desain dan produksi media pembelajaran
yang sistematis. Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual pada
dekade pertama abad ke 20, dengan didirikannya museum-museum. Pada
tahun-tahun awal abad ke-20, guru mulai berupaya untuk menggunakan film
teatrikal dan film singkat mengenai pokok-pokok pembelajaran di kelas.

Di antara penelitian formal yang paling tua mengenai aplikasi media


dalam pendidikan ialah studi yang dilakukan oleh Lashley dan Watson
mengenai penggunaan film-film pelatihan militer Perang Dunia I (tentang
pencegahan penyakit kelamin). Setelah Perang Dunia II, gerakan
pembelajaran audio-visual mengorganisasikan dan mempromosikan bahan-
bahan audio visual, sehingga menjadikan persediaan bahan pembelajaran
semakin berkembang dan mendorong cara-cara baru membantu guru. Selama
tahun 1960-an banyak sekolah dan perguruan tinggi mulai banyak mendirikan
pusat-pusat media pembelajaran.

Karya Dale pada 1946 yang berjudul Audiovisual Materials in


Teaching, yang di dalamnya mencoba memberikan rasional umum tentang
pemilihan bahan dan aktivitas belajar yang tepat. Pada tahun, 1982 diterbitkan
diterbitkan buku Instructional Materials and New Technologies of Instruction
oleh Heinich, Molenda dan Russel. Dalam buku ini mengemukakan model
ASSURE, yang dijadikan acuan prosedur untuk merancang pemanfaatan
media dalam mengajar. Langkah-langkah tersebut meliputi : (1) Analyze
leraner (menganalisis pembelajar); (2) State Objective (merumuskan tujuan);
(3) Select Media and Materials (memilih media dan bahan); (4) Utilize Media
and Materials (menggunakan media dan bahan), (5) Require Learner
Participation (melibatkan siswa) ; dan (6) Evaluate and Revise (penilaian dan
revisi).

Pemanfaatan Media; yaitu penggunaan yang sistematis dari sumber


belajar. Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan
berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Misalnya bagaimana suatu
film diperkenalkan atau ditindaklanjuti dan dipolakan sesuai dengan bentuk
belajar yang diinginkan. Prinsip-prinsip pemanfaatan juga dikaitkan dengan
karakteristik pembelajar. Seseorang yang belajar mungkin memerlukan
bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat menarik keuntungan dari
praktek atau sumber belajar.

Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi malalui strategi yang


terrencana dengan tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai
ialah untuk terjadinya perubahan. Selama bertahun-tahun, kawasan
pemanfaatan dipusatkan pada aktivitas guru dan ahli media yang membantu
guru. Model dan teori pemanfaatan dalam kawasan pemanfaatan cenderung
terpusat pada perpektif pengguna. Akan tetapi, dengan diperkenalkannya
konsep difusi inovasi pada akhir tahun 1960-an yang mengacu pada proses
komunikasi dan melibatkan pengguna dalam mempermudah proses adopsi
gagasan, perhatian kemudian berpaling ke perspektif penyelenggara.

Rogers (1983) melakukan studi tentang difusi inovasi, yang mencakup


berbagai disiplin ilmu. Hasil studinya telah memperkuat pandangan tentang
pentahapan, proses, serta variabel yang dapat mempengaruhi difusi. Dari hasil
studi ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan bergantung pada upaya
membangkitkan kesadaran, keinginan mencoba dan mengadopsi inovasi.
Dalam hal ini, penting dilakukan proses desiminasi, yaitu yang sengaja dan
sistematis untuk membuat orang lain sadar adanya suatu perkembangan
dengan cara menyebarkan informasi. Desiminasi ini merupakan tujuan awal
dari difusi inovasi. Langkah-langkah difusi menurut Rogers (1983) adalah: (1)
pengetahuan; (2) persuasi atau bujukan; (3) keputusan; (4) implementasi; (5)
dan konfirmasi.

Implementasi dan Institusionalisasi; yaitu penggunaan bahan dan


strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan
tersimulasikan). Sedangkan institusionalisasi penggunaan yang rutin dan
pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya
organisasi. Begitu produk inovasi telah diadopsi, proses implementasi dan
pemanfaatan dimulai. Untuk menilai pemanfaatan harus ada implementasi.
Bidang implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan) yang didasarkan
pada penelitian, belum berkembang sebaik-bidang-bidang yang lain. Tujuan
dari implementasi dan institusionalisasi adalah menjamin penggunaan yang
benar oleh individu dalam organisasi. Sedangkan tujuan dari institusionalisasi
adalah untuk mengintegrasikan inovasi dalam struktur kehidupan organisasi.
Keduanya tergantung pada perubahan individu maupun organisasi.

Kebijakan dan Regulasi; adalah aturan dan tindakan yang


mempengaruhi difusi dan pemanfaatan teknologi pembelajaran. Kebijakan
dan peraturan pemerintah mempengaruhi pemanfaatan teknologi. Kebijakan
dan regulasi biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi.
Misalnya, hukum hak cipta yang dikenakan pada pengguna teknologi, baik
untuk teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis komputer,
maupun terknologi terpadu.

4. Kawasan Pengelolaan
Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui :
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Kawasan
pengelolaan bermula dari administrasi pusat media, program media dan
pelayanan media. Pembauran perpustakaan dengan program media
membuahkan pusat dan ahli media sekolah. Program-program media sekolah
ini menggabungkan bahan cetak dan non cetak sehingga timbul peningkatan
penggunaan sumber-sumber teknologikal dalam kurikulum.

Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang


teknologi pembelajaran ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan
diadaptasi. Teori pengelolaan proyek mulai digunakan, khususnya dalam
proyek desain pembelajaran. Teknik atau cara pengelolaan proyek-proyek
terus dikembangkan, dengan meminjam dari bidang lain. Tiap perkembangan
baru memerlukan caraa pengelolaan baru pula.

Keberhasilan sistem pembelajaran jarak jauh bergantung pada


pengelolaannya, karena lokasi yang menyebar. Dengan lahirnya teknologi
baru, dimungkinkan tersedianya cara baru untuk mendapatkan informasi.
Akibatnya pengetahuan tentang pengelolaan informasi menjadi sangat
potensial. Dasar teoritis pengelolaan informasi bersal dari disiplin ilmu
informasi. Pengelolaan informasi membuka banyak kemungkinan untuk
desain pembelajaran, khususnya dalam pengembangan dan implementasi
kurikulum dan pembelajaran yang dirancang sendiri.

Pengelolaan Proyek; meliputi : perencanaan, monitoring, dan


pengendalian proyek desain dan pengembangan. Pengelolaan proyek berbeda
dengan pengelolaan tradisional (line and staff management) karena : (a) staf
proyek mungkin baru, yaitu anggota tim untuk jangka pendek; (b) pengelola
proyek biasanya tidak memiliki wewenang jangka panjang atas orang karena
sifat tugas mereka yang sementara, dan (c) pengelola proyek memiliki kendali
dan fleksibilitas yang lebis luas dari yang biasa terdapat pada organisasi garis
dan staf.

Para pengelola proyek bertanggung jawab atas perencanaan,


penjadwalan, dan pengendalian fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis
proyek yang lain. Peran pengelola proyek biasanya berhubungan dengan cara
mengatasi ancaman proyek dan memberi saran perubahan internal.

Pengelolaan Sumber; mencakup perencanaan, pemantauan dan


pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber. Pengelolaan sumber
memliki arti penting karena mengatur pengendalian akses. Pengertian sumber
dapat mencakup, personil keuangan, bahan baku, waktu, fasilitas dan sumber
pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup semua teknologi yang telah
dijelaskan pada kawasan pengembangan. Efektivitas biaya dan justifikasi
belajar yang efektif merupakan dua karakteristik penting dari pengelolaan
sumber.

Pengelolaan sistem penyampaian; meliputi perencanaan,


pemantauan pengendalian “cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran
diorganisasikan” Hal tersebut merupakan suatu gabungan antara medium dan
cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran
kepada pembelajar.

Pengelolaan sistem penyampaian memberikan perhatian pada


permasalahan produk seperti persyaratan perangkat keras/lunak dan dukungan
teknis terhadap pengguna maupun operator. Pengelolaan ini juga
memperhatikan permasalaan proses seperti pedoman bagi desainer dan
instruktur dan pelatih. Keputusan pengelolaan penyampaian sering bergantung
pada sistem pengelolaan sumber.
Pengelolaan informasi; meliputi perencanaan, pemantauan, dan
pengendalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan
informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar.
Pentingnya pengelolaan informasi terletak pada potensinya untuk mengadakan
revolusi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran

5. Kawasan Penilaian

Penilaian merupakan proses penentuan memadai tidaknya


pembelajaran dan belajar, mencakup : (1) analisis masalah; (2) pengukuran
acuan patokan; (3) penilaian formatif; dan (4) penilaian sumatif .

Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian


program, proyek , produk. Penilaian program – evaluasi yang menaksir
kegiatan pendidikan yang memberikan pelayanan secara berkesinambungan
dan sering terlibat dalam penyusunan kurikulum. Sebagai contoh misalnya
penilaian untuk program membaca dalam suatu wilayah persekolahan,
program pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau suatu program
pendidikan berkelanjutan dari suatu universitas.

