You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

KESELAMATAN DAN KEAMANAN PADA LANSIA


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu

RE. Happy Patriyani, S.Kp., Ns, M.Kep

Oleh
Kelompok 10
Eliya Arya Udaya
Nahla Hayyatu Syifa
Trias Ayuningrum

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih


yang terhindari dari ancaman bahaya atau kecelakaan, keadaan aman dan
tentram. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan keselamatan dan
keamanan yaitu usia, tingkat kesadaran, emosi, status mobilisasi, gangguan
sensori,informasi / komunikasi, penggunaan antibiotik yang tidak rasional,
keadaan imunitas, ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah
putih, status nutrisi, tingkat pengetahuan.

Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara


maju dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup
penduduk negara tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi
penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia dan beberapa negara berkembang
lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umur
kronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 2001).

Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi


(lebih dari satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun,
tampilan gejala yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status
fungsional (kemampuan kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan
pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik (Kane,
2001).

Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi
keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak
sekali lansia-lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak
kita temukan lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh
keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun
hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja
keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi
penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett, 2002).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai


kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan
yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang
holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan
keamanan.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
1. mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan Untuk
mendapatkan gambaran dan informasi dalam Membuat Askep Lansia
pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan kesehatan dan
keamanan.
2. Untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia.
b. Tujuan Khusus
1. Dapat Mengerti dan memahami Pengertian Keamanan dan
Keselamatan pada Lansia
2. Dapat mengetahui dan mengerti Hal-hal yang berkaitan dengan
Keamanan dan keselamatan pada Lansia
3. Dapat Mengetahui keaadaan pasien Lansia yang harus di berikan
tindakan Keamanan dan Keselamatan.

1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam


makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia)
dengan pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Definisi
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar
dari ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang
tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian,
sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
Tugas seorang perawat :
a. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya
sakit.
b. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.
c. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang
mempengaruhi hidup dan keadaan klien.

1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan & Keamanan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk melindungi diri dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status
mobilisasi, gangguan sensori persepsi, tingkat kesadaran, status emosional,
kemampuan komunikasi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, dan faktor
lingkungan. Perawat perlu mengkaji faktor-faktor tersebut saat merencanakan
perawatan atau mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri.
a. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu
untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu
sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan
pencegahannya.
b. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya
diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan
tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli
perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif
berbahaya.
c. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,
gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya
cedera.
d. Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting
bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar,
raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
e. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan,
reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan.
Klien yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang
kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi,
klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan
hipnotik.
f. Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien
menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat
menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus
eksternal.Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi
terhadap stimulus lingkungan.
g. Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan
mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien
dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa
mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
h. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan.
Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan
informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-
cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
i. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi
penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

2.3 Macam-Macam Bahaya / Kecelakaan


Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di
tempat pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:
a. Api /kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab
kebakaran yang paling sering adalah rokok dan hubungan pendek arus
listrik. Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen sebagai berikut:
panas yang cukup, bahanbahan yang mudah terbakar, dan oksigen yang
cukup.
b. Luka bakar (Scalds and burns)
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas,
seperti uap air panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh
panas tinggi, bahan kimia, listrik, atau agen radioaktif. Klien dirumah sakit
yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang mengalami penurunan
sensasi suhu dipermukaan kulit.
c. Jatuh
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat
terjadi akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan
dengan pencahayaan yang kurang.
d. Keracunan
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui
aktivitas kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap
dalam jumlah yang cukup sedikit. Penyebab utama keracunan pada anak-
anak adalah penyimpanan bahan berbahaya atau beracun yang
sembarangan, pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya
bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena
penurunan pengelihatan) atau akibat overdosis obat (karena penurunan
daya ingat).
e. Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus
diwaspadai oleh perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat
menyebabkan sengatan listrik bahkan kebakaran, contoh: percikan listrik
didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi. Salah satu
pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik yang grounded
yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung
kepermukaan tanah.
f. Suara bising
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi
pendengaran, tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi terpapar
kebisingan, dan lamanya terpapar kebisingan serta kerentanan individu.
Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri dan gangguan
pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar. Terpapar suara 85-
95 desibel untuk beberapa jam per hari dapat menyebabkan gangguan
pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah 85 desibel biasanya
tidak mengganggu pendengaran.
g. Radiasi
Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan
atau pengobatan melalui radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif
digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti radiografi, fluoroscopy, dan
pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan adalah kalsium,
iodine, fosfor.
h. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan
oksigen akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika
sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam atau
kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh
adanya benda asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk
ke paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan
henti jantung serta kematian.
i. Lain-lain
Kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak berfungsi
dengan baik (equipment-related accidents) dan kesalahan prosedur yang
tidak disengaja (procedure-related equipment).

