Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN TAHUNAN
Geotek 2010
2010
1
ii
Daftar Isi
BAB 2 ORGANISASI........................................................................................................................3
2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Tugas Pokok dan Fungsi .....................3
2.2 Struktur Organisasi ...............................................................................................5
2.3 Sumber Daya ............................................................................................................6
2.3.1 Manusia ........................................................................................................6
2.3.2 Anggaran ................................................................................................... 16
2.3.3 Sarana .......................................................................................................... 17
3
iv
Daftar Gambar
5
vi
Daftar Tabel
7
viii
Daftar Lampiran
9
BAB 1 PENDAHULUAN
1
1.3 Ruang Lingkup
2
BAB 2 ORGANISASI
2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Tugas Pokok dan Fungsi
Untuk mencapai Visi di atas, maka Misi Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
dirumuskan sebagai berikut:
Menyediakan informasi, rekomendasi dan basis data
tentang potensi sumberdaya alam dan bencana, konsep
eksplorasi serta rekayasa mineral dan energi, serta
konsep perlindungan lingkungan, untuk pemerintah,
masyarakat dan industri.
Tujuan dan sasaran Pusat Penelitian Geoteknologi lipi tahun 2010 - 2014 yang
merupakan kelanjutan dari tujuan dan sasaran Rencana Strategis Transisi
Puslit Geoteknologi LIPI tahun 2008 - 2009, mengacu pada tugas dan fungsi
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI.
Tujuan:
1. Meningkatkan peran serta dalam pengembangan ilmu kebumian;
2. Menyediakan data, informasi dan rekomendasi serta terlibat dalam
kegiatan perumusan kebijakan yang terkait dengan bidang ilmu
kebumian;
3
3. Meningkatkan inovasi dalam ilmu kebumian guna memberikan kontribusi
nyata kepada masyarakat dan kalangan industri;
4. Membangun dan mengembangkan jejaring kerjasama yang saling
menguntungkan dengan pemangku kepentingan yang terkait;
5. Membantu masyarakat, pemerintah dan kalangan industri dalam mencari
solusi alternatif terhadap persoalan yang sedang dihadapi.
Sasaran:
1. Tercapainya hasil-hasil penelitian yang memiliki nilai-nilai baru dan
strategis di bidang ilmu kebumian serta meningkatnya jumlah publikasi
bertaraf nasional dan internasional;
2. Diakuinya eksistensi Puslit Geoteknologi di bidang ilmu kebumian, serta
dihasilkannya berbagai data, informasi dan rekomendasi yang diperlukan
dalam penyusunan kebijakan yang terkait dengan ilmu kebumian;
3. Dihasilkannya berbagai konsep, produk dan cetak biru suatu proses yang
dapat diimplementasikan dalam memberikan solusi terhadap persoalan
masyarakat dan kalangan industri;
4. Terbangunnya relasi dan kerjasama riset maupun pelayanan jasa
teknologi di bidang ilmu kebumian dengan masyarakat dan pemangku
kepentingan terkait;
5. Diimplementasikannya hasil-hasil penelitian yang berdampak pada
penurunan tingkat kerusakan lingkungan dan kerugian masyarakat.
Ruang lingkup tugas dan fungsi Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI diuraikan
dengan jelas dalam Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Nomor: 1151/M/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Tugas:
Melaksanakan penelitian dan penyiapan kebijakan, penyusunan pedoman,
pemberian bimbingan teknis, penyusunan rencana dan program, pelaksanaan
penelitian bidang geoteknologi serta evaluasi dan penyusunan laporan.
Fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan penelitian bidang geoteknologi.
2. Penyusunan pedoman, pembinaan dan pemberian bimbingan teknis
penelitian bidang geoteknologi.
4
3. Penyusunan rencana, program dan pelaksanaan penelitian bidang
geoteknologi.
4. Pemantauan tindak lanjut hasil penelitian bidang geoteknologi.
5. Pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi bidang geoteknologi.
6. Evaluasi dan penyusunan laporan penelitian bidang geoteknologi.
7. Pelaksanaan urusan tata usaha.
5
Gambar 1. Struktur Organisasi Puslit Geoteknologi LIPI
2.3.1 Manusia
6
8
8
7 6
6
5
4
3
2 1
1
0
Eselon IIa Eselon IIIa Eselon IVa
200 170
150
97
100
45
28
50
0
II III IV Total
7
55
60
50 43
40
27
30 22
15
20
8
10
0
SLTP SLTA D3 S1 S2 S3
59
60
35 36
40
20 17
20 6
8
Senior Researcher
13
5
Ajunct Researcher
21
1
Young Researcher
18
Temporary non-
First Grade Researcher active
7 Active
0 5 10 15 20 25
Pengatur Muda-II/a 8
Pengatur -II/c 12
Pengatur Tk.I-II/d 8
Penata Muda-III/a 17
Penata Muda Tk.I-III/b 35
Penata-III/c 29
Penata Tk.I-III/d 16
Pembina-IV/a 18
Pembina Tk.I-IV/b 8
Pembina Utama Muda-IV/c 7
Pembina Utama MadyaIV/d 4
Pembina Utama-IV/e 8
0 5 10 15 20 25 30 35
9
Keadaan pegawai menurut usia dan golongan, usia dan tugas pekerjaan,
menurut jabatan fungsional, keadaan mengenai realisasi kenaikan pangkat dan
Rekapitulasi keadaan pegawai dibuat dalam Tabel di bawah ini.
10
Tabel 2. Keadaan Pegawai menurut Usia dan Tugas Pekerjaan
11
Lanjutan Tabel 2. Keadaan Pegawai menurut Usia dan Tugas Pekerjaan
12
Tabel 3. Keadaan Pegawai menurut Jabatan Fungsional
Per 31 Per 31
Keadaan Jabatan Fungsional Desember Desember
2009 2010
Peneliti Utama 12 13
Peneliti Madya 23 21
Peneliti Muda 17 18
Peneliti Pertama 7 7
Jumlah 59 Orang 59 Orang
Perencana Utama - -
Perencana Madya 1 1
Perencana Muda - -
Perencana Pertama - -
Jumlah 1 Orang 1 Orang
Teknisi Litkayasa Penyelia 16 17
Teknisi Litkayasa Pelaksana 7 3
Lanjutan
Teknisi Litkayasa Pelaksana - -
Teknisi Litkayasa Pemula - -
Jumlah 23 Orang 20 Orang
Analis Kepegawaian Penyelia 1 1
Analis Kepegawaian Pelaksana - -
Lanjutan
Analis Kepegawaian Pelaksana - -
Jumlah 1 Orang 1 Orang
Analis Kepegawaian Pertama - -
Analis Kepegawaian Muda 1 1
Analis Kepegawaian Madya - -
Jumlah 1 Orang 1 Orang
Arsiparis Penyelia 3 3
Arsiparis Pelaksana Lanjutan - -
Jumlah 3 Orang 3 Orang
Pranata Humas Pelaksana Pemula - -
Pranata Humas Pelaksana 1 1
Pranata Humas Pelaksana Lanjutan 1 1
Pranata Humas Penyelia 2 1
Jumlah 4 Orang 3 Orang
Pranata Humas Pertama - -
Pranata Humas Muda 4 2
Pranata Humas Madya 2 2
Jumlah 6 Orang 4 Orang
13
Tabel 4. Realisasi Kenaikan Pangkat
14
Tabel 5. Rekapitulasi Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan
15
2.3.2 Anggaran
16
4. Panitia Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa
Ketua : Drs. Denny R. Salkon
Sekretaris merangkap Anggota : M. Yusuf
Anggota : 1. Dede Suherman
2. Nugraha Sastra, A.Md.
3. Ramelan
4. Iwan Setiawan, MT.
5. Jakah
2.3.3 Sarana
Water Quality
Alat untuk mengukur
Checker
1 pH, ORP, DHL, DO air 2080146002/3-3 LAB. AIR
(Combination
di lapangan
Multi Parameter)
Alat untuk
Spectrometic Mode mendeteksi mineral-
LAB. FISIKA
3 (Portable XRF mineral beserta 2080111172/1-1
MINERAL
Spectrometer) komposisinya secara
kuantitatif.
17
Tabel 7. Daftar Inventaris Barang Tahun Anggaran 2010
18
BAB 3 PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
Untuk tahun 2010 program kegiatan penelitian Puslit Geoteknologi LIPI terdiri
dari:
1. Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK yang termasuk ke dalam
anggaran DIPA Tahun 2010;
2. Program Kompetitif LIPI, berasal dari DIPA Biro Perencanaan dan
Keuangan LIPI; dan
3. Program Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa yang
dikoordinir oleh Kementrian Riset dan Teknologi
Sebagai hasil dari pelaksanaannya disajikan dalam bentuk Ringkasan Laporan.
19
1. PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN DASAR
20
Bumiayu yaitu di Kec. Sawangan, dilakukan pengukuran cukup baik,
Jawa Tengah atau di tenggara termasuk juga untuk pengukuran
Majenang, di barat Kota Purwokerto, arah-arah arus purba khususnya
di selatan Bumiayu dan di utara Kota pada struktur sedimen ripplemark
Sidareja. Gambar 1 memperlihatkan dan convolute cast.
lokasi penelitian lapangan. Analisa relief shaded anomali
Singkapan batuan umumnya bouguer gayaberat (Gambar 2)
berupa perselingan antara batupasir membuktikan bahwa Cekungan
berbutir sedang-halus, batupasir Serayu Selatan dalam Zona
tufaan, dan batulanau atau batu- Majalengka-Banyumas disusun oleh
lempung dengan sisipan batu- beberapa sub-sub cekungan yang
gamping mewakili Formasi Halang dipisahkan oleh tinggian. Salah satu
bagian atas. Singkapan batupasir sub cekungan tersebut yaitu Sub-
berbutir halus umumnya dominan Cekungan Majenang diisi oleh
terutama pada bagian bawah, endapan sedimen volkanoklastik
menebal dan mengkasar ke atas dan turbidit atau endapan arus gravitasi
perselingan antara batupasir berbutir kipas lautdalam yang dinamakan
sedang dan sangat kasar. Umumnya Formasi Halang berumur Miosen
batuan sedimen tersebut bersifat Akhir-Pliosen. Data arus purba
karbonatan, sebagian bersifat tufan. menunjukan sumber utama berasal
Beberapa lapisan kadang-kadang dari sisi utara dan timurlaut yang
dijumpai bersifat karbonan. Seluruh kemungkinan berasal dari
volkanisme antar busur
volkanik yang kemungkinan
berumur Miosen Tengah.
