You are on page 1of 12

a

Abstrak

Anemia bisa timbul dengan bermacam-macam gejala yang tersembunyi. Thalasemia secara
molekuler dapat dibedakan berdasarkan tipenya, ada beberapa klasifikasi pada thalassemia
yaitu alfa-thalassemia yang melibatkan rantai alfa, serta beta-thalassemia yang melibatkan
rantai beta. Thalassaemia adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh berbagai mutasi gen
globin. Gejala klinis dan tingkat keparahan tunduk pada banyak faktor yang dapat menutupi
kondisi atau membesar-besarkan gejala, yang menyebabkan penyakit lebih parah. Thalassemia
merupakan salah satu kelainan genetik yang paling umum pada manusia dimana angka
kejadian tahunan anemia hemolitik dilaporkan mencapai 1 per 100.000 orang pada populasi
secara umum. Pada proses terjadinya anemia hemolotik akan memunculkan gejala penurunan
kadar hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia. Pada reaksi hemolisis terjadi pada
thalassemia menyebabkan menurunkan kadar hemoglobin dalam tubuh dikarnakan usia
eritrosit yang lebih cepat mati dibandingkan usia eritrosit normal pada orang normal, sehingga
menimbulkan gejala lemas pada pasien.
Kata kunci: anemia, hemoglobin, thalassemia

Abstract

Anemia can arise with a variety of hidden symptoms. Thalassemia is molecularly


distinguishable by type, there are several classifications in thalassemia: alfa-thalassemia
involving alpha chains, as well as beta-thalassemia involving the beta chain. Thalassemia is a
congenital disorder caused by various mutations of the globin gene. Clinical symptoms and
severity are subject to many factors that can mask the condition or exaggerate the symptoms,
leading to more severe disease. Thalassemia is one of the most common genetic disorders in
humans in which the annual incidence rate of hemolytic anemia is reported to reach 1 per
100,000 people in the general population. In the process of hemolotic anemia will lead to
symptoms of decreased hemoglobin levels that will lead to anemia. In the reaction of hemolysis
occurs in thalassemia causing lower levels of hemoglobin in the body dikarnakan age of
erythrocytes that die faster than normal erythrocyte age in normal people, causing symptoms
of weakness in the patient.
Keywords: anemia, hemoglobin, thalassemia

Pendahuluan

Pada tubuh manusia terdapat sel darah yang berfungsi sebagai pembawa oksigen,
nutrisi untuk seluruh tubuh. Sebuah keadaan dimana kondisi darah mengalami penuruan
kadarnya di dalam tubuh dikenal sebagai anemia. Anemia bisa timbul dengan bermacam-
macam gejala yang tersembunyi. Diantaranya adalah lelah, menurunnya toleransi olahraga,
Thalassemia Pada Anak

sesak napas, dan angina yang memburuk. Akan tetapi anemia seringkali ditemukan secara
kebetulan dengan pemeriksaan darah lengkap rutin atau selama pemeriksaan penunjang
penyakit lain. Anemia bukanlah suatu diagnosis tetapi harus dicari penjelasannya.1

Di dapatkan pada kasus kali ini seorang anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ke
puskesmas dengan keluhan utama pucat sejak 3 bulan yang lalu. Pada pembahasan makalah ini
akan didasari dengan berdasarkan kasus diatas dengan membahas etiologi, epidemiologi,
patofisiologi, penanganan medis dan non medis, prognosis, serta manifestasi klinik pasien
tersebut.

Anamnesis

Anamnesis adalah suatu wawancara yang bertujuan untuk mengetahui informasi


mengenai keadaan pasien.2 Anamnesis dapat dilakukan baik secara langsung (autoanamnesis)
maupun tidak langsung (alloanamnesis). Untuk pasien baru, sebaiknya dilakukan anamnesis
komprehensif agar mendapatkan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan riwayat
kesehatan pasien tersebut. Sedangkan untuk pasien lainnya dapat dilakukan anamnesis spesifik
yang berkaitan dengan keluhannya.3

Dari hasil anamnesis yang di dapatkan secara alloanamnesis pasien mengalami mudah
lelah dan lesu, pola makan terjaga dengan baik, sebelumnya mendapat penambah darah, sepupu
ada riwayat transfuse berulang, tidak terjadi mual, muntah tidak ada keluhan, demam tidak ada,
tidak ada penurunan berat badan.