2.4 Pencegahan Kecelakaan Di Rumah Sakit


a. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari
kecelakaan.
b. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.
c. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik
aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
d. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.
e. Menghindari kecelakaan :
1. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.
2. Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada
pasien yang gelisah.
3. Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.
4. Meja yang mudah dijangkau.
5. Kereta dorong ada penghalangnya.
f. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik
misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain.
g. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah
meledak seperti tabung oksigen dan termos.
h. Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.
i. Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti
penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi.
j. Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.
k. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan.
l. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.
m. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan
mampu menggunakannya.
n. Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemanan Dan Keselamatan Klien


a. Faktor Fisiologis
Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan baik,
apabila salah satu sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan
mengancam keamanan seseorang. Misalnya orang akan menarik
tangannya jika menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan
sebagainya.
1. Sistem Muskuloskeletal
Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial dalam
pembentukan postur dan pergerakan yang normal. Kerusakan yang
terjadi pada mobilitas dan kemampuan untuk merespon terhadap hal
yang membahayakan, dan ini meningkatkan risiko terhadap injuri.
Masalah muskoloskeletal yang mengganggu keamanan dapat
diakibatkan oleh keadaan seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot,
artritis, atau strains dan sprains
2. Sistem Neurologis
Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi
akan menciptakan sistem yang baik pada individu. Rangsangan yang
diterima dari saraf tepi akan diteruskan ke sistem saraf pusat melalui
proses persepsi kognisi yang baik sehingga seseorang dapat
memutuskan dalam melakukan proses berfikir. Hal tersebut akan
menciptakan seseorang mampu melakukan orientasi dengan baik
terhadap orang, tempat dan waktu sehingga orang akan merasa
nyaman.
3. Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti
cedera kepala, medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan, stroke,
injuri tulang belakang, penyakit degeneratif (seperti Parkinson dan
Alzaimer), dan tumor kepala.
4. Sistem Kardiorespirasi
Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk dapat
beristirahat karena suplai O2 dan nutrisi untuk sel, jaringan dan organ
tercukupi dengan baik. Adapun kondisi gangguan sistem
kardiovaskuler yang mengganggu keamanan adalah hipertensi, gagal
jantung, kelainan jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian tepi.
Penyakir respirasi atau pernafasan yang mengganggu keamanan
seperti kesulitan bernafas, wheezing, danm kelelahan yang
diakibatkan oleh tidak toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan
mobilitas.
5. Aktivitas dan Latihan
Kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada
kedaruratan. Keterbatasan dalam aktivitas dan latihan akan
mengganggu seseorang dalam mengenali hal yang mengancam dirinya
dari luar.
6. Kelelahan (Fatigue)
Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi terhadap
bahaya, kesulitan mengambil keputusan dan ketidakadekuatan dalam
pemecahan masalah. Fatigue dapat diakibatkan karena kurang tidur,
gaya dan pola hidup, jam pekerjaan, stress, atau karena berbagai
macam pengobatan, yang dapat mengancam keamanan.

b. Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping.


Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan yang
akan mengganggu keamanan seseorang, dimana seseorang akan kesulitan
dalam mengekspresikan sesuatu. Contoh, seseorang yang mengalami
kecemasan mengenai prosedur operasi, maka seseorang tersebut akan
mengalami miskomunikasi tentang informasi apa yang akan dia lakukan
setelah operasi sehingga akan mengancam keamanan dia waktu pulang
ke rumah sehingga akan muncul masalah komplikasi setelah operasi.
Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung
dengan keamanan. Faktor kepribadian seseorang memainkan peranan
dalam keamanan. Menarik diri, pemalu dan ketidakpercayaan
berpengaruh pada peningkatan keamanan, sehingga seseorang perlu
untuk belajar kembali atau mereka akan mengalami masalah gangguan
jiwa/mental.

c. Faktor Lingkungan Rumah


Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan,
pengaturan panas dan sebagainya. Pengaturan perabot rumah tangga
merupakan bagian penting dari keamanan di dalam rumah. Penataan
yang baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan ruangan, tangga sangat
menentukan keselamatan dan keamanan seseorang. Penggunaan senjata
tajam, rokok, lantai rumah dari bahan kimia dan penyimpanan bahan
kimia akan membantu dalam pencegahan baya dalam rumah termasuk
sumber listrik dan api.
Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya risiko
adanya untuk jatuh.
1. Tempat kerja
Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan
adanya risiko untuk terjadi injuri pada seseorang. Bahaya yang dapat
ditimbulkan dari jenis pekerjaan dan tempat seseorang bekerja, baik
secara fisik, mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja maka seseorang
sangat membutuhkan adanya suatu kondisi yang ergonomis,
sehingga perlu adanya pendidikan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja dalam mencegah terjadinya injuri atau kecelakaan
kerja.
2. Komunitas
Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan keamanan
seperti kegaduhan, kebisingan, pencahayaan yang kurang baik di
tempat umum maupun pusat bermain. Sanitasi lingkungan juga
sangat berperan dalam peningkatan keamanan individu dalam
komunitas.
3. Tempat pelayanan kesehatan
4. Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan seseorang
baik bagi petugas kesehatan maupun pasiennya. Bahaya dapat
ditimbulkan karena peralatan, kesalahan prosedur dan sebagainya.
Hal ini perlu adanya standar operasional prosedur yang baku dan
diperbaharui di RS sehingga kebutuhan akan keamanan dapat
terpenuhi untuk semua yang ada dalam rumah sakit.
5. Temperatur
Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap keamanan
seseorang. Perlu adanya penyesuaian diri terhadap perubahan
temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan keamanan seseorang
dapat terpenuhi.
6. Polusi
Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara bebas
akan menggangu keamanan seeorang. Bahan kimia dalam produk
kimia yang terdapat baik di udara, air dan tanah akan menganggu
ekosistem yang ada.
7. Sumber listrik
Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun
dimanapun sanagt muttlak diperlukan untuk mencegah terjadinya
sengatan listrik ataupun kebakaran.
8. Radiasi
Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen ataupun
kematian sel sehingga mengakibatkan tubuh seseorang menjadi
rentan sehingga keamanan seseorang dapat mengalami masalah.

d. Faktor Penyakit
Penyakit sangat mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah
dalam pemenuhan kebutuhan keamanan. Penyakit seperti HIV/AIDS,
hepatitis merupakan penyakit yang dapat menjadikan tubuh untuk
mengalami penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang baik
dalam pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga
infeksi nosokomial tidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS,
klinik ataupun keluarga.

e. Faktor Ketidak pengindahan tentang Keamanan


Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri individu dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan. Apabila standar prosedur telah dilakukan sesuai
dengan kepatuhan yang ada maka keamanan seseorang dapat tercipta.

2.6 Fungsi Sistem Saraf


a. Menerima informasi dari dalam maupun luar melalui afferent sensory
pathway (sensorik)
b. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem
saraf pusat
c. Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat saraf (refleks) maupun
di otak untuk menentukan respon yang tepat dengan situasi yang di
hadapi
d. Menghantarkan informasi secara cepat melalui efferent pathway tadi
(motorik) keorgan-organ tubuh sebagai kontrol atau memodifikasi
tindakan.