Hadirnya batupasir wake
disusun butiran mineral
plagioklas dan hornblenda
kemungkinan bersumber
dari dari batuan hornblenda
andesitik dari Volkanik Busur
Belakang atau Volkanik Antar
Busur. Kuarsa yang hadir
Lokasi Pengamatan diduga kuat merupakan
produk volkanik atau dari
Gambar 1. Peta lokasi penelitian lapangan, material kerak benua (Sunda
Jawa Tengah Microplate?) karena tidak
menunjukkan gejala atau
batuan tersebut telah terlipat
indikasi rekristalisasi. Lapisan
(terseret), dan tersesar-sesarkan.
batupasir tufan dalam Formasi
Struktur sedimen dapat diamati baik
Halang mengindikasi-kan hadirnya
di seluruh singkapan yang dijumpai,
kegiatan volkanik selama
umumnya bertekstur parallel
pengendapan Formasi Halang. Data
laminasi, convolute cast, load cast,
arus purba lain menunjukan arah
ripple mark dan graded bedding pada
pengendapan ke utara dimana
beberapa bagian dapat diamati dan
21
batuannya disusun oleh mineral Terbentuknya sub sub cekungan
felspar, olivin maupun piroksen yang salah satunya sub Cekungan
diduga berasal dari sumber batuan Majenang di Kawasan Majalengka-
basaltik dari Formasi Andesit Tua Banyumas di-kontrol oleh sistim
(Old Andesite Formation) yang ada di pasangan patahan geser menganan
sisi selatan cekungan. Gabon dan Pamanukan-Karang-
Analisa sedimentologi menunjuk- bolong yang berarah baratlaut-
kan bahwa sedimen Formasi Halang tenggara sejak Miosen Awal. Dengan
diendapkan dalam lingkungan laut- menggunakan model duplex (Twiss
dalam pada sistim arus gravitasi. and Moores, 2007) dapat diterangkan
Bagian paling dalam dari Sub mekanisme terbukanya sub-sub
cekungan Majenang diisi sedimen cekungan tersebut dan berkembang-
volkanoklastik turbidit lautdalam nya sesar Cilacap. Pembukaan
sebagai frontal splay dalam cekungan boleh jadi diikuti oleh
lingkungan basinal plain. Sedangkan kemungkinan penipisan kerak dan
pada bagian lereng cekungan kegiatan kegunungapian yang
dicirikan suksesi mulai dari channel- menjadi sumber sedimentasi
overbank, crevasse splay, channel fill gravitasi kipas bawahlaut di dalam
atau sediment waves. Suksesi kawasan Cekungan Antar Busur.
sedimentasi terutama pada bagian Sistim pasangan patahan menganan
lereng bawah menandakan pengisian Gabon dan Pamanukan-Karang-
cekungan tersebut terjadi secara bolong dikontrol oleh subduksi relatif
dinamis dikontrol oleh proses miring pada Oligosen-Miosen Awal
tektonik. (Hamilton, 1979; Hall, 1996).
Subduksi miring tersebut
memicu terbentuknya
sub sub cekungan yang
Pa
ta
dapat diterangkan
ha
nP
am
Kelu
maupun pull apart.
an
rusa
n Ba
nten
-Bog 1
Subduksi normal antara
or- B
andu
ng- M
ajale
Tega l Di
ngka
Lempeng Indo-Australia
sturbe
Ka
Jawa sejak Plistosen
6 ran
gb
Se
8 olo
ng
sa
1. Cekungan Bogor
(Hamilton, 1979; Hall,
rC
ca
22
2. PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI
23
3. SURVEI GEOLOGI
24
“Kajian Karakterisasi Bawah Permukaan Cekungan Bandung Garut”
Oleh:
Dr. Ir. Lina Handayani, Ir. Kamtono, M.Si., Drs. Karit L. Gaol,
Dadan D. Wardana, ST., Yayat Sudrajat, S.Si., Sunardi
25
4. INVENTARISASI SUMBER DAYA ALAM
26
Litologi disusun oleh perlapisan dasar dan logam mulia dari conto
batuan sedimen klastika halus serpih batuan dan mineral diperoleh kisaran
napal dengan sisipan karbonat kadar Au : 0,04 ~ 111,41 ppb; Ag :3,1
“fibrous calsit” Berumur Miosen ~ 66,9 ppm, Zn : 17.865 ~ 79,7 ppm;
(Formasi Rambatan), selang seling Cu : 316,9~ 82,2; ppm; dan Pb : 38,6
perlapisan tipis batuan sedimen ~ 10.800 ppm. Mineralisasi emas
volkanik epiklastik kasar-halus dan diperkirakan lebih berkembang pada
batugamping berumur Mio-Pliosen, host rock Formasi Rambatan, yang
(Formasi Halang), dan breksi tersingkap di bagaian barat Desa
volkanik andesit basaltis berumur Gancang, sebagai sumber endapan
Mio-pliosen (Formasi Kumbang). plaser sungai di tepi barat Kali Arus
Produk ubahan batuan hidro- Desa Cancang.
termal dominan klorit+serisit+ Berdasarkan penyigian lapangan
karbonat±epidot untuk asal klastika dan pendugaan geofisika IP, Type
kasar dan argilik+karbonat untuk endapan mineral tersebar secara
asal klastika halus. Zonasi batuan acak dalam tubuh batuan samping
ubahan bersifat menyebar secara yang terubah, setempat setempat
acak, setempat-setempat diterobos mengelompok dan dalam urat-urat
oleh urat-urat tipis terbatas berisi tipis kalsit-kuarsa dalam jalur
karbonat yang kadang berasosiasi terbatas.
dengan kuarsa dan bijih sulfida. Sejarah panas pembentukan
Mineralisasi bijih didominasi oleh mineralisasi yang masih dapat diukur
sulfida berbutir sangat halus hingga dalam inklusi fluida pada kristal
sedang jenis pirit kalkopirit, galena, kalsit dan kuarsa berkisar antara
Cu sulfosalt, sedikit spalerit dan emas 175oC hingga 310oC dengan kadar Na
murni. Hasil analisis unsur logam Cl 0,8 – 3,5 %WT ekivalen.
27
Cadas Pangeran KM 35-36 di Dusun lempung terkonsolidasi normal (KD≈
Singkup, Sumedang merupakan 2.0).
gerakan tanah aktif. Meskipun telah Hasil survey geolistrik memper-
dilakukan upaya struktural untuk lihatkan bahwa semua profile
memitigasi bahaya gerakan tanah di tahanan jenis mempunyai nilai antara
lokasi ini, seperti pemasangan tiang 1.0 hingga 250 m. Profile tahanan
pancang, tiang bor, atau ground jenis pada bagian mahkota gerakan
anchor, gerakan tanah tetap masih tanah menunjukkan lapisan tahanan
berlangsung hampir setiap tahunnya. jenis tinggi (>30 m) dengan
Hal ini disebabkan karena kurangnya ketebalan 75m dari permukaan
pengetahuan yang komprehensif tanah. Sementara itu, profile sejajar
tentang kondisi hidrologis bawah arah gerakan tanah memperlihatkan
permukaan yang mengontrol per- keberada-an lapisan tahanan jenis
gerakan lereng. rendah (<30 m) pada bagian tengah
Penelitian ini dilakukan untuk dan bawah profile. Pada semua
mendapatkan karakteristik hidro- profile, zona-zona tahanan jenis
logis lereng yang mengontrol sangat rendah (<5 m) teramati
reaktifasi gerakan tanah di Desa Pasir pada kedalaman >10m. Hasil
Munjul, Purwakarta dan Dusun pemboran teknik menunjukkan
Singkup, Sumedang, Jawa Barat. lapisan tanah/batuan terdiri dari
Sasaran dari penelitian ini adalah lapisan pasir hingga kedalaman 8 m,
untuk memetakan zona air tanah lapisan pasir kerikilan dengan
terperangkap dan mengidentifika- ketebalan 2m, dan lapisan batu
sikan bidang gelincir di dalam tubuh lempung terlapukkan. Muka air tanah
gerakan tanah di kedua lokasi berada pada kedalaman 5-10m. Hasil
penelitian ini. uji dilatometer (DMT) pada bagian
Untuk mencapai sasarannya, bawah tubuh gerakan tanah meng-
penelitian ini terdiri dari beberapa indikasikan keberadaan lapisan tanah
kegiatan investigasi lapangan yang lempung yang terkonsolidasi normal
terdiri dari survei geolistrik dengan pada kedalaman 6-8m. Dengan
menggunakan metode dipole-dipole demikian, hasil penelitian lapangan
untuk mendapatkan gambar-an ini menunjukkan bahwa keberadaan
kedalaman zona jenuh air, pemboran zona tahanan jenis sangat rendah
teknik di 3 (tiga) titik untuk terasosiasi dengan keberadaan muka
mendapatkan data jenis dan profil air tanah terperangkap, dan zona
lapisan tanah dan batuan bawah bidang gelincir berada pada lapisan
permukaan, dan uji penetrasi lempung. Keberadaan air tanah ter-
dilatometer (DMT) untuk memper- perangkap pada zona bidang gelincir
kirakan kedalaman zona bidang menjadi faktor pemicu reaktifasi
gelincir berdasarkan kuat geser dan gerakan tanah ini.
tegangan insitu lapisan tanah
28
6. PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PESISIR PULAU KECIL
29
Dengan adanya fenomena diatas, fisik air dilapangan, analisis unsur
maka untuk mengetahui kualitas major, radon (222Rn) dan kandungan
maupun kuantitas, rekonstruksi nutrisi di laboratorium.
model interaksi sumberdaya air serta Berdasarkan analisis yang
perencanaan skenario pengelolaan dilakukan, didapatkan hasil bahwa
lingkungan wilayah pesisir dan secara visual ditemukan dua titik
pulau-pulau kecil di Pulau Lombok keluaran KALP di Pantai Papak.
dan sekitarnya di masa datang, Untuk lokasi Pantai Gili Meno tidak
diperlukan kajian lebih lanjut yang ditemukan KALP secara visual,
membahas masalah tersebut. namun berdasarkan pengukuran
Dalam laporan ini akan radon (222Rn) terdapat indikasi
dipaparkan mengenai kemunculan adanya KALP. Dari analisis
fenomena KALP di Pulau Lombok, kandungan nutrient diketahui
Teluk Nara dan Pulau Gili Meno. nitrogen organik terlarut (DON)
Metode penelitian dilakukan melalui sebesar 0,23-0,51 mg/l dan phospat
pemetaan hidrogeologi dan pemetaan organik terlarut (DOP) 0,214-0,886
hidrokimia dengan pengambilan mg/l, sedangkan nitrogen anorganik
conto air dilakukan pada beberapa terlarut (DIN) 0-0,24 mg/l.
titik-titik terpilih yang dianggap Sementara dari pengukuran radon
mewakili. Pemetaan hidrogeologi 222Rn nilai yang terukur di pantai
30
fluktuasi luah dan perubahan pola baku mutu air (PP No. 82, Th 2001)
pemanfaatan air pada musim yang kelas I dan II, dan di beberapa titik,
berbeda. terutama di ruas Ciwalen telah
Metodologi penelitian adalah melewati ambang batas bakumutu
analisa kimia parameter-parameter kelas III dan IV. Pencemaran air ini
kualitas air dan pengukuran luah telah pula mempengaruhi kualitas
serta faktor-faktor fisik setempat airtanah dangkal.
yang mempengaruhinya. Pengukuran Kandungan Nitrit telah di dalam
parameter-parameter kualitas air airtanah dangkal telah melampaui
dilakukan untuk air permukaan dan ambang batas pada musim kemarau.