Pemeriksaan Fisik

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan terlebih dahulu penampilan


pasien. Apakah pasien tersebut tampak sakit berat, sakit ringan, atau sehat. Kemudian perlu
juga diperhatikan tingkat kesadaran pasien tersebut dan apakah pasien tersebut dalam keadaan
yang gawat, seperti nyeri, gelisah atau depresi, atau kesulitan jantung dan pernapasan. Warna
kulit dan lesi yang jelas juga perlu diperhatikan, begitu juga dengan pakaian, kebersihan, dan
bau badannya. Ekspresi wajah, postur, dan aktivitas motorik juga dianggap penting untuk
diperhatikan.4

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pasien ini di dapatkan hasil,pada inspeksi
terlihat sklera dan kulit ikterik, konjungtiva anemis, kemudian pada pemeriksaan palpasi
ditemukan hepar 3 cm di abwah arcus costa, limpa S1 maka terjadi organomegali.

2
Thalassemia Pada Anak

Pemeriksaan penunjang

Darah Lengkap
Pada pemeriksaan darah lengkap hasil yang digunakan sebagai pemeriksaan biasanya cukup
untuk menduga diagnosis. Hemoglobin (Hb) bisa mengkonfirmasi pada diagnosis
thalassemia. Hb pada thalassemia berkisar 2-8 g/dL. Pada pemeriksaan RDW didapatkan
hasil meningkat >13. Pada hitung trombosit didapatkan normal terkecuali pada kasus dengan
limfa yang membesar.2

Sediaan Hapus Darah Tepi

Pada hasil pemeriksaan sediaan hapus darah tepi juga digunakan sebagai pemeriksaan
biasanya cukup untuk menduga diagnosis. Pada bentuknya biasanya ditemukan gambaran
mikrositik hipokrom, ditemukan gambaran anisopoesis, dan pada eritrosit di temukan juga
gambaran sel target.2

Hb elektroforesis

Pada pemeriksaan Hb elektroforesis biasanya menunjukan peningaktan fraksi Hb F , yang


didistribusikan secara heterogen pada sel darah merah pasien dengan talasemia β, Hb H pada
pasien dengan penyakit Hb H, dan Hb Bart pada bayi baru lahir dengan sifat talasemia
thalassemia. Pada thalassemia β -0, tidak ada Hb A yang biasanya ada; Hanya Hb A2 dan Hb
F yang ditemukan.2

Feses

Pemeriksaan feses dilakukan namun tidak mendapatkan hasil, pemeriksaan feses dilakukan
untuk melihat apakah anemia tersebut disebabkan oleh karna cacingan yang biasanya terjadi
pada anak-anak.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding yang dapat diperoleh dari pemeriksaan adalah anemia hemolytic e.c
penyakit kronis, anemia hemolytic e.c defisiensi besi.

Anemia hemolitik e.c penyakit kronis

Anemia kronis tidak memiliki definisi yang pasti. Anemia yang menetap selama 6 bulan
atau lebih jelas kronis namun, anemia yang berlangsung hanya 2 bulan seperti kekurangan zat
besi yang sedang diobati juga harus dianggap anemia kronis, dan alasannya harus dicari.5

Anemia akut biasanya karena kehilangan darah akut atau hemolisis akut. Karena
rentang hidup eritrosit normal sekitar 120 hari, gagal sumsum tulang karena penyebab anemia
selalu menyebabkan anemia kronis dan lamban. Sebagai pengecualian anemia akut yang terjadi

