You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Luka bakar dapat terjadi dimana saja baik di rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-
tempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas
bahkan bahan kimia, aliran listrik, dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi akan menimbulkan kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi
berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas dapat
menyebabkan kematian dan disfungsi berat jangka panjang.
Dua puluh tahun yang lalu, orang dewasa yang mengalami 50% luka bakar mempunyai
kesempatan untuk bertahan hidup kurang dari 50%. Pada saat ini orang dewasa dengan luka bakar
seluas 75% mempunyai kesempatan untuk hidup 50% dan ini bukan hal yang luar biasa jika pasien
mendapatkan perawatan yang serius.
Akibat perawatan luka bakar yang tidak semaksimal mungkin maka dapat menimbulkan
hipertrofi jaringan parut, kontraktur, deformitas, dekubitus, gagal ginjal akut, sepsis dan pneumonia.
Dengan demikian perlu adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan yang terkait.
1.2.Tujuan
Tujuan Umum

Agar mahasiswa/i mengetahui bagaimana perawatan pasien luka bakar.

Tujuan Khusus

Agar mahasiswa/i mampu :

a. Menjelaskan pengertian luka bakar


b. Anatomi fisiologi
c. Menjelaskan patofisiologi luka bakar
d. Menjelaskan etiologi dari luka bakar
e. Menjelaskan manefestasi klinis
f. Menjelaskan klasifikasi luka bakar.
g. Menjelaskan komplikasi lanjut luka bakar.
h. Menjelaskan penatalaksanaan luka bakar.
i. Menjelaskan asuhan keperawatan yang dimulai dari :
 Pengkajian
 Diagnosa keperawatan
 Intervensi
 Implementasi
 Evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas cairan, api, uap,
bahan kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi.

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (chald),tersentu benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matari (sunburn) (moenajat,2001).

2.2. Anatomi Fisiologi

Kulit merupakan organ yang cukup luas yang terdapat di permukaan tubuh, dan berfungsi
sebagai pelindung untuk menjaga jaringan internal dari trauma, bahaya radiasi ultraviolet,
temperatur yang ekstrim, toksin, dan bakteri.
Kulit terdiri dari beberapa lapisan :

a. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan bagian luar kulit. Ketebalan dari epidermis ini bervariasi
tergantung pada tipe kulit. Pada bagian epidermis terdapat lima lapisan mulai dari bawah
sampai keatas yaitu stratum basal (germinativum), stratum spinosum, stratum granulosum,
stratum lucidum, dan stratum corneum.

Keratinisasi, maturasi, dan migrasi pada sel kulit, dimulai pada lapisan yang paling dalam
yaitu stratum basal (germinativum). Sel ini dikatakan sebagai keratinocytes (sel kulit yang
imatur), berperan dalam merubah bentuk lapisan sel pada lapisan granular kedalam lapisan sel
yang sudah mati. Stratum basal ini adalah asal mula untuk diperlukan sebagai regenarasi pada
lapisan epidermis. Dalam proses keratinocytes ini di produksi sejumlah filaments
(tonofilaments atau tonofibrils) yang dibuat dari suatu protein yang disebut keratin dan
keratohyalin granules. Keratinocytes ditandai dengan akumulasi pada keratin yang disebut
dengan keratinisasi. Pada epiderrmis terdapat melanocytes yang membuat melanin dan
memberikan warna pada kulit.

b. Dermis

Lapisan dermis lebih tebal dari pada lapisan epidermis. Fungsi utama adalah sebagai
penyokong untuk epidermis. Fungsi lain dari dermis adalah untuk keseimbangan cairan melalui
peraturan aliran darah kulit, termoregulasi melalui pengontrolan aliran darah kulit, dan juga
sebagai faktor pertumbuhan dan perbaikan dermal. Pada lapisan dermis strukturnya lebih
kompleks dan terdapat dua lapisan bagian luar superficial papillary dan bagian dalam reticular
dermis. Pada bagian papillary berisi serabut kolagen yang tipis, serabut elastis, dan serabut
retikuler. Kemudian pada lapisan retikular dermis terdapat serabut kolagen yang tebal,
fibroblast, sel mast, ujung saraf, dan limpatik. Fibroblast adalah tipe sel utama pada dermis. Sel
tersebut memproduksi dan mensekresi prokolagen dan serabut elastis.

a. Kelenjar keringat ekskrin adalah proses pendinginan tubuh. Keringat diproduksi


dalam suatu tubulus coiled dalam dermis dan ditransportasi oleh saluran kelenjar
keringat melalui epidermis untuk dikeluarkan.
b. Kelenjar keringat apokrin
Kelenjar ini ditemukan pada lokasi aksila areola puting susu dan regional anal.
Apokrin juga diproduksi dalam tubulus coiled. Aktifitas bakteri pada kulit yang
normal ada hubungannya dengan pengeluaran keringat yang menyebabkan bau
badan.
c. Folikel rambut.