Airtanah dangkal. Hasil pengukuran Sementara pencemaran Fosfat
parameter-parameter kualitas air tampak lebih berat dan lebih meluas
permukaan kemudian diuji dengan daripada nitrit dan tampaknya tidak
model perhitungan pemurnian terpengaruh oleh air sungai. Melihat
kembali air untuk mengetahui daya pola penyebarannya, tampaknya
pulih kembali kualitas air di daerah sumber pencemar fosfat dan nitrit
studi. Sedangkan untuk airtanah berasal dari limbah pertanian dan
dangkal parameter pencemar limbah domestik.
dianalisa sumber serta mekanisme BOD5 aliran air di Bagian hulu
pencemaran dan pemurniannya. umumnya masih berada di bawah
Perbandingan antara ketersedia- batas maksimm yang diizinkan.
an air dengan jumlah penduduk di Untuk Sungai Ciparongpong, keadaan
daerah penelitian masih tinggi, ini bertahan sampai muara sungai di
apabila dikaitkan dengan pemakaian Cimanuk. Tetapi di Sunga Ciwalen,
untuk keperluan domestic. Meski meningkat begitu memasuki kawasan
demikian penurunan kualitas air industry penyamaan kulit sehinga
telah terjadi dengan tingkat besarnya melewati batas yang
pencemaran ringan
sampai berat. Tingkat
pencemaran ringan
tampaknya disebabkan
oleh pola penggunaan
pupuk yang berlebih
pada lahan-lahan
pertanian, sedang-kan
pencemaran berat
disebabkan oleh
adanya industry
penyamakan kulit di
Ciwalen. Gambar Presentasi grafis Anggaran Air
Air permukaan di DAS Ciparongpong
seluruh daerah
penelitian telah diizinkan bahkan hingga air tidak
mengalami pencemaran Nitrogen dan lagimengandung oksigen. Tingginya
Fosfat sampai melebihi ambang batas BOD5 bertahan hingga sungai
31
bermuara ke Cimanuk. Tetapi setelah an luah sehingga pemulihan air
air memasuki Sungai Cimanuk, limbah bisa berlangsung lebih cepat.
terjadi pengenceran dan penambah-
32
gamping dan uji infiltrasi pada besaran sangat bervariasi terutama
sejumlah lokasi yang mewakili jenis untuk porositas jenis vuggy. Lahan
tanah dan penggunaan lahan atau tanah asli yang belum ditambang
tutupan lahan yang berbeda-beda. Uji mempunyai laju infiltrasi yang cukup
infiltrasi dilakukan pada lahan yang besar, sehingga mampu menyerap air
belum ditambang dan lahan hasil hujan dengan intensitas cukup tinggi.
reklamasi dengan umur tanaman dan Sedangkan perbedaan laju infiltrasi
jenis tanaman yang berbeda-beda, pada lahan reklamasi lebih kecil dari
dengan titik uji sebanyak 10 lokasi. lahan asli, dimana nilainya
Sedangkan untuk mendapatkan tergantung dari metoda restorasi
Gambaran kualitas kimia air di (pematangan lahan) sebelum
kawasan pertambangan batugamping revegetasi dilakukan, disamping
Citeureup dilakukan pengamatan dan jenis tanaman. Terjadi indikasi
pengambilan contoh air permukaan, penurunan debit airtanah (mata air
mata air dan sumur gali, yang airnya dan sumur penduduk) pada
diduga bersumber dari airtanah pascatambang, sedangkan kualitas air
kawasan batugamping sebanyak 21 pada umumnya memenuhi persyarat-
conto. an digunakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah-tangga.
Sedangkan beberapa rekomendasi
sementara antara lain perlu
diberikan prioritas penambangan
untuk menyisakan batugamping yang
mempunyai porositas tinggi sehingga
kelestarian lingkungan terutama air
dapat terjaga. Pematangan lahan
untuk kegiatan revegetasi, terutama
saat penimbunan kembali tanah
penutup, diusahan jangan terjadi
pemadatan, sehingga sirkulasi air dan
udara pada tanah bisa memenuhi
Foto Sayatan Tipis Conto kebutuhan tanaman. Kebijakan
Batugamping reklamasi ditujukan agar pembukaan
lahan untuk pertambangan dilakukan
Hasil analisis dan evaluasi
seoptimal mungkin, dan setelah
penelitian porositas yang teramati
digunakan segera dipulihkan fungsi
antara lain: porositas jenis vuggy dan
lahannya dan dilaksanakan secara
intergranular, porositas ini men-
progresif secepatnya sesuai dengan
dominasi pada beberapa fasies
kemajuan tambang.
batugamping Klapannunggal, dengan
33
9. PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI MATERIAL
KOMPOSIT
34
Walaupun preservasi mikro- signifikan) yakni; dari 14,31583
organisme dengan sediaan dalam menjadi 14,79908 Ao.
bentuk tablet (berbasis mineral Salah satu cara lain untuk
adsorban) dapat mengatasi masalah memperesar rongga pori bentonit
diatas, namun bahan galian mineral- adalah dengan melakukan aktivasi.
mineral bersifat adsorban tersebut Dalam penelitian ini aktivasi dilaku-
(dialam), dijumpai dalam berbagai kan dengan HCl pada konsentrasi
jenis yaitu ; bentonit, perlit, gypsum yang berbeda-beda. Dari hasil analisis
dan lain sebagainya (sembiring, dkk XRD, menunjukkan pembesaran
1996, 1997). Jenis mineral tersebut, rongga bentonit yang optimal terjadi
dapat ditemukan di wilayah pada konsentrasi HCl 0,8 N, menjadi
Indonesia (pulau Jawa). Namun jenis 18,37514Ao.
mineral tersebut tidak dapat Kelemahan dari bentonit alam
langsung digunakan, mengingat sifat- adalah rusaknya struktur lapis dan
sifat yang dimiliki belum memenuhi hilangnya porositas karena pemanas-
persyaratan untuk kehidupan mikro- an pada suhu tinggi (500oC) (Cool
organisme. dan Vansant, 1998, Anita, 2006). Oleh
Dalam penelitian ini, mineral- karena itu dalam penelitian ini,
mineral bersifat adsorban berasal kalsinasi hanya dilakukan pada
dari daerah Karangnunggal, temperatur 100oC; 200oC dan 400oC.
Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari hasil Dari hasil percobaan menunjukkan,
karakterisasi dengan analisis X-RD, bentonit karangnunggal memberikan
menunjukkan Na-bentonit lebih pem-besaran rongga dari 18,37514
berpotensi sebagai preservasi mikro- Ao menjadi 19,11529 Ao pada
organisme, karena mempunyai temperatur 200oC. Hal ini disebabkan
rongga pori yang paling besar yakni: gugus OH- menghilang menurut
14,31583 Ao. reaksi: 2OH- H2O (g)+O2-,
Agar mikroorganisme dapat hidup disamping itu trectching/terbentuk-
dan bertahan dalam mineral (sebagai nya gugus Si-O-Si baik pada
preservasi), maka rongga pori Octahedral maupun Tetraherdral
terlebih dahulu harus diperbesar. sheet.
Pembesaran rongga pori Na-bentonit, Dalam penelitian ini, interkalasi
dilakukan dengan metoda “batch” dilakukan dengan penambahan
melalui; pemurnian, aktivasi kimia, surfaktan jenis EDA. Agar interkalasi
kalsinasi dan interkalasi. dapat berjalan dengan baik, maka
Pemurnian dilakukan dengan cara terlebih dahulu harus dilihat
perendaman bentonit dalam air tingkat/kemampuan adsorpsi EDA
selama 8 jam, dengan maksud untuk oleh bentonit dan sekaligus
memberi kesempatan bentonit mengoptimalisasikannya.
mengembang dan mengeliminir Kemampuan adsorpsi bentonit,
unsur-unsur pengotor. Hasil analisis sangat tergantung pada beberapa
menunjukkan bahwa bentonit rata- parameter yakni; pH, waktu kontak,
rata mengembang sebesar 65%, yang konsentrasi EDA dan RPM.
mengakibatkan terjadinya pembesar- Optimalisasi dilakukan dengan
an rongga (walaupun tidak terlalu mengatur pH luluhan, sedangkan
35
parameter-parameter lainnya adalah Dengan penambahan surfaktan
tetap. Hasil percobaan menunjukkan (EDA) pada kondisi optimal yakni :
bahwa titik optimum dari adsorpsi pH luluhan 5, waktu kontak 60 menit
EDA oleh bentonit terjadi pada PH 5 dan konsentrasi EDA 20 ppm pada
yaitu 67,21%. Optimalisasi waktu RPM 150, maka terjadi peningkatan
kontak, dilakukan pada kondisi pembesaran rongga dari 19,11529 Ao
optimum, sedangkan yang menjadi (hasil pemurnian dan aktivasi)
variabel adalah parameter waktu menjadi 28,15977Ao.
kontak. Dari hasil percobaan Dari hasil penelitian ini, dapat
menunjukkan kemampuan optimum disimpulkan bahwa jenis mineral
adsorpsi bentonit terhadap EDA bersifat adsorban yang sesuai sebagai
terjadi pada waktu kontak 60 menit, preservasi mikro-organisme adalah
dengan tingkat adsorpsi 71,25%. jenis Na-bentonit. Dengan memberi
Optimalisasi konsentrasi EDA, perlakuan fisik dan kimia, maka akan
dilakukan pada kondisi pH, waktu terjadi pembesaran rongga pori Na-
kontak dan RPM optimum. bentonit dari 14,31583 A o menjadi
Sedangkan yang menjadi variabel 28,15977Ao. Dengan terjadinya
adalah parameter konsentrasi EDA. pembesaran rongga pori ini,
Dari hasil percobaan menunjukkan diharapkan mikroorganisme dapat
kemampuan optimum adsorpsi bertahan hidup, sehingga Na-bentonit
bentonit terhadap EDA terjadi dapat digunakan sebagai preservasi
konsentrasi EDA sebesar 20 ppm, mikroorganisme tersebut.
dengan tingkat adsorpsi 80,5%.