3
Thalassemia Pada Anak

pada pasien dengan anemia kronis. Contohnya pada pasien dengan anemia sel sabit yang sudah
memiliki anemia kronis dapat mengalami anemia akut tambahan akibat kegagalan sumsum
tulang. Anemia kronis adalah masalah kesehatan masyarakat utama di negara berkembang dan
terbelakang. Prevalensinya jauh lebih tinggi daripada di negara maju. Hal ini paling sering
karena kekurangan gizi, termasuk kekurangan zat besi, dan ditambah dengan infestasi parasit,
malaria, penyakit HIV (human immunodeficiency virus), dan infeksi lainnya. Tanda-tanda
vital, berbeda dengan anemia akut tandanya sangat berbeda jika dibandingkan dengan anemia
akibat kehilangan darah secara akut, jarang abnormal pada pasien dengan anemia kronis,
karena mekanisme adaptif berkembang dengan baik. Pucat mungkin sulit untuk diapresiasi
kecuali jika dicari dengan seksama. Pucat konjungtiva, lipatan palm, atau gusi bisa dikenali.
Petechiae dan memar yang berlebihan dapat mengindikasikan trombositopenia akibat aplasia
sumsum atau penggantian oleh sel ganas. Kurang umum, temuan yang sama mungkin
mencerminkan vaskulitis akibat infeksi atau penyakit pembuluh darah kolagen.2,5

Pada pemeriksaan lab dapat ditemukan eritrosit normositik hipokrom, serum besi bisa
memiliki kadar normal atau menurun, transferrin pada anemia ec. Penyakit kronis dapat
menunjukan nilai normal, kadar hemosiderin normal, pada kadar TIBC ( total iron binding
capacity ) terjadi penurunan.5

Anemia hemolitik e.c defisiensi besi

Anemia defisiensi zat besi muncul ketika cadangan besi terlalu rendah bagi tubuh untuk
mendukung produksi sel darah merah normal. Besi yang berasal dari makanan yang tidak
adekuat, gangguan penyerapan zat besi, perdarahan, atau hilangnya zat besi tubuh dalam urin
mungkin menjadi penyebabnya.6

Pada pasien dengan anemia difiseinsi besi akan memiliki ciri khas mudah lelelah dan
sulit dalam melakukan kerja keras, terjadi intoleransi pada suhu rendah, mudah terkena infeksi,
gejala kembung penyakit jantung dan jantung komorbid dapat muncul pada pasien. Dengan
bantuan pemeriksaan laboratorium yang tepat seperti hitung darah lengkap, sediaan hapus
darah tepi, serum besi, TIBC, dan serum ferritin, elektroforesis hb, serta kandungan
hemoglobin retikulosit dapat membantu diagnosis anemia dengan defisiensi besi.6

Hasil anemia defisiensi besi pada pemeriksaan darah lengkap dapat didapat volume
MCV rendah, MCHC rendah, trombosit >450,000/µL, leukosit dalam kadar normal atau tinggi.
Pada hasil peremeriksaan sediaan hapus darah tepi dapat ditemukan eritrosit berbentuk

4
Thalassemia Pada Anak

mikrositik hipokrom, pada trombosit terjadi peningkatan, sel target negative, anisositosis dan
poikilositosis tidak ditemukan berlawanan dengan gambaran sediaan hapus darah tepi pada
penyakit thalassemia. Pada serum besi didapatkan nilai menurun, adar transferrin memiliki
nilai menurun, pada hemosiderin didapatkan menurun, TIBC menunjukan hasil positif,
elektroforesis memiliki nilai normal.6

Diagnosis Kerja

Pada kasus ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang
didapatkan bahwa anak laki-laki berusia 2 tahun ini mengalami anemia hemolitik e.c
thalasemia. Thalasemia secara molekuler dapat dibedakan berdasarkan tipenya, ada beberapa
klasifikasi pada thalassemia yaitu alfa-thalassemia yang melibatkan rantai alfa, serta beta-
thalassemia yang melibatkan rantai beta.2

Penjelasan mengenai klasifikasi thalassemia

Pada thalassemia alfa terjadi pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen).
Sindrom thalassemia alfa terjadi karna delesi pada gen α globin di kromosom 16 ( 2 gen α
globin pada tiap kromosom 16) dan nondelesi seperti gangguan mRNA pada penyambungan
gen yang menimbulkan panjang rantai menjadi lebih panjang dibandingkan dengan gen
normal.2,7,8

Thalassemia-α sebenarnaya dapat diklasifikasikan dalam empat bentuk genotip dengan


fenotip yang berbeda :

I. Thalassemia-2-α trait

Pasien dengan delesi satu rantai α (-α), yang diwarisi dari salah satu orang tua pasien
merupakan kriteria dari thalassemia-2-α trait. Penderita ini merupakan pembawa
sifat fenotipnya tidak memberikan gejala.2,7

