You are on page 1of 43

Mini Project

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELLITUS


TERHADAP DIET DIABETES MELLITUS
DI PUSKESMAS BANDARJAYA

Oleh:

dr. Danar Fahmi Sudarsono

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS BANDARJAYA
LAMPUNG TENGAH
2018-2018
ABSTRAK

Diabetes mellitus atau penyakit gula merupakan satu penyakit kronis yang
disebabkan berkurangnya produksi insulin dari pankrease maupun insulin yang
dihasilkan tidak efektif dalam mengurangi kadar gula darah. Keadaan ini akan
meningkatkan kadar gula darah sehingga merusakkan kebanyakkan sistem badan.
Penyakit dengan prevalensi yang tinggi ini tidak dapat diobati secara tuntas, tetapi
dapat dicegah atau.dikontrol supaya tidak menjadi kronik. Tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan diet Diabetes Mellitus
serta komplikasinya pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Bandarjaya
Lampung Tengah. Manakala, tujuan khusus penelitian ini meliputi sejauh mana
masyarakat paham akan kepentingan diet diabetes serta komplikasi dari perjalanan
penyakit ini. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
survei deskriptif dengan desain cross sectional. Orang responden yang menjadi
sampel dalam penelitian ini merupakan pasien yang tergabung pada prolanis di
puskesmas Bandarjaya dan pasien yang datang berobat di poli pemeriksaan umum.
Dipilih dengan metode simple random sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seramai 16 orang (3%) responden


mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, manakala 9 orang (30%) responden
memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan hanya 5 orang (16%) responden
mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai diet Diabetes Mellitus.

Kesimpulannya kebanyakan ahli masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik


serta sedang mengenai diet Diabetes Mellitus. Namun, masih ada sebahagian besar
lagi masih mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai perkara ini yang boleh
memperparah perjalanan penyakit DM mereka.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus , Diet, Komplikasi

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan mini project ini tanpa terkendala suatu apapun.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir stase puskesmas pada Program
Internsip Dokter Indonesia (PIDI) periode 2018-2019.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami, dr.
Herlena Sutana telah bersedia meluangkan waktu sehingga mini project ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dalam proses penyelesaian laporan mini project ini,
kami juga mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami turut mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dian Mariasari, selaku Kepala Puskesmas Bandarjaya yang telah
memberikan informasi mengenai gambaran umum serta program kerja
Puskesmas Bandarjaya.
2. dr. Herlena Sutana, selaku dokter pendamping di Puskesmas Bandarjaya
yang telah memberikan izin serta saran terhadap pelaksanaan mini project
ini.
3. Seluruh pegawai Puskesmas Bandarjaya yang telah membantu dalam proses
pengambilan data serta penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan mini project ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi
menyempurnakan laporan mini project ini. Kami berharap semoga laporan mini
project ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandarjaya, Januari 2019

Penulis)

3
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................…………………..i
ABSTRAK.................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................…….….iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................vii
DAFTAR TABEL……………………………………………….….……...viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................9
1.1 Latar Belakang..............................................................................10
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................12


2.1 Diabetes Mellitus..........................................................................12
2.1.1. Definisi................................................................................12
2.1.2. Etiologi......................................................………,….........12
2.1.3. Epidemiologi…...……...…….............................................13
2.1.4. Faktor Resiko .....................................................................14
2.1.5. Klasifikasi………………...................................................14
2.1.6. Patofisiologi…………........................................................15
2.1.7. Manifestasi Klinis..............................................................15

4
2.1.8. Diagnosa.............................................................................16
2.1.9. Penatalaksanaan.................................................................17
2.1.10. Komplikasi.......................................................................19
2.2. Diet Pasien Diabetes Mellitus.....................................................19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL......25


3.1 Kerangka Konsep Penelitian........................................................25
3.2 Defenisi Operasional....................................................................25
BAB 4 METODE PENELITIAN...............................................................27
4.1 Jenis Penelitian............................................................................27
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian.......................................................28
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................28
4.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................29
4.5 Pengolahan dan Analisa Data.......................................................30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 31


5.1 Hasil Penelitian............................................................................ 31
5.2. Pembahasan................................................................................. 32
5.2.1. Tingkat Pengetahuan Responden...................................... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 34


6.1. Kesimpulan................................................................................. 34
6.2. Saran............................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 35

LAMPIRAN

5
DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Kerangka konsep Pengetahuan Diet pasien DM 25


& Komplikasi

DAFTAR TABEL

Halaman
5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 31
5.2 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur 31
5.3 Pecahan berdasarkan kategori tingkat pengetahuan diet
pasien Diabetes 31
5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden 31

6
DAFTAR LAMPIRAN

1. Inform consent

2. Materi penyuluhan

3. Kuesioner

4. Dokumentasi ketika penyuluhan dan pengambilan data

7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang


ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah
(hiperglikemia) yang diakibatkan oleh kelainan dalam sekresi insulin, aksi
insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004. Penyakit
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan
upaya penanganan yang tepat dan serius karena dapat menimbulkan
komplikasi akut maupun kronik.

Komplikasi akut yang dapat timbul meliputi koma hipoglikemia,


ketoasidosis, koma hiperosmolar non-ketotik, dan komplikasi kronik seperti:
gagal jantung, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf (Suyono 2006).
Berbagai tingkatan penyakit vaskuler perifer (Peripheral Vascular Disease
[PVD]), atau komplikasi metabolik dari DM pada ekstremitas
bawah,ulserasi kaki merupakan penyakit yang serius dari DM yang dapat
mengakibatkan kecacatan dan kemungkinan amputasi pada kaki yang
bersangkutan, serta dapat menimbulkan kematian.