36
an lahan terbangun. Selain itu, fungsi dari faktor-faktor curah hujan,
masalah bisa timbul akibat jenis tanah, jenis batuan, kemiringan
kepentingan dari pemangku kebijak- lereng. Penilaian kondisi lahan
an. Upaya penanggulangan per- didasarkan pada perbandingan nilai
masalahan lahan sering kali hanya Indeks Konservasi Alami (IKA)
berdasarkan pada kepentingan pihak dengan Indeks Konservasi Aktual
tertentu, sehingga upaya Penanaman (IKc) (Mahmudin, 2000). Upaya
tanpa melihat pada kemampuan menerapkan lndeks Konservasi (IK)
lahan tersebut, akan tetapi seringkali untuk mengevaluasi kesesuaian lahan
dilakukan berdasarkan pada
komoditas yang sedang tren,
sehingga jika komoditas tersebut
sudah tidak bernilai ekonomis, lahan
dengan cepat berubah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengkaji kondisi lahan berdasarkan
perhitungan indeks konservasi
secara spasial untuk mendukung
penataan ruang di wilayah Subang
selatan. Pada tahun 2010 sasaran
yang akan dilakukan adalah
melakukan perhitungan faktor-faktor Foto Pengambilan sampel tanah
di lapangan
yang menjadi masukan pada indeks
konservasi dan menyajikan faktor-
faktor tersebut ke bentuk peta-peta untuk kawasan konservasi di
tematik. Kawasan Jalancagak adalah suatu
Kesesuaian lahan pada hakikatnya koefisien yang menunjukkan
merupakan gambaran tingkat kemampuan suatu wilayah untuk
kecocokan sebidang lahan untuk menyerap air hujan yang jatuh ke
suatu penggunaan tertentu. Dalam permukaan tanah dan menjadi
bidang pertanian contohnya, imbuhan air tanah. lK dibedakan
kesesuaian lahan dikaitkan dengan menjadi Indeks Konservasi Alami
penggunaannya untuk usaha (IKA) yang dipengaruhi oleh aspek
pertanian dan perkebunan. Faktor alamiah (kemiringan lereng, batuan,
kualitas lahan yang menentukan tanah dan curah hujan) dan lndeks
tingkat kesesuaian lahan bagi Konservasi Aktual (IKC) dipengaruhi
tanaman antara lain, keasaman (pH), oleh aspek alamiah dan aspek aktual
ketersediaan air tanah, kesuburan (penggunaan lahan). Perbandingan
tanah, daya menahan unsur hara, antara IKA dan IKC sebagai dasar
ketahanan tanah terhadap erosi, klasifikasi kesesuaian lahan untuk
kedalaman efektif tanah, tekstur kawasan konservasi.
tanah di daerah perakaran, dan Hasil yang diperoleh pada
keadaan iklim. kegiatan tahun 2010 adalah
Indeks konservasi merupakan informasi klasifikasi tanah melalui
pendekatan kondisi lahan terhadap pemetaan tanah skala 1:50.000
berdasarkan pada pengambilan
37
sampel tanah di lapangan, serta Jalancagak didominasi oleh kebun,
pembuatan peta isohyet, peta yang menunjukkan potensi
kemiringan lereng, peta geologi dan sumberdaya alam di kawasan
peta tutupan lahan. Peta-peta tematik tersebut berasal hari hasil per-
tersebut, baik yang disusun kebunan berupa teh, sawit, nanas dan
berdasarkan data-data primer dan sayur mayur. Potensi perkebunan di
sekunder, merupakan masukan harapkan mengangkat perekonomian
dalam kajian kondisi kesesuaian kawasan Jalancagak. Namun
lahan berdasarkan perhitungan pengetahuan masyarakat masih
indeks konservasi. minim tentang peruntukan lahan, hal
Kondisi curah hujan di Kawasan ini terbukti dari pengalihan kawasan
jalan cagak beragam dengan rata-rata hutan menjadi kawasan wisata dan
280 mm/bulan. Ketinggian topografi pemukiman, padahal seharusnya
mempengaruhi tinggi rendahnya hutan menjadi konservasi sumber-
curah hujan. Pada bagian Utara di daya alam dan air yang harus
bagian perbukitan Ciater memiliki dilestarikan. Untuk itu perlu campur
curah hujan yang lebih tinggi tangan berbagai pihak untuk
dibandingkan di kawasan dataran. menyelaraskan pengetahuan
Variasi tutupan lahan di kawasan masyarakat mengenai optimalisasi
jalan cagak menunjukkan keaneka- pemberdayaan lahan sesuai dengan
ragaman sumber daya alam dan peruntukkannya.
ekonomi. Tutupan lahan di kawasan
38
gangguan karena sistem satelit Byru telemetri dari satelit Byru menjadi
AceS-PSN yang dipakai sudah dekat sistem satelit BGAN-Inmarsat; 2)
dengan masa akhir-nya. Selain Kegiatan ilmiah: analisis data SuGAr
mengaktifkan kembali jejaring SuGAr untuk meneliti lebih jauh sumber
di lapangan, tahun 2009, juga sudah gempa megathrust di Segmen
dibangun laboratorium SuGAr yang Mentawai dan pola aktivitas afterslip
baru di Puslit Geoteknologi LIPI setelah gempa 2004, 2005, 2007, dan
untuk pusat penerimaan dan gempa padang 2008; dan 3) Kegiatan
pengolahan datanya. Kegiatan pada ilmiah penunjang: melanjutkan studi
tahun 2010 ini meliputi tiga koral paleoseismic-paleogeodesi di
bagian:1) Pengembangan teknis: Kepulauam Mentawai.
perbaikan atau penggantian sistem
39
dari yang dilaporkan, hal ini akan Hasil pengukuran temperatur
semakin mempersulit upaya grafik suhu terhadap kedalaman
pengelolaan air dalam melestarikan memberikan beberapa hasil yang
potensi tersebut untuk dapat bervariasi. Perbedaan sistem aliran
dimanfaatkan secara kesinambungan panas ini dapat dikelompokkan
dalam waktu panjang. menjadi 2 sistem/rejim aliran panas
Dari beberapa penelitian yang pada wilayah penelitian. Sistem
telah dilakukan sebelumnya, belum pertama adalah sistem aliran panas
memberikan suatu solusi untuk pada wilayah Ungaran, Kabupaten
menjawab permasalahan yang hingga Semarang dengan kisaran aliran
kini masih diperdebatkan tentang temperatur 25-290C (data pada
dimana daerah resapan yang sumur pantau PT Mega Rubber, PT
bertindak sebagai imbuhan Batam Tekstil II, PT APAC Inti Corp II
(recharge) air bagi cekungan airtanah dan PT Coca-cola II) sedangkan
Semarang, apakah berasal dari sistem kedua adalah sistem aliran
tinggian selatan Semarang atau di panas pada wilayah dataran aluvial
dataran Semarang sendiri. Kondisi Kota Semarang dan sekitarnya.
geologi, topografi dan hidrologi, Hasil pengukuran dari lima sumur
temperatur bawah permukaan (heat), pantau yang berada di sebelah utara
Semarang, muka airtanah yang tidak
mengalami perubahan adalah Citra
Land (SMR-1) dan di PT Kayu lapis
Indonesia Kendal (SMR-29) diban-
dingkan dengan data muka airtanah
tahun 2000 (Murdohartono, 2000).
Untuk tiga sumur pantau Tanjung
Emas (SMR-3), LIK Kali Gawe (SMR-
8) dan Pedurungan (SMR-27) telah
mengalami perubahan penurunan
muka airtanah yang cukup tajam
Foto. Water sample catcher sekitar 5m dibandingkan dengan
pengukuran muka airtanah tahun
dan isotop stabil, diharapkan akan 2000. Dengan penurunan sekitar 0,5
memberikan gambaran mengenai m per tahun menunjukkan bahwa
masalah ini. pengambilan air tanah makin
Berdasarkan hasil pengukuran meningkat dari tahun ke tahun.
pada 15 sumur pantau di wilayah Kandungan total fosfat sebagai
kota Semarang dan sekitarnya (PO4-P) yang melebihi ambang batas
didapatkan sumur pantau terdalam kriteria mutu air kelas I, II, dan III,
adalah sumur yang berlokasi di ditunjukkan pada lokasi SMR-2, SMR-
Kecamatan Pendurungan dengan 5, SMR-6, SMR-13, SMR-18, SMR-20,
kedalam-an terukur 134 meter dan SMR-22, dan SMR-25 yang
sumur terdangkal adalah sumur Sam kisarannya antara 1,37 mg/L hingga
Po Kong II dengan kedalaman 20 4,38 mg/L, sedangkan yang
meter. melampaui ambang batas kelas I dan
40
II terdapat di lokasi SMR-7, SMR-15, mutu air kelas I dan II (10 mg/L)
SMR-17, SMR-21, SMR-23, dan SMR- terdapat di empat lokasi yaitu SMR-
24 kisarannya antara 0,21 mg/L 13, SMR-20, SMR-21, dan SMR-25.
hingga 0,96 mg/L. Kadar nitrat yang tinggi dapat
Kandungan nitrat yang bersifat toksik dan dapat
melampaui ambang batas kriteria mengganggu kesehatan manusia.