2.7 Kebijakan Rumah Sakit Terkait Keselamatan Dan Keamanan Pada


Pasien
Keselamatan pasien juga dapat menurangi berdampaknya terhadap
peningkatan biaya pelayanan, dengan meningkatnya pasien rumah sakit,
harapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat
meningkat.
Saat ini ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di
rumah sakit. Yakni, keselamatan pasien, keselamatan petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan, serta keselamatan bisnis rumah
sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit itu sendiri.
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Pengkajian
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien
seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori
komunikasi:
1) Halusinasi;
2) Gangguan proses pikir;
3) Kelesuan;
4) Ilusi;
5) Kebosanan dan tidak bergairah;
6) Perasaan terasing;
7) Kurangnya konsentrasi;
8) Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.

b. Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain:


1) Kesadaran menurun
2) Kelemahan fisik

c. Imobilisasi
Penggunaan alat bantu

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi:


Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan
klien (home hazards appraisal).
a. Resiko Jatuh
1) Usia klien lebih dari 65 tahun
2) Riwayat jatuh di rumah atau RS
3) Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran
4) Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas
5) Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)
6) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)
7) Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers,
analgesics, diuretics, or laxatives)

b. Riwayat kecelakaan
Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan
berulang, oleh karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk
memprediksi kemungkinan kecelakaan ituterulang kembali

c. Keracunan
Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan.
Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko
bahaya keracunan dan upaya pencegahannya.

d. Kebakaran
Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh
mana klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk
pengetahuan klien dan keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya
kecelakaan akibat api.

e. Pengkajian Bahaya
Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar
mandi, dapur, kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya,
listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat mengakibatkan
kecelakaan.

f. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah)


Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki
insidensi yang cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang
akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang menyebabkan
jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena
itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang
terstuktur.

Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam


komunitas mereka dan tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan
lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberikan
kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan
kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan
klien dan lingkungan. Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain
pengkajian terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap
lingkungan, termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan,
mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.

a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang
terkait dengan kebutuhan keamanan seperti: pernahkah klien jatuh,
mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan sebagainya. Klien
perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian
terhadap tanda bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah,
status imunisasi, pengertian dan pemahaman klien tentang kesehatan dan
keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan lingkungan, support
sistem, tahap tumbuh kembang.
Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan
klien mencakup: kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan,
lingkungan, dan kondisi anak-anak.
1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita,
penggunaan alat bantu (alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota
badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan hidup sendiri.
2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi,
kesulitan penglihatan, kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik
hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika memutar kepala atau
menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan
mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
3. Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium,
dimensia, kerusakan orientasi orang, tempat dan waktu)
4. Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE,
antidepresan trisiklik, obat anti cemas, hipnotik atau transquilizer,
diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
5. Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan,
pencahayaan, kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.

b. Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan
fisik terkait dengan sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan,
integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian juga mencakup prosedur test
diagnostik.
1. Sistem Neurologis
 Status mental
 Tingkat kesadaran
 Fungsi sensori
 Sistem reflek
 Sistem koordinasi
 Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
 Sensivitas terhadap lingkungan

2. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi


 Toleransi terhadap aktivitas
 Nyeri dada
 Kesulitan bernafas saat aktivitas
 Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
3. Integritas kulit
 Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
 Kaji adanya luka, scar, dan lesi
 Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
4. Mobilitas
 Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
 Kaji range of motion klien
 Kaji kekuatan otot klienkaji tingkat ADLs klien

3.2 Diagnosa
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah, 2003)
a. Injuri ( jatuh )
Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat
hubungannya dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber
yang mengancam.
Kemungkinan berhubungan dengan:
 Kurangnya informasi tentang keamanan
 Kelemahan
 Gangguan kesadaran;
 Kurangnya koordinasi otot;
 Epilepsi;
 Episode kejang;
 Vertigo;
 Gangguan persepsi.

Kemungkinan data yang ditemukan:


 Perlukaan dan injuri
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
 AIDS;
 Demensia;
 Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;
 Epilepsi;
 Penyakit perdarahan.
b. Perubahan proteksi
Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk
melindunginyadirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari
dalam tubuh.
Kemungkinan berhubungan dengan:
 Defisit imunologi;
 Malnutrisi;
 Kemoterapi atau efek pengobatan;
 Penglihatan yang kurang;
 Kurang informasi tentang keselamatan.