II. Thalassemia-1-α trait

Pada pasien dengan ditemukan delesi dua loki membentuk thalassemia-2a-α


homozigot (-α/ -α) dan thalassemia-1a-α heterozigot (αα / - -). Fenotip thalasemia-
1-α trait menyerupai fenotip thalasemia -α minor.2,7

III. Hemoglobin H disease

5
Thalassemia Pada Anak

Pasien dengan delesi tiga loki, berbentuk heterozigot ganda untuk thalassemia- 2-α
dan thalasemia-1-α (- -/-α). Pada fetus terjadi akumulasi beberapa rantai –β yang
tidak ada pasangannya (unpaired β-chains). Sedangkan pada orang dewasa
akumulasi unpaired-β chains yang mudah larut ini membentuk tetramer β4, yang
disebut HbH. Bentuk kelainan ini disebut HbH disease. Fenotip HbH disease
berupa thalasemia intermedia, ditandai dengan anemia hemolitik sedang-berat,
namun dengan inefektivitas eritropoiesis yang lebih ringan.2,7

IV. Hydrops fetalis dengan Hb bart’s

Pada fetus ditemukan delesi 4 loki. Pada keadaan embrional ini sama sekali tidak
diproduksi rantai globin α. Akibatnya, produksi rantai gamma globulin berlebihan
dan membentuk gamma 4-tetramer, yang disebut Hb Barts. Hb barts mempunyai
afinitas oksigen tinggi sehingga oksigen tidak mencapai jaringan fetus kemudian
terjadi asfiksia jaringan, edema (hydrops fetalis), gagal jantung kongesif, dan
langsung membuat bayi meninggal dalam uterus.2,7

Penjelasan mengenai klasisfikasi beta thalassemia

Pada thalassemia beta secara epidemiologi terjadi pada orang di daerah Mediterania
dan Asia Tenggara. Thlassemia beta terjadi karna mutase pada gen β globin di sisi pendek
kromosom 11.2,8

Pada thalasemia juga dibedakan berdasarkan jenis mayor dan minor, diantaranya seperti

1. Thalassemia beta mayor


Merupakan thalassemia dengan dampak paling buruk, dimana penderita harus
melakukan transfusi darah terus menerus sejak di diagnose, meskipun bayi. Umumnya
bayi lahir akan sering menglami sakit selama 1-2 tahun pertama kehidupannya. Hal
tersebebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya yang
mengakibatkan keterlambatan sirkulasi zat gizi yang tidak lancar.2,8

2. Thalassemia beta minor


Merupakan thalassemia yang menyebabkan penderita mengalami anemia ringan dan
tidak normal pada sel darah minor. Namun, keuntungan penderita thalassemia jenis ini
tidak harus transfuse darah, cukup dengan menjaga pola makan yang banyak
mengandung besi dan kalsium dapat membantu pasien.2,8

6
Thalassemia Pada Anak

3. Thalassemia beta intermedia


Pada jenis ini hanya perlu dilakukan transfuse darah sesekali saja jika diperlukan dilihat
dari parahnya tidaknya thalassemia yang diderita dan kebutuhannya menambah darah.2

4. Thalassemia alfa mayor


Pada jenis ini terjadi pada bayi sejak masih berada dalam masa kandungan. Thalassemia
dengan jenis ini terjadi apabila seseorang tidak memiliki gen inti produksi protein
globin, keadaan ini akan membuat janin atau bayi menderita anemia yang cukup aprah,
penyakit jantung hingga penimbunan cairan tubuh. Apabila bayi yang sudah diketahui
menderita thalassemia ini, bayi harus mendapatkan transfuse darah sejak dalam
kandungan dan setelah lahir agar tetap sehat.2,7

5. Thalassemia alfa minor


Pada jenis ini merupakan jenis yang ringan. Pada thalassemia alfa minor tidak
menyebabkan gangguan pada fungsi kesehatan tubuh. namun, jeni thalasemia ini
umumnya dimiliki oleh wanita dengan latar belakang memiliki penyakit anemia ringan,
kelainan gen ini kemudian diwariskan kepada anak. keuntungan yang dimiliki dari
thalasemia jenis ini satu ini tidak memerlukan transfusi darah. Hanya disarankan untuk
banyak mengkonsumsi nilai gizi yang seimbang untuk menunjang kesehatan tubuh.2,7