Untuk dapat menghindari atau meminimalisirkan komplikasi itu sendiri


diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai DM dan penanganan yang
tepat. Dalam pengelolaan atau penanganan DM dikenal 4 pilar utama
pengelolaan yaitu: edukasi, perencanaan makanan, aktivitas fisik (olahraga)
dan intervensi farmakologis (PERKENI, 2006). Dengan pengelolahan ke-
empat komponen tersebut bertujuan agar tidak terjadi komplikasi yang
berujung pada kematian pada penderita DM.

8
Dengan banyaknya kasus DM dengan kontrol yang kurang baik, maka
penyuluhan haruslah ditingkatkan hingga ke tahap maksimum agar penderita
dapat mengelakkan diri dari komplikasi akut DM. Oleh sebab hal ini, saya
tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang komplikasi akut pasien
DM dikalangan peserta prolanis Puskesmas Bandar Jaya, Lampung Tengah.

1.2. Perumusan Masalah


Sejauh manakah tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus terhadap diet
serta komplikasi diabetes mellitus di Puskesmas Bandarjaya, Lampung Tengah
tahun 2019.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 . Tujuan Umum


Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Terhadap
Diet Serta Komplikasi Diabetes Mellitus di Puskesmas Bandarjaya, Lampung Utara
tahun 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus


Untuk mengetahui angka pengunjung pada senam rutin prolanis di
Puskesmas Bandar Jaya, Lampung Tengah.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Untuk Masyarakat


Hasil mini project ini dapat dipakai sebagai tolak ukur terhadap keberhasilan
tenaga kesehatan sebagai mediator informasi kepada masyarakat mengenai diet
serta komplikasi diabetes mellitus.
1.4.2 Untuk Institusi / Puskesmas
Hasil mini project ini dapat dipakai sebagai alat ukur untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pengetahuan pengunjung tentang diet serta komplikasi diabetes
9
mellitus. Jika hasil yang diperoleh kurang memuaskan, maka strategi untuk
meningkatkan kuantitas penyuluhan perlu dilaksanakan.

1.4.3 Untuk Peneliti Lain


Dapat dipakai sebagai sumber informasi dan rujukan untuk melakukan mini
project selanjutnya.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus

2.1.1. Definisi
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah
gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu
keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh
kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar
menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut
glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh
menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin
dengan tepat terjadilah diabetes (Setiabudi, 2008)
Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar gulanya,
obat yang di minum, atau suntikan insulin secara teratur. Meskipun begitu, penyakit
ini lama kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan komplikasi seperti
kebutaan dan stroke (Setiabudi, 2008)

2.1.2. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti tetapi
umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor
herediter memegang peranan penting.

a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)


Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille
Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya
kadar gula darah) (Bare&Suzanne,2002).
Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena
itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya
11
coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya
mempunyai peranan dalam terjadinya DM ( Bare & Suzanne, 2002). Dapat pula
akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata
pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit
ini (Bare & Suzanne, 2002)

b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)


Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya
NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan
bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien
NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk
metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan
insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau
mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat
keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM
adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan sekunder berupa program
penurunan berat badan, olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat
dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda atau gejala
yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis
dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal, memiliki
riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah
( Bare & Suzanne, 2002)

2.1.3. Epidemologi
Menurut data terkini dari International Diabetes Federation (IDF), seramai
285 juta orang di seluruh dunia menghidap diabetes. Angka ini dikemukakan pada
20th World Diabetes Congress di Montreal, Canada. Hanya di asia tenggara sahaja
seramai 59 juta orang menghidap diabetes. Daripada jumlah itu Indonesia
merupakan salah satu negara dengan kasus diabetes yang paling tinggi yaitu
seramai 7 juta orang (International Diabetes Federation, 2008)

12
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus (DM).
Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia serta
pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat kejadian
penyakit diabetes mellitus (DM) akan makin meningkat. Penyakit ini dapat
menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Dari berbagai penelitian
epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi sebesar 1,5-2,3 % pada
penduduk usia lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di Manado
didapatkan prevalensi 6,1 %. Penelitian di Jakarta pada tahun 1993 menunjukkan
prevalensi 5,7% (Hiswani, 2001).
Melihat pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan pada tahun 2020
nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan
asumsi prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 2 %, akan didapatkan 3,56 juta pasien
Diabetes Mellitus, suatu jumlah yang besar untuk dapat ditanggani sendiri oleh para
ahli DM (Hiswani, 2001)

2.1.4. Faktor Resiko


1. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
2. Pernah mengalami gangguan toleransi glukosa kemudian normal kembali.
3. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.

2.1.5. Klasifikasi
American Diabetes Association (ADA) memperkenalkan sistem klasifikasi
berbasis etiologi dan kriteria diagnosa untuk diabetes yang diperbaharui pada tahun
2010. Sistem klasifikasi ini mengelaskan tipe diabetes, antaranya :

1.Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM)


2.Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM)
3.Diabetes Autoimun Fase Laten
4.Maturity-Onset diabetes of youth
5.Lain-lain sebab.(Barclay L, 2010)
13
2.1.6. Patofisiologi
a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan
insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan
hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial (Corwin, 2000).
Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul
glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia) (Corwin, 2000).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera
makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga
efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat
mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis
(Corwin, 2000).

b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa (Corwin, 2000).
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan
maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.Namun
demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)

2.1.7. Manifestasi Klinis


a. Poliuria

14
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan
intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti
dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria) ( Bare & Suzanne, 2002).

b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel.
Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia) ( Bare &
Suzanne, 2002).

c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.
Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia) (
Bare & Suzanne, 2002).

d. Penurunan berat badan


Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan
secara otomatis (Bare & Suzanne, 2002).

2.1.8. Diagnosa
Kriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar A1c hemoglobin
(HbA1c), kadar glukosa darah sewaktu atau puasa, atau hasil dari pengujian
toleransi glukosa oral. The American Diabetes Association mendefinisikan
diabetes mempunyai dua kemungkinan yaitu pada pengukuran kadar glukosa darah
puasa,ia menunjukkan bacaan sebanyak minimal 126 mg / dL setelah puasa selama
15
8 jam. Kriteria lainnya adalah kadar glukosa darah sewaktu minimal 200 mg / dL
dengan adanya kelainan berupa poliuria, polidipsia, penurunan berat badan,
kelelahan, atau gejala karakteristik lain dari diabetes. Pengujian kadar glukosa
sewaktu dapat digunakan untuk skrining dan diagnosis, namun sensitivitas
hanyalah 39% hingga 55% (Barclay,2010).
Uji diagnostik yang utama untuk diabetes adalah tes toleransi glukosa oral,
di mana pasien akan diminta untuk berpuasa selama 8 jam dan kemudian ditambah
dengan beban 75 g glukosa. Diagnosis terhadap diabetes akan ditegakkan sekiranya
kadar glukosa darah melebihi 199 mg / dL. Selain itu, kadar glukosa darah puasa
dianggap abnormal sekiranya berkisar antara 140-199 mg / dL selepas 2 jam
mengambil beban glukosa. American Diabetes Association mendefinisikan
terdapat gangguan pada kadar glukosa darah puasa sekiranya KGD diantara 100-
125 mg / dL (Barclay,2010).
Pengujian tingkat HbA1c, yang tidak memerlukan puasa sangat berguna
baik untuk diagnosis atau skrining. Diabetes dapat didiagnosa sekiranya kadar
HbA1c adalah minimum 6,5% pada 2 pemeriksaan yang terpisah. Antara
keterbatasannya adalan, mempunyai uji sensitivitas yang rendah dan terdapat
perbedaan pada interpretasi mengikut ras, ada tidaknya anemia, danpada
penggunaan obat-obatan yang tertentu ( Barclay L,2010).

2.1.9. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha,
antaranya:

a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik
yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
16
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 % (Iwan S, 2010).

b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta
(Iwan S, 2010).

c. Obat Hipoglikemik :

1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.Klorpropamid kurang
dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena resiko hipoglikema
yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai untuk
pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal (Iwan S, 2010).

2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.Sebagai obat tunggal
dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih (IMT 27-30)
dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea (Iwan S, 2010).

3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :

17
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam
keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis (Bare & Suzanne,
2002).

b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet


(perencanaan makanan) (Bare & Suzanne, 2002).

c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif


maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan
dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila
sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak
tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin (Bare & Suzanne, 2002).

d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk


mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan
dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya,
yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan
psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari
asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002).

2.1.10. Komplikasi
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah
kaki, saraf, dan lain-lain (Iwan S, 2010).

2.2. Diet Pasien Diabetes Mellitus


Penyakit Diabetes Mellitus (DM) ini terjadi akibat terjadinya gangguan
mekanisme kerja hormon insulin, sehingga gula darah yang ada di dalam tubuh
18
tidak dapat dinetralisir. Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam terjadinya
Diabetes Mellitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang merupakan
petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraan perorangan, memperbesar
kemungkinan manifestasi DM, terutama pada mereka yang memang dilahrikan
dengan bakat tersebut. Pada keadaan yang demikian gejala DM dapat di atasi
dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh
dengan masukan zat gizi melalui makanan ( Hiswani, 2010).
Program perbaikan gizi di Indonesia, diarahkan pada peningkatan kuantitas dan
kualitas makanan. Belum adanya pedoman yang nyata akan taraf gizi yang
dianggap optimal membuka peluang terjadinya gizi lebih dan yang diketahui
cenderung lebih mudah jatuh dalam Diabetes Mellitus. Disamping itu, usaha
diversifikasi menu makanan rakyat, perlu diimbangi dengan kegiatan-kegiatan lain
untuk membebaskan bahan makanan yang potensial untuk dimakan dari racun yang
dapat merugikan pertumbuhan jaringan dalam tubuh manusia ( Hiswani, 2010).
Di negara maju DM termasuk dalam kelompok 5 penyebab utama kematian.
Indonesia sebagai negara luas dengan jumlah penduduk menempati urutan ke empat
terbesar di dunia sedang berkembang menuju taraf yang lebih maju. Tak dapat
dipungkiri bahwa pada suatu saat DM akan menjadi penyebab kematian yang
penting seperti halnya dengan negara maju yang lain, apabila tidak ada upaya
pencegahannya yang terarah ( Hiswani, 2010).
Kemajuan suatu daerah antara lain ditandai oleh peningkatan daya beli serta
perubahan gaya hidup masyarakat yang bersangkutan. Kemudahan-kemudahan
dalam memperoleh bahan makanan yang memenuhi selera akan mempercepat
terjadinya ketidak-seimbangan antara masukan zat gizi melalui makanan dengan
jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup sehat ( Hiswani, 2010).
Sesuai dengan klasifikasinya, penanganan NIDDM tidak memerlukan insulin.
Dengan pengaturan kembali keseimbangan antara masukan zat gizi terhadap
kebutuhan dan kemampuan jaringan tubuh, gejala DM akan teratasi. Pada orang
dewasa, makanan yang mana membekalkan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Kebutuhan makanan yang harus dimakan umumnya disesuaikan dengan jumlah
tenaga yang harus dikeluarkan (WHO, 1974). Variasi kebutuhan enersi ini
19
dipengaruhi oleh jenis kegiatan fisik yang dilakukan, umur serta ukuran tubuh
masing-masing (Hiswani,2010).
Pemecahan lemak tubuh yang berlangsung terus menerus akan menurunkan
ukuran tubuh yang berasangkutan. Proses pembentukan cadangan dan pengurasan
cadangan dengan rentang variasi yang luas dan terjadi berulang kali suatu saat akan
tidak berlangsung dengan sempurna, sehingga timbul gejala ketidak-seimbangan
metabolisme seperti halnya pada Diabetes Mellitus ( Hiswani, 2010).
Zimmet dan King (1984) dalam penelitiannya pada masyarakat Mikronesia
mendapatkan korelasi yang kuat antara intake enersi, hidrat arang dan lemak.
Intake lemak seseorang dapat dipakai sebagai petunjuk terjadinya NIDDM.
Menurut peneliti penemuan ini perlu ditinjau kembali dengan penelitian lanjutan.
Interaksi antara gizi, aktivitas fisik dan ukuran tubuh bersifat kompleks, dan akan
sulit membedakan apakah mekanisme faktor yang satu lebih menonjol
dibandingkan dengan yang lain, terutama dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, bahwa perubahan gaya hidup seseorang dapat mempengaruhi
timbulnya NIDDM sudah dilaporkan oleh beberapa peneliti antara lain oleh Watkin
(1986). Untuk memastikan adanya interaksi yang sama diantara masyarakat
Indonesia perlu dilakukan pengamatan dengan cara-cara yang tidak berbeda dengan
metode yang pernah diikuti oleh pengamat sebelumnya ( Hiswani, 2010).

2.3 Kompliasi Diabetes Mellitus

a.komplikasi akut
1.Ketoasidosis diabetik
KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif
dan penningkatan hormon kontra regulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan
hormon pertumbuhan). Keadaan tersebut menyebabkan produksi glukosa hati
meningkat dan penggunaan glukosa oleh sel tubuh menurun dengan hasil akhir
hiperglikemia. Berkurangnya insulin mengakibatkan aktivitas kreb cycle menurun,
asetil Ko-A dan Ko-A bebas akan meningkat dan asetoasetil asid yang tidak dapat
diteruskan dalam kreb cycle tersebut juga meningkat. Bahan-bahan energi dari
20
lemak yang kemudian di oksidasi untuk menjadi sumber energi akibat sinyaling sel
yang kekurangan glukosa akan mengakibatkan end produk berupa benda keton
yang bersifat asam. Disamping itu glukoneogenesis dari protein dengan asam amino
yang mempunyai ketogenic effect menambah beratnya KAD. Kriteria diagnosis
KAD adalah GDS > 250 mg/dl, pH <7,35, HCO3 rendah, anion gap tinggi dan keton
serum (+). Biasanya didahului gejala berupa anorexia, nausea, muntah, sakit perut,
sakit dada dan menjadi tanda khas adalah pernapasan kussmaul dan berbau aseton.

2.Koma Hiperosmolar Non Ketotik


Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan gula darah lebih besar dari 600 mg%
tanpa ketosis yang berartidan osmolaritas plasma melebihi 350 mosm. Keadaan ini
jarang mengenai anak-anak, usia muda atau diabetes tipe non insulin dependen
karena pada keadaan ini pasien akan jatuh kedalam kondisi KAD, sedang pada DM
tipe 2 dimana kadar insulin darah nya masih cukup untuk mencegah lipolisis tetapi
tidak dapat mencegah keadaan hiperglikemia sehingga tidak timbul hiperketonemia

3.Hipoglikemia
Ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg% tanpa gejala klinis
atau GDS < 80 mg% dengan gejala klinis. Dimulai dari stadium parasimpatik: lapar,
mual, tekanan darah turun. Stadium gangguan otak ringan : lemah lesu, sulit bicara
gangguan kognitif sementara. Stadium simpatik, gejala adrenergik yaitukeringat
dingin pada muka, bibir dan gemetar dada berdebar-debar. Stadium gangguan otak
berat, gejala neuroglikopenik : pusing, gelisah, penurunan kesadaran dengan atau
tanpa kejang.

b.Komplikasi menahun
1.Mikroangiopati
Terjadi pada kapiler arteriol karena disfungsi endotel dan trombosis

•Retinopati Diabetik
retinopati diabetik nonproliferatif, karena hiperpermeabilitas dan inkompetens
vasa. Kapiler membentuk kantung-kantung kecil menonjol seperti titik-titik

21
mikroaneurisma dan vena retina mengalami dilatasi dan berkelok-kelok.
Bahayanya dapat terjadi perdarahan disetiap lapisan retina. Rusaknya sawar retina
darah bagian dalam pada endotel retina menyebabkan kebocoran cairan dan
konstituen plasma ke dalam retina dan sekitarnya menyebabkan edema yang
membuat gangguan pandang. Dianjurkan penyandang diabetes memeriksakan
matanya 3 tahun sekali sebelum timbulnya gejala dan setiap tahun bila sudah mulai
ada kerusakan mikro untuk mencegah kebutaan. Faktor utama adalah gula darah
yang terkontrol memperlambat progresivitas kerusakan retina.

•Nefropati Diabetik
Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24 jam atau > 200 ig/menit pada
minimal 2x pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan. Berlanjut menjadi proteinuria
akibat hiperfiltrasi patogenik kerusakan ginjal pada tingkat glomerulus. Akibat
glikasi nonenzimatik dan AGE, advanced glication product yang ireversible dan
menyebabkan hipertrofi sel dan kemoatraktan mononuklear serta inhibisi sintesis
nitric oxide sebagai vasadilator, terjadi peningkatan tekanan intraglomerulus dan
bila terjadi terus menerus dan inflamasi kronik, nefritis yang reversible akan
berubah menjadi nefropati dimana terjadi keruakan menetap dan berkembang
menjadi chronic kidney disease.9

•Neuropati diabetik
Yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya
sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang
sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri dan lebih terasa sakit di
malam hari. Setelah diangnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan
skrining untuk mendeteksi adanya polineuropati distal dengan pemeriksaan
neurologi sederhana, dengan monofilamen 10 gram, dilakukan sedikitnya setiap
tahun.6

2.Makroangiopati
•Pembuluh darah jantung atau koroner dan otak

22
Kewaspadaan kemungkinan terjadinya PJK dan stroke harus ditingkatkan terutama
untuk mereka yang mempunyai resiko tinggi seperti riwayata keluarga PJK atau
DM

•Pembuluh darah tepi


Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes, biasanya terjadi
dengan gejala tipikal intermiten atau klaudikasio, meskipun sering anpa gejala.
Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama muncul.

23
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan tujuan dilakukannya mini project ini, maka kerangka konsep yang
diajukan adalah sebagai berikut.

Pasien yang mengikuti senam


Kesadaran mengenai
prolanis di Puskesmas
diet serta komplikasi
Bandarjaya, Lampung
diabetes mellitus.
Tengah pada tanggal 9 dan
16 Januari 2019

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional


Judul Mini Project: Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Terhadap
Komplikasi Akut Diabetes Mellitus di Puskesmas Bandar Jaya.
 Definisi Operasional :
 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tentang penyakit dan
komplikasi diabetes mellitus oleh peserta prolanis.
 Komplikasi akut adalah suatu keadaan perburukan kondisi penyakit yang
dialami oleh pasien DM yang terjadi secara tiba-tiba.
 Peserta prolanis adalah semua laki-laki dan perempuan yang tergabung pada
klub prolanis di Puskesmas Bandar Jaya.
 Cara Ukur : Angket
 Alat Ukur: Kuesioner, diajukan sebanyak 4 pertanyaan dengan 3 pilihan
jawaban:
Jawaban yang benar diberi skor 2
24
Jawaban yang tidak pasti diberi skor 1
Jawaban yang salah diberi skor 0
 Kategori : Pengukuran “tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus terhadap
komplikasi akut diabetes mellitus” menggunakan skala pengukuran Pratomo
(1966) yang terbagi menjadi tiga kategori yaitu:
- Pengetahuan baik apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari
nilai tertinggi.
- Pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar antara 40% sampai
75% dari nilai tertinggi.
- Pengetahuan kurang apabila jawaban responden benar kurang dari 40%
dari nilai tertinggi.
Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan
sistem skoring, yaitu:
 Skor 6 hingga 8 : Baik
 Skor 3 hingga 5 : Sedang
 Skor dibawah 3: Kurang

 Skala pengukuran : Ordinal

25
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada mini project ini adalah penelitian survei
deskriptif dengan desain cross sectional dimana penelitian ini akan
menggambarkan tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien prolanis hadir pada
senam rutin prolanis di Puskesmas Bandarjaya, Lampung Tengah tentang diet DM
serta komplikasinya.
Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau
menguraikan suatu keadaan di dalam komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo,
2005).
Menurut Sastroasmoro (1995) penelitian cross sectional merupakan penelitian
dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat. Satu
saat di sini artinya setiap subjek hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran
variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian


Untuk waktu pelaksanaan, mini project ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu,
(1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan dan (3) tahap penyelesaian.
Tahap persiapan merupakan tahap proses pencarian daftar pustaka,
pemberian materi penyuluhan, dan penentuan kriteria sampel serta perizinan. Tahap
ini dilakukan pada bulan Desember 2018. Selanjutnya tahap pelaksanaan yang
meliputi pengambilan dan pengolahan data pada tanggal 9 Januari 2019. Tahap
terakhir adalah tahap penyelesaian yang meliputi penulisan dan presentasi hasil
mini project. Tahap ini dilakukan pada akhir bulan Januari 2019.
26
4.2.2. Tempat Penelitian
Mini project ini dilakukan di Aula Puskesmas Bandarjaya yang beralamat di
Jalan Soekarno-Hatta No.5, Kelurahan Tanjung Aman, Kecamatan Kotabumi
Selatan, Kabupaten Lampung Utara. Puskesmas ini sangat mudah diakses oleh
masyarakat karena berada di lokasi yang strategis.
Cakupan wilayah kerja puskesmas ini terdiri dari tiga buah kelurahan dan
lima buah desa. Kelurahan yang dimaksud yaitu Kelurahan Tanjung Aman,
Kelurahan Tanjung Harapan, dan Kelurahan Kota Alam. Sedangkan desa yang
dimaksud yaitu Desa Mulang Maya, Desa Bandar Putih, Desa Karang Agung, Desa
Sinar Mas Alam, dan Desa Alam Jaya. Kelima desa tersebut memiliki puskesmas
pembantu (pustu) yang diberi nama sesuai dengan nama desa yang bersangkutan.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus laki-laki dan
perempuan yang hadir dalam pertemuan rutin bulanan klub Persatuan Pasien
Diabetes Mellitus (PPDM) Puskesmas Bandarjaya, Lampung Utara.

4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).
Untuk mendapatkan sampel, dapat digunakan teknik random sampling (sampel
acak). Sampel acak digunakan apabila populasi sampel yang diambil merupakan
populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri dan semua subjek mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Kriteria inklusif
1) Seluruh pasien diabetes mellitus yang hadir dalam pertemuan rutin bulanan
klub Persatuan Pasien Diabetes Mellitus (PPDM) Puskesmas Bandarjaya,
Lampung Utara pada tanggal yang ditentukan.
2) Pasien yang mengikuti seluruh materi penyuluhan mengenai diet dan
komplikasi diabetes mellitus.
27
Kriteria ekslusif
1) Pasien yang telah mengalami komplikasi diabetes mellitus berupa ulkus
tungkai, retinopati diabetikum, gagal ginjal, dan gagal jantung.
2) Pasien diabetes mellitus yang menggunakan insulin.
3) Pasien diabetes mellitus yang tidak mengikuti seluruh materi penyuluhan.
Dalam mini project ini, penulis menggunakan metode total sampling dimana
setiap anggota yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. (Notoatmodjo, 2005).

4.4 Teknik Pengumpulan Data


4.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi kepustakaan dan metode angket.

1. Metode Dokumentasi
Data-data yang berhubungan dengan variabel mini project ini dicari dan
dikumpulkan sebagai tinjauan pustaka. Sumber tinjauan pustaka dapat diperoleh
melalui buku, jurnal, artikel, dan lain-lain. Selanjutnya, dokumen-dokumen
tersebut digunakan sebagai data sekunder pada bagian pembahasan. (Arikunto,
2006).

2. Metode Angket
Mini project ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui
angket/kuesioner yang akan diisi langsung oleh responden. Kuesioner tersebut
disertai dengan pilihan jawaban dimana pertanyan-pertanyaan disusun secara tegas,
definitif, terbatas dan konkret. (Notoatmodjo, 2005) Pertanyaan yang diajukan
seputar diet serta komplikasi diabetes mellitus sebanyak lima belas pertanyaan.

4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas


Berdasarkan Notoatmodjo (2005), untuk menguji ketepatan kuesioner yang
akan digunakan harus dilakukan uji coba paling sedikit pada 20 orang responden
28
yang karakterisitknya yang mirip dengan sampel penelitian. Hasil uji coba tersebut
kemudian digunakan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner yang telah disusun
tadi memiliki validitas dan reliabilitas. Setelah diperoleh skor tiap pertanyaan,
dilakukan penghitungan kolerasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan
skor total.
Pada mini project ini, pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner
yang sebelumnya telah digunakan pada penelitian Baran Palanimuthu dengan judul
“Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus Serta Komplikasinya di Poli
Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan
2010”. (Palanimuthu, 2010)
Pada penelitian tersebut, uji validitas dan reliabilitas sudah dilakukan untuk
keseluruhan pertanyaan. Hasil dari kedua uji tersebut menyatakan bahwa kelima
belas pertanyan berstatus valid dan reliabel. Sehingga, pada pengambilan data kali
ini penulis tidak perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas lagi. (Palanimuthu,
2010).

4.5 Pengolahan dan Analisa Data


Tahapan dan prosedur analisis data yang dilakukan pada mini project ini berupa
:
1.Melakukan penyuluhan tentang diet dan komplikasi diabetes mellitus.
2.Melakukan pengambilan data dengan memberikan kuesioner kepada seluruh
responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.Memeriksa atau menyeleksi kelengkapan data kuesioner.
4.Melakukan analisa data.
Data yang terkumpul dianalisa menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) dan dipaparkan dalam bentuk naratif-deskriptif.
Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik yang berupa
distribusi frekuensi. Pada mini project ini, variabel pengetahuan berupa data
kuantitatif (skor hasil pengisian kuesioner) akan diubah menjadi data kualitatif
(baik, sedang dan kurang) dengan analisa kualitatif melalui cara induktif, yakni
pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil-hasil observasi khusus.
29
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian.

Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 30 responden
yang merupakan semua prolanis laki-laki dan perempuan yang hadir dalam senam
rutin prolanis di Puskesmas Bandarjaya pada hari Rabu 9 Januari 2019. Selanjutnya,
keseluruhan sampel dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat
pengetahuan, dan pendidikan terakhir. distribusi frekuensi sample tersebut tertera
dalam tabel dibawah ini (tabel 5.1). Selanjutnya, setiap komponen pertanyaan
dilakukan perhitungan berdasarkan jawaban benar, salah dan tidak pasti. Hasil dari
perhitungan tersebut tercantum dalam tabel 5.2 dibawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Tingkat


Pengetahuan, dan Pendidikan Terakhir

Frekuensi dan Demografi Pasien


Variabel Karakteristik N (30) %
Jenis Kelamin Pria 8 27%
Wanita 22 73%
Umur (tahun) 21-30 0 0
31-40 0 0
41-50 6 20%
51-60 13 43,3%
61-70 9 30%
71-80 2 6,7%
Tingkat Pengetahuan Baik 9 30%
Sedang 16 53%
Kurang 5 16%

Tidak Sekolah 1 3,3%


Pendidikan Terakhir
SD 14 46,7%
SMP 5 16,6%
SMA 8 26,7%
Sarjana 2 6,7%

30
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Pertanyaan
NO PERTANYAAN JAWABAN
BENAR TIDAK SALAH
PASTI

F % F % F %
1. Menurut Anda, dimana tempat 19 62 0 0 11 36
BAB yang tepat?

2. Apa usaha yang dapat dilakukan 4 14 9 30 17 56


untuk memutus rantai penularan
penyakit dari tinja?

3. Apakah yang Anda ketahui 16 53 4 14 10 33


tentang syarat-syarat jamban yang
sehat?
4. Menurut Saudara, bagaimana ciri- 11 36 3 10 16 53
ciri air yang tidak memenuhi
syarat kesehatan untuk
dikonsumsi)

5. Jika ada warga sekitar yang masih


BAB sembarangan apakah yang
akan anda lakukan?

6. Apakah Anda sudah mengetahui


tentang septic tank khusus daerah
pesisir, Bio Septic Tank?

7. Apakah anda tahu apa saja


kelebihan dari Bio Septic Tank

8. Apakah yang merupakan


kekurangan dari Bio Septic Tank?

9. Apakah Anda memiliki keinginan


mempunyai Bio Septic Tank di
rumah Anda?

10. Apakah Anda mau dan mampu


untuk membeli Bio Septic Tank
dengan harga kisaran 3jt - 4jt

31
32
33
5.2. Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan Responden

Sebanyak 19 orang responden dengan persentase 62% masih berpendapat


memakan terlalu banyak gula (glukosa) merupakan faktor utama DM dan hanya 11
orang atau 36% dari responden tidak menyetujui pernyataan tersebut. Sebenarnya,
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh

34
kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar
menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut
glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh
menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin
dengan tepat terjadilah diabetes. (Setiabudi, 2008)

Sekitar 56% atau 17 responden berpendapat bahwa jus buahan yang tidak
dicampur gula tidak akan menaikkan kadar glukosa darah. Ini merupakan suatu
mitos di kalangan masyarakat karena kebanyakan pasien DM akan meminum jus
buahan yang tidak dicampur gula dengan alasan ia tidak akan menaikkan kadar
glukosa darah, sebaliknya jus dari buah tersebut secara alami mengandungi gula
sukrosa yang boleh menaikkan kadar gula darah.

Sebanyak 16 orang responden dengan persentase 53% berpendapat mie instan


mempunyai kadar kalori lebih tinggi daripada semangkok nasi. Pada beberapa
penelitian satu porsi mie instan 70 gram mengandung 370 kalori. Sedangkan
dengan berat yang sama, nasi putih hanya mengandung 91 kalori. Dengan kata lain,
kandungan mie instant memiiki kalori empat kali lebih banyak dari nasi putih.

Sekitar 36 % atau 11 responden berpendapat bahwa pasien diabetes mellitus


dianjurkan meminum minuman penambah energi. Dibuktikan dari beberapa
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, minuman olahraga akan
meningkatkan kadar glukosa darah penderita diabetes maupun non-diabetes.

35
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan


bahwa :

Berdasarkan penelitian ini, sebanyak 16 responden mempunyai tingkat


pengetahuan yang sedang mengenai diet serta komplikasi diabetes mellitus.
Kelompok ini merupakan kelompok terbesar dari jumlah sampel dengan persentase
sebanyak 53%.

Sebanyak 9 orang responden dengan persentase 30% mempunyai tingkat


pengetahuan yang baik mengenai diet pasien DM, kelompok ini merupakan
kelompok kedua terbesar dari total sampel.

Sisanya, hanya 16% dari total responden mempunyai tingkat pengetahuan


yang kurang mengenai diet pasien diabetes. Ini merupakan kelompok terkecil dari
keseluruhan jumlah sampel dengan bilangan hanya 5 orang saja.

6.2. Saran

36
1. Pengetahuan mayoritas sampel dalam mini project ini masih dalam kategori
sedang. Maka, program-program penyuluhan perlu ditingkatkan lagi kepada
anggota prolanis di Puskesmas Bandarjaya.
2. Semua petugas kesehatan di bagian gizi harus bekerja sama meningkatkan
pelayanan dalam memberikan informasi dan program diet pada pasien dengan
diabetes mellitus.
3. Dokter definitive maupun dokter internsip harus menjelaskan kepada pasien
segala kemungkinan efek yang dapat timbul sebagai komplikasi dari DM. Hal
ini dapat membantu pasien supaya lebih memahami kepentingan control gula
secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association). 2004. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care. 27 (1) : S5-10

ADA (American Diabetes Association). 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care. 33 (Suppl) : S62-9

Barclay L, 2010. Diabetes Diagnosis & Screening Criteria Reviewed. Available from :
http://www. medscape.com. [Accessed 14 April 2010]

Bajaj. JS,1983. Malnutrition Diabetes-Pre Federation Post Graduate Course on Diabetes


Mellitus in General Medicine, Bangkok.

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC
Jakarta.

Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Haznam, MW. 1996. Kepatuhan Berobat pada Diabetes Mellitus. Sub. Unit.
Endokrinologi, Laboratorium/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad / RSHS
Bandung. Dalam: Siregar, R. 2004. Pengaruh Penyuluhan Gizi. Fakultas Kedokteran
Masyarakat Universitas Indonesia.

Hiswani, 2001. Penyuluhan Kesehatan pada penderita Diabetes Mellitus. USU


Repository, 2006. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-
hiswani3.pdf. [Accessed 15 April 2010]

Hiswani,2010. Peranan gizi dalam Diabetes Mellitus. USU Repository, 2006. Available
from: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani4.pdf. [Accessed 15 April
2010]

37
International Diabetes Federation, 2008 : Latest diabetes figures paint grim global
picture. Available from: http://www.idf.org/latest-diabetes-figures-paint-grim-global-
picture. [Accessed 12 April 2010]

International Diabetes Institute, 2004 : Hypoglycemia fact sheet. Available from :


http://www.diabetes.com.au/pdf/Hypoglycemia.pdf [Accessed 15 May 2010]

Iwan S, 2010. Askep Klien dengan gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Mellitus.
Available from: http://ahmadyozi.blogspot.com/2010/01/askep-klien-dengan-
gangguan-sistem.html. [Accessed 15 April 2010]

Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 79-
92, 112-115, 117-136.

Pranadji DK. 1997. Perencanaan Menu untuk Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sastroasmoro, S., Gatot, D., Kadri, N., Pujiarto, P.S, 2008 Usulan Penelitian. Dalam :
Sastroasmoro, S., Ismael, S., Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ketiga.
Jakarta : Sagung Seto. 46-51

Setiabudi, 2008. Referensi Kesehatan-Diabetes Melitus. Available from:


http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetes-melitus/ [Accessed 10 April 2010]

Waspada Online, 2009. Medan, Terbanyak Penderita Diabetes. Available from:


http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=71175:-
medan-terbanyak-penderita-diabetes&catid=14:medan&Itemid=27 [Accessed 2 April
2010]

WHO 1974. Handbook of human nutritional requirements. WHO monograph series 61,
Geneva.
Xinhua, 2007. Indonesia Ranks 4th in Terms of Diabetes Sufferers, English People Daily
Online. Available from: http://english.people.com.cn/90001/90782/6214592.html
[Accessed 2 April 2010]

Yaspelkis, Ben B., 2006. Resistance Training Improves Insulin Signaling and Action in
Skeletal Muscle. Available from : http://journals.lww.com/acsm-
essr/Abstract/2006/01000/Resistance_Training_Improves_Insulin_Signaling_and.9.a
spx [Accessed 10 April 2010]

38
LAMPIRAN
SURAT PERNYATAAN
PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

Setelah membaca/mendapatkan penjelasan dan saya memahami sepenuhnya


tentang penelitian ini
Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Peserta Prolanis terhadap diet
DM di Puskesmas Bandar Jaya.
Name Internsip : dr. Danar Fahmi Sudarsono
Jenis Penelitian : Deskriptif dengan pendekatan cross sectional
Lokasi Penelitian : Aula Puskesmas Bandar Jaya, Lampung Tengah

Institusi yang melakukan Penelitian : Puskesmas Bandar Jaya

Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti dalam penelitian,


BandarJaya, ....................2019
39
( ____________________ )
Nama dan tanda tangan

Lampiran 2

KUISIONER
DIABETES MELITUS

Identitas
Nama:
Usia:
Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan (lingkari jawaban)
Pendidikan terakhir: Tidak sekolah/ SD/ SMP/ SMA/ Diploma/ Sarjana/ lain-lain
(lingkari jawaban)
Pekerjaan:
Alamat: Desa……………………………….
Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus
1. Memakan terlalu banyak gula (glukosa) merupakan faktor utama
Diabetes Mellitus
a . YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
2. Diabetes Mellitus bisa menyebabkan ketajaman penglihatan berkurang .
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
3. Penyakit Diabetes Mellitus sudah pasti bisa diobati.
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
4. Jika anda mengambil insulin pada pagi hari tetapi tidak memakan sarapan
kadar gula darah anda akan menurun

40
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
5. Jus buahan yang tidak dicampur gula akan menaikkan kadar gula
darah.
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
6. Diabetes Mellitus adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk
mempertahankan gula tubuh (glukosa) dari urine.
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
7. Diabetes Mellitus merupakan faktor utama yang menyebabkan badan
seseorang penderita sangat penat walaupun hanya melakukan kerja yang
ringan
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
8. Tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita Diabetes Mellitus
adalah dengan periksa urine
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
9. Melakukan pemeriksaan kadar gula darah minimal 1 kali dalam sebulan di
poliklinik ?
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
10. Membandingkan perbedaan target kadar gula darah dulu dan sekarang ?
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
11. Memonitor target gula darah sesuai target yang ingin dicapai ?
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
12. Ketika berat badan Anda tiba-tiba turun/naik dengan drastis, apakah Anda
melakukan pemeriksa kadar gula darah?
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
13. Disaat Anda sering berada dalam kondisi lemas, apakah Anda segera
melakukan pemeriksaan kadar gula darah?
a. YA
b. TIDAK
41
c. TIDAK PASTI
14. Melakukan pengecekan kadar gula darah mandiri bila dirasakan tanda-
tanda peningkatan atau penurunan kadar gula darah ?
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
15. Mencari bantuan ke pelayanan kesehatan bila hasil pengecekan kadar gula
darah tinggi atau rendah ?
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
16. Insulin merupakan hormone utama yang mengatur kadar gula darah.
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
17. Kekurangan insulin atau penurunan dari kerja insulin menyebabkan kadar
gula darah naik (Diabetes Mellitus)
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
18. Makanan cepat saji (seperti Mie Instant) mempunyai kalori yang
lebih tinggi jika disbanding dengan semangkok nasi.
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
19. Pasien Diabetes Mellitus dianjurkan meminum minuman penambah
energi (e.gminumanisotonik).
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
20. Berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau
obat-obatan insulin sehari-hari
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
21. Menggeletar (shaking) dan berkeringat merupakan tanda peningkatan
kadar gula darah.
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
22. Selalu BAK dan dahaga merupakan tanda dari kadar gula darah yang
rendah.
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI

42
23. Kadar gula darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan penurunan
kesadaran?
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
24. Hipoglikemia adalah kadar gula darah yang rendah di bawah normal?
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
25. Lemas, berkeringat, kebingungan, dan nyeri kepala merupakan tanda kadar
gula darah yang rendah?
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
26. Pemakaian insulin dan obat diabetes yang berlebihan dapat menyebabkan
penurunan kadar gula darah dengan cepat?
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
27. Diabetes mellitus menyebabkan luka sulit sembuh
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
28. Mati rasa pada kulit tidak mungkin disebabkan oleh kerusakan saraf akibat
diabetes mellitus
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
29. Kerusakan ginjal akibat diabetes mellitus mengakibatkan penderita harus
menjalani cuci darah rutin
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
30. Diabetes mellitus tidak dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner
a. YA
b. TIDAK
c. TIDAK PASTI
S

43

You might also like