Folikel rambut dibuat dari keratin, tertanam dalam epidermis dan dermis,
kemudian hipodermis. Folikel rambut ini di kelilingi oleh jaringan ikat fibrosa
pada dermis

d. Kelenjar sebasea,kelenjar ini memproduksi substansi minyak yang disebut dengan


sebum. Paling menyolok pada kulit bagian kepala,muka dan bahu atas. Pada
massa remaja kelenjar sebasea meningkat ukurannya dan sebum banyak
diproduksi dalam merespon tingkat hormon khususnya androgen. Peran
pentingnya adalah dalam perkembangan jerawat.
c. Lapisan subkutaneus

Jaringan subkutan merupakan lapisan lemak dan jaringan ikat yang banyak
terdapat pembuluh darah dan saraf. Pada lapisan ini penting untuk pengaturan
temperatur pada kulit. Lapisan ini dibuat dari kelompok jaringan adiposa (sel
lemak) yang dipisahkan oleh fibrous septa. Sebagai bantalan jaringan yang lebih
dalam dan pada lapisan ini berfungsi sebagai pelindung tubuh terhadap dingin,
serta tempat penyimpanan bahan bakar.

2.3. Patofisiologi

Luka bakar pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromaknetik . setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan
hemodinamika, jantung, paru, ginjal, serta metabolic akan berkembang lebih cepat. Dalam
beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan isi curah jantung akan menurun,
mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta pengangambilan vena yang
menurun.kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan.
Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruh pembulu darah meningkat, sebagai
akibnatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah masuk kedalam
jaringan intertisial, baik dalam tempat yang luka maupun tidak mengalami luka. Kehilangan ini
terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapi 1/3
dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 20 albumin dalam plasma dapat hilang,
dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan
masalah yang sering didapatkan.

Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju
filtrasi glomerolus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria.sekresi hormon anti deuretika
dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih,
penyerapan natrium oleh tubulus diranggang, eksresi kalium diperbesar dan kemih
dikonsentrasikan secara maskimal.

Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta
beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang serng didapatkan.

2.4. Etiologi

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut mungkin dipendahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Bebagai factor
dapat menyebabkan luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya
kontak dengan sumber panas (misalnya suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar.
Sumber panas : api, air panas, dan minyak panas), listrik, zat kima, radiasi, kondirsi ruangan saat
terjadi kebekaran dan ruangan yang tertutup.

Factor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :

1. Keluasan luka bakar


2. Kedalaman luka bakar
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
5. Fraktur atau luka-luka lain yang menyertai
6. Penyakit yang dimalami terdahulu seperti diabetes, jantung, ginjal dan lain-lain.
7. Obesitas
8. Adanya trauma inhalasi

2.4. Manifestasi kelinis

Menurut wong and whaley’s, 2003, Tanda dan gejala pada luka bakar adalah :

a. Grade 1
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri sekali,
sembu dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.
b. Grade 2
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam), terdapat
vesikel (benjolan berupa cairan atau anan), dan udem subcutan (adanya penimbunan di
bawah kulit), luka merah dan basah, mengkilap, sangat nyeri, sembu dalam 21-28 hari
tergantung komplikasi infeksi.
c. Grade 3
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka mera keputih-putihan (seperti
merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan
(seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering,
lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).

Metode Rule of Nines untuk menentukan daerah permukaan tubuh total (body sure face
area : BSA) untuk orang dewasa adalah :

1. Kepala dan leher : 9%


2. Ekstremitas atas kanan : 9%
3. Ekstremitas atas kiri : 9%
4. Ekstremitas bawa kanan : 18%
5. Ekstremitas bawa kiri :18%
6. Badan bagian depan :18%
7. Badan bagian belakang : 18%
8. Genetalia : 1%
Total : 100%
2.5. Prognosis
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan menyangkut
mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of outcome ; yang mana
bersifat bersifat kompleks.

Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi, jenis kelamin, dan
kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan trauma penyerta), dan
faktor penatalaksanaan (prehospital and inhospital treatment).

Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia lanjut. Pada
usia yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar menjadi perhatian, antara lain
sistem regulasi tubuh yang belum berkembang sempurna ; komposisi cairan intravaskuler
dibandingkan dengan cairan ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan
komposisi pada manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem imunologik
yang belum berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut diperhitungkan,
karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat imunosupresi.

2.6. Komplikasi

Komplikasi Lanjut Luka Bakar


1. Hipertrofi Jaringan Parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan
luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu
terbentuknya hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain :

a. Kedalaman luka bakar


b. Sifat kulit
c. Usia pasien
d. Lamanya waktu penutupan kulit
e. Penanduran kulit.
2. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan
gangguan fungsi pergerakan.
Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi komplikasi kontraktur adalah :

 Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal.


 Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin (perhatikan jika ada fraktur)
pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misalnya, IV, NGT, monitor EKG,
dll) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil pasif).
 Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan
menekan timbulnya hipertrosi scar, dimana penggunaan presure grament ini dapat
menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.

2.7. Klasifikasi Luka Bakar

Klasifikasi luka bakar dibagi atas berdasarkan penyebab/ etiologi (seperti dijelaskan diatas)
dan kedalaman luka bakar.
a. Klasifikasi berdasarkan penyebab
Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
4. Luka bakar karena listrik dan petir
5. Luka bakar karena radiasi
6. Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)

b. Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka


Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan
jaringan. Semakin lama waktu kontak, maka semakin luas dan dalam kerusakan jaringan
yang terjadi.

1. Luka bakar derajat satu


Ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada lapisan epidermis.
Tampak eritema. Penyebab tersering adalah sengatan sinar matahari. Pada proses
penyembuhan terjadi lapisan luar epidermis yang mati akan terkelupas dan terjadi
regenerasi lapisan epitel yang sempurna dari epidermis yang utuh dibawahnya. Tidak
terdapat bula, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dapat sembuh spontan
selama 5-10 hari.
2. Luka bakar derajat dua
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis dibawahnya, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi. Pada luka bakar derajat dua ini ditandai
dengan nyeri, bercak-bercak berwarna merah muda dan basah serta pembentukan blister
atau lepuh.biasanya disebabkan oleh tersambar petir, tersiram air panas. Dalam waktu 3-4
hari, permukaan luka bakar mengering sehingga terbentuklah krusta tipis berwarna kuning
kecoklatan seperti kertas perkamen. Beberapa minggu kemudian, krusta itu akan
mengelupas karena timbul regenerasi epitel yang baru tetapi lebih tipis dari organ epitel
kulit yang tidak terbakar didalamnya. Oleh karena itu biasanya dapat terdapat
penyembuhan spontan pada luka bakar superfisial atau partial thickness burn.

2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan luka bakar
Faktor-faktor yang mendukung penyembuhan luka bakar yaitu :

 Sikap mental yang positif


 Kesehatan menyeluruh yang baik
 Keseimbangan istirahat dan latihan
 Pengetahuan perawat dan pasien
 Usia (muda)
 Kontrol nyeri
 Penatalaksanaan luka yang tepat
 Nutrisi yang adekuat
 Tidak ada inkontenensia
 Kontrol infeksi
 Balutan yang sesuai
 Jaringan parut post luka bakar gatal dengan baik.

Faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka bakar

 Faktor psikologi takut, stress


 Kesehatan secara umum tidak baik
 Kurang mobilisasi
 Kondisi langsung
 Usia (tua)
 Penanganan luka kurang tepat
 Obat-obat tertentu seperti oksitoksik steroid
 Sirkulasi kurang baik
 Pemakaian alkohol dan rokok yang berlebihan
 Nutrisi kurang baik
 Hygiene kurang baik

3. Rumus pemberian terapi cairan menurut formula Parland


Cairan Ringer Lactat (RL) 4 ml/kg BB% LB pada 24 jam pertama

Keterangan :

Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan


Pada 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan

Pada 8 jam III diberikan sisanya.