Etiologi

Thalassaemia adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh berbagai mutasi gen
globin. Gejala klinis dan tingkat keparahan tunduk pada banyak faktor yang dapat menutupi
kondisi atau membesar-besarkan gejala, yang menyebabkan penyakit lebih parah.
Penghapusan thalassemia alfa menghilangkan gen alfa-globin di cis, umum terjadi di
Asia Tenggara, dan merupakan penyebab paling umum penyakit HbH dan hidrops fetalis di
bagian dunia ini. Bentuk nondeletional dari talasemia alfa di mana gen alfa-globin utuh
disebabkan oleh mutasi yang serupa dengan yang menyebabkan talasemia beta dan relatif
jarang terjadi.1,2
Thalassemia beta mempengaruhi 1 atau kedua gen beta-globin. (Alfa talasemia
mempengaruhi gen alfa-globin) Mutasi ini, dengan menyebabkan sintesis protein komponen
beta-globin Hb yang terganggu, berakibat pada anemia.1,7,8

7
Thalassemia Pada Anak

Epidemiologi

Thalassemia merupakan salah satu kelainan genetik yang paling umum pada manusia
dimana angka kejadian tahunan anemia hemolitik dilaporkan mencapai 1 per 100.000 orang
pada populasi secara umum. Anemia hemolitik merupakan kondisi yang jarang dijumpai pada
masa anak-anak, kejadiannya mencapai 1 per 1.000.000 anak dan bermanifestasi primer
sebagai proses ekstravaskular. Thalasemia mengenai 3% sampai 10% orang Asia, Afrika, dan
Mediterania.3 Untuk thalassemia dalam skala global, 15 juta manusia secara klinis melangami
gangguan thalassemia. Di laporkan sebelumnya kelainan seluruh dunia dan orang-orang yang
membawa thalassemia di india sendiri telah mencapai angka 30 juta.1,2

Dari thalassemia dibagi menjadi 2 jenis yaitu thalassemia α dan β. Thalassemia β lebih
sering ditemukan di negara Mediterranian seperti Jerman, Italy, dan Spanyol. Banyak pulau
Mediterania, termasuk Siprus, Sardinia, dan Malta, memiliki insidensi thalassemia β parah
yang cukup tinggi, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.7

Patofisiologi

Pada proses terjadinya anemia hemolotik akan memunculkan gejala penurunan kadar
hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia. Pada reaksi hemolysis terjadi pada thalassemia
menyebabkan menurunkan kadar hemoglobin dalam tubuh dikarnakan usia eritrosit yang lebih
cepat mati dibandingkan usia eritrosit normal pada orang normal, sehingga menimbulkan
gejala lemas pada pasien.
Peningkatan hasil pemecahan eritrosit dalam tubuh berdasarkan tempatnya dibagi atas
dua yakti yang ekstravaskular dan intravascular. Hemolisis ekstravaskular terjadi pada sel
makrofag dari sistim res retikuloendotelial seperti lien, hepar, dan sumsumg tulang hal tersebut
terjadi karna adanya enzim heme oxygenase. Proses lisis terjadi karena kerusakan pada
membrane presipitasi hemoglobin dalam sitoplasma menyebabkan menurunnya fleksibilitas
eritrosit. Pemecahan eritrosit menghasilkan globin yang akan dikembalikan ke protein pool,
besi yang dikembalikan ke makrofag selanjutnya akan digunakan kembali, pada protoporfirin
akan menghasilkan CO dan bilirubin. Bilirubin dalam darah berikatan dengan albumin menjadi
bilirubin indirek, terjadi proses konjugasi di dalam hati kemudian menjadi bilirubin direk,
dibuang melalui empedu sehingga meningkatkan sterkobilinogen dalam feses dan urobilinogen
dalam urin. Pada pemecahan eritrosit intravascular terjadi lepasnya hemoglobin bebas ke dalam
plasma. Hb bebas akan terikat pada hepatoglobin, maka terjadi hb bebas da;am plasma yang

8
Thalassemia Pada Anak

dikenal hemoglobinemia. Hb bebas akan terjadi oksidasi menjadi metemglobin sehingga


terjadi metmoglobinemia.pemecahan eritrosit intravascular akan melepaskan banyak LDH
yang terdapat di dalam eritrosit, sehingga serum LDH akan meningkat.2,7,8
Pada proses kompensasi sumsum tulang untuk meningkatkan eritropoesis. Terjadi
destruksi eritosit dalam darah tepi akan memicu bio-feedback sehingga sumsum tulang
meningkatkan eritropoesis. Jumlah eritroblas dalam sumsum tulang akan meningkat hingga
terlihat gambaran hyperplasia normoblastik. Pada thalassemia terjadi defek genetic yang
mengakibatkan pengurangan atau peniadaan sintesis satu atau lebih rantai globin HbA.
Keadaan ini dapat mengakibatkan pembentukan tetramer Hb berkurang, membuat Hb berubah
bentuknya menjadi mikrositik hipokrom dan sebagai rantai globin tidak mendapat pasangan,
bebas, dan tidak dapat mengikat oksigen. Pada akumulasi rantai globin yang bebas ini
mengakibatkan lisis eritrosit intramedular. Eritrosit yang lolos masuk ke dalam sirkulasi tubuh
akan dihancurkan di limfa, kemudian terjadi penumpukan sel-sel darah yang sudah mati
sehingga pada limfa terjadi splenomegaly.2,8

Manifestasi Klinik

Gejala diawali dengan pucat, hepatosplenomegali, demam dan sakit berat. Anemia
berat dan lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung. Terdapat hepatosplenomegaly,
icterus ringan bisa muncul, pada eritropoiesis terjadi peningkatan aktifitas berlebih hingga
sumsum tulang meningkat hingga 15-30 kali normal, mengakibatkan terjadinya thalassemic
facies, dengan benonjolan os zygomaticus berlebihan, terjadi penekanan pada basis hidung,
pneumatisasi rongga sinus terlambat, maxilla overgrowth sehingga terjadi maloklusi dan
rodent like appearance.2,8

Adanya penipisan koreteks pada tulang panjang, tangan dan kaki dapat menyebabkan
fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan gizi dapat
menyebabkan perawakan pendek. Retardasi pertumbuhan adalah temuan umum, bahkan pada
pasien yang penyakitnya dikontrol dengan baik oleh terapi khelasi. Pasien dengan tanda
kelebihan zat besi juga dapat menunjukkan tanda-tanda endokrinopati yang disebabkan oleh
endapan besi.2,7,8

9
Thalassemia Pada Anak

Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi pada thalassemia yang bisa mengenai seluruh tubuh hingga
menyebabkan kematian. Apabila terkena organ jantung yang akan terjadi komplikasi berupa
perikarditis konstriktif hingga gagal jantung dan aritmia. Hemosiderosis jantung tidak terjadi
tanpa akumulasi besi yang signifikan pada jaringan lain. Miokard ventrikel adalah tempat
pertama deposisi besi jantung, sedangkan sistem konduksi biasanya yang terakhir terkena. Nilai
biopsi endomiokardial, yang telah digunakan untuk mengevaluasi endapan besi di jantung,
telah dipertanyakan. Besi telah dilaporkan tidak hadir dari subendokard ventrikel kanan pada
beberapa pasien dengan kelebihan zat besi.2,8
Pasien yang telah menerima transfusi darah secara teratur untuk beberapa waktu
mengembangkan pembesaran hati akibat pembengkakan sel fagositik dan parenkim dari
pengendapan hemosiderin. Pada penyerapan besi saluran cerna terjadi peningkatan sebagai
akibat anemia hemolitik kronis. Akumulasi besi menyebabkan perubahan kulit menjadi lebih
kelam karena melanin dan besi diendapkan di dermis. Akumulasi besi pada jaringan lain,
terutama hati, pankreas, kelenjar endokrin, dan jantung, dapat mengakibatkan fibrosis dan
kerusakan organ permanen.2,8
Pada orang dengan talasemia mayor sering menunjukkan ciri gejala diabetes mellitus
sebanyak 50% atau lebih menunjukkan gejala diabetes klinis atau subklinis. Hal tersebut
tampak secara klinis karena produksi insulin pankreas yang cacat, namun resistensi insulin juga
telah terlibat dalam proses.2,8

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien thalassemia dapat diberikan namun sebenarnya hanya


perlu diberikan terapi secara simptomatik dan tergantung dengan derajat thalassemia yang
mana, dimana pada thalassemia minor hanya menunjukan gejala anemia ringan sehingga tidak
perlu diberikan transfuse darah, namun pada thalassemia beta mayor perlu diberikan transfusi
darah.2,8

Tata laksana yang dapat diberikan secara suportif seperti :


I. Asam folat diberikan 5 mg/hari bila asupan gizi tidak cukup baik.
II. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan tubuh.
III. Vitamin C 100 mg digunakan untuk meningkatkan ekskresi besi

10
Thalassemia Pada Anak

IV. Transfusi. Transfusi pertama kali dilakukan apabila Hb <7. Transfusi ke dua
dilakukan berselang 2 minggu setelah transfusi pertama atau bila Hb <7
disertai gejala klinis.
V. Terapi kelasi besi dapat diberikan dengan desferioksimin 2g/unit darah. Besi
diikat menjadi ferrioxamine untuk diekskresi bersama urin agar tidak terjadi
penumpukan besi di dalam tubuh secara berlebih.
VI. Splenektomi dilakukan apa bila pasien menderita
VII. Transplantasi sumsum tulang masih merupakan pilihan, bukan terapi utama.
Prognosis

Prognosis tergantung pada jenis dan tingkat keparahan talasemia yang dialami pasien
tersebut. Rangkaian klinis thalassemia sangat bervariasi dari thalassemia ringan atau
asimtomatik, hingga parah serta mengancam kehidupan. Hal-hal yang terjadi pada penderita
thalasemia minor dan thalasemia beta umumnya mempunyai prognosis yang baik dan dapat
hidup seperti biasa. Namun pada hidrops fetalis/ thalasemia mayor, prognosisnya sangat buruk
karena akan meninggal beberapa jam setelah kelahiran.2,8

Penutup

Thalassemia terjadi karena mutasi dari gen pembentuk protein globin yang penting
dalam pembentukan hemoglobin. Mutasi ini terjadi karena interaksi gen-gen kedua orang tua
yang kemudian diturunkan kepada anaknya. Pada kasus seorang anak laki-laki berusia 2 tahun
dibawa ke puskesmas dengan keluhan utama pucat sejak 3 bulan yang lalu, dapat di diagnosis
dengan ditemukan pada hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta gejala klinis
pasien. Keadaan thalassemia mengakibatkan produksi sel darah merah menurun serta terjadi
peningkatan destruksi sel darah merah yang kemudian akan mengakibatkan terjadinya anemia,
karna hal tersebut maka terapi yang diperlukan seperti kelasi besi, tatalaksana suportif dengan
pemberian vitamin dan asupan gizi yang cukup, serta sebagai tindakan pilihan yang terakhir
yaitu tindakan transplantasi sumsum tulang.

11
Thalassemia Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim SL, Santoso R. Penuntun patologi klinik


Hematologi. Jakarta: Biro Publikasi Fakultas Kedokteran Ukrida; 2007. h.103-20.
2. Yaish MH, Mary LW, James LH. Pediatric thalassemia. 11 October 2015. Downloaded
from http://emedicine.medscape.com/article/958850-overview#a1. 4 May 2017.
3. McKinney M. Lippincott’s guide to infectious diseases. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2011.p. 118-9.
4. Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta: Penerbit EGC; 2007.h.5-21.
5. Inoue S, Max JC. Pediatric chronic anemia. 12 April 2016. Downloaded from
http://emedicine.medscape.com/article/954598-overview. 4 May 2017.
6. Harper LJ, Emmanuel CB. Iron deficiency anemia. 14 November 2016. Downloaded
from http://emedicine.medscape.com/article/202333-overview. 4 May 2017.
7. Cheerva AC, Hassan MY. Alpha thalassemia. 27 February 2017. Dowloaded from
http://emedicine.medscape.com/article/955496-overview. 4 May 2017.
8. Advani P, Emmanuel CB. Beta thalassemia. 08 November 2016. Downloaded from
http://emedicine.medscape.com/article/206490-overview. 4 May 2017.

12

You might also like