41
daerah penelitian dan terdapat pada dengan wilayah potensi bahaya
lapisan tanah pada kedalaman 0,2- banjir dan longsor. Untuk mengetahui
15m. Konsentrasi penurunan tinggi kerentanan sosial, ekonomi dan fisik
terutama di daerah Sanur, Serangan, dilakukan dengan “focus group
Benoa, Bualu dan Tanjung Benoa. discussion” (FGD). Integrasi dari data-
Potensi likuifaksi yang diikuti oleh data tersebut di atas dituangkan
penurunan lapisan tanah di wilayah dalam bentuk peta-peta tematik
ini perlu mendapat perhatian dalam dengan analisis spasial berdasarkan
pengembangan wilayah pembangun- sistem informasi geografis.
an infrastruktur bangunan tinggi, Hasil kajian sosial, ekonomi dan
sarana jalan dan jembatan untuk fisik memperlihatkan di Kabupaten
mendukung pengurangan resiko Cilacap masih terdapat wilayah
bencana gempabumi. wilayah dengan tingkat kerentanan
Kegiatan yang ke dua merupakan menengah hingga tinggi terhadap
kajian kerentanan masyarakat dan bahaya banjir. Kemudian wilayah
resiko bahaya banjir dan longsor sawah yang tergenang cukup luas
dengan lokasi di Kabupaten Cilacap. dengan lama genangan lebih dari satu
Kajian ini ditekankan pada bulan, sehingga hal ini dapat meng-
penyusunan konsep metodologi ganggu perekonomian masyarakat.
kajian resiko bencana yang Kemudian di wilayah Kabupaten
didalamnya termasuk pula kajian Cilacap bagian utara mempunyai
terhadap kerentanan masyarakat topografi perbukitan yang cukup
terhadap bahaya alam. Kajian ini terjal yang mempunyai potensi
menghasilkan konsep atau metode longsor yang tinggi. Jenis longsornya
yang dapat dipergunakan oleh berupa aliran aliran tanah, lumpur
pemerintah daerah di wilayah dan bahan rombakan batuan terjadi
Indonesia lainnya dalam meng- pada tanah lapuk yang gembur
identifikasi kerentanan dan resiko dengan kadar dan kelembaban tinggi.
bencana di wilayahnya masing- Hasil kajian kerentanan terhadap
masing. Dalam kajian ini terlebih bahaya longsor memperlihatkan
dahulu diprediksi kemungkinan kapasitas masyarakat di daerah
terjadinya bahaya-bahaya banjir dan rawan longsor masih rendah
longsor dengan cara mendeliniasi sehingga kerentanannya masih tinggi
potensi-potensi tersebut berdasarkan padahal di wilayah ini sudah banyak
interpretasi citra satelit dan data data terjadi bencana longsor. Agar
sekunder dengan memanfaatkan kerentanan masyarakat dapat
metodologi Sistem informasi direduksi diperlukan sosialisasi
geogrefis (SIG). Disamping itu, bahaya longsor yang lebih intensif,
dilakukan pula analisis data sekunder dengan demikian kapasitas
berupa data demografi untuk pengetahuan masyarakat dalam
mengetahui kondisi masyarakat dan peringatan dini terhadap bencana
data tataguna lahan yang berkaitan dapat meningkat.
42
14. PENGKAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN
43
bencana amblesan tanah (land berpengaruh meningkatkan laju
subsidence) sehingga didapatkan konsolidasi menjadi 1.17-2.23 cm/
model amblesan tanah di wilayah tahun hingga tahun 2016-2023,
kota Semarang yang menggambarkan Faktor penambahan beban permuka-
mekanisme dan karakteristik an pada kondisi penurunan air tanah
amblesan tanah. Investigasi geologi lebih meningkatkan laju penurunan
teknik lapangan, pengujian tanah menjadi 3.8-7.6 cm/tahun
laboratorium geologi teknik dan hingga tahun 2016-2019. Amblesan
pemodelan penurunan tanah tanah di daerah studi adalah
menggunakan metode elemen hingga eksploitasi airtanah dan beban
telah dilakukan pada penelitian ini. permukaan. Dengan demikian faktor
Hasil pemodelan penurunan tanah eksploitasi airtanah dan beban
pada penampang terpilih di kota permukaan sangat mempengaruhi
Semarang bagian utara menunjukkan fenomena amblesan tanah di daerah
bahwa penurunan yang terjadi akibat ini. Upaya pengaturan dan pemantau-
konsolidasi tanah lempung dengan an eksploitasi air tanah dan pem-
kondisi muka air tanah tidak berubah bangunan struktur dan penimbunan
sangat kecil dengan laju penurunan tanah perlu dilakukan untuk
2.5-4 mm/tahun. Eksploitasi air mengurangi bencana amblesan tanah
tanah dalam dari tahun 1996-2010 di daerah studi.
44
Indonesia memiliki potensi dikonsumsi sebagai air minum.
sumber daya panas bumi yang besar Namun demikian radius aman untuk
dibandingkan dengan potensi panas hal tersebut belum dapat disampai-
bumi dunia. Namun, hingga saat ini kan dari hasil penelitian tahun
panas bumi tersebut masih belum pertama ini.
dapat dimanfaatkan secara optimal, Hasil sementara dari tinjauan
khususnya sebagai salah satu energi lapangan menunjukkan bahwa
pilihan pengganti bahan bakar kegiatan ekploitasi panas bumi di
minyak. Mengingat sifat sumber PLTP Salak maupun PLTP Wayang
energi panas bumi tidak dapat Windu tidak menunjukkan dampak
diekspor, pemanfaatannya terutama pencemaran yang signifikan bagi
ditujukan untuk mencukupi kebutuh- perairan sekitarnya (hanya ditinjau
an energi domestik yang dapat dari sudut wastewater). Hal ini
memberikan nilai tambah dalam ditunjukkan dengan tidak dijumpai-
rangka optimalisasi pemanfaatan nya wastewater (buangan dalam
aneka ragam sumber energi di bentuk cair/setengah cair) diling-
Indonesia. Dengan demikian, peman- kungan sekitar PLTP karena hampir
faatan panas bumi dapat turut semua air yang terlibat dalam proses
menunjang pembangunan nasional dimasukkan kembali ke dalam bumi
untuk mewujudkan masyarakat melalui sumur injeksi.
sejahtera. Perubahan paradigma di Namun demikian, penelitian ini
sektor penambangan telah merespon masih bersifat pendahuuan sehingga
prinsip pembangunan berkelanjutan belum dapat memberikan gambaran
yaitu manfaat ekonomi dan sosial secara pasti bagaimana bentuk atau
melalui optimalisasi manfaat kebera- konsep pengelolaan sumber daya air
daan suatu industri pertambangan di sekitar lokasi PLTP. Oleh karena
dengan tetap memberikan per- itu masih diperlukan usaha untuk
lindungan kepada lingkungan. Hasil melakukan tracer sejauh mana
sementara dari penelitian tahun reservoir fluida geothermal dapat
pertama ini mendapatkan karak- memberikan pengaruh secara
teristik dari manifestasi sumber air di signifikan terhadap sumber air yang
sekitar lokasi. digunakan oleh penduduk untuk
Hasil identifikasi tersebut mem- kebutuhan minum, peternakan
berikan indikasi bahwa sumber air di maupun penyiraman tanaman. Oleh
sekitar lokasi PLTP baik Salak karena itu perlu dilakukan penelitian
maupun Wayang Windu berkaitan lebih lanjut dengan pengambilan titik
erat atau mencerminkan karakteritik sampling air lebih banyak dengan
fluida geothermal lokasi setempat. memperhatikan pergerakan air tanah
Secara umum, karakteristik fluida yang ada di lokasi.
hydrothermal tidak aman untuk
45
16. SURVEI PANAS BUMI
46
Energi alternatif yang sedang alterasi batuan, selanjutnya dilaku-
dikembangkan dan digalakkan oleh kan penelitian lapangan dan
pemerintah Indonesia dan merupa- penelitian laboratorium. Untuk
kan energi terbarukan adalah energi melihat penampang bawah permuka-
panas bumi. Dalam Roadmap an dilakukan pengukuran MT dari
Pemerintah Indonesia juga sudah lintasan yang dimulai dari daerah
dibuat bahwa sampai tahun 2014 Leles – Garu t- Samarang -Cisurupan
ditargetkan bahwa sumber energi sampai lapangan parkir daerah
dari panas bumi harus sudah wisata gunung Papandayan. Jarak
mencapai 3977 MW sementara antara titik ukur adalah antara 3
sampai tahun 2009 baru tercapai sampai 4 km.
1189 MW. Dalam upaya mengeksploitasi dan
Pusat Penelitian Geoteknologi mengeksplorasi panasbumi ada
LIPI terhimbau untuk mencoba beberapa tahapan yang harus dilalui,
mengadakan penelitian tentang antara lain (Asosiasi Panasbumi
energi panas bumi. Dari penelitian ini Indonesia, 2004):
akan mengeluarkan suatu konsep a. Studi Eksplorasi pendahuluan
regional tentang panas bumi daerah b. Eksplorasi Ianjut (Pre feasibility
Jawa Barat. Tahap pertama penelitian study)
ini adalah Kabupaten Garut yang c. Pemboran Eksplorasi
merupakan suatu sistem kecil satu d. Studi kelayakan (Feasibility study).
"Circular Feature" dari data anomali e. Perencanaan Pengembangan
gaya berat dari suatu sistem besar (Plan of Development -PoD)
Jawa Barat dimana sudah terbukti f. Pengembangan lapangan (pem-
terdapat beberapa lokasi potensi boran sumur dan persiapan
panas bumi yang sudah dieksploitasi fasilitas produksi dan injeksi) dan
dan yang masih tahap eksplorasi pembangunan PLTP
ataupun yang sedikit sekali data g. Produksi Uap dan Listrik (Operasi
dasarnya. dan Perawatan)
Penelitian energi terbarukan h. Peningkatan kapasitas PLTP
bertujuan untuk memberikan solusi Studi Eksplorasi pendahuluan
bagi permasalahan energi fosil yang dilakukan untuk mencari daerah
akan habis dan dengan harga yang prospek panasbumi. Pencarian
makin bertambah. Sedangkan umumnya diawali dari daerah yang
sasaran dari penelitian ini adalah menunjukkan tanda tanda adanya
membuat suatu model daerah suatu sumberdaya panasbumi.
prospek panasbumi dengan data Dalam tahapa ini, ada beberapa
gayaberat yang bisa membantu teknik yang lazim digunakan,yakni:
mempercepat proses eksplorasi 1. Survey dan Inventarisasi
bahkan memangkas beberapa Manifestasi Permukaan
tahapan eksplorasi sehingga akan 2. Survey Geologi
berdampak kepada murahnya biaya 3. Survey Hidrogeologi
eksplorasi. 4. Survey Geokimia
Penelitian dimulai dengan 5. Survey Geofisika
regional geologi, geologi struktur dan 6. Pengeboran eksplorasi
47
Pendekatan yang dilakukan dari sedangkan untuk mencapai daerah
kajian ini adalah memanfaatkan peta penelitian bias menggunakan jalan
gravitasi (gaya berat) dalam bentuk kabupaten dengan kendaraan roda 4.
peta anomaly bouger yang telah Pengukuran magnetotelurik (MT)
dipublikasikan yang selanjutnya di lapangan dengan menggunakan
dilakukan proses filtering anomaly alat ukur MT (Magnetotelluric)
sisa (residual) serta vertical keluaran Phoennix Model MTU-5A ,
derivative. Terdapat suatu anomali yang merekam komponen ortogonal
gaya berat bernilai rendah yang medan listrik (Ex dan Ey) dan medan
diindikasikan oleh daerah low magnetik (Hx dan Hy) pada
densitas (1-45 mgal) dari peta jangkauan pita frequensi 4.2 Hz
anomaly bouger yang berbentuk hingga 17.4 kHz. Posisi dan
melingkar (“circular feature”) ketinggian titik ukur MT ditentukan
(Ismayanto, 2007). Pada daerah dengan menggunakan alat GPS
pinggiran (rim) dari struktur (Global Positioning System) yang
melingkar (”circular feature”) ini, sudah terpasang pada alat..Untuk
terdapat daerah potensi panas bumi mendapatkan data yang baik dan
baik yang sudah diusahakan maupun bebas dari gangguan atau noise maka
yang masih tahap eksplorasi, seperti pengukuran dilakukan malam hari
daerah panas bumi Kamojang, selama 12-14 jam. Pemodelan 1-D
Derajat, Guntur-Masigit, Papandayan, menggunakan metoda transformasi
Cikuray. Hipotesa yang akan Bostick dan smooth inversion
dibuktikan adalah bahwa dahulu terhadap data MT untuk pemodelan
terdapat suatu kawah tua yang citra bawah permukaan mengguna-
berumur Kuarter Tua yang telah kan perangkat lunak WinGLink yang
meletus dan bekas kawahnya sudah tersedia di Pusat Penelitian
tertutupi oleh endapan yang lebih Geoteknologi LIPI.
muda. Oleh karena di bawah endapan Dilakukan pengukuran data
yang menutupi bekas kawah ini magnetotelurik (MT) sebanyak 12
masih terdapat kegiatan magma atau
kegiatan hidrotermal, maka larutan
hidrotermal akan mencari daerah
yang lemah untuk keluar sampai ke
permukaan bumi. Daerah yang lemah
itu antara lain adalah pinggiran (rim)
kawah gunung Kuarter Tua tersebut
dan juga melalui struktur yang
berada pada daerah struktur
melingkar tersebut.
Lokasi penelitian berada pada
daerah kabupaten Garut bagian utara.
Kota Garut dapat dicapai dari kota Gambar Lokasi titik pengukuran
Bandung berjarak sekitar 60 km MT dari Leles (01) sampai
kearah tenggara dengan memakai Papandayan (10)
jalan negara dan jalan propinsi,
48
titik pengukuran dengan lintasan kedalaman -2000m dpl terdapat
Leles – Garut – Samarang – Cisurupan batuan dengan tahanan jenis tinggi
- Papandayan. Jarak antara titik sampai 5000 Ohm-m. Adapun
pengukuran berkisar sekitar 3km. tahanan jenis tinggi diinterpretasikan
Data dengan jarak berkisar 3km ini sebagai batuan yang mengandung
sebenarnya diambil mengingat waktu panas seperti batuan volkanik yang
yang tersedia sangat sedikit sekali. merupakan sumber panas untuk
Direncanakan jarak yang cukup daerah panas bumi. Batuan dengan
bagus untuk hasil dengan resolusi tahanan jenis rendah seperti terlihat
yang cukup baik adalag dengan jarak pada penampang dibawah titik
1 km. Lokasi titik pengukuran data pengukuran GRT-03 dan GRT-04 dari
MT bisa dilihat pada gambar berikut. permukaan sampai ketinggian -700m
Penelitian geologi daerah Garut dpl dengan besaran tahanan jenis
khususnya yang berkaitan dengan antara 0-20 Ohm-m diinterpretasikan
potensi sumber panas bumi dilaku- sebagai batuan penutup seperti
kan dibeberapa lokasi, diantaranya: batuan alterasi yang “impermeable”.
daerah Darajat, Papandayan, Daerah pengukuran GRT-03 dan 04
Kamojang, Gunung Guntur, dan G. dekat sekali dengan gunung Guntur
Cikuray. Berdasarkan pengamatan di dan Cipanas dimana terdapat lokasi
lapangan bahwa batuan yang air panas sebagai salah satu
didapatkan adalah produk gunung- manifestasi daerah panas bumi.
api. Berdasarkan data kandungan Demikian juga pada bagian selatan
unsur kimia dan PH, dari analisis (Papandayan) terdapat batuan
salah satu conto airpanas yang ada, dengan tahanan jenis rendah (0-20
diinterpretasikan airpanas di Ohm-m) dari permukaan sampai
Papandayan bersifat asam. Dari ketinggian -1000m dpl yang
kandungan SO4 dan CO2 yang cukup diinterpretasikan sebagai daerah
besar, tipe air ini dapat dikategorikan batuan yang sudah teralterasi.
tipe air sulfat. Adanya CO2 yang besar, Sedangkan batuan dengan tahanan
kemungkinan berasal dari pengaruh jenis tinggi sampai 5000 Ohm-m
air permukaan. terdapat pada ketinggian -1000
Dari model 2D tahanan jenis sampai -1500m yang diinterpretasi-
magnetotelurik lintasan Leles- kan sebagai batuan yang panas. Pada
Papandayan terlihat bahwa pada daerah ini memang pada kenyataan-
bagian Utara (Leles) sedikit dekat nya daerah yang terdapat kawah
permukaan tahanan jenis cukup kecil2 di barat dari titik pengukuran
tinggi (500 Ohm-m) yang merupakan GRT-10 dengan manifestasi air panas,
lava sedangkan dibawahnya sampai solfatar dan belerang. Jadi sumber
ketinggian 0m terdapat batuan panas pada daerah Papandayan ini
dengan tahanan jenis sedang (50-350 lebih dangkal dari sumber panas
Ohm-m), dibawahnya terdapat pada daerah prospek panas bumi
batuan dengan tahanan jenis lebih Guntur – Masigit.
rendah pada ketinggian 0 sampai- Walaupun penelitian ini masih
1000m dpl dengan besaran tahanan dalam tahap awal, namun sudah
jenis 20-30 Ohm-m. Mulai dari terlihat keselarasan antara data
49
anomaly gaya berat yang rendah dengan anomali gaya berat yang
berupa “Circular Feature” dengan bernilai rendah yang membentuk
penampang citra bawah permukaan “Circular Feature” maka sudah bisa
tahanan jenis dimana di kedua sisi dilakukan pendugaan bahwa daerah
dari “Circular Feature” anomaly gaya potensi panasbumi adalah pada
berat dengan nilai rendah terdapat pinggiran (Rim) daerah “Circular
daerah dengan potensi panasbumi Feature” tersebut tanpa melakukan
yang cukup baik. Untuk eksplorasi survey regional yang membutuhkan
mendatang dengan kondisi daerah waktu dan biaya yang cukup besar.
50
dilakukan, tidak hanya untuk termineralisasi ini kemudian
mengungkap mulajadi cebakan emas mengalami proses malihan regional,
tersebut tetapi sekaligus untuk sehingga endapan emas tersebut
mengetahui hubungannya dengan ditemukan berasosiasi dengan
batuan malihan yang mendominasi batuan malihan.
wilayah itu. Untuk menguji kedua skenario
Seperti telah diketahui, bahwa tersebut, maka dilakukan peng-
aktifitas magmatik ataupun kegiatan amatan atau penelitian lapangan
volkanik berpotensi membentuk untuk menemukan hubungan antara
suatu sistem hidrotermal yang pada proses mineralisasi dengan batuan
ujungnya dapat membentuk suatu malihan serta mengumpulkan conto
cebakan mineral. Mineralisasi batuan. Melalui analisis terhadap
sekunder di daerah Bombana unsur utama, akan dapat diketahui
terdapat sebagai endapan sungai komposisi dan jenis batuan asalnya
yang batuan dasarnya disusun oleh dan kemudian dari analisis unsur
batuan metasedimen dan batuan jejak dan tanah jarangnya (trace
malihan fasies sekis hijau. Terkait elements dan Rare Earth Elements)
dengan keberadaan endapan emas akan dapat ditentukan lingkungan
tersebut dalam lingkungan batuan tektoniknya. Penelitian ini bertujuan
malihan, maka secara teoritis proses untuk menyusun model genesa
mineralisasi tersebut dapat dipahami pembentukkan cebakan emas di
dalam dua skenario, yakni: 1) wilayah Bombana berdasarkan
Mineralisasi emas tersebut terjadi parameter mineralogi, kimia dan
setelah proses malihan regional. struktur geologi.
Dalam konteks ini, terdapat suatu Berdasarkan pengamatan lapang-
aktifitas hidrotermal yang tidak an, selain didominasi oleh batuan-
menunjukkan manifestasi kegiatan batuan malihan, di wilayah penelitian
volkanik di permukaan, mengingat juga terdapat batuan volkanik meta,
semua batuan yang di permukaan batuan terubah di sekitar urat yang
sudah berubah menjadi batuan disusun oleh kuarsa dan kalsit serta
malihan; 2). Mineralisasi emas terjadi manifestasi panasbumi berupa kolam
sebelum berlangsungnya proses air panas di sebelah barat sungai Tahi
malihan regional. Dalam konteks ini, Ite. Munculnya kolam air panas di
maka adanya suatu kegiatan daerah ini menunjukkan bahwa di
magmatik/volkanik di wilayah ini wilayah ini juga masih terdapat
merupakan suatu prasyarat untuk sumber panas atau aktifitas
pembentukan larutan hidrotermal magmatik, walaupun keberadaan
yang dapat membawa mineralisasi. manifestasi permukaan ini tidak
Larutan hidrotermal ini akan berada di sekitar atau dalam
menyebabkan terjadinya proses lingkungan suatu busur gunung api
alterasi dan pengendapan logam atau terkait dengan sebuah sistem
emas, baik dalam veinlet maupun zona penunjaman. Kondisi tersebut
pada batuan sampingnya (host rocks). mengindikasikan bahwa wilayah ini
Batuan-batuan magmatik/volkanik pernah menjadi bagian suatu sistem
yang sudah teralterasi dan atau zona penunjaman yang menghasilkan
51
aktifitas magmatik, yang pada saat ini tektonik wilayah ini sangatlah terkait
sedang mengalami penurunan suhu. erat dengan aktifitas lempengan
Hasil pengamatan petrografi kerak samudera yang berkomposisi
menunjukkan kesesuaian dengan basa-ultrabasa. Sementara itu,
pengamatan lapangan yang mem- pengamatan lapangan maupun hasil
buktikan bahwa batuan malihan di analisis petrografi tidak menunjuk-
wilayah ini terdiri dari (+garnet) kan adanya kehadiran batuan-batuan
(+glaukofan) (+epidot) amfibol mika yang berasosiasi dengan lingkungan
sekis, muskovit klorit sekis, peridotit, benua, baik dari data mineralogy
serpentinit, meta batupasir, meta maupun data kimia batuan. Kondisi
batugamping, meta andesit, dan ini semakin memperkuat indikasi di
batuan ubahan. Komposisi batuan atas yang menunjukkan bahwa
tersebut mengisyaratkan bahwa aktifitas magmatik di wilayah ini
wilayah ini sebelum mengalami dipicu oleh interaksi antar lempeng
proses malihan regional disusun oleh samudera yang tidak melibatkan
sejumlah batuan yang beragam lempeng benua. Kesimpulan ini
komposisinya. Komposisi kimia mendapatkan legitimasi dari pola
(kandungan oksida, pola unsur jejak unsur Jejak dan Unsur Tanah Jarang
dan REE) dari batuan sekis hijau dan (REE) yang menunjukkan bahwa
sekis mika menunjukkan bahwa batuan-batuan volkanik tersebut
batuan-batuan malihan tersebut terbentuk pada lingkungan busur
berasal dari batuan volkanik dengan kepulauan (island-arc) dan cekungan
rentang komposisi dari basalt hingga busur belakang (back arck marginal
andesit. Bahkan salah satu conto yang basin). Sementara itu, data
sudah berupa batuan tersilisifikasi pentarikhan umur menggunakan K-
masih dengan tegas menunjukkan Ar (dating) terhadap mineral K-
pola batuan volkanik. Adanya batuan felspar pada batuan andesit meta
meta batupasir dan meta menunjukkan umur Kapur Akhir. Hal
batugamping serta peridotit dan tersebut memberikan gambaran
serpentinit menunjukkan bahwa, bahwa jauh sebelum terjadinya
wilayah ini sebelum proses malihan collision dengan bagian tenggara
regional, tidak hanya ditutupi oleh semenanjung Sulawesi Tenggara,
batuan-batuan volkanik, tetapi juga wilayah Bombana merupakan suatu
terdapat jendela-jendela (?) batuan busur kepulauan yang paling tidak
sedimen yang kemungkinan berumur terbentuk pada Kapur Akhir.
lebih tua dari produk volkanik Pengamatan lapangan juga
tersebut. Kehadiran batuan peridotit menemukan adanya gejala aktifitas
dan serpentinit dalam dominasi hidrotermal pada batuan-batuan
batuan malihan sekis hijau yang ada malihan tersebut. Gejala tersebut
memberikan isyarat bahwa proses berupa adanya urat-urat kuarsa dan
malihan regional yang dialami oleh kalsit (veinlets) yang memotong
wilayah ini telah mengangkat irisan- foliasi batuan malihan, zona alterasi
irisan (slices) batuan dasarnya yang dan mineralisasi di sekitar urat-urat
berkomposisi ultrabasa. Hal ini tersebut dan adanya urat-urat yang
mengindikasikan bahwa lingkungan saling berpotongan. Semua data
52
tersebut bermuara pada satu konsep tektonik terkini. Arah gaya
kesimpulan bahwa suatu proses utama di daerah penelitian memiliki
hidrotermal telah menginvasi trend plunge: 57/38, sedangkan
batuan-batuan malihan tersebut yang pembentukan sesar memiliki
memiliki peluang untuk membentuk kinematika umum yang sangat
mineralisasi emas pada batuan dipengaruhi pergerakan mendatar
malihan yang diterobosnya. Namun secara dominan dan minor
demikian, seberapa besar atau pergerakan normal dan naik. Arah
seberapa luas wilayah yang kompresi ekstensi memiliki pola yang
dipengaruhi oleh aktifitas hidro- ideal dengan model strain ellipsoid.
termal tersebut dan apakah proses Sedangkan analisis kelurusan mem-
ini yang bertanggungjawab terhadap perlihatkan bahwa pola yang banyak
pembentukan mineralisasi emas di berkembang adalah thrust foldbelt.
wilayah ini, masih memerlukan data Pola dilatasi yang didapat dari
yang lebih banyak untuk pengukuran lapangan menunjukan
menjawabnya. Sementara itu, data arah maksima pada utara-selatan
dari pengukuran inklusi fluida serta pola minor pada arah baratlaut-
menunjukkan bahwa aktifitas hidro- tenggara dan timurlaut-baratdaya.
termal tersebut berhubungan dengan Pola dilatasi tersebut memiliki
karakter fluida yang kaya gas dan perpotongan dengan arah foliasi
cairan dengan kisaran suhu yang umum yang menunjukan poladilatasi
cukup panjang, yakni antara (210- yang diwakili oleh urat hidrotermal
350)oC, dengan frekuensi atau modus terbentuk setelah foliasi hasil proses
pada kisaran (200-210)oC. Suhu metamorfisma. Analisis stress regime
pencairan es sampel menunjukkan menunjukan bahwa pola kompresi di
suhu yang relatif tinggi, dengan daerah bombana berkesesuaian
modus pada -0,4C, sehingga memiliki dengan model struktur orthogonal.
salinitas yang rendah sekitar (0,18- Berdasarkan model struktur
1,78)% berat ekuivalen NaCl. Sampel orthogonal tersebut, pola dilatasi
inklusi fluida tersebut diambil dari yang paling utama yang berkembang
urat-urat yang berhubungan dengan pada arah utara-selatan di daerah
mineralisasi yang berarah Bl-Tg, B-T, Bombana merupakan kompensasi
pada batuan induk sekis mika. dari pola struktur orthogonal. Dari
Umumnya mineralisasi emas uraian di atas, Pola struktur yang
berasosiasi dengan mineral sulfida berkembang sangat dipengaruhi oleh
seperti pirit, kalkopirit, gutit, gaya dengan arah umum timurlaut-
lepidokrosit dan sinabar, dengan baratdaya, dimana arah umum
tekstur cavity filling, dan replacement. tersebut memiliki konsistensi yang
Hasil pengukuran dan pengolahan juga menghasilkan produk pola
data kekar, slicken side dan pola urat, dilatasi pada postmetamorfisma yang
serta arah-arah foliasi, menunjukkan merupakan pathway bagi larutan
bahwa pola kompresi dan dilatasi hidrotermal dalam pembentukan
dari kekar-kekar berkorelasi sesuai urat-urat termineralisasi.
dengan pola strain ellipsoid dari
53
18. SURVEI KONSERVASI SUMBERDAYA GEOLOGI
54
adalah dengan pembuatan sejumlah Rudstone, (3) Fasies Framestone (4)
sayatan terukur dari Formasi Parigi Packstone-grainstone, (5) fasies cross
dan pengambilan conto sedimen bedded packastone, (6) Fasies algal
untuk analisis petrografi dan foram packstone (7) Fasies
paleontologi. Dalam studi batuan Wackstone (8) Fasies Floatstone, (9)
induk yang dilakukan adalah Fasies thin bedded wackstone-
pengamatan karakteristik dan packstone, (10) Fasies crossbedded
potensi batuan induk, pengambilan mudstone. Satu fasies non karbonat
conto permukaan batuan yang diduga yakni Fasies bioturbated sandstone
sebagai batuan induk untuk analisa diperkirakan berkaitan dengan
laboratorium yang meliputi analisa sedimentasi Formasi Parigi di daerah
kandungan TOC dan analisa pirolisis ini.(11) Fasies Bioturbated sandstone.
(Rock eval). Analisa ini dilakukan Formasi Parigi diperkirakan diendap-
untuk mengetahui indek produksi kan pada lingkungan reef front, reef
(PI), Indek Hidrogen dan temperatur crest, backreef, lagoon, surge chanel ,
maksimum pembentukan hidro- Tidal flat, tidal channel. Hasil analisis
karbon dari kerogen. fosil foraminifera besar [Type a quote
Hasil analisis geokimia pada 10 from the document or the summary of
conto batulempung yang diambil dari an interesting point. You can position
Formasi Jatiluhur dan Citarum di the text box anywhere in the
daerah Bogor dan Cianjur document. Use the Text Box Tools tab
menunjukkan nilai TOC sebesar 0,04
-1,28%. Pada umumnya mempunyai
potensi rendah hingga sedang untuk
membentuk hidrokarbon. Pada
Formasi Jatiluhur: Tingkat kematang-
an pada 4 conto adalah 431-451oC,
dinyatakan matang. Sedang 1 conto
lainnya mempunyai T Maks sebesar
431oC, dinyatakan belum matang.
Pada Formasi Citarum dianalisa 1
conto yang mempunyai T Max
sebesar 425oC, dinyatakan belum
matang. Nilai HI pada Formasi
Jatiluhur dan Citarum berkisar 21- Foto Fasies Framestone yang
menunjukkan koral masif pada Inc 20. 6
101 mg HC/g TOC, berada dalam
fasies CD. Dari hasil tersebut to change the formatting of the pull
menunjukkan bahwa batuan induk di quote text box] menunjukkan umur
daerah penelitian dapat menghasil- Formasi Parigi yaitu Miosen
kan gas dengan kwantitas kecil. AwalAnalisis fisik menunjukkan
Hasil penelitian batuan karbonat porositas dan permeabilitas terbesar
Formasi Parigi di daerah Palimanan, pada fasies Branching Coral
Cirebon dapat dibedakan menjadi 11 Bafflestone yaitu porositas sebesar
fasies karbonat yaitu (1) fasies 22,74% dan permeabilitas sebesar
Branching coral bafflestone, (2) fasies 35,3. mD. Dari pola lingkungan
55
pengendapan Formasi Parigi berada disebelah Utara-Barat, sedang
diperkirakan bagian depan terumbu terumbu belakang di bagian selatan.
56
kembali terubah menjadi talk.
Penelitian laboratorium melaku-
kan proses impregnasi logam
inhibitor ke dalam struktur kristal
dengan waktu yang lebih singkat dan
diamati pengaruh terhadap
kesempurnaan produk (zeolit-H dan
zeolit-Cu) yang dihasilkan. Analisis
yang dilakukan meliputi XRD, FTIR
dan analisis mikro-biologi.
Hasil analisis FTIR, zeolit alam
memberikan puncak serapan pada
Gambar Struktur Mordenit
daerah bilangan gelombang 447,5
cm-1, 1051,1 cm-1, 1224,7 cm-1, intensitas vibrasi yang signifikan
1639,4 cm-1, 2000,0 cm-1, dan 3450,4 dalam spektrum FTIR tersebut meng-
cm-1. Puncak 3450,4 cm-1 indikasikan bahwa di dalam sampel
menunjukkan serapan dari gugus O-H zeolit-raw terdapat bahan silika yang
pada zeolit terhidrasi. Pita serapan belum berikatan dengan bahan lain
pada daerah 3450,4 cm-1 merupakan dengan kadar yang dominan.
vibrasi ulur O-H dari molekul air yang Hasil analisis terhadap zeolit-H,
teradsorpsi. Dan serapan pada terjadi perubahan intensitas pada
1639,4 cm-1 merupakan vibrasi tekuk gelombang 1051,1-1056,9 cm-1
gugus O-H dari molekul H2O yang (vibrasi ulur asimetris Si-O atau Al-O
teradsorpsi. Bilangan gelombang pada TO4). Puncak menunjukkan
1250-950 cm-1 menunjukan adanya adanya gugus silanol (Si-O-H) dalam
renggangan asimessssssstri tetra- kerangka zeolit, lebar puncak
hedral luar. Puncak 1051,1 cm-1 mengindikasikan gugus silanol yang
menunjukkan adanya vibrasi ulur semakin banyak, menunjukkan
asimetris Si-O atau Al-O pada TO4, kristalinitas menurun. Serapan dari
sekaligus menunjukkan adanya gugus ulur asimetris Si-O dari gelombang
silanol (Si-O-H) dalam kerangka 1051,1 cm menjadi 1055,0 cm-1 dan
zeolit. Bilangan gelombang 1051,1 1056,9 cm-1 terjadi akibat perlakuan
cm-1 ini merupakan puncak dengan asam. Hal ini menunjukkan ter-
intensitas paling tinggi, menunjukkan jadinya pengurangan Al-O pada
Si-O pada zeolit-raw yang digunakan kerangka zeolit. Ikatan Si-O lebih
sangat tinggi. Serapan vibrasi tekuk kuat dibandingkan Al-O sehingga
T-O berada pada kisaran 420-500 cm- bilangan gelombang yang dibutuhkan
1, gelombang 447,5 cm-1 merupakan untuk melakukan vibrasi lebih besar.
interpretasi dari jalinan internal pada Fenomena tersebut, menunjukkan
kerangka zeolit, dari analisis perlakuan asam dapat menyebabkan
spektroskopi inframerah tersebut dealuminasi. Terjadi pula puncak
dapat disimpulkan bahwa zeolit alam baru pada gelombang 1400,2 cm-1,
menunjuk-kan karakter kerangka menunjukkan bertambahnya jumlah
berbentuk struktur. Terdapatnya sisi asam Lewis yang berperan
gugus Si-OH, Si-O-Si, dan Si-O dengan sebagai akseptor elektron. Dari hasil
57
tersebut membuktikan bahwa terjadi perubahan konsentrasi yaitu
modifikasi zeolit menjadi zeolit-H 3093 dan 3094 ppm.
telah berhasil. Uji mikrobiologi produk hasil
Analisis spektrum XRD zeolit-raw, impregnasi terhadap Escherichia coli,
zeolit-H, dan zeolit-Cu, menunjukkan dibandingkan antara waktu proses 2
kandungan utama sampel zeolit alam jam dengan 8 jam, pertumbuhan
Cikancra, Tasikmalaya berupa bakteri proses 2 jam sebesar 21 x 107,
mordenit. Ditunjukkan oleh nilai 2θ dan proses 8 jam sebesar 15 x 107.
6,447⁰; 9,745⁰; 15,322⁰; 22,254⁰; Mengamati selisih waktu 6 jam, maka
25,631⁰; 26,332⁰; 27,651⁰; dan penurunan pertumbuhan bakteri
30,937⁰. Spektra zeolit-H dan zeolit- tidak terlalu signifikan, tetapi apabila
Cu hampir tidak terjadi perubahan dibandingkan dengan kontrol negatif
nilai 2θ pada puncak khas mordenit, E.coli sebesar 157 x 107, daya hambat
hal ini menunjukkan perlakuan HCl material cukup signifikan. Pertum-
0,5 N dan impregnasi logam Cu buhan koloni bakteri paling rendah
terhadap zeolit, tidak merusak kristal dicapai oleh waktu proses 8 jam,
alamiahnya. Selain itu, tidak walaupun demikian bila kita
terbentuknya puncak-puncak baru mengamati konsentrasi Cu yang
menandakan bahwa tidak terserap, proses yang ekonomis
terbentuknya fasa/senyawa baru dicapai dengan waktu proses 1, 1.5
yang mempunyai kristalinitas yang dan 2 jam. Dari data tersebut dapat
tinggi. Demikian juga proses kalsinasi kita tarik kesimpulan bahwa waktu
pada 300ºC cukup efektif, karena dari proses 1, 1.5 dan 2 jam lebih
difraktogram menunjukkan tidak ekonomis dibandingkan dengan
terjadi kerusakan struktur zeolit. Hal waktu proses 8 jam. Sehingga kita
tersebut menunjukkan pula bahwa dapat mempersingkat waktu proses
zeolit alam mempunyai kestabilan paling lama 7 jam. Demikian pula
struktur kerangka cukup tinggi terhadap jamur candida albicans,
walaupun terbentuknya secara alami. waktu proses 1, 1.5, dan 2 jam lebih
Proses impregnasi Cu berhasil ekonomis. Karena untuk material
dilakukan, penanaman paling tinggi farmasi pada umumnya peng-
dicapai oleh waktu proses selama 1 gunaannya dilakukan berulang,
jam (konsentrasi Cu 3164 ppm). Dan sehingga antiseptik berbasis zeolit
untuk waktu proses 1.5 jam dan 2 dapat pula dibuat dengan waktu-
jam, boleh dikatakan hampir tidak waktu proses tersebut di atas.
Program Kompetitif LIPI, berasa dari DIPA Biro Perencanaan dan Keuangan
LIPI mempunyai 10 kegiatan penelitian. Berikut abstrak dari laporan
penelitiannya.
58
(1) ”Geologi dan Perubahan Lingkungan-Iklim di Perairan Berau
Berdasarkan Kajian Evolusi Endapan Estuari dan Terumbu Karang:
Model Lingkungan Reservoir dan Sumber Hidrokarbon-Air di Kawasan
Estuari Berdasar Evolusi Tektonik dan Perubahan Lingkungan-Iklim”
Oleh:
Prof. Dr. Wahyoe S. Hantoro, Ir. Tjoek Aziz Soeprapto, M.Sc., Dr. Ir. Edy M.
Arsadi, M.Sc. Purna Sulastya Putra, ST., MT., Engkos Kosasih, Suyatno
59
(2) “Pemetaan Potensi Bahan Galian dan Sumberdaya Air Berbasis
Sistem Informasi Geografi Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur:
Deliniasi Bahan Galian, Karakteristik Hidrologi dan Neraca
Sumberdaya Air”
Oleh:
Ir. Yugo Kumoro, Ir. Igna Hadi S., Ir. Achmad Subardja Dj., M.Sc., Dr. Ir. Bogie
Sudjatmiko, Yunarto, ST., Hilda Lestiana, S.Si., Wilda Naili, S.Si., Wawan
Hendriawan Nur, A.Md.
60
dapat dilihat bahwa kandungan air dengan teknologi aerasi dan
tanah pada kedua pulau tersebut penyaringan yang memanfaatkan
memiliki kandungan amonium, fosfat bahan-bahan yang berasal dari kedua
total, zat organik, Fe dan Mn yang pulau tersebut diataranya batu
tinggi, solusi yang dapat dilakukan kerikil, sabut kelapa serta arang
meminimalkan kadarnya adalah tempurung kelapa.
61
keterkaitan dan interaksi darat-laut. Hal ini meliputi dta, peta dan
Tujuan dari pengelolaan wilayah informasi mengenai kesesuaian lahan
adalah pertumbuhan ekonomi yang dan daya dukung lahan wilayah DAS
berkesinambungan secara sosial Mahakam. 2) Data, peta dan
maupun secara lingkungan serta informasi mengenai kebutuhan lahan
adanya keselarasan antara ekonomi di wilayah DAS Mahakam? Hal ini
dan lingkungan. Penataan ruang dan meliputi data, peta dan informasi
perencanaan spatial diperlukan mengenai pola pemanfaatan lahan
untuk mengatasi masalah persaingan dan penguasaan lahan yang sedang
dan konflik yang seringkali terjadi berlangsung di wilayah DAS
antara pertanian, pertambangan, Mahakam. Analisis Tata Ruang
maupun kehutanan dalam suatu Wilayah DAS Mahakam dilakukan
wilayah yang terbatas. dengan terlebih dahulu melakukan
Penelitian ini dirancang untuk 3 inventarisasi dan evaluasi seluruh
tahun anggaran dengan tahapan dan dokumen Rencana Tata Ruang yang
sasaran untuk masing-masing tahun telah disusun untuk wilayah DAS
kegiatan yang ditujukan untuk Mahakam. Berdasarkan analisis dan
menjawab pertanyaan penelitian evaluasi mengenai dokumen Tata
sesuai dengan masing-masing tahap, Ruang Wilayah DAS Mahakam yang
yaitu: 1) Tahun I ditujