You are on page 1of 26

BAB I

PENGARUH BATAS UKUR TERHADAP HASIL PENGUKURAN

I.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh batas ukur terhadap
hasil pengukuran.
2. Dapat mempergunakan alat ukur Amperemeter dan
Voltmeter dengan benar.

I.2 Alat – Alat Yang Dipergunakan :


1. Kit praktikum 1 buah
2. Voltmeter High Impedansi 1 buah
3. Amperemeter Low Impedansi 1 buah
4. Kabel konektor 12 buah
5. Lampu 5 Watt/220 Volt - 240 Volt 1 buah
6. Lampu 10 Watt/220 Volt - 240 Volt 2 buah
7. Lampu 15 Watt/220 Volt - 240 Volt 1 buah
8. Lampu 25 Watt/220 Volt - 240 Volt 1 buah
9. Lampu 40 Watt/220 Volt - 240 Volt 1 buah
10. Lampu 60 Watt/220 Volt - 240 Volt 1 buah
11. Lampu 100 Watt/220 Volt - 240 Volt 3 buah
12. Meja Bench Top Console 1 buah

I.3 Dasar Teori


Besaran listrik seperti arus, tegangan dan sebagainya, tidak dapat secara
langsung kita tanggapi dengan panca indera kita. Untuk memungkinkan
pengukuran, maka besaran listrik ditransformasikan melalui suatu phenomena
fisis yang akan memungkinkan pengamatan melalui panca indera kita. Besaran
listrik seperti arus, ditransformasikan melalui suatu phenomena fisis kedalam
besaran mekanis, dimana perubahan tersebut bisa merupakan suatu rotasi melalui
sumbu tertentu. Besar sudut rotasi tersebut berhubungan langsung dengan besaran
listrik yang akan kita amati, sehingga dengan demikian maka pengukuran
dikembalikan menjadi ukuran besaran listrik yang ingin diukur.
Yang dimaksud dengan alat pengukur adalah alat yang untuk
memungkinkan mengamati besaran listnk yang akan diukur, yang secara jelas
mentransformasikan besaran listrik pada skala yang tertentu, alat ukur jenis ini
disebut alat penunjuk. Ada beberapa jenis alat penunjuk listrik, seperti jenis
kumparan putar yang bekerja akibat adanya gaya elektromagnetik antara medan
magnet suatu magnet tetap dan arus, sedangkan untuk jenis penyearah
menggunakan prinsip kerja kombinasi suatu pengubah memakai penyearah semi
konduktor dan suatu alat ukur jenis kumparan putar dan jenis yang lainnya masih
banyak lagi.
Secara umum, yang paling banyak digunakan adalah jenis kumparan putar
yang pada dasarnya pada alat ukur jenis ini, gerakan jarum alat ukur disebabkan
oleh adanya interaksi antara arus listnk yang diukur dan medan magnet, dimana
interaksi antara arus listrik yang mengalir dalam kumparan dan medan magnet
memungkinkan dikonstruksi alat ukur besaran listrik tersebut.
Prinsip dan gerakan alat ukur adalah adanya momen gerak yang besarnya :
T=BIL …………………..…………….……...(1.1)
yang merupakan momen simpangan kumparan yang dialiri arus listrik dalam
medan magnet.
Gambar 1.1 Konstruksi alat ukur kumparan putar

Dari gambar 1.1, terlihat bahwa induksi magnet ditimbulkan oleh medan
Y
+
F
X’ cermin

A D

B C
U S
pegas
X
-
Y’

magnet permanen, arah induksi magnet dan kutub U ke kutub S, sehingga kawat
kumparan dalam daerah CD akan mengalami gaya ke arah X, sedangkan kawat
dalam daerah AB akan mengalami gaya kearah X, dimana kedua gaya tersebut
sama besamya dan arahnya berlawanan dan tidak dalam satu garis kerja, sehingga
membentuk suatu momen yang akan memutar kumparan dengan besar momen
kopel. Gerak kumparan ini akan ditentang oleh torsi yang ditimbulkan oleh
konduktor F yang berupa pita tipis, sehingga simpangan kumparan akan dibatasi
oleh torsi yang ditimbulkan oleh F, dan besamya simpangan kumparan ini akan
sebanding dengan kuat arus yang melewatinya.
Kuat arus yang melewati kumparan akan mempengaruhi ketepatan
pengukuran, yang berkaitan dengan kepekaan alat ukur itu sendiri (Current
Sensitivity of Measurement Device) yaitu besar arus dalam kumparan alat ukur
yang dapat menimbulkan simpangan satu cahaya yang dipantulkan cermin besar
satu milimeter pada jarak 1 meter dari alat ukur, dimana momen penggerak ini
hanya ditentukan oleh besarnya arus dan tidak tergantung sudut putar dari jarum
penunjuk, maka bila sudut perputaran dan penunjuk dalam keadaan keseimbangan
antara momen penggerak dan momen pengontrol maka arus yang melalui alat
ukur dapat dinyatakan pada harga skala dimana penunjuk berhenti.
Pembacaan skala yang tepat dan teliti pada alat ukur dipengaruhi oleh
paralax pembaca yang juga tergantung pada pembagian skala minimal dan
besaran listrik yang akan diukur. Hal ini karena tidak mungkin menghasilkan
suatu ketelitian yang tinggi dengan mempergunakan hanya satu batas ukur yang
lebar karena akan terjadi banyak kesalahan paralax dengan cara seperti itu,
sehingga pembentukan partisi atau pembagian batas ukur kedalam range-range
yang lebih kecil dalam beberapa batas ukur akan menghasilkan suatu kesalahan
paralax yang lebih kecil sehingga kesalahan relatifnya dapat ditoleransikan
sedemikian rupa sehingga ketepatan pengukuran akan dipengaruhi oleh besaran
listrik yang akan kita ukur serta batas ukur yang kita pergunakan dalam
pengukuran.

I.3.1 Alat Ukur Listrik


Dalam melakukan pengukuran dibutuhkan alat ukur. Alat ukur listrik
adalah peralatan yang memungkinkan untuk mengamati besaran-besaran listrik,
seperti hambatan listrik (R), kuat arus listrik (I), beda potensial listrik (V), daya
listrik (P), dan lainnya. Beberapa alat ukur yang sering digunakan :
1. Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik dalam suatu
rangkaian listrik. Dalam pemakaiannya Voltmeter disusun secara paralel terhadap
letak komponen yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah
lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam
sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anode
sedangkan yang di tengah sebagai katode. Umumnya tabung tersebut berukuran
15 x 10cm.

Gambar 1.2 Voltmeter


2. Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik baik untuk listrik DC maupun AC yang ada dalam rangkaian tertutup. Cara
menggunakannya adalah dengan merangkai amperemeter secara langsung ke
rangkaian.

Gambar 1.3 Amperemeter


3. Ohmmeter
Ohm-meter adalah alat untuk mengukur hambatan listrik, yaitu daya
untuk menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu konduktor. Besarnya satuan
hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam ohm. Alat ohm-meter ini
menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat
pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm.
Gambar 1.4 Ohmmeter
4. Wattmeter
Wattmeter adalah instrumen untuk mengukur daya listrik (atau rate
supply energi listrik) dalam satuan watt untuk rangkaian sirkuit apapun.

Gambar 1.5 Wattmeter

5. Multimeter
Multimeter , yang dikenal sebagai AVO Meter (Ampere, volt, ohm
meter) adalah instrument yang dapat mengukur tegangan, hambatan, maupun arus
listrik.

(a) (b)
Gambar 1.6 (a) Multimeter Analog dan (b) Multimeter Digital
6. Tang Ampere
Tang ampere adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur arus,
tegangan, daya dan tahanan dalam jumlah yang besar, tanpa memutus sirkit. Tang
ampere digunakan untuk mengukur arus listrik pada saat melakukan perawatan
atau perbaikan AC. Untuk mengukur arus listrik caranya cukup mengkalungkan
tang ampere pada salah satu kabel (positif atau negatif).
Gambar 1.7 Tang Ampere

I.3.2 Prinsip Kerja dan Kontruksi Alat Ukur


1. Alat Ukur Kumparan Putar
Prinsip kerjanya adalah kumparan bergerak dalam medan magnet
permanen, selinder inti besi terletak diantara kedua kutub magnet. Jika ada arus
searah yang mengalir melalui kumparan tersebut, maka gaya elektromagnetis
yang mempunyai arah tertentu akan dikenakan pada kumparan putar.

1. Magnet tetap
2. Kutub sepatu
3. Inti besi lunak
4. Kumparan putar
5. Pegas Spriral
6. Jarum penunjuk
7. Rangka kumparan putar
8. Tiang poros
Gambar 1.8 Kontruksi Alat Ukur Kumparan Putar

2. Alat Ukur Besi Putar


Prinsip kerja alat ukur ini arus mengalir, timbul medan elektromagnetis
yang memagnetisasi besi lunak. Arah kedua kutub lunak akan sama, yang
mengakibatkan saling tolak menolak sehingga terjadi pergeseran jarum penunjuk.
Gambar 1.9 Kontruksi Alat Ukur Besi Putar

3. Thermocouple
Pada dasarnya, Thermocouple hanya terdiri dari dua kawat logam
konduktor yang berbeda jenis lalu kedua ujungnya digabungkan menjadi satu.
Ketika ujung logam ini dipanaskan maka kedua akan mengalami pemuaian.
Pemuaian ini diakibatkan oleh pergerakan atom atau electron dari temperature
tinggi menuju temperature rendah dan pergerakan electron ini tergantung pada
bahan logam itu sendiri, artinya logam satu dengan logam lain nya memiliki
kecepatan muai yang berbeda-beda. Hal ini lah yang menyebabkan perbedaan
potensial diujung-ujung logam tersebut.

Gambar 1.10 Kontruksi Alat Ukur Thermocouple

I.3.3 Kesalahan dalam Pengukuran Listrik


Didalam pengukuran listrik selalu dijumpai kesalahan-kesalahan hasil
pengamatan. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena pengamat maupun oleh
keadaan dari alat ukur sendiri. Kesalahan pada pengukuran listrik dapat dibedakan
menjadi :
1. Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan
pengamat saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan
karena kesalahan membaca skala kecil, dan kurang terampil dalam
menyusun dan memakai alat, terutama untuk alat yang melibatkan
banyak komponen.
2. Kesalahan Sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh
kesalahan pada alat yang digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat
yang memengaruhi kinerja alat. Kesalahan sistematik dapat disebabkan
oleh :
a. Kesalahan Kalibrasi, terjadi karena pemberian nilai skala pada saat
pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini
mengakibatkan pembacaan hasil pengukuran menjadi lebih besar atau
lebih kecil dari nilai sebenarnya.
b. Kesalahan Titik Nol, terjadi karena titik nol skala pada alat yang
digunakan tidak tepat berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum
penunjuk yang tidak bisa kembali tepat pada skala nol. Akibatnya,
hasil pengukuran dapat mengalami penambahan atau pengurangan
sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya. Kesalahan titik nol
dapat diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil
pengukuran.
c. Kesalahan Komponen Alat, Kerusakan pada alat jelas sangat
berpengaruh pada pembacaan alat ukur. Hal ini menjadikan jarum atau
skala penunjuk tidak tepat pada angka nol yang membuat skala
berikutnya bergeser.
Dalam pengukuran listrik selalu terdapat yang dapat disebabkan kesalahan
alat ukur itu sendiri, sensivitas alat ukur maupun kesalahan pengamat yang kurang
teliti hal ini disebut dengan kesalahan relatif. Kesalahan relatif dalam pengukuran
arus secara teori dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Kesalahan Relatif =[ I Pengukuran−I Teori


I Teori ]
x 100 ..............................(1.2)
Sedangkan untuk mencari kesalahan relatif dalam pengukuran tegangan
secara menggunakan persamaan :

Kesalahan Relatif = [ Vpengukuran−Vteori


Vteori ]
x 100 …..……………….(1.3)

I.3.4 Pengaruh Batas Ukur Terhadap Pengukuran


Batas ukur sangat mempengaruhi hasil pengukuran suatu alat ukur analog
hanya dapat mengukur arus sampai batas ukur tersebut apabila arus yang diukur
lebih dari batas ukur maka terjadi overload dan tidak terbaca oleh alat ukur itu
sendiri, tetapi pada alat ukur digital pengukuran dapat dilakukan diatas batas ukur
dengan batas ± 500 diatas nilai batas ukur alat. Pembacaan skala yang tepat dan
teliti pada alat ukur dipengaruhi oleh pembaca yang juga tergantung pada
pembagian skala minimal dan besaran listrik yang akan diukur. Hal ini karena
tidak mungkin menghasilkan suatu ketelitian yang tinggi dengan mempergunakan
hanya satu batas ukur yang lebar karena akan terjadi banyak kesalahan dengan
cara seperti itu, sehingga pembentukan partisi atau pembagian batas ukur kedalam
range-range yang lebih kecil dalam beberapa batas ukur akan menghasilkan
suatu kesalahan yang lebih kecil sehingga kesalahan relatifnya dapat
ditoleransikan. Ketepatan pengukuran dipengaruhi oleh besaran listrik yang akan
diukur dan bats ukur alat yang dipergunakan

I.4 Langkah Percobaan

A L L
1 4 5
L L L
V V 1 2 3
1 2
MCB 12 3 1 2
S S
1 Arus dan2 Tegangan
Gambar 1.11. Rangkaian Pengukuran

I.4.1 Pengukuran Arus Listrik


1. Siapkan alat yang dipergunakan.
2. Pasang alat ukur Amperemeter pada A1, dan Voltmeter pada V1.
3. Pasang beban pada masing-masing fiting L1, L2, L3, L4, dan L5, sesuai
dengan tabel 1.1
4. Arahkan saklar MCB pada posisi O atau OFF demikian juga saklar
kontak S1 dan S2 pada posisi OFF.
5. Atur batas ukur untuk Voltmeter pada posisi AC-300 Volt
6. Atur batas ukur untuk Amperemeter pada posisi A (AC) - 150 mA.
7. Hubungkan supply AC 220 Volt ke input rangkaian, dimana supply ini
diambil dari stop kontak Bench Top Console.
8. Hubungkan MCB dengan mengarahkan saklar ke 1.
9. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar 1 pada
saklar S1.
10. Amati besar tegangan yang mengalir serta besar arus yang mengalir,
dan catat hasilnya pada tabel 1.1
11. Lepaskan anak saklar 1 pada saklar S1, lalu ubahlah batas ukur
Amperemeter pada posisi A (AC) - 300 mA.
12. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar S 1, amati
besar arus yang mengalir dan usahakan menjaga tegangan supply agar
tetap konstan, dan catat hasilnya pada tabel 1.1.
13. Ulangi langkah 11 dan 12 untuk batas ukur yang lainnya sesuai
dengan tabel 1.1
14. Ulangi langkah 6 dan 12 untuk beban sesuai dengan tabel 1.1
15. Hitunglah perbedaan antara I teori dengan I hasil pengukuran atau
besar dari pada prosentase kesalahan relatifnya dengan rumus :

Kesalahan Relatif =
[ I Pengukuran − I Teori
I Teori ] x 100

16. Buatlah kurva daya sebagai fungsi arus dan pada I Teori dengan arus
hasil pengukuran dan masing - masing batas ukur, dan hitung serta
dapatkan persamaan regresi liniernya.
17. Berikan analisa penyebabnya berdasarkan grafik dan data di atas serta
berikan kesimpulan anda.
Tabel 1.1 Pengukuran Pengaruh Batas Ukur Terhadap Arus

Batas Ukur (mA) Beban (Watt)


I
20 100 1000 Saklar S1 Saklar S2 TOTAL
Teori 100
0 0 0 L1 L2 L4 L3 L5

I.4.2 Pengukuran Tegangan Listrik


1. Siapkan alat yang dipergunakan.
2. Pasang alat ukur Amperemeter pada A1, dan Voltmeter pada V2.
3. Pasang beban pada masing - masing fiting L1, L2, L3, L4 dan L5 sesuai
dengan tabel 1.2.
4. Arahkan saklar MCB pada posisi O atau OFF demikian juga saklar
kontak S1 dan S2 pada posisi OFF.
5. Atur batas ukur untuk Voltmeter pada posisi AC-300 Volt
6. Atur batas ukur untuk Amperemeter pada posisi A (AC) - 300 mA.
7. Hubungkan supply AC 220 Volt ke input rangkaian, dimana supply ini
diambil dari stop kontak Bench Top Console.
8. Hubungkan MCB dengan mengarahkan saklar ke 1.
9. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar 1 pada
sakiar S1.
10. Amati besar tegangan yang mengalir serta besar arus yang mengalir,
dan catat hasilnya pada tabel 1.2.
11. Lepaskan anak saklar 1 pada saklar S1, lalu ubahlah batas ukur
Voltmeter pada posisi V (AC) - 500 Volt.
12. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar 1 pada
saklar S1, amati besar tegangan yang mengalir dan usahakan menjaga
arus agar tetap konstan, dan catat hasilnya dalam tabel 1.2.
13. Ulangi langkah 11 sampai 12 untuk batas ukur yang lainnya sesuai
dengan tabel 2.1
14. Ulangi langkah 6 sampai 12 untuk beban sesuai dengan tabel 1.2.
15. Hitunglah perbedaan antara V teori dengan V hasil pengukuran atau
besar daripada persentase kesalahan relatifnya dengan rumusan :

Kesalahan Relatif =
[ V Pengukuran − V Teori
V Teori ] x 100

16. Buatlah kurva daya sebagal fungsi tegangan dan pada V Teori dengan
tegangan hasil pengukuran dari masing-masing batas ukur, dan hitung
serta dapatkan persamaan regresi liniernya.
17. Berikan analisa penyebabnya berdasarkan, grafik dan data diatas serta
berikan kesimpulan anda.

Tabel 1.2 Pengukuran Pengaruh Batas Ukur Terhadap Tegangan

Batas Ukur (V) Beban (Watt)


V
20 30 70 100 Saklar S1 Saklar S2
Teori TOTAL
0 0 0 0 1(L1) 2(L2) 2(L4) 1(L3) 2(L5)

I.5 Data Hasil Percobaan


I.5.1 Pengukuran Arus Listrik
Tabel 1.3 Hasil Pengukuran Arus Listrik
I Teori Batas Ukur (mA) Beban (Watt)
100 1000 1000 Saklar I Saklar II TOTA
L
0 1(L1 2(L2 2(L4 1(L3 2(L5
(mA)
) ) ) ) )
68,18 71 71 68 15 - - - - 15 W
250 Overloa 243,4 240 15 40 - - - 55 W
d
363,63 Overloa 352,5 347 15 40 25 - - 80 W
d
818,18 Overloa Overloa 773 15 40 25 100 - 180 W
d d
1272,7 Overloa Overloa 1198 15 40 25 100 100 280 W
2 d d

I.5.2 Pengukuran Tegangan Listrik


Tabel 1.4 Hasil Pengukuran Tegangan Listrik
V Batas Ukur (V) Beban (Watt)
Teori Saklar S1 Saklar S2
100 1000 TOTAL
(Volt) 1(L1) 2(L2) 3(L4) 4(L3) 5(L5)
220 Overloa 222,8 15 - - - - 15 W
d
220 Overloa 222,3 15 40 - - - 55 W
d
220 Overloa 222,3 15 40 25 - - 80 W
d
220 Overloa 222,3 15 40 25 100 - 180 W
d
220 Overloa 221,3 15 40 25 100 100 280 W
d
I.6 Analisa Data Hasil Percobaan
I.6.1 Pengukuran Arus Listrik
Secara teori P=V . I . cos φ , dengan cos φ diabaikan atau cos φ = 1.
Maka dengan diketahui daya atau beban dan tegangan pada rangkaian kuat arus
yang mengalir pada rangkaian dapat dihitung dengan persamaan
P
I= ………………………………………………..(1.4)
V
Dimana V secara teori adalah 220 Volt. Dengan persamaan tersebut
didapat arus pada masing – masing beban sebesar :

1. Pada beban 15 W 2. Pada beban 55 W 3. Pada beban 80 W


P P P
I= I= I=
V V V
15 55 80
I= I= I= I=
220 220 220
I = 0,25 A I = 0,36363 A
0,06818 A
I = 250 mA I = 363,63 mA
I =¿ 68,18 mA

Tabel 1.5 Hasil Perhitungan I Teori di Masing - Masing Beban


Beban (W) V Teori (V) I Teori (mA)

15 220 68,18

55 220 250

80 220 363,63

180 220 818,18

280 220 1272,72


I.6.1.1 Perbandingan I Teori dengan I Pengukuran pada Batas Ukur 100 mA
Dari data hasil percobaan yang ditunjukkan pada tabel 1.3 dapat
dibandingkan arus hasil pengukuran dengan arus hasil perhitungan. Terdapat
perbedaan dari arus pengukuran dan arus teori.
Selain itu perbedaan hasil pengukuran dengan perhitungan secara teori
pada batas ukur 100 mA terjadi karena kurang presisinya alat ukur dan adanya
hasil pengukuran yang menunjukkan overload itu terjadi karena batas ukur pada
alat ukur lebih kecil dari arus yang akan diukur.

Tabel 1.6 Perbandingan I Teori dengan I Pengukuran Batas Ukur 100 mA

Beban I Teori (mA) I Pengukuran (mA)


15 W 68,18 71,0

55 W 250 Overload

80 W 363,63 Overload

180 W 818,18 Overload

280 W 1272,72 Overload

Dari data tabel 1.6 dapat dihitung kesalahan relatif pada pengukuran
dengan batas ukur 100 mA dimasing – masing beban menggunakan persamaan 1.2
Kesalahan relatif =
[
I Pengukuran−I Teori
I Teori ]x 100

1. Kesalahan relatif pada beban 15 W


I
[ −I
Kesalahan relatif = Pengukuran Teori x 100
I Teori ]
Kesalahan relatif =
[
71−68,18
68,18 ]x 100

Kesalahan relatif = 4,13 %

Tabel 1.7 Kesalahan Relatif pada Batas Ukur 100 mA

Beban I Teori (mA) I Pengukuran (mA) Kesalahan Relatif


15 W 68,18 71,0 4,13 %
55 W 250 Overload -
80 W 363,63 Overload -
180 W 818,18 Overload -
280 W 1272,72 Overload -

Gambar 1.12 Grafik Perbandingan Arus Teori dan Pengukuran pada Batas Ukur 100mA
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada batas ukur 100 mA,
kesalahan pengukuran yang terjadi pada beban 15 W sebesar 4,13 %, sedangkan
untuk beban 55 W, 80 W, 180 W dan 280 W tidak didapatkan hasil pada
pengukuran dengan batas ukur 100 mA dikarenakan arus yang mengalir pada
rangkaian dengan beban tersebut melebihi batas ukur yaitu 100 mA. Perbedaan
arus hasil pengukuran dan hasil perhitungan ini dapat disebabkan karena adanya
kesalahan alat ukur maupun kesalahan pengamat juga dapat disebabkan karena
adanya rugi-rugi daya, misalnya panas, artinya daya tersebut tidak mutlak
nilainya.

I.6.1.2 Perbandingan I Teori dengan I Pengukuran pada Batas Ukur 1000


mA
Dari pengukuran dengan batas ukur 1000 mA didapat hasil pengukuran
sesuai dengan tabel 1.3, dimana arus pengukuran dan arus teori memiliki sedikit
perbedaan :

Tabel 1.8 Perbandingan I Teori dengan I Pengukuran Batas Ukur 1000 mA


Beban I Teori (mA) I Pengukuran (mA)
15 W 68,18 71
55 W 250 243,4
80 W 363,63 352,5
180 W 818,18 Overload
280 W 1272,72 Overload

Dari data tabel 1.8 dapat dihitung besarnya kesalahan relatif pada
pengukuran dengan batas ukur 1000 mA dimasing – masing beban menggunakan
persamaan 1.2

1. Kesalahan relatif pada beban 15 W


I
[ −I
Kesalahan relatif = Pengukuran Teori x 100
I Teori ]
Kesalahan relatif = [
71−68,18
68,18 ]
x 100

Kesalahan relatif = 4,14 %

2. Kesalahan relatif pada beban 55 W


Kesalahan relatif =
[
I Pengukuran−I Teori
I T eori ]
x 100

Kesalahan relatif = [
243,4−250
250 ]
x 100

Kesalahan relatif = 2,64 %

Tabel 1.9 Kesalahan Relatif pada Batas Ukur 1000 mA

Beban I Teori (mA) I Pengukuran (mA) Kesalahan Relatif


15 W 68,18 71 4,14 %
55 W 250 243,4 2,64 %
80 W 363,63 352,5 3,06 %
180 W 818,18 Overload -
280 W 1272,72 Overload -
Gambar 1.13 Perbandingan Arus Teori dan Pengukuran pada Batas Ukur 1000 mA

Dari tabel 1.9 dapat disimpulkan bahwa pada batas ukur 1000 mA,
kesalahan pengukuran yang terjadi pada beban 15 W sebesar 4,14 %, pada beban
55 W sebesar 2,64% dan pada beban 80 W sebesar 3,06 %, sedangkan untuk
beban 180 W dan 280 W tidak didapatkan hasil pada pengukuran dengan batas
ukur 100 mA dikarenakan arus yang mengalir pada rangkaian dengan beban
tersebut melebihi batas ukur yaitu 1000 mA. Dapat dilihat juga kesalahan
pengukuran pada batas ukur 1000 mA relatif lebih besar dari pada kesalahan
dengan batas ukur 100mA.

I.6.1.3 Perbandingan I Teori dengan I Pengukuran pada Batas Ukur 10000


mA
Dari percobaan didapat hasil pengukuran arus dengan batas ukur Ampere
meter 10000 mA. Dari tabel 1.3 terlihat perbedaan antara perbedaan hasil
perhitungan dan hasil pengukuran dengan batas ukur 100 mA, 1000 mA dan
10000mA.

Tabel 1.10 Perbandingan I Teori dengan I Pengukuran Batas Ukur 10000 mA

Beban I Teori (mA) I Pengukuran (mA)


15 W 68,18 68
55 W 250 240
80 W 363,63 347
180 W 818,18 773
280 W 1272,72 1198

Dari data tabel 1.10 dapat dihitung kesalahan relatif pada pengukuran
dengan batas ukur 10000 mA dimasing – masing beban menggunakan persamaan
1.2
1. Kesalahan relatif pada beban 15 W
Kesalahan relatif =
[ I Teori ]
I Pengukuran−I Teori
x 100

Kesalahan relatif = [
68−68,18
68,18 ] x 100

Kesalahan relatif = 0,26 %

2. Kesalahan relatif pada beban 55 W

[
I −I
]
Kesalahan relatif = Pengukuran Teori x 100
I Teori

Kesalahan relatif = [
240−250
250 ]
x 100

Kesalahan relatif = 4 %

Tabel 1.11 Kesalahan Relatif pada Batas Ukur 10000 mA

Beban I Teori (mA) I Pengukuran (mA) Kesalahan Relatif


15 W 68,18 68 0,26 %
55 W 250 240 4%
80 W 363,63 347 4,57 %
180 W 818,18 773 5,52 %
280 W 1272,72 1198 5,87 %
Gambar 1.14 Perbandingan Arus Teori dan Pengukuran pada Batas Ukur 10000 mA

Dari tabel 1.11 dapat disimpulkan bahwa pada batas ukur 10000 mA,
kesalahan pengukuran yang terjadi pada beban 15 W 0,26%, pada beban 55 W
sebesar 4% dan pada beban 80 W kesalahan relatif sebesar 4,57 %, sedangkan
untuk beban 180 W sebesar 5,52 % dan 280 W sebesar 5,87 % . Dapat dilihat
juga kesalahan pengukuran pada batas ukur 10000 mA relatif lebih besar dari pada
kesalahan dengan batas ukur 1000 mA.
Jadi pengukuran arus kecil dengan batas ukur yang kecil akan
menghasilkan hasil yang lebih presisi, dimana kesalahan relative pada pengukuran
lebih rendah. Dan pengukuran rangkaian dengan arus yang besar akan mendapat
hasil lebih presisi dengan batas ukur yang lebih besar.

I.6.2 Pengukuran Tegangan Listrik


Dari tabel 1.4 dapat dilihat hasil pengukuran tegangan dengan voltmeter
baik dengan batas ukur 100 V ataupun 1000 V memiliki perbedaan yang kecil
dengan tegangan dari teori yaitu 220V yang merupakan tegangan normal.
Tegangan sebesar 220 V ini didapat dari perhitungan 380V/√3 atau 380/1.732,
perhitungan berdasarkan fasa pada listrik, pada listrik sistem 3 fasa terdapat fase
R-S-T yang pengukurannya dilakukan dari tegangan antar fasa, sehingga
mendapatkan tegangan sebesar 380 V. Sedangkan pada sistem 1 fasa terdapat R-S-
T-N, yang pengukuran tegangannya dilakukan pada salah satu fasa dengan netral,
maka pengukuran pada 1 fasa antara R-N, S-N, atau T-N. Berdasarkan hal tersebut
didapat perhitungan tegangan secara teori sebesar 380/√3 atau 220 Volt.

I.6.2.1 Perbandingan V Teori dan V pengukuran dengan batas ukur 100 V


Untuk mencari presentase kesalahan relatif pada pengukuran tegangan
dapat mengunakan persamaan 1.3, yaitu :
Kesalahan Relatif = [
V pengukuran−V teori
V teori ]
x 100
1. Kesalahan relatif pada pengukuran beban 15 W
Kesalahan Relatif = [
224,4−220
220 ]
x 100

% Kesalahan Relatif = 1,95%


2. Kesalahan relatif pada pengukuran dengan beban 55 W

Kesalahan Relatif = [ 224,1−220


220 ]
x 100

% Kesalahan Relatif = 2%
Tabel 1.12 Kesalahan Relatif pada Batas Ukur 100 V

Beban V Teori (V) V Pengukuran (V) Kesalahan Relatif


15 W 220 Overload -
55 W 220 Overload -
80 W 220 Overload -
180 W 220 Overload -
280 W 220 Overload -
Dari data percobaan terlihat tidak didapatkan hasil pada
pengukuran dengan batas ukur 100 V dikarenakan tegangan yang mengalir
pada rangkaian dengan beban tersebut melebihi batas ukur yaitu 100 V.

I.6.2.2 Perbandingan V Teori dan V pengukuran dengan batas ukur 1000 V


Dari hasil pengukuran dengan batas ukur 1000 V didapatkan tegangan
pada semua beban sebesar 223 volt. Kesalahan relatif yang terjadi pada
pengukuran sebesar:
1. Kesalahan relatif pada pengukuran beban 15 W

Kesalahan Relatif = [ 222,8−220


220 ]
x 100

% Kesalahan Relatif = 1,27%


2. Kesalahan relatif pada pengukuran beban 15 W
Kesalahan Relatif = [ 222,3−220
220 ]
x 100

% Kesalahan Relatif = 1,04%


3. Kesalahan relatif pada pengukuran beban 15 W

Kesalahan Relatif = [ 222,3−220


220 ]
x 100

% Kesalahan Relatif = 1,04%


4. Kesalahan relatif pada pengukuran beban 15 W

Kesalahan Relatif =
[ 222,3−220
220 ]
x 100

% Kesalahan Relatif = 1,04%


5. Kesalahan relatif pada pengukuran beban 15 W

Kesalahan Relatif = [ 221,3−220


220 ]
x 100

% Kesalahan Relatif = 0,59%

Gambar 1.16 Perbandingan Tegangan Teori dan Pengukuran pada Batas Ukur 1000 V

Berdasarkan pengukuran didapat besarnya tegangan pada semua


beban sebesar 223 V, dari perhitungan didapat kesalahan relatif
pengukuran tegangan dengan batas ukur 1000 V kesalahan pengukuran
yang terjadi pada beban 15 W 1,27%, pada beban 55 W sebesar 1,04% dan
pada beban 80 W kesalahan relatif sebesar 1,04 %, sedangkan untuk beban
180 W sebesar 1,04 % dan 280 W sebesar 0,59 % .. Hasil pengukuran
yang sama ini dipengaruhi oleh besarnya batas ukur sehingga tingkat
presisi hasil ukur terhadap tegangan yang jauh lebih kecil dari 1000 V
agak kurang. Kesalahan pada pengukuran ini disebabkan tegangan yang
mengalir tidak sebesar 220 V.

I.7 Jawaban Pertanyaan


1. Tegangan (V) yang kecil dengan menggunakan batas ukur yang kecil akan
menyebabkan kesalahan relatif yang semakin kecil, hal ini terjadi karena
batas ukur yang kecil pada alat ukur yang digunakan tersebut semakin
besar ketelitiannya, batas ukur yang kecil juga lebih mudah diamati dan
lebih akurat hasilnya. Itulah sebabnya kesalahan relatifnya semakin kecil.
2. Tegangan (V) yang besar, penggunaan batas ukur yang kecil akan
mengakibatkan kesalahan relatif yang semakin besar, hal ini terjadi karena
batas ukur yang kecil tidak dapat membaca arus dan tegangan yang besar
karna keterbatasannya tersebut maka alat ukur tersebut hanya dapat
mengukur tegangan yang sesuai dengan batas ukurnya saja. Itulah
penyebab semakin besarnya kesalahan relatif semakin besar. Namun
biasanya tegangan selalu tetap sedangkan yang mempengaruhi hasil
pengukuran adalah arus. Sehingga kesalahan relatif tergantung arus yang
masuk dan arus batas ukur pada alat ukur.
3. Untuk arus (I) yang kecil penggunaan batas ukur mengecil akan
mengakibatkan kesalahan relatif yang semakin kecil karena batas ukur
pada data lebih mudah diamati, dan ketelitian dari alat ukur semakin besar
sehingga hasilnya pengukuran arus semakin akurat dan kesalahan
relatifnya semakin kecil.
4. Untuk arus (I) yang besar menggunakan batas ukur yang mengecil
menyebabkan kesalahan relatif yang besar karena skala jarum penunjuk
dari alat ukur yang memiliki batas ukur yang kecil tidak mampu mengukur
arus yang besar sehingga melampaui batas ukur dan arus yang diukur tidak
terbaca oleh alat ukur, sehingga menyebabkan kesalahan relatif semakin
besar.
5. Dalam hal ini frekuensi tidak berpengaruh terhadap pengamatan tersebut
karena pada alat ukur sendiri memiliki frekuensi yang sama besarnya
dengan frekuensi tersebut.
6. Untuk pengamatan pengukuran arus listrik dalam percobaan tersebut, hasil
yang didapat sangat menyimpang pada batas ukur yang kecil dan adanya
pengukuran yang menghasilkan overload. Terdapat perbedaan antara hasil
perhitungan arus secara teori dengan hasil pengamatan, ini menunjukkan
bahwa alat-alat ukur yang digunakan kurang presisi. Sehingga terjadi
kesalahan relatif dalam pengukuran arus.Untuk pengamatan tegangan hasil
pengukurannya juga berbeda antara hasil perhitungan secara teori dan hasil
pengamatan, sehingga terjadi kesalahan relatif hal inilah yang
menunjukkan alat-alat ukur yang digunakan kurang presisi.
7. Karena pada masing – masing alat ukur menghasilkan hasil yang berbeda.
Jadi jika semakin banyak menggunakan alat ukur secara pararel kesalahan
yang muncul akan semakin besar. Dan jikalau sebuah rangkaian tersusun
pararel maka semakin sulit diamati dan semakin sulit perhitungannya
dibandingkan yang tersusun secara seri.
8. Jika sebuah alat ukur memiliki sensitivitas yang lebih besar akan
menghasilkan pengukuran yang lebih baik karena hasil pengukuran yang
akan didapatkan akan lebih akurat, dan mendekati kebenarannya secara
teori, dan kesalahan relatifnya semakin kecil. Itulah sebabnya alat ukur
voltmeter yang memiliki sensitifitas yang lebih besar akan menghasilkan
pengukuran lebih baik.
I.8 Kesimpulan
1. Secara teori besar tegangan pada sistem 1 fasa sebesar 220 V, besaran ini
didapat dari 380 V/√3. Pada pengukuran tegangan 1 fasa dilakukan dengan
mengukur salah satu fasa dengan netral, R-N, S-N, atau T-N.
2. Pengukuran arus dilakukan secara seri pada beban yang akan diukur.
Dimana arus secara teori dapat dihitung dari V = I.R, jika diketahui beban
arus dapat dicari dengan persamaan P/R. Tegangan berbanding lurus
dengan arus, semakin besar tegangan maka arus pada rangakaian akan
semakin besar.
3. Perbedaan arus hasil pengukuran dan hasil perhitungan pada pengukuran
disebabkan karena adanya kesalahan alat ukur maupun kesalahan
pengamat juga dapat disebabkan karena adanya rugi-rugi daya.
4. Batas ukur sangat mempengaruhi hasil pengukuran, karena suatu alat ukur
analog hanya dapat mengukur arus sampai batas ukur tersebut apabila arus
yang diukur lebih dari batas ukur maka terjadi overload dan tidak terbaca
oleh alat ukur itu sendiri, tapi untuk alat ukur digital pengukuran dapat
terbaca hingga ±500 diatas batas ukur. Batas ukur juga mempengaruhi
tingkat kesalahan relatif pada hasil pengukuran.
LABORATORIUM
SISTEM INSTRUMENTASI
TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS UDAYANA

LAPORAN
PRAKTIKUM SISTEM INSTRUMENTASI

Ptot=W1+W2+
R W W3
1
S W
2

T W
3

NAMA : Kholid Hidayatullah


NIM : 1419451029
KELOMPOK :2
TANGGAL ` :
ASISTEN :

LABORATORIUM SISTEM INSTRUMENTASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
2017

You might also like