Contoh :

BB pasien 50 kg, luka bakar : 40% maka kebutuhan cairan pasien adalah

4 x 50 x 40 = 800 ml diberikan dengan pembagian :

1. 8 jam I diberikan 4000 ml


2. 8 jam II diberikan 2000 ml
3. 8 jam III diberikan 2000 ml

Gambaran skematis pemberiannya adalah :

4000 2000 2000


16.00 24.00 08.00
Pukul 08.00

4. Penatalaksanaan pemberian cairan 24 jam pertama


 Timbang BB pasien, perkirakan luas luka bakar dan mulai pasang infus.
 Hitung cairan menggunakan 2 ml/kg BB/% luka bakar.
 Pantau haluaran urine, bila urine 30 cc/jam kurangi kecepatan cairan sampai 10-20%
lalu tunggu 1 jam. Bila urine tidak sampai 30 cc/jam tingkatkan kecepatan cairan
sampai 10-20% lalu tunggu 1 jam. Bila setelah 1 jam haluaran urine mencapai 30
cc/jam tingkatkan lagi kecepatan cairan 10-20% lalu tunggu lagi selama 1 jam. Bila
setelah itu haluaran urine telah menetap tambahkan koloid 5% ke dalam cairan dan
tunggu 1 jam lagi bila haluaran urine tetap rendah dan frekuensi 6 ml/kg BB/%/24
jam maka pasang kateter Swan glans dan tangani sesuai parameter tindakan. Bila
tidak, kembali pada tindakan awal bila haluaran urine tidak sampai 30 cc/jam.

2.9. Metode Skin Graf

Tujuan dari metode ini :


a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka

Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft : dapat dilakukan secara split thickness
skin graft atau ful thickness skin graft

2.10.Pengobatan

a. Farmakologi
1. Obat-obat local (topikal) untuk luka : silver sulfadiazine (SSD) contohnya: silvaden,
burnazine, dermazine dll
2. Penmerian antibiotika bersifat profilaktif jenis spekrtum luas
Antibiotika tidak diberikan bila penderita dating < 6 jam dari kejadian.
3. Analgetika
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

a. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Waktu dan tempat : tanyakan pukul berapa terjadi luka bakar, di rumah atau di tempat
kerja, faktor predisposisi, sumber panas/agen, lamanya dan temperatur agen.

Tanyakan pula situasi saat kejadian seperti ruangan dalam keadaan terbuka atau
tertutup, gambaran rinci kejadian luka bakar, karena kecelakaan/kelalaian atau kejadian
yang disengaja, penyebab diri sendiri atau orang lain atau adanya pengaruh
penggunaan obat atau alkohol.

2. Data Subyektif
 Usia korban
 Riwayat kesehatan
 Penyakit yang pernah diderita.
 Imunisasi yang pernah didapat.
 Apakah ada cedera yang bersamaan dengan luka bakar
 Nyeri pada daerah luka
3. Data Obyektif
 Prosentase luas permukaan tubuh yang terbakar.
 Kedalaman luka bakar
 Letak anatomis luka bakar
 Kulit tampak kemerahan, gelembung, edema
 Suhu tubuh bervariasi
 Takikardia.
4. Laboratorium
Pemeriksaan Perubahan
Nilai Normal Penyebab
Laboratorium Luka Bakar
Pemeriksaan Serum
Hemoglobin 12-15 g/dl (P) Meningkat Kehilangan volume cairan
14-16 g/dl (L)
Hematokrit 37-45% (P) Meningkat Kehilangan volume cairan
45-50% (L)
Nitrogen urea 5-15 mg/dl Meningkat Kehilangan volume cairan
Glukosa 60-100 mg/dl Meningkat Respon stress

Elektrolit
Natrium 136-145 mEq/L Meningkat Kehilangan volume cairan
dan gangguan Na-K
Kalium 3,5-5,0 mEq/L Meningkat Gangguan pompa Na-K
kerusakan jaringan,
hemolisis sel darah merah.
Klorida 96-106 mEq/L Meningkat Kehilangan volume cairan
dan reabsorbsi Ci dalam
urine.