Penilaian proyek – evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai


secara khusus guna melakukan suatu tugas tertentu dalam suatu kurun waktu.
Contoh, suatu lokakarya 3 hari mengenai tujuan perilaku. Kunci perbedaan
antara program dan proyek ialah bahwa program diharapkan berlangsung
dalam yang tidak terbatas, sedangkan proyek biasanya diharapkan berjangka
pendek. Proyek yang dilembagakan dalam kenyataannya menjadi program.

Penilaian bahan (produk pembelajaran) – evaluasi yang menaksir


kebaikan atau manfaat isi yang menyangkut benda-benda fisik, termasuk
buku, pedoman kurikulum, film, pita rekaman, dan produk pembelajaran
lainnya.

Analisis Masalah. Analisis masalah mencakup cara penentuan sifat dan


parameter masalah dengan menggunakan strategi pengumpulan informasi dan
pengambilan keputusan. Telah lama para evaluator yang piawai
berargumentasi bahwa penilaian yang seksama mulai saat program tersebut
dirumuskan dan direncanakan. Bagaimanapun baiknya anjuran orang,
program yang diarahkan pada tujuan yang tidak/kurang dapat diterima akan
dinilai gagal memenuhi kebutuhan.

Jadi, kegiatan penilaian ini meliputi identifikasi kebutuhan, penentuan


sejauh mana masalahnya dapat diklasifikasikan sebagai pembelajaran,
identifikasi hambatan, sumber dan karakteristik pembelajar, serta penentuan
tujuan dan prioritas (Seels and Glasgow, 1990). Kebutuhan telah dirumuskan
sebagai “jurang antara “apa yang ada”dan “apa yang seharusnya ada” dalam
pengertian hasil (Kaufman,1972). Analisis kebutuhan diadakan untuk
kepentingan perencanaan program yang lebih memadai.

Pengukuran Acuan Patokan; pengukuran acuan patokan meliputi


teknik-teknik untuk menentukan kemampuan pembelajaran menguasai materi
yang telah ditentukan sebelumnya. Penilaian acuan patokan memberikan
informasi tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau
keterampilan yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan dalam
tes acuan patokan berarti dapat melaksanakan ketentuan tertentu, biasanya
ditentukan dan mereka yang dapat mencapai atau melampaui skor minimal
tersebut dinyatakan lulus.Pengukuran acuan patokan memberitahukan pada
para siswa seberapa jauh mereka dapat mencapai standar yang ditentukan.
Penilaian Formatif dan Sumatif; berkaitan dengan pengumpulan
informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi ini sebagai dasar
pengembangan selanjutnya. Dengan penilaian sumatif berkaitan dengan
pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan
dalam hal pemanfaatan. Penilaian formatif dilaksanakan pada waktu
pengembangan atau perbaikan program atau produk (atau orang dsb).
Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan staf dalam lembaga program dan
biasanya tetap bersifat intern; akan tetapi penilaian ini dapat dilaksanakan
oleh evaluator dalam atau luar atau (lebih baik lagi) kombinasi. Perbedaan
antara formatif dan sumatif telah dirangkum dengan baik dalam sebuah kiasan
dari Bob Stake “ Apabila juru masak mencicipi sup, hal tersebut formatif,
apabila para tamu mencicipi sup tersebut, hal tersebut sumatif. Penilaian
sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi kepentingan pihak luar atau para
pengambil keputusan, sebagai contoh : lembaga penyandang dana, atau calon
pengguna, walaupun hal tersebut dapat dilaksanakan baik oleh evaluator
dalam atau dalam untuk gabungan. Untuk alasan kredibiltas, lebih baik
evaluator luar dilibatkan daripada sekedar merupakan penilaian formatif.
Hendaknya jangan dikacaukan dengan penilaian hasil (outcome) yang sekedar
menilai hasil, biukannya prose — hal tersebut dapat berupa baik formatif
maupun sumatif. Metoda yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda
dengan penilaian sumatif. Penilaian formatif mengandalkan pada kajian teknis
dan tutorial, uji coba dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Metoda
pengumpulan data sering bersifat informal, seperti observasi, wawancara, dan
tes ringkas. Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan prosedur dan metoda
pengumpulan data yang lebih formal. Penilaian sumatif sering menggunakan
studi kelompok komparatif dalam desain kuasi eksperimental.
POKOK BAHASAN IV
PERAN TEORI BELAJAR
A. Kompetensi Dasar

Materi ini memberikan kompetensi agar mahasiswa mampu memahami tentang

peran teori belajar dalam proses belajar mengajar.

B. Indikator

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu :

1. Menjelaskan tentang definisi komunikasi dengan benar

2. Menjelaskan tentang konsep komunikasi dengan tepat.

3. Menjelaskan tentang unsur-unsur komunikasi dengan baik

4. Menjelaskan tujuan komunikasi dengan benar

5. Menguraikan prinsip-prinsip komunikasi dnegan baik dan benar


6. Menjelaskan tentang hambatan komunikasi dengan benar

7. Menjelaskan proses belajar sebagai proses komunikasi

8. Menjelaksan tentang komunikasi efektif dalam pembelajaran

9. Menjelaskan tentang teori komunikais dnegan benar

C. Pokok Materi

1. Definisi komunikasi’

2. Konsep komunikasi

3. Unsur-unsur komunikasi

4. Tujuan Komunikasi

5. Prinsip-prinsip komunikasi

6. Hambatan Komunikasi

7. Proses belajar sebagai proses komunikasi

8. Komunikasi efektf dalam teknologi pendidikan

9. Teori komunikasi

D. Strategi Pembelajaran

Discovery Learning, Small grup discusions, problem based learning

E. Lembar Kegiatan Pembelajaran

1. Modul ini memberikan petunjuk bagi mahasiswa dalam mempelajari

kawasan teknologi pendidikan

2. Membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok dnegan setiap kelompok 6

orang \
3. Buatlah makalah tentang teori belajar dan aplikasikan dalam institusi

kebidanan yang ditunjuk

4. Ketik makalah dengan format kertas A4, Time New Roman 12, spasi 1,5

5. Diskusikan secara panel di kelas.

A. Definisi Komunikasi
Ditinjau dari etimologi, komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti
“membuat sama”. Definisi kontemporer menyatakan bahwa komunikasi berarti “mengirim
pesan”. Menurut (Effendy. 2003: 9) istilah komunikasi (communication) berasal dari kata
latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini
maksudnya adalah sama makna. Berbicara mengenai definisi komunikasi tidak ada
definisi yang salah dan benar secara absolute.
Namun definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada kalimat
“mendiskusikan makna”, ”mengirim pesan” dan ”penyampaian pesan lewat media”.
Apapun istilah yang dipakai, secara umum komunikasi mengandung pengertian
“memberikan informasi, pesan, atau gagasan pada orang lain dengan maksud agar orang
lain tersebut memiliki kesamaan informasi, pesan atau gagasan dengan pengirim pesan.

B. Konsep Komunikasi
Konsep komunikasi menurut John R. Wenburg, William W. Wilmoth dan Kenneth K
Sereno dan Edward M Bodaken terbentuk menjadi 3 tipe: pertama, searah: pemahaman ini
bermula dari pemahaman komunikasi yang berorientasi sumber yaitu semua kegiatan
yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk
membangkitkan respon penerima.
Kedua, interaksi: pandangan ini menganggap komunikasi sebagi proses sebab-akibat,
aksi-reaksi yang arahannya bergantian. Ketiga, transaksi: konsep ini tidak hanya
membatasi unsur sengaja atau tidak sengaja, adanya respon teramati atau tidak teramati
namun juga seluruh transaksi perilaku saat berlangsungnya komunikasi yang lebih
cenderung pada komunikasi berorientasi penerima. Saat dosen memberi kuliah,
komunikasi bukan saja berdasarkan fakta bahwa mahasiswa menafsirkan isi kuliah tetapi
juga dosen menafsirkan perilaku anggukan atau kerutan kening mahasiswa.
Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai
apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu
belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya
saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa
percakapan antara kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya,
selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan.

C. Unsur-unsur komunikasi
1. Komuniakator (communicator)
Yaitu memberi berita, yang dalam hal ini adalah orang yang berbicara,pengirim
berita atau orang yang memberitakan.
2. Menyampaikan berita,
Dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan, mengirim atau
menyiarkan.
3. Berita
Berita yang disampaikan (message), dapat dalam bentuk perintah, laporan, atau
saran.
3. Komunikan (communicate)
Yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau para pengunjung. Dengan kata
lain orang yang menerima berita.
4. Tanggapan atau reaksi (response), dalam bentuk jawaban atau reaksi. Kelima
unsure komunikasi tersebut (Komuniakator, Menyampaikan berita, Berita-
berita yang disampaikan, Komunikan dan Tanggapan atau reaksi) merupakan
kesatuan yang utuh dan bulat, dalam arti apabila satu unsure tidak ada, maka
komunikasi tidak akan terjadi.

