Professional Documents
Culture Documents
net/publication/266587793
Article
CITATION READS
1 11,763
7 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Elin Yulinah Sukandar on 22 January 2015.
Abstrak
Telah diuji aktivitas antidiabetes ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan
metode toleransi glukosa pada tikus dan pada mencit diabetes imbasan-aloksan. Uji tole-
ransi glukosa pada tikus menunjukkan penurunan kadar glukosa serum 30, 60 dan 90 menit
setelah pemberian ekstrak pada dosis 500 mg/kg bb, masing-masing sebesar 37,0%, 27,4%,
dan 25,4%; dan pada dosis 1000 mg/kg masing-masing sebesar 28,8%, 19,6% dan 21,8%.
Uji pada mencit diabetes imbasan-aloksan menunjukkan pada hari keempat setelah pembe-
rian ekstrak pada dosis 500 dan 1000 mg/kg bb kadar glukosa serum menurun masing-
masing sebesar 62,1% dan 74,1%, yang berbeda secara bermakna dibandingkan dengan
kelompok kontrol (p < 0,05).
Kata kunci: ekstrak etanol, buah mengkudu, Morinda citrifolia L., toleransi glukosa,
aloksan diabetogen
Abstract
Antidiabetic activity of ethanol extract of mengkudu (Morinda citrifolia L.) fruit had been
examined by glucose tolerance method on rats and on aloxan-induced diabetic mice. In the
glucose tolerance test on rats, 30, 60, and 90 minutes after administration of the extract at
a dose of 500 mg/kg bw, serum glucose concentration decreased by 37.0%, 27.4%, and
25.4%, respectively; and at a dose of 1000 mg/kg, serum glucose concentration decreased
by 28.8%, 19.6%, and 21.8%. While on the aloxan induced mice at the fourth day after
administration of the extract at doses of 500 and 1000 mg/kg bw, serum glucose concentra-
tion at the fourth day decreased by 62.1% and 74.1%, respectively, being significantly
different to that of control group (p<0.05).
Key words: ethanol extract, mengkudu fruit, Morinda citrifolia L., glucose tolerance,
diabetogenic aloxan
Pendahuluan
Mengkudu atau Morinda citrifolia (Rubiaceae) merupakan tumbuhan liar yang
banyak tumbuh di tepi pantai di seluruh nusantara. Kulit akarnya digunakan untuk
bahan pewarna batik; daunnya digunakan sebagai obat sakit perut, sesak nafas,
disentri dan luka, serta untuk mengurangi sakit setelah melahirkan; sari buahnya
oleh masyarakat digunakan untuk memperlancar pengeluaran air seni serta mengo-
bati sakit kuning, sedangkan campuran buah yang digiling ditambah cuka diguna-
kan untuk mengobati limpa yang bengkak, penyakit hati, batuk serta untuk mem-
bersihkan luka [1,2]. Beberapa publikasi menyatakan bahwa buah mengkudu
berkhasiat untuk mengobati aterosklerosis, diabetes, tekanan darah tinggi, radang
tenggorokan, batuk, serta mencegah penyerapan lemak dan melancarkan air seni
[3].
Percobaan
Bahan
Ekstrak etanol kering buah mengkudu, glukosa, glibenklamid, aloksan, kit uji
glukosa (Human), glukotest (Roche), air suling, etanol 70%.
Alat,
Alat timbang tikus dan mencit, alat suntik oral tikus dan mencit, spektrofotometer
(Clinicon 4010 Mannheim GMBH), tabung sampel mikro, sentrifuge, mikropipet,
mixer.
Hewan percobaan
Tikus putih jantan galur Wistar dari Laboratorium Perhewanan Departemen
Farmasi ITB, mencit jantan Balb/c dengan berat badan 22 - 35 g dari PT Biofarma
Bandung.
Metode percobaan
Pembuatan ekstrak kering dan sediaan uji
Irisan buah mengkudu yang telah dikeringkan diekstraksi dengan etanol 95%.
kemudian ekstraknya dikisatkan dengan alat penguap vakum putar. Sediaan uji
dibuat dengan mensuspensikan ekstrak kering dalam air suling untuk mendapatkan
dosis 500 dan 1000 mg/kg bb.
Pada uji antidiabetes dengan menggunakan metode toleransi glukosa setiap hewan
dalam satu kelompok perlakuan memperlihatkan perubahan kadar glukosa serum
(awal dan lama kerja) yang beragam mulai dari menit ke-30 sampai menit ke-120
yang menyebabkan data memiliki standar deviasi yang cukup tinggi. Namun rata-
rata perubahan kadar glukosa serum setiap kelompok perlakuan memperlihatkan
pola yang mirip (Gambar 1).
Tabel 2: Kenaikan kadar rata-rata glukosa serum terhadap menit ke 0 (%) tikus terhadap
kadar awal
Kelompok Waktu setelah pemberian glukosa (menit)
perlakuan 30 60 90 120
Kontrol 72,6 ± 33,7 65,1 ± 28,6 41,8 ± 17,0 –42,4 ± 13,4
M500 35,6 ± 26,8 37,8 ± 32,8 16,3 ± 48,6 –51,3 ± 11,2
M1000 43,8 ± 28,3 45,4 + 12,4 19,1 ± 34,8 –37,32 ± 8,5
GB 0.9 17,4 ± 19,9*) 2,2 ± 22,1*) 2,1 ± 27,5*) –46,77 ± 10,0*)
Keterangan Kontrol = yang diberi glukosa dan air suling.
M500 = yang diberi glukosa dan ekstrak mengkudu 500 mg/kg bb.
M1000 = yang diberi glukosa dan ekstrak mengkudu 1000 mg/kg bb.
GB 0.9 = yang diberi glukosa dan glibenklamid 0,9 mg/kg bb.
*) p < 0,05 berbeda secara berarti dibanding kontrol, Jumlah hewan untuk tiap
kelompok 5 ekor tikus.
80 Kontrol
M500
20
0
0 30 60 90 120
-20
-40
Menit ke
Ekstrak buah mengkudu pada dosis 500 dan 1000 mg/kg bb memperlihatkan efek
penurunan kadar glukosa serum tikus mulai pada menit ke-30 sampai menit ke-90
(Tabel 2). Persentase penurunan relatif kadar glukosa serum pada dosis 500 dan
1000 mg/kg bb terhadap kelompok kontrol pada menit ke-30, 60 dan 90 (masing-
masing 37,0%, 27,4%, 25,4% untuk dosis 500 mg/kg bb dan 28,8%, 19,6%, 21,8%
untuk dosis 1000 mg/kg bb). Penurunan terbesar terjadi pada pemberian ekstrak
buah mengkudu pada dosis 500 mg/kg bb menit ke-30 yaitu sebesar 37,0%. Namun
penurunan kadar glukosa serum tikus pada pemberian ekstrak buah mengkudu
tidak bermakna secara statistik. Hal ini dapat disebabkan oleh besarnya standar
deviasi data.
Pada pemberian pembanding (glibenklamid 0.9 mg/kg bb), kadar glukosa serum
mencit tidak menunjukkan penurunan yang berarti dibandingkan dengan kontrol
(Tabel 3 dan Gambar 2). Hal ini disebabkan glibenklamid tidak bekerja memperba-
iki sel pankreas-β yang rusak akibat imbasan aloksan, tetapi menstimulasi pelepa-
san insulin dari sel pankreas-β [7,8]. Berdasarkan data tersebut diduga mekanisme
kerja ekstrak buah mengkudu dalam menurunkan kadar glukosa serum mencit
berbeda dengan glibenklamid.
Kesimpulan
Ekstrak buah mengkudu menurunkan kadar glukosa serum tikus pada model
toleransi glukosa, namun tidak bermakna secara statistik. Pada uji dengan mencit
48 – Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004
I Ketut Adnyana, dkk.
Ucapan terimakasih
Penelitian ini merupakan bagian kerjasama penelitian antara Departemen Farmasi
FMIPA-ITB dan PT. Rinjaya Cagar Sakti. Tim peneliti mengucapkan terimakasih
atas dukungan biaya dari PT. Rinjaya Cagar Sakti.
Daftar Pustaka
1. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, vol.3, Badan Litbang Kehu-
tanan, Jakarta, , 1795-1799.
2. Ogata, Y., 1986, Medicinal Herb Index in Indonesia, 2nd ed., PT. Eisai Indonesia,
Tokyo, 276.
3. Arianto, Y., 2002, Khasiat Buah Mengkudu, PT. Dian Rakyat, Jakarta, 101-102.
4. Corwin, E.J., 2000, Handbook of Pathophysiology, 2nd ed., Lippincott, New York,
573.
5. Kelompok Kerja Ilmiah, 1993, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia
dan Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica,
Jakarta, 15-17.
6. Hayes, A.W., Principles and Methods of Toxicology, 4th ed., Taylor & Francis,
Boston, 1408-1409.
7. Goodman Gilman, A., Hardman, J. G., and Limbird, L. E. (Eds.), 2001, Goodman
& Gilman’s the Pharmacological Basis of Therapeutics, 10th ed., McGraw-Hill,
New York, 1701.
8. Harvey, R.A., Champe, P.C., 1992, Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharma-
cology, Lippincott-Raven, New York, 260.