Analisa Gas Darah


PO2 80-100 mm/Hg Normal
PCO2 32-45 mm/Hg
PH 7,34-7,45 Rendah Asidosis metabolik
Karboskihemaglobin 0 Meningkat Inhalasi asap rokok dan
karbomonoksida.
Protein total 6,0-8,0 g/dl Rendah Kehilangan protein yang
keluar melalui luka
Albumin 3,5-50 g/dl Rendah Kehilangan protein melalui
luka dan membran vaskular
karena peningkatan
permeabilitas.

b. Diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi


Diagnosa I.

1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan elektrolit b.d rusaknya jaringan kulit akibat
luka bakar.
Goal : Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan tubuh selama perawatan dan
tidak ada tanda-tanda dehidrasi.

Intervensi :

1. Kaji dan catat luas dan kedalaman luka bakar


2. Kaji dan catat turgor kulit.
3. Pantau dan catat TTV setiap 2 jam
4. Pantau dan catat balance cairan tiap 2 jam
5. Motivasi klien untuk banyak minum.
6. Siapkan minuman yang banyak dekat pasien
7. Dapatkan BB masiuk dan timbang BB setiap hari bila memungkinkan
8. Beri pengganti cairan IV dan dekat pasien
9. Monitor hasil elektrolit serum dan hematokrit.
Evaluasi :

Dengan resusitasi cairan yang adekuat keseimbangan cairan diperkirakan tercapai dalam
waktu 24-46 jam dengan ditandai :

 Turgor kulit kenyal dan elastis


 TTV dalam batas normal.
 Tidak terjadi sianosis
 Pasien tenang dan tidak gelisah
 Intake-ouput seimbang (produksi urine  30cc/menit)
 Laboratorium dalam batas normal (HT darah normal 37-40%).

Diagnosa II
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang dan
peningkatan metabolik untuk penyembuhan luka.
Goal : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan tidak terjadi penurunan berat badan

Intervensi :

1. Kaji kebiasaan makan sehari-hari/selera makan.


2. Dapatkan BB sebelum mengalami luka bakar
3. Timbang BB tiap hari kalau memungkinkan.
4. Catat masukan kalori pasien.
5. Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein.
6. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
7. Lakukan oral hygiene setiap pergantian dinas.
8. Jadwal pengobatan tidak mengganggu waktu makan.
9. Beri istirahat yang cukup sebelum makan jika pasien baru saja mengalami
prosedur pengobatan sebelum makan.
10. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan saat makan.
11. Beri dorongan pada keluarga untuk membawa makan tambahan dari rumah.
12. Kolaborasi dengan dokter untuk konsultasi gizi.
13. Laksanakan program dokter, metode lain untuk memenuhi kebutuhan kalori
(pemberian melalui NGT, NPT, nutrisi parenteral total) vitamin.
Evaluasi :

1. Kebutuhan kalori dan pasien terpenuhi.


2. Pasien menghasbiskan makan yang diberikan sesuai program.
3. Berat badan dalam batas normal.
Diagnosa III
3. Resiko tinggi kontraktur b.d immobilitas akibat nyeri, bengkak.
Goal : Tidak terjadi kontraktur

Intervensi :

1. Kaji tingkat kemampuan mobilisasi pada area luka bakar yang mempunyai
kecenderungan untuk terjadi kontraktur.
2. Perhatikan posisi tubuh yang benar saat pasien istirahat (extremitas bawah tetap
ekstensi, extremitas atas agak fleksi).
3. Latihan ROM tiap hari kurang lebih 5 menit setiap 2-4 jam
4. Konsultasi fisioterapi.
Evaluasi :

1. Pasien mobilisasi secara bertahap.


2. Pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Diagnosa IV
4. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar.
Goal : Integritas kulit utuh yang ditandai dengan tidak adanya kemerahan, iritasi, nyeri
dan gatal.
Intervensi :

1. Kaji kerusakan integritas kulit.


2. Hindari pembalutan yang terlalu lama.
3. Gunakan kassa steril untuk pembalutan
4. Perawatan luka secara rutin dengan cara steril.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang hasil laboratorium pemberian vitamin.
Evaluasi :

Kerusakan kulit mulai berkurang dan tidak meluas ditandai dengan tidak adanya
kemerahan, iritasi, nyeri dan gatal.

Diagnosa V

5. Gangguan rasa nyaman ; nyeri b.d cedera luka bakar, pengobatan dan kerusakan
jaringan.
Goal : Rasa nyaman terpenuhi, nyeri berkurang.

Intervensi :

1. Kaji respon pasien terhadap nyeri saat perawatan luka, terapi fisik saat istirahat.
2. Gunakan skala nyeri untuk mengkaji tingkat nyeri pasien.
3. Observasi TTV
4. Gunakan teknik pengalihan perhatian untuk mengalihkan nyeri.
5. Berikan obat analgetik sebelum melakukan prosedur rawat luka yang
menyakitkan.
6. Jelaskan semua prosedur pada pasien.
7. Ajak pasien berkomunikasi saat memberi perawatan luka atau prosedur lainnya.
8. Kaji kebutuhan akan obat nyeri.
9. Ciptakan lingkungan yang nyaman
10. Beri posisi tidur pasien yang nyaman sesuai keadaan pasien.
Evaluasi :

1. Tingkat nyeri akan menurun sejalan dengan penyembuhan luka (skala nyeri
menurun).
2. Ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks.
3. Tanda vital (pernapasan dan nadi) dalam batas normal.
Diagnosa VI
6. Resiko tinggi infeksi b.d kerusakan barrier kulit.
Goal : Tidak ada tanda infeksi, suhu tubuh dalam batas normal.

Intervensi :

1. Terapkan semua teknik aseptik pada semua askep keperawatan pasien (cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, ganti sarung tangan untuk
merawat luka yang berbeda).
2. Monitor atau kaji tanda-tanda klinis infeksi
3. Monitor perubahan warna pada luka, bau, proses penyembuhan yang lama
perubahan tanda vital.
4. Monitor tanda-tanda sepsis (takikardia, tensi menurun, demam, sesak, bising usus,
perdarahan, bau dari luka).
5. Observasi TTV terutama suhu rektal.
6. Jaga agar kulit tetap kering dan bersih.
7. Sebelum mengoles krim topikal bersihkan dan bilas luka terlebih dahulu.
8. Pertahankan lingkungan yang bersih :
 Tempatkan pasien pada daerah yang tidak banyak orang
 Jangan pergunakan rawat luka yang telah digunakan untuk pasien lama tanpa
disterilkan terlebih dahulu.
 Gunakan masker, sarung tangan steril-scort, penutup kepala saat merawat
pasien.
 Bersihkan ruangan pasien setiap hari.
9. Pertahankan personal hygiene pasien.
10. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian ATS, antibiotik, laboratorium.
Evaluasi :

1. Tidak ada tanda-tanda infeksi.


2. Suhu tubuh dalam keadaan normal.
3. Luka bersih dan kering
4. Hasil laboratorium dalam batas normal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bakar dapat terjadi dimana saja baik di rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-
tempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas
bahkan bahan kimia, aliran listrik, dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi akan menimbulkan kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi
berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas dapat
menyebabkan kematian dan disfungsi berat jangka panjang.

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut mungkin dipendahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Bebagai factor
dapat menyebabkan luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya
kontak dengan sumber panas (misalnya suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang
terbakar. Sumber panas : api, air panas, dan minyak panas), listrik, zat kima, radiasi, kondirsi
ruangan saat terjadi kebekaran dan ruangan yang tertutup.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pemahaman Mahasiswa dan dapat di gunakan sebagai dasar bagi

penambahan wawasan dan pengetahuan asuhan keperawatan luka bakar

2. Bagi Institusi

Sebagai referensi perpustakaan dan merupakan masukan bagi mahasiswa yang akan

melakukan tugas matakulia selanjutnya tentang asuhan keperawatan luka bakar.


PATWAY

Panas, kimia, radiasi, listrk

Luka bakar

Kerusakan jaringan

(epidermis, dermis)

kerusakan kapiler
MK : gg. Merangsang saraf perifer Takut bengkak port de entry
Integritas Alaram nyer permeabilitas pergerakan terbatas mikoorganisme
kulit
Cairan merembes
MK: gg. Rasa MK: resti infeksi
MK: gg.mobilitas
nyaman nyeri Kejaringan subcutan
fisik
Vesikulasi

Vesikel pecah dlm

keadaan luas

luka terbuka

(kulit terkelupas)

Penguapan yg berlebihan

Dehitrasi

MK: defivisit
vol.cairan

You might also like