Kemungkinan data yang ditemukan:


 Riwayat kecelakaan
 Lingkungan yang beresiko

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


 Usia: kematangan, sangat tua;
 Nutrisi kurang;
 Gangguan darah;
 Pembedahan;
 Radiasi atau kemoterapi;
 Penyakit imunitas;
 AIDS.

3.3 Intervensi ( Rencana Keperawatan )


Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)
a. Contoh rencana asuhan keperawatan:
Diagnosa keperawatan:
Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak
mampu melihat).
Tujuan:
Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera
(jatuh) tidak terjadi.
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan
dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien
mampu:
1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera.
2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari
cidera.
Intervensi:
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko.
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang
pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh
pada poin 1.
4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan
rumah.
5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan
pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur,
menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman).
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan
gangguan penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan
secara berkala.

Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera
adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu
melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik
diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas
bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi
diri dari cidera.

Intervensi Keperawatan menurut (Tarwoto dan Wartonah)

1. Risiko injuri

Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat


hubungannya dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang
mengancam.

1. Kemungkinan berhubungan dengan:

 Kurangnya informasi tentang keamanan;


 Kelemahan;
 Gangguan kesadaran;
 Kurangnya koordinasi otot;
 Epilepsi;
 Episode kejang;
 Vertigo;
 Gangguan persepsi.

1. Kemungkinan data yang ditemukan:

 Perlukaan dan injuri.

1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 AIDS;
 Demensia;
 Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;
 Epilepsi;
 Penyakit perdarahan.

1. Tujuan yang diharapkan:

 Injuri tidak terjadi.

Intervensi:

a. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat
tidurnya

b. Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan

c. Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnya

d. Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada tempatnya

e. Kunci roda tempat tidur

f. Posisi kepala lebih ditinggikan

g. Berikan penerangan yang cukup pada malam hari

h. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan persepsi


pasien

i. Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas ke toilet

j. Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur khusus
untuk mencegah dekubitus.

k. Berikan pendidikan kesehatan tentang:

• Perubahan gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol

• Pencegahan injuri di rumah

Rasional:
a. Pencegahan primer

b. Monitor faktor risiko

c. Mencegah terjadinya kecelakaan

d. Dibutuhkan pada saat emergensi

e. Mempertahankan keamanan

f. Mencegah aspirasi

g. Mencegah jatuh

h. Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensori

i. Mencegah kecelakaan

j. Mencegah komplikasi akibat injuri

k. Mencegah injuri

2. Perubahan proteksi

Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk


melindunginya dirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari
dalam tubuh.

1. Kemungkinan berhubungan dengan:

 Defisit imunologi;
 Malnutrisi;
 Kemoterapi atau efek pengobatan;
 Penglihatan yang kurang;
 Kurang informasi tentang keselamatan.

1. Kemungkinan data yang ditemukan:


 Riwayat kecelakaan;
 Lingkungan yang beresiko.

1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

 Usia: kematangan, sangat tua;


 Nutrisi kurang;
 Gangguan darah;
 Pembedahan;
 Radiasi atau kemoterapi;
 Penyakit imunitas;
 AIDS.

1. Tujuan yang diharapkan:

Pasien tidak mengalami infeksi nosokomial.

Intervensi:

a. Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang proteksi/metode isolasi

b. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan

c. Jaga pasien dari injuri dan infeksi

d. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari bekas
suntikan

e. Tekan tempat penyutikan setelah menyuntik

f. Berikan diet adekuat

g. Lakukan pendidikan kesehatan tentang:

• Pemberian pengobatan

• Mempertahankan keamanan
• Teknik isolasi

• Penggunaan alat-alat proteksi

Rasional:

a. Mengurangi risiko penularan penyakit

b. Mengatasi faktor penyebab

c. Mengurangi risiko infeksi

d. Data dasar untuk membandingkan adanya gangguan proteksi

e. Menghindari pendarahan

f. Meningkatkan daya tahan tubuh

g. Memberikan pengetahuan dasar tentang menjaga keamanan diri

You might also like