D. Bentuk-bentuk komunikasi
a) Komunikasi verbal
Yaitu salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan untuk menyampaikan
pesan kepada pihak lain baik secara tertulis maupun pesan.
 Hasil Observasi:
Berdasarkan observasi dan pengamatanyang kami lakukan. Komunikasi
verbal yang kami temukan adalah komunikasi yang dilakukan antara guru dan
murid. Dimana komunikasi tersebut termasuk komunikasi secara tertulis. Karena
seorang guru yang menyampaikan materi secara tertulis di papan tulis.

b) Komunikasi non verbal


Komunikasi yang menggunakan bahasa tubuh seperti menggunkan gerakan
tangan/tubuh sebagai isyarat suatu perbuatan yang mempunyai arti pesan dalam
konteks komunikasi. Mengekspresikan pesan dalam komunikasi dalam bentuk
gambar, menggunakan bahasa sikap yaitu bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan pesan/ mengekspresikan pikiran, perasaan seperti bungkam, tak acuh.
 Hasil Observasi :
Berdasarkan pengamatan kami di beberapa kelas di SD Pabean 2.
Komunikasi verbal juga beberapa kali kami temui, diantaranya : ketika ada
beberapa murid yang sedang ramai dan gaduh, guru tersebut kemudian diam dan
memanggil nama murid yang bersangkutan sambil mengerutkan dahi. Yang berarti
guru tersebut sedang marah.

E. Jenis komunikasi :
a) Komunikasi individu
Komunikasi yang terjadi dalam diri individu yang berfungsi untuk
mengembangkan kreativitas imajinasi, memahmai dan mengendalikan diri serta
meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan.

b) Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran
yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal
merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan
simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus
penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses
internal yang berkelanjutan.
Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi
yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses
psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat
berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator.
Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi,
maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain.
Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada
dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada
suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari
dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo’a, bersyukur,
instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita,
mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan
perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan
pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan
peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang
mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari
kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem),
dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).

c) Komunikasi kelompok
Menurut Anwar Arifin komunikasi kelompok adalah komunikasi yang
berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti
dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi
kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih,
dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
Dari dua definisi di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi
tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai
tujuan kelompok.
Menurut Dedy Mulyana kelompok adalah sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil
suatu keputusan. Pada komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi
antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku
juga bagi komunikasi kelompok.
Sehingga komunikasi kelompok adalah Interaksi tatap muka antara tiga orang
atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui seperti berbagai informasi, pemecahan
masalah mana yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota lain secara tepat.
 Hasil Observasi :Berdasarkan hasil observasi kami komunikasi kelompok
sangat banyak kami jumpai. Diantaranya ketika ada beberapa siswa yang sedang
ngobrol bersama. Ini merupakan suatu proses komunikasi kelompok. Karena mereka
terdiri dari lebih 1 orang dan dalam lingkup tertentu.
d) Komunikasi massa
Merupakan tipe komunikasi manusia (human communication) adalah
komunikasi umum, pesan yang disampaikan tidak ditujukan pada satu orang saja tapi
juga bagi semua orang/ khalayak.
 Hasil Observasi :
Untuk kegiatan komunikasi masa ini, jenis komunikasi ini kami temukan ketika
seorang guru sedang menjelaskan ataupun menyampaikan materi kepada siswanya.
Dan hal ini dikatakan sebagai komunikasi masa karena pesan atau materi tidak hanya
untuk sati siswa. Melainkan bagi seluruh siswa dalam kelas.
e) Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan
fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses
pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi
batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya
saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan
horisontal.
 Hasil Observasi :
Menurut kami, komunikasi organisasi ini muncul dan ada ketika ada beberapa
guru ataupun karyawan lain yang berkumpul di dalam ruang guru. Kemudian mereka
membahas bagaimana kemajuan siswa dalam belajar dan apa yang harus dilakukan
untuk memajukan sekolah tersebut.

F. Tujuan komunikasi:
a. Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penenmuan diri (personal
discovery). Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita
sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi komunikasi juga
memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi objek, peristiwa dan
manusia lain.
b. Untuk berhubungan
Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi untuk membina dan
memelihara hubungan sosial dengan orang lain.
c. Untuk meyakinkan
Media massa ada sebaigan besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan
perilaku kita. Sedikit saja dari komunikasi pribadi kita yang tidak berupa untuk
mengubah sikap atau perilaku.
d. Untuk bermain
Kita menggunkan banyak perilaku komunikasi kota untuk bermain dan menghibur
diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, film sebagian besar untuk
hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku yang dirancang untuk menghibur orang
lain.

G. Prinsip komunikasi:
1) Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik
2) Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
3) Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
4) Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan
5) Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
6) Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
7) Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
8) Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin
efektiflah komunikasi
9) Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial
10) Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
11) Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible
12) Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan
berbagai masalah
H. Hambatan-hambatan dalam berkomunikasi
Pada sebuah proses komunikasi yang terjadi terkadang kita juga akan
mengalami banyak hambatan dalam berkomunikasi. Beberapa Hambatan
Komunikasi adalah :
a. Hambatan sematik Komunikasi yg disebabkan oleh fakor bahasa yg
digunakan oleh para pelaku komunikasi
b. Hambatan mekanik Komunikasi yang disebabkan oleh factor elektrik, mesin
atau media lainnya
c. Hambatan antropologis Hambatan yg disebabkan oleh perbedaan pada diri
manusia
d. Hambatan psikologis Hambatan yg disebabkan oleh factor kejiwaan .

I. Proses belajar mengajar sebagai proses komunikasi


Proses belajar mengajar dapat dikatakan proses komunikasi dimana terjadi proses
penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (guru, instruktur, media pembelajaran dll)
kepada penerima (peserta didik, murid) dengan tujuan agar pesan (berupa topik-topik
pelajaran tertentu) dapat diterima (menjadi milik) oelh peserta didik/murid.
Guru hendaknya menyadari bahwa didalam kegiatan belajar dan pembelajaran,
seungguhnya ia sedang melaksanakan kegiatan komunikasi. Untuk itu guru harus memilih
dan menggunakan kata-kata yang berada dalam jangkauan/medan pengalaman murid-
muridnya, agar dapat dimengerti dengan baik oleh mereka sehingga pesan pembelajaran
yang disampaikan dapat diterima oleh murid dengan baik.
Kegiatan encoding dan decoding dalam proses pembelajaran. Encoding merupakan
kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan lambang-lambang yang akan digunakan dalam
kegiatan komunikasi oleh komunikator (oleh guru dalam kegiatan pembelajaran).
Sedangkan Decoding adalah kegiatan dalam komunikasi yang dilaksanakan oleh penerima
pesan (audience, murid) dimana penerima berusaha menangkap makna pesan yang
disampaikan melalui lambang-lambang oleh komunikator.
Agar penyampaian pesan pembelajaran mencapai “sharing” yang diinginkan maka
dilakukan penyampaian dengan lebih konkret dan jelas, selain dengan memilih lambang
verbal yang berada dalam medan pengalaman murid. Misalnya menggunkaan alat peraga
dan media pembelajaran seperti chart, diagram, grafik, gambar diam dll.
Media pembelajaran dapat digunakan dalam 2 macam cara dalam proses belajar
mengajar:
 Sebagai alat peraga untuk menjelaskan materi pelajaran yang disampaikan keapda
murid-murid.
 Pemanfaatan media pembelajaran sebagai saluran komunikasi berfungsi sebagai
sarana untuk menyampaikan pesan pembelajaran terutama oleh media belajar mandiri
seperti modul, Computer Based Instruction (CAI).

J. Komunikasi yang efektif untuk kelancaran proses pembelajaran


Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan
yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta
menimbulkan umpan balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam
pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus
dimiliki oleh seorang guru.
Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara
informal antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena
diantara keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar
pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai
keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu
keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar.
Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari
kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka
tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada
tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut
dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
Komunikasi dalam bentuk diskusi dalam proses belajar mengajar berlangsung
amat efektif, hal ini disebabkan oleh dua hal:
a. materi yang didiskusikan meningkatkan intelektualitas,
b. komunikasi dalam diskusi bersifat intracommunication dan intercommunication.
Yang dimaksud dengan intracommunication atau intrakomunikasi adalah komunikasi
yang terjadi pada diri seseorang. Ia berkomunikasi dengan dirinya sendiri sebagai
persiapan untuk melalukan intercommunication dengan orang lain.
Untuk menyamakan makna antara guru/dosen dan siswa ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian:
1. Semua komponen dalam komunikasi pembelajaran diusahakan dalam kondisi
ideal/baik:
a. pesan (message) harus jelas, sesuai dengan kurikulum, terstruktur secara jelas,
menarik dan sesuai dengan tingkat intelejensi siswa.
b. Sumber/guru harus berkompetensi terhadap materi ajar, media yang digunakan,
mampu menyandikan dengan jelas, mampu menyampaikan tanpa pembiasan dan
menarik perhatian serta mampu membangkitkan motivasi diri dan siswa dalam proses
interaksi dan transaksi komunikasi.
c. penerima/siswa harus dalam kondisi yang baik/sehat untuk tercapainya prasyarat
pembelajaran yang baik.
d. lingkungan (setting) mampu mendukung penuh proses komunikasi misalnya
pencahayaan, kenyamanan ruang dan sebagainya.
e. materi/media software dalam kondisi baik/tidak rusak (sesuai dengan isi/pesan).
f. alat (device) tidak rusak sehingga tidak membiaskan arti (audiovisual). Media yang
menarik (dapat dilihat dan didengar) akan memudahkan siswa dalam retensi dan
pengingatan kembali pesan yang pernah didapat.
g. teknik/prosedur penggunaan semua komponen pembelajaran harus memiliki instruksi
jelas dan terprogram dalam pengelolaan.
2. Proses encoding dan decoding tidak mengalami pembiasan arti/makna.
3. Penganalogian harus dilakukan untuk membantu membangkitkan pengertian baru
dengan pengertian lama yang pernah mereka dapat.
4. Meminimalisasi tingkat gangguan (barrier/noise) dalam proses komunikasi mulai dari
proses penyandian sumber (semantical), proses penyimbolan dalam software dan
hardware (mechanical) dan proses penafsiran penerima (psychological).
5. Feedback dan respons harus ditingkatkan intensitasnya untuk mengukur efektifitas
dan efisiensi ketercapaian.
6. Pengulangan (repetition) harus dilakukan secara kontinyu maupun progresif.
7. Evaluasi proses dan hasil harus dilakukan untuk melihat kekurangan dan perbaikan.
8. Aspek pendukung dalam komunikasi; fisik, psikologi, sosial dan waktu harus
dibentuk dan diselaraskan dengan kondisi komunikasi yang sedang berlangsung agar
tidak menghambat proses komunikasi pembelajaran.

K. Teori komunikasi yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran


Beberapa teori komunikasi yang bisa diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar adalah :
1. Teori Humanisme
Kurikulum ini menekankan pada pembagian pengawasan dan
tanggungjawab bersama antar seluruh siswa didik. Humanistic curiculum
menekankan pada pola pikir, perasaan dan tingkah laku siswa dengan
menghubungkan materi yang diajarkan pada kebutuhan dasar dan kebutuhan
hidup siswa. Teori ini menganggap bahwa setiap siswa sebagai objek
pembelajaran memiliki alasan yang berbeda dalam mempelajari bahasa.
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
agar bisa berkembang di tengah masyarakat. The deepest goal or purpose is to
develop the whole persons within a human society. (McNeil,1977)
2. Teori Konstruktvisme
Jean Piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang selalu diasosiasikan
dengan kontruktivisme. Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia
membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan
beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk
mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua.

3. Teori Sibernetika
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot).
Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi
sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh Nobert Wiener dalam
bukunya yang berjudul Cybernetics. Sibernetika adalah teori sistem
pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara
sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem
berfungsi dengan memperhatikan lingkungan. Seiring perkembangan
teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak
tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan
informasi berkembang pesat.

4. Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)


Menurut teori conditioning (Ivan Petrovich Pavlo:1849-1936), belajar
adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
(conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk
menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat
tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah
adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah
hal belajar yang terjadi secara otomatis.

5. Teori Operant Conditioning (Skinner)


Skinner (1904-1990), menganggap reward dan rierforcement merupakan
factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi
adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pda teori ini guru memberi
penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini
juga disebut dengan operant conditioning. . Operans conditioning adalah suatu
proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.

6. Teori Conectionism (Thorndike)


Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap
organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan-
tindakan yang sifatnya coba-coba secara membabi buta jika dalam usaha
mencoba-coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi
tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian
“dipegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang
dipergunakan antuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin
efisien.

7. Teori Systematic Behavior (Hull)


Clark C Hull mengikuti jejak Thorndike dalam usahanya
mengembangkan teori belajar. Prinsip-prinsip yang digunakanya mirip dengan
apa yang dikemukakan oleh para behavioris yaitu dasar stimulus-respon dan
adanya reinforcement. Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa
suatu kebutuhan atau “keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan, maksud,
aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu
respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.
Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat
pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar
itu oleh respon-respon yang dibuat individu itu.
Setiap obyek, kejadian atau situasi dapat mempunyai nilai sebagai
penguat apabila hal itu dihubungkan dengan penurunan terhadap suatu
keadaan deprivasi (kekurangan) pada diri individu itu; yaitu jika obyek,
kejadian atau situasi tadi dapat menjawab suatu kebutuhan pada saat individu
itu melakukan respon.

L. Implementasi teori komunikasi dalam kegiatan belajar di sekolah


1. Teori Humanistic
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar yang
tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri.
Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa
untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi
secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya
masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterapkan
pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati
nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri.
Orientasi yang mendukung saat ini adalah lingkungan harus tidak
mengancam baik secara psikologis, emosional dan fisikal. Sementara banyak
pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal yang penting, mereka juga akan
mengusung sebuah kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan murid
untuk berhadapan dengan pengharapan eksternal.
Contoh Kasus :
1. Kasus 1 (Kelas III)
Dalam observasi yang kita lakukan di SD Pabean 2, sepertinya teori
humanistic ini belum diterapkan oleh beberapa guru. Hal ini dibuktikan
dengan observasi pertama yang kita lakukan di kelas III SD Pabean 2.
Guru tersebut hanya monotone duduk di depan sambil membaca. Padahal,
berdasarkan teori humanistic, seharusnya guru tersebut lebih memacu murid
untuk meningkatkan semangat dengan memberikan contoh materi berdasarkan
lingkungan yang mereka lihat. Dan kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti.

2. Kasus 2 (Kelas III)


Dalam kelas kedua yang kami amati, berbeda dengan kelas sebelumnya.
Apabila pada kelas sebelumnya guru yang mengajar kurang begitu aktif, di
kelas kedua, yaitu di kelas 1B ini guru yang mengajar sangat aktif dan selalu
memantau seluruh muridnya mulai dari yang paling depan sampai paling
belakang. Dan selalu berusaha mendekati muridnya.

2. Teori Konstruktvisme
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari
pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan
yang diperoleh didapatkan dari pengalaman.
Namun demikian, dalam membangun pengalaman siswa harus memiliki
kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide tersebut
melalui eksperimen dan percakapan atau tanya jawab, serta untuk mengamati
dan membandingkan fenomena yang sedang diujikan dengan aspek lain dalam
kehidupan mereka.
Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam mendorong siswa
untuk memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta menawarkan
berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.
Contoh kasus :
1. Kasus 1 (Kelas 3)
Masih dalam kelas yang sama, dalam kelas pertama yang kami observasi, hal
ini juga belum kami temui. Dimana di kelas ini belum ada pembelajaran siswa
secara aktif. Karena pusat informasi hanya ada pada guru mereka yang ada di
depan kelas. Guru tersebut sama sekali tidak berusaha mencari informasi apa
yang dimiliki siswa-siswanya.
2. Kasus 2 (Kelas 1B)
Sama pada teori sebelumnya, apabila di kelas pertama yang kami amati belum
ada keaktifan di kelas. Pada kelas kedua yang kami amati ini meskipun belum
semua siswanya aktif. Tetapi sudah ada beberapa siswa yang aktif menjawab,
dan gurunya juga sangat aktif memotivasi muridnya.
3. Teori Sibernetik
Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk
berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar),
menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi
hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya
'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya,
atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran
digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT.
Contoh kasus :
1. Kasus 1 (kelas 1B)
Dalam observasi yang kami lakukan, teori ini kami jumpai pada kelas yang
kedua. Yaitu di kelas 1B. Dimana kelas 1B ini merupakan kelas yang sangat
spesial. Dalam kelas ini hanya ada 10 murid. Berbeda dengan kelas 1A yang
terdiri dari lebih dari 20 murid. Kelas 1B ini merupakan siswa-siswa yang
membutuhkan perhatian khusus dari para guru. Karena kurang bisa mengikuti
beberapa materi pelajaran yang diberikan.
Dalam kelas ini, kami melihat seorang guru yang dengan sabar
menyamakan pendapat dari beberapa siswa yang saling berargument. Disini
seorang guru menghargai adanya perbedaan dari beberapa muridnya. Tapi,
pada akhirnya tetap menghasilkan output yang sama.

4. Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)


Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia. juga
tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yakni hasil daripada latihan-
latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat/perangsang-
perangsang tertentu yang dialaminya di dalam kehidupannya.
Kelemahan dari teori conditioning ini ialah, teori ini menganggap bahwa
belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis; keaktifan dan penentuan pribadi
dalam tidak dihiraukannya.
Peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tahu bahwa
dalam bertindak dan berbuat sesuatu, manusia tidak semata-mata tergantung
kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan
dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan
dilakukannya.
Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan
kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-
hal belajar tertentu saja umpamanya dalam belajar yang mengenai skills
(kecakapan-kecakapan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak
kecil.

Contoh Kasus :
1. Kasus 1 (kelas 1B)
Penerapan teori ini juga kami temukan pada pembelajaran yang dilakukan
pada kelas 1B. Dimana guru tersebut memberikan latihan-latihan untuk
meningkatkan kemampuan siswanya yang merupakan siswa-siswa pilihan.
Jadi, dengan adanya latihan-latihan tersebut seorang guru berharap siswanya
akan lebih mudah dan terampil dalam menjawab soal.
2. Kasus 2 (kelas 3)
Apabila sebelumnya antara dua kelas yang kami amati selalu berbeda. Kali ini
pada teori ini kedua guru tersebut menggunakan cara yang sama. Yaitu dengan
memberikan soal-soal latihan.dan di kelas 3 ini, selalu dibiasakan untuk
mengoreksi jawaban bersama.
5. Teori Operant Conditioning (Skinner)
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak
menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk
mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan
mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
 Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika
benar diberi penguat.
 Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran
digunakan sebagai sistem modul.
 Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak
digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari
hukuman.
 Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
 Dalam pembelajaran digunakan shapping.

Contoh Kasus :
1. Kasus 1 (Kelas 1B)
Dalam teori ini seorang guru harus memberikan stimulus yang menarik siswa.
Untuk bisa mendapatkan respon yang baik juga. Sehingga, pada kelas yang
kami temui, seorang guru memberikan stimulus berupa hadiah. Hadiah
tersebut berupa permen. Dan hanya diberikan pada siswa yang bisa menjawab
pertanyaan dengan benar. Dengan begitu, para siswa akan lebih antusias dan
bersemangat dalam menjawab peertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
2. Kasus 2 (Kelas 3)
Dalam kelas 3 ini, selama kami melakukanpengamatan. Guru tersebut tidak
memberikan stimulus sama sekali. Sehingga kegiatan belajar terasa jenuh dan
membuat siswa bosan.

6. Teori Conectionism (Thorndike)


Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses:
1 ) trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan
2) law of effect; Yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan
suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat
dan dipelajari dengan sebaik-baiknya. Sedangkan segala tingkah laku yang
berakibat tidak menyenangkanakan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah
laku ini terjadi secara otomatis.
Otomatisme dalam belajar itu dapat dilatih dengan syarat-syarat tertentu,
pada binatang juga pada manusia.Thorndike melihat bahwa organisme itu
(juga manusia) sebagai mekanismus; hanya bergerak atau bertindak jika ada
perangsang yang mempengaruhi dirinya.
Terjadinya otomatisme dalam belajar menurut Thorndike disebabkan
adanya law of effect itu. Dalam kehidupan sehari-hari law of effect itu dapat
terlihat dalam hal memberi penghargaan atau ganjaran dan juga dalam hal
memberi hukuman dalam pendidikan.
Akan tetapi menurut Thorndike yang lebih memegang peranan dalam
pendidikan ialah hal memberi penghargaan atau ganjaran dan itulah yang
lebih dianjurkan. Karena adanya law of effect terjadilah hubungan
(connection) atau asosiasi antara tingkah laku reaksi yang dapat
mendatangkan sesuatu dengan hasil biaya (effect). Karena adanya koneksi
antara reaksi dengan hasilnya itu maka teori Thorndike disebut juga
Connectionism.

Contoh Kasus :
1. Kasus 1 (Kelas 1B)
Dalam teori ini. Penerapannya masih kami jumpai pada kelas yang sama
dimana seorang guru kelas 1. Guru tersebut terus memacu siswa-siswanya
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Meskipun jawaban tersebut
salah.
Jadi, pada kelas ini guru tersebut menggunakan teori trial and error. Jadi,
terus mencoba menjawab, sampai jawaban yang disampaikan siswa tersebut
benar.

7. Teori Systematic Behavior (Hull)


Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang
memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama
seseorang sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang.
Jadi, prinsip yang utama adalah suatu kebutuhan atau motif harus ada
pada seseorang sebelum belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang dipelajari itu
harus diamati oleh orang yang belajar sebagai sesuatu yang dapat mengurangi
kekuatan kebutuhannya atau memuaskan kebutuhannya.

Contoh Kasus :
1. Dalam observasi yang kami lakukan, belum ada kelas yang menerapkan teori
ini. Dimana pada teori ini seorang guru menyampaikan tujuan ataupun
manfaat apabila mempelajari mata pelajaran tersebut. Sehingga belum ada
motivasi yang dilakukan seorang guru sebelum memulai aktivitas belajar
mengajar.
2. Selain itu, dalam pengajaran di kelas 1B ditemukan kasus guru yang
memotivasi siswanya dengan cara memberikan pujian kepada siswa yang bisa
menjawab pertanyaan dengan benar maka guru tersebut mengucapkan kalimat
“YA JAWABANNYA BENAR BOLEH ISTIRAHAT” sebagai motivasi
kepada siswa agar siswa memberikan yang baik yaitu dengan lebih giat
belajar agar bisa menjawab pertanyaan dengan benar.

POKOK BAHASAN
PERAN TEORI BELAJAR

A. Kompetensi Dasar

Mampu memjelaskan tentang peran teori belajar dalam proses pembelajaran.

B. Indikator

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan tentang teori belajar dna komunikasi


2. Menjelaskan tentantng teori belajar behavioristik

3. Menjelaskan teori belajar kognitif

4. Menjelaksan teori belajar motivasi

C. Pokok Materi

1.Teori belajar dan komunikasi

2.Teori belajar behavioristik

3.Teori belajar kognitif

4.Teori belajar motivasi

D. Strategi Pembelajaran

Discovery Learning, Small grup discusions, problem based learning

E. Lembar Kegiatan Pembelajaran

1. Modul ini memberikan petunjuk bagi mahasiswa dalam mempelajari

kawasan teknologi pendidikan

2. Membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok dnegan setiap kelompok 6

orang \

3. Buatlah makalah tentang macam-macam teori belajar dan aplikasikan dalam

institusi kebidanan yang ditunjuk

4. Ketik makalah dengan format kertas A4, Time New Roman 12, spasi 1,5

5. Diskusikan secara panel di kelas.

Teori dan prinsip belajar


Dalam sistem pendidikan nasional sering kita jumpai istilah pendidikan,
pengajaran dan pembelajaran, yang kadang-kadang penggunaannya sering rancu
karena kurang konsisten dalam mengartikan ketiga istilah tersebut. Pendidikan,
pengajaran dan pembelajaran mempunyai hubungan konseptual yang tidak berbeda,
kalau toh dicari perbedaannya pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas yaitu
mencakup baik pengajaran maupun pembelajaran, dan pengajaran merupakan bagian
dari pembelajaran.
Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat
teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori belajar itu berasal
dari teori psikologi dan terutama menyangkut masalah situasi belajar. Sebagai salah
satu cabang ilmu deskriptif, maka teori belajar berfungsi menjelaskan apa, mengapa
dan bagaimana proses belajar terjadi pada si belajar. Karena para pakar psikologi
mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda dalam menjelaskan apa, mengapa dan
bagaimana belajar itu terjadi, maka menimbulkan beberapa teori belajar seperti teori
behavioristik, kognitif, humanistik, sibernatik, dan sebagainya.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa pembelajaran terjemahan dari kata
“instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan external instruction (dari
eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang
disebut teaching atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat ekstrenal
prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.
Sesuatu yang dikatakan prinsip biasanya berupa aturan atau ketentuan dasar yang bila
dilakukan secara konsisten, sesuatu yang ditentukan itu akan efektif atau sebaliknya.
Prinsip pembelajaran merupakan aturan/ketentuan dasar dengan sasaran utama adalah
perilaku guru.
1. Teori dan prinsip belajar behavioristik
Pembelajaran menurut aliran behavioristik adala upaya membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi
hubungan lingkungan dengan tingkah laku si belajar, karena itu juga disebut
pembelajaran tingkah laku. Proses belajar mengajar:
Penguatan (+)
Stimulus Proses Respons

Penguatan (-)
Penguatan yang merupakan faktor dapat berupa faktor positif maupun
faktor negatif. Dari proses ini yang terpenting yaitu berupa stimulus dan
keluaran berupa respon (karena dapat diamati). Dalam pembelajaran prilaku
tidak lepas dari prinsip bahwa perilku berubah menurut konsekuensi-
konsekuensi langsung. Konsekuensi itu bisa menyenangkan dan bisa juga
tidak menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan akan memperkuat
perilaku, sebaliknya pembelajaran yang kurang menyenangkan akan
memperlemah perilaku.
Prinsip dari teori behavioristik yaitu bahwa si belajar berpartisipasi
secara aktif. Setiap respon yang diberikan oleh si belajar maka akan diberi
balikan dan penguatan oleh guru. Materi yang disajikan telah disusun dari unit
kecil, sistematis dan logis. Yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran
yaitu, bahwa setiap melakukan pembelajaran perlu diberikan penguatan agar
motivasi belajar meningkat, contohnya dengan senyuman, pujian, hadiah, dsb.
Kemudian untuk hukuman dapat diberikan juga apabila si belajar malas,
nakal.
Secara umum penerapan prinsip belajar perilaku, nampak dalam
langkah-langkah pembelajaran berikut:
1) Menentuka tujuan instruksional
2) Menganalisis lingkungan kelas termasuk identifikasi siswa
3) Menentukan materi pelajaran
4) Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil
5) Menyajikan materi pelajaran
6) Memberikan stimulus yang mungkin berupa, pertanyaan, latihan,
tugas-tugas
7) Mengamati dan mengkaji respon siswa
8) Memberikan penguatan (mungkin positif atau negatif)
9) Memberikan stimulus baru
10) Dan seterusnya
2. Teori dan prinsip belajar kognitif
Menurut teori kognitif, belajar adaah perubahan persepsi dan
pemahaman (tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat
diamati). Setiap orang telah mempunyai pengetahuan/pengalaman dalam
dirinya, yang tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar terjaadi
bila materi yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah
dimiliki. Tiga tokoh penting dalam pengembangan pembelajaran kognitif
adalah Piaget, Brunner dan Ausuble.
a. Jean Piaget
Terdapat tiga prinsip utama pembelajaran, yaitu belajar aktif,
belajar lewat interaksi sosial, dan belajar lewat pengalaman sendiri.
Proses belajarnya yaitu terjadi menurut tahap-tahap perkembangan
sesuai umur. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
1) Asimilasi (penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur
kognitif yang sudah ada)
2) Akomodasi (penyesuaian struktur kognitif mahasiswa dengan
pengetahuan baru)
3) Equilibrasi (penyeimbangan mental/setelah terjadi proses
asimilasi/komodasi)
Aplikasi teori kognitif yang dikembangkan oleh Piaget yaitu:
1) Menentkan tujuan intruksional
2) Memilih materi pelajaran
3) Menentukan topik yang dapat dipelajari secara aktif oleh
mahasiswa (bimbingan minimum oleh dosen)
4) Merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik yang
akan dipelajari mahasiswa
5) Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang memacu
kreativitas mahasiswa untuk berdiskusi atau bertanya
6) Mengevaluasi proses dan hasil belajar
b. JA Brunner
Empat utama pokok dalam belajar yang perlu diintegrasikan
dalam kurikulum sekolah dan pembelajarannya, yaitu peranan
pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan memperlajari sesuatu,
intuisi dan cara membangkitkan motivasi belajar. Terjadinya proses
belajar lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi pelajaran. Tahap-
tahap proses belajarnya yaitu:
1) Enaktif (aktivitas mahasiswa untuk memahami lingkungan
melalui observasi langsung realitas)
2) Ikonik (mahasiswa mengobservasi realitas tidak secara
langsung, tetapi melalui sumber sekunder, misalnya melalui
gambar-gambar atau tulisan)
3) Simbolik (mahasiswa membuat abstraksi berupa teori,
penafsiran, analisis terhadap realitas yang telah diamati dan
dialami)
Aplikasi dari teori kognitif Brunner yaitu:
1) Menentukan tujuan instruksional
2) Memilih materi pelajaran
3) Menentukan topik yang bisa dipelajari secara induktif oleh
mahasiswa
4) Mecari contoh, tugas, ilustrasi, dsb.
5) Mengatur topik-topik mulai dari yang paling konkret ke
abstrak, dari yang sederhana ke kompleks, dari tahap enaktif,
ikonik ke simbolik, dsb.
6) Mengevaluasi proses dan hasil belajar
c. David Ausuble
Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausuble mengemukakan
teori belajar bermakna. Belajar bermakna adalah proses mengaitkan
informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Berdasarkan pandangannya, David Ausable
mengajukan empat prinsip pembelajaran: pengatur awal, deferensi
progresif, penyesuaian integratif dan belajar superordinat.
Proses belajar terjadi apabila mahasiswa mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru.
Tahap-tahapnya yaitu melalui:
1) Memperhatikan stimulus yang diberikan
2) Memahami makna stimulus
3) Menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah
dipahami
Konsep penting dalam teori ini yaitu: “advance organizer”, yang
merupakan gambaran singkat isi pelajaran baru, yang berfungsi sebagai
(1) krangka konseptual sebagai titik tolak proses belajar, (2)
penghubung antara ilmu yang baru dengan apa yang sudah dimiliki
mahasiswa, (3) fasilitator yang mempermudah mahasiswa belajar.
Aplikasi teori menurut aliran Ausuble:
1) Menentukan tujuan instruksional
2) Mengukur kesiapan mahasiswa
3) Memilih materi pelajaran
4) Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai
mahasiswa
5) Menyajikan pandangan menyeluruh tentang apa yang harus
dipelajari
6) Menggunakan “advance organizer” dengan cara membuat
rangkuman
7) Mengajar mahasiswa memahami konsep dan prinsip dengan
fokus pada hubungan antara konsep yang ada
8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Prinsip pembelajaran menurut teori kognitif adalah:
a. Menekankan akan makna dan pemahaman
b. Tidak hanya proses pengulangan, tetapi disertai proses tansfer yang
lebih luas
c. Adanya pola hubungan
d. Pembelajaran prinsip dan konsep
e. Menekankan struktur disiplin imu dan struktur kogntif
f. Obyek pembelajaran apa adanya
g. Bahasa sebagai dasar pemikiran dan komunikasi
h. Perlu pengajaran perbaikan yang lebih bermakna
3. Konsep belajar
Konsep belajar yaitu proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses
berbuat melalui berbagai pengalaman. Proses di mana melihat, mengamati dan
memahami sesuatu hal. Upaya yang dilakukan untuk mengadakan perubahan
atau melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar
merupakan proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman (Gagne, 1985). Atribut belajar yaitu: proses, perubahan
perilaku dan pengalaman.
a. Atribut proses
Belajar merupakan sebuah proses, di mana dalam proses tersebut
melibatkan mental dan emosional, yaitu berpikir dan merasakan.
b. Atribut perubahan perilaku
Hasil dari proses dalam belajar yaitu adanya perubahan perilaku.
Perubahan ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini
biasanya dapat kta tilik dari rumusan kompetensi dalam rancangan
pelaksanaan pembelajaran.
c. Atribut pengalaman
Secara tidak langsung dalam proses belajar seseorang akan
banyak mengalami kejadian, hal ini lah yang disebut dengan
pengalaman, yaitu interaksi individu dari lingkungan fisik ataupun
sosial. Implikasinya yaitu menciptakan lingkungan yang memicu dan
menantang mahasiswa untuk belajar (pengalaman langsung/tiak
langsung).
Konsep pembelajaran yaitu proses interaksi peserta didik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Atau bisa juga dikatan usaha dari guru
untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa-sumber belajar
lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen
pembelajaran yaitu:
1) Tujuan pembelajaran
2) Subyek belajar
3) Materi pelajaran
4) Metode pembelajaran
5) Media pembelajaran
6) Evaluasi pembelajaran

Evaluasi
1. Apa itu konsep belajar?
2. Apa prinsip dalam teori belajar behavioristik? Berikan contoh aplikasinya!
3. Sebut dan jelaskan secara singkat prinsip teori belajar kognitif berdasarkan
Piaget, Brunner dan Ausable! Berikan contoh aplikasinya!
MODEL PEMEBLAJARAN

A. Kompetensi Dasar

Mampu menjelaskan tentang model pembelajaran dengan tepat

B. Indikator

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :

1. Menjelaskan tentang pengertian model pembelajaran dnegan benar

2. Menjelaskan tentang klasifikasi model pembelajaran dnegan tepat

3. Menjelaskan tentang faktor pemilihan model pembelajaran dengan tepat


4. Menjelaskan tentang model pembelajaran invotif

C. Pokok Materi

1. Pengertian model pembelajaran

2. Klasifikasi model pembelajaran

3. Faktor pemilihan model pembelajaran

4. Model pembelajaran inovatif

D. Strategi Pembelajaran

Small Group Discution, Discovery Learning

E. Lembar Kegiatan Pembelajaran

1. Modul ini digunakan sebagai pedoman dalam mempelajari model

pembelajaran

2. Pada akhir pertemuan mahasiswa diwajibkan untuk membuat blog yang

berisikan modle pembelajaran inovatif.

Model pembelajaran
Kesuksesan belajar mahasiswa dipengaruhi oleh cara seorang pengajar
mengelola proses pembelajarannya. Model pembelajaran dirancang agar mahasiswa
dapat menguasai suatu kemampuan belajar tertentu. Sebelumnya kita akan
memepelajari terlebih dahulu apa itu arti kata model. Model adalah barang atau benda
tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe adalah model dari bumi, replika
pesawat terbang yang biasa dipajang di travel/biro-biro perjalanan adalah model dari
pesawat terbang. Model dalam artian yang lain adalah kerangka konseptual yang
digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan. Model pembelajaran yaitu keranka
konsetual yang melukisakan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran.
Ciri-ciri dari model pembelajaran:
 Berdasarkan teori pendidikan atau teori belajar dari para ahli tertentu.
Contoh: odel sinektis oeh Gordon dan berdasarkan teori kretivitas. Model
ini dirancang untuk mengembangkan kreativitas siswa khususnya dalam
menulis.
 Mempunyai misi atau tujuan pendidikn tertentu. Misal model berpikir
induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
 Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan KBM di kelas. Misal model
sinektik dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pembelajaran
menulis.
 Memiliki bagian-bagian model dalam pelaksanaan: sintak, prinsip reaksi,
sistem sosial, sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan
pedoman praktis bila pendidik akan melaksanakan suatu model
pembelajaran.
 Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
pembelajaran: hasil belajar yang dapat diukur. Dampak pengiring: hasil
belajar jangka panjang.
Unsur-unsur model pembelajaran:
 Sintaks (syntax) yaitu urutan langkah pengajaran yang menunjuk pada
fase-fase/tahap-tahap yang harus dilakukan oleh pendidik bila ai
menggunakan model pembelajaran tertentu. Misalnya model deduktif
akan menggunakan sintak yang berbeda dengan model induktif. Pada
model konstruktvis terdapat sintaks; apersepsi, eksplorasi, elaborasi,
diskusi dan penjelasan, dan tindak lanjut.
 Prinsip reaksi (principles of reaction) berkaitan dengan pola kegiatan
yang menggambarkan bagaimana seharusnya pendidik melihat dan
memperlakukan para peserta didik, termasuk bagaimana seharusnya
pendidik memberikan respon terhadap peserta didik. Prinsip ini memberi
petunjuk bagaimana seharusnya pendidik menggunakan aturan permainan
yang berlaku pada setiap model. Contoh: dalam model konstruktivis
pendidik harus mampu memberi contoh cara menyusun konsep dan
mebangun keberanian peserta didik dalam membandingkan konsep-
konsep yang mereka susun.
 Sistem sosial (the social system) adalah pola hubungan pendidik dengan
peserta didik pada saat terjadinya proses pembelajaran (situasi atau
suasana dan norma yang berlaku dalam penggunaan model pembelajaran
tertentu).
 Sistem pendukung (support system) yaitu segala sarana, bahan dan alat
yang diperlukan untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran
secara optimal. Merujuk pada peranan pendidik dan tuntutan peserta
didik.
 Dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring
(nurturant effect). Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai
atau yang berkaitan langsung dengan materi pembelajaran. Dampak
pengiring adalah hasil belajar sampingan (iringan) yang dicapai sebagai
akibat dari penggunaaan model pembelajaran tertentu.
Klasifikasi model-model pembelajaran yaitu:
1. Rumpun model pengolahan informasi (the information processing models)
Bertolak belakang dari prinsip-prinsip pengolahan informasi oleh
manusia dengan memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam
diri) untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan
data, meerasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan keluarnya serta
pengembangan bahasa untuk mengungkapkannya. Merujuk pada cara-cara
bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi
data, mengenali masalah dan mencoba mencari solusinya, serta
mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menangani masalah
tersebut. Menekankan pada peserta didik agar memiliki kemampuan untuk
memproses informasi. Peserta didik yang berhasi dalam belajar adalah yang
memiliki kemampuan dalam memproses informasi.
Jenis model pembelajarannya yaitu:
a. Pencapaian konsep (concept attainment)
b. Berpikir induktif (inductive thinking)
c. Latihan penelitian (inquiry training)
d. Pemandu awal (advance organizer)
e. Memorisasi (memorization)
f. Pengembangan intelek (developing intelect)
g. Penelitian ilmiah (scientic inquiry)
2. Rumpun model personal (personal models)
Bertolak dri pandangan kedirian atau “selfhood” dari individu. Proses
pendidikan sengaja diusahakan yang memungkinkan seseorang dapat
memahami diri sendiri dengan baik, sanggup memikul diri sendiri dengan
baik, sanggup memikul tanggungjawab untuk pendidikan dan lebih kreatif
untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Lebih memusatkan perhatian
pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang
produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung
jawab atas tujuannya. Jenis model pembelajarannya yaitu:
a. Pengajaran tanpa arahan (non directive teaching)
b. Model sinektik (synectics models)
c. Latihan kesadaran (awareness training)
d. Pertemuan kelas (classroom meeting)
3. Rumpun model interaksi sosial (social models)
Menitikberatkan pada pengembangan kemampuan kerjasama dari para
peserta didik. Model-model ini menggabungkan antara belajar dan
masyarakat. Kedudukan belajar/pengajaran disini adalah bahwa perlaku
kooperatif tidak hanya merupakan pemberi semangat.
Pada rumpun ini didasarkan pada dua asumsi pokok:
a. Masalah-masalah sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar
dan melalui kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan
dengan menggunakan proses-proses sosial, dan
b. Proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk
melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara
build-in dan terus-menerus.
Model pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a. Investigasi kelompok (group investigation)
b. Bermain peran (role playing)
c. Penelitian yurisprudensial (jurisprudential inquiry)
d. Latihan laboratoris (laboratory training)
e. Penelitian ilmu sosial
f. simulasi
4. Rumpun model sistem perilaku (behavioral system models)
Mementingkan penciptan sistem lingkungan belajar yang
memungkinakan manipulasi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara
efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki. Memusatkan
perhatian pada perilaku yang terobservasi dan metode dan tugas yang
diberikan dalam rangka mengkomunikasikan keberhasilan. Didasarkan pada
suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku seperti teori belajar, teori
belajar sosial, modifikasi perilaku atau perilaku terapi.
Lima model pembelajarannya adalah:
a. Belajar tuntas (mastery learning)
b. Pembelajaran langsung (direct intruction)
c. Belajar kontrol diri (learning self control)
d. Latihan pengembangan keterampilan dan konsep (training for skill
and concept development)
e. Latihan assertif (assertive training)
Faktor pemilihan model pembelajaran
Dalam melakukan pemilihan model pebelajaran tentunya tidak boleh asal
pilih. Berikut ini merupakan faktor pemilihan model pembelajaran:
1. Sifat materi yang akan diajarkan
2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3. Tingkat kemampuan peserta didik
4. Waktu pelajaran
5. Lingkungan belajar
6. Fasilitas penunjang
Model pembelajaran inovatif dan efektif
Dalam menentukan kualitas model belajar yang inovatif ataupun yang efektif
dapat dilihat dari:
1. Aspek proses: mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan
(joyfull learning), sehingga mendorong peserta untuk aktif belajar dan berpikir
kreatif.
2. Aspek produk: mampu mencapai tujuan/kompetensi yang telah ditentukan.
Untuk itu dalam memilih model pembelajaran pastikan aspek proses
berlangsung dengan baik, agar hasilnya juga baik. Setiap model pembelajaran
memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda.

Evaluasi
1. Jelaskan pengertian dari model pembelajaran sepeahaman Anda!
2. Sebut dan jelaskan secara singkat kualifikasi model pembelajaran!
3. Buatlah contoh aplikasi salah satu jenis model pembelajaran yang Anda
inovatif dan efektif!
POKOK BAHASAN
STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tentang strategi pembelajaran
B. Indikator
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian startegi pembelajaran
2. Menjelaskan peran strategi pembelajaran
3. Menjelaskan tentang jenis pembelajaran
4. Menjelaskan tentang pengembangan strategi pembelajaran
C. Pokok Materi
1. Pengertian strategi pembelajaran
2. Peran strategi pembelajaran
3. Jenis strategi pembelajaran
4. Latihan mengembangkan strategi pembelajaran
D. Strategi Pembelajaran
Small Gruop Discusion
E. Lembar Kegiatan Pembelajaran
1. Modul ini sebagai pedoman dalam pembelajaran strategi pembelajaran
2. Buatlah makalah tentang strategi pembelajaran dnegan benar.

Strategi pembelajaran
Kata strategi berasal dari “strategia” yang berarti ilmu perang. Dalam arti luas
yaitu sebuah perencanaan yang dipikirkan dengan matang untuk melakukan sesuatu.
Strategi pembelajaran adalah perencanaan matang yang digunakan untuk
melaksanakan sebuah pembelajaran. Yaitu taktik yang digunakan guru agar dapat
melaksanakan pembelajaran secara tepat sasaran. Pola umum perbuatan guru-siswa
dalam mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan kata lain
strategi pembelajaran adalah pendekatan dalam mengelola kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan komponen irutan kegiatan, cara waktu pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Peran strategi pembelajaran
Peran dari strategi pembelajaran yaitu untuk mewujudkan keterlaksanaan
berbagai metode terpilih untuk penyajian bahan ajar dengan menggunakan media
yang relevan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dala diri
peserta didik. Dalam meuwujdkan peran strategi pembelajaran tentunya dibutuhkan
pemilihan yang tepat. Berikut ini merupakan faktor pemilihan strategi pembelajaran:
1. Tujuan, di mana memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Karakter materi pelajaran/bahan pelajaran
3. Perbedaan si belajar (siswa)
4. Kemampuan pendidik
5. Sarana, waktu, ruangan.
Setelah menentukan pemilihan dengan berbagai faktor di atas diharapkan
mendapatkan strategi pembelajaran yang efektif, adalah strategi pembelajaran yang
sesuai dengan komponen pembelajaran lainnya.
Komponen strategi pembelajaran
1. Urutan kegiatan pembelajaran: pendahuluan, penyajian, penutup.
2. Metode pembelajaran. Komponen ini memuat pendekatan, model mengajar,
metode/teknik mengajar seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, dsb.
3. Media pembelajaran. Mencakup media visual, auditif, benda tiruan atau nyata,
hardware/software bahan dan alat pelajaran.
4. Waktu. Dalam mewujudkan pembelajaran diperlukan waktu sesuai dengan
waktu jam pertemuan.
Jenis strategi pembelajaran
Berdasarkan (1) proses pengolahan pesan; (2) phak pengolah pesan; (3)
pengaturan guru; (4) jumlah siswa; (5) interaksi guru-siswa; (6) tujuan pembelajaran,
jenis strategi pembelajaran dibagi menjadi lima, yaitu:
1. Strategi pembelajaran langsung (direct instruction)
Stategi pembelajaran langsung merupakan stategi yang kadar berpusat
pada gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini
termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik,
pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi. Strategi
pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi atau
mengembangkan keterampilan langkah demi langkah.
2. Strategi pembelajaran tidak langsung (indirect instruction)
Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan
tinggi siswa dalam melakukan obsevasi, penyelidikan, penggambaran infersi
berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis. Dalam pembelajaran tidak
langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung,
dan sumber personal. Guru merancang lingkungan belajar, memberikan
kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan
balik kepada siswa ketika mereka melakukan inkuiri. Strategi pembelajaran
tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak,
dan sumber-sumber manusia.
3. Strategi pembelajaran interaktif (interactive instruction)
Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan
saling berbagi di antara peserta didik. Seaman dan Fallenz (1989)
mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi akan memberikan reaksi
terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau
kelompok, serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir. Strategi
pembelajaran inetraktif dikembangkan dalam rentang penglompokan dan
metode-metode interkatif. Di dalamnya terdapat bentuk-betuk diskusi kelas,
diskusi kelompok kecil, atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama
siswa secara berpasangan.
4. Strategi belajar melalui pengalaman (eperiential laerning)
Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens
induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan
dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah proses belajar, dan bukan
hasil belajar. Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode
simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi
untuk memperoleh gambaran pendapat umum.
5. Strategi belajar mandiri (independent study)
Strategi belajar mandiri merujuk kepada penggunaan metode-metode
pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan insiatif
individu siswa, percaya diri, dan perbaikan diri. Fokus strategi belajar mandiri
ini adalah merencanakan belajar mandiri siswa di bawah bimbingan atau
supervisi guru. Belajar mandiri menuntut siswa untuk bertanggungjawab
dalam menrencanakan dan menentukan kecepatan belajarnya.
Perlu diketahui, bahwa dalam model pembelajaran terdapat strategi
pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran adalah suatu rangkaian tindakan pembelajaran yang
dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filosofis, psikologis, didaktis, dan ekologis)
yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran
tertentu. Metode pembelajaran merupakan prosedur pembelajaran yang difokuskan
pada pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan teknik pembelajaran yaitu cara-cara
konkrit yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-
ganti teknik pembelajaran meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode
dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.
Contoh penerapan:
Pendekatan : cotextual teaching and learning
Metode : cooperative learning
Teknik : diskusi kelompok, inquiry kepustakaan, tanya jawab
Model : jigsaw

Pendekatan : PAKEM
Metode : tanya jawab
Teknik : siswa membuat dan menjawab pertanyaan sendiri
Model : snowball throwing
Evalusai
1. Apakah hakikat dan peran strategi pembelajaran?
2. Sebutkan komponen strategi pembelajaran!
3. Buatlah contoh strategi pembelajaran yang menurut Anda efektif!
POKOK BAHASAN 7

DESAIN PEMBELAJARAN

A. Kompetensi Dasar

Mampu menjelaskan tentang desain pembelajaran.

B. Indikator

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini diaharapkan mahasiswa mampu

menjelaskan macam-macam desain pembelajaran dengan benar

C. Pokok Bahasan

Desain pembelajaran

D. Strategi Pembelajaran

Small Group Discusion.

E. Langkah Pembelajaran

1. Modul ini sebagai petunjuk dalam pembelajaran desain pembelajaran.

2. Kembangkan modul pembelajaran ini dnegan benar.

Desain pembelajaran
Berikut ini merupakan beberapa model dari desain pembelajaran:
1. Model PPSI
Istilah “sistem pembelajaran” yang dipergunakan dalam PPSI
menunjukkan makna sistem, yaitu sebagai satu kesatuan yang terorganisir,
yang terdiri dari sejumlah komponen yang saing bergantung satu sama lain
dalam rangka mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Pengembangan sistem pembelajaran PPSI mempunyai 5 langkah, yaitu:
a. Langkah pertama, adalah merumuskan tujuan pembelajaran khusus.
Tujuan pembelajaran khusus merupakan rumusan mengenai
kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki oleh para siswa
sesudah mengikuti suatu program pengajaran tertentu.
b. Langkah kedua, adalah penyusunan alat evaluasi berdasarkan tujuan-
tujuan pembelajaran. Fungsi evaluasi adalah untuk menilai sejauh mana
para siswa telah menguasai kemapuan-kemampuan yang telah
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus.
c. Langkah ketiga, dalah menentukan kegiatan belajar mengajar. Di sini
proses belajar mengajar akan disusun berdasarkan tujuan pembelajaran
khusus.
d. Langkah keempat, adalah merencanakan program kegiatan belajar
mengajar. Dasar dari perencanaan program kegiatan pembelajaran itu
adalah satuan pelajaran yang diambil dari kurikulum.
e. Langkah kelima, adalah melaksanakan program belajar mengajar
melalui tiga fase, yaitu mengadakan pra tes an evaluasi atau pasca tes.
2. Model Gerlach dan Ely
Model ini digunakan untuk menysusun perencanan pembelajaran
dengan menggunakan sepuluh komponen yang harus terdapat dalam proses
belajar mengajar. Komponen-komponen tersebut adalah:
a. Langkah pertama, guru merumuskan tujuan pembelajaran khusus yang
menjelaskan apa yang harus dikuasai para siswa sesudah mereka
mengikti pelajarannya.
b. Langkah kedua, memilih materi pembelajaran yang akan membantu
para siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan
sebelumnya.
c. Langkah ketiga, guru menilai perilaku awal siswa untuk mengetahui
apa saja yang telah dimiliki oleh para siswa sebelum pengajaran
dimulai.
d. Langkah keempat, menentukan strategi pembelajaran yang akan
digunakan.
e. Langkah kelima, mengatur para siswa ke dalam kelompok.
f. Langkah keenam, menentukan pembegian waktu sesuai dengan
strategi dan teknik yang dipilih.
g. Langkah ketujuh, menentukan ruangan belajar degan memperlihatkan
jumlah ruangan yang ada, strategi, teknik, dan media pembelajaran
yang tersedia serta cara pengorganisasian siswa ke dalam kelompok.
h. Langkah kedelapan, memililh media pembelajaran dengan
memperhatikan kesesuaiannya.
i. Langkah kesembilan, menilai penampilan guru dan siswa.
j. Langkah kesepuluh, menganalisis umpan balik, dilakukan oleh guru
dan siswa, termasuk konfirmasi adanya perbaikan.
3. Model Bela H. Banathy
Model ini ditunjukkan bagi para pengembang sistem pembelajaran.
Urutan dan langkah dalam model ini dapat dilukiskan berikut ini:
a. Langkah pertama, merumuskan tujuan pembelajaran khusus.
b. Langkah kedua, mengembangkan tes berdasarkan tujuan yang
dikehendaki.
c. Langkah ketiga, menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar
setelah merumuskan tujuan pembelajaran khususdan mengembangkan
alat evaluasi.
d. Langkah keempat, merancang sistem pembelajaran.
e. Langkah kelima, malaksanakan dan mengimplementasikan dan
mengontrol kualitas hasil.
f. Langkah keenam, mengadakan perbaikan berdasarkan hasil-hasil yang
diperoleh dari evaluasi.
4. Model Jerold E. Kemp
Model ini merupakan sistem pembelajaran yang sederhana yang terdiri
dari delapan langkah, berikut ini:
a. Langkah pertama, merumuskan tujuan pembelajaran umum.
b. Langkah kedua, menganalisis karakteristik siswa guna mengetahui
latar belakang pengetahuan.
c. Langkah ketiga, merumuskan tujuan pembelajaran khusus, spesifik,
peresional, dan terukur.
d. Langkah keempat, menentukan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
e. Langkah elima, menentuka pretes untuk mengetahui sejauh mana para
siswa memenuhi prasyarat belajar.
f. Langkah keenam, menentukan strategi belajar-mengajar dan sumber
belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus.
g. Langkah ketujuh, mengkoordinasikan sarana penunjang yang
diperlukan.
h. Langkah kedelapan, mengadakan evaluasi.
5. Model IDI (Instructional Development Institut)

Pengembangan pembelajaran model IDI ini terdiri dari tiga tahapan


besar, yaitu merumuskan (define), mengembangkan (develop), dan menilai
(evaluate). Setiap tahapan terbagi ke dalam tiga fungsi sehingga seluruhnya
menjadi 9 fungsi.

a. Fungsi pertama, adalah mengidentifikasi masalah dengan cara menilai


kebutuhan.
b. Fungsi kedua, adalah menganalisis keadaan yang meliputi karakteristik
siswa, kondisi belajar serta sumber-sumber belajar yang relevan.

c. Faktor ketiga, adalah mengatur pengelolaan berbagai tugas,


tanggungjawab, serta waktu.

d. Faktor keempat, adalah mengidentifikasi tujusn pembelajaraan yng


hendak dicapai.

e. Faktor kelima, adalah menentukan metode pembelajaran sebagai upaya


untuk mencapai tujuan pembelajaran.

f. Faktor keenam, adalah menyusun prototipe program pembelajaran


sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan
sebelumnya.

g. Faktor ketujuh, adalah mengadakan uji coba prototipe program


pembelajaran kepada beberapa orang sebagai sampel.

h. Faktor kedelapan, adalah menganalisa hasil uji coba dari prototipe


program pembelajaran.

i. Faktor kesembilan, adalah pelaksanaan atau implementasi bilamana


menurut hasil analisis uji coba, prototipe program pembelajaran sudah
memadai atau telah diperbaiki.

Evaluasi

1. Sebutkan model-model desain pembelajaran!

2. Berikan salah satu contoh aplikasi model dari desain pembelajaran!


3. Menurut Anda manakah dari sekian model dari desain pembelajaran yang
efektif untuk diaplikasikan? Jelaskan alasannya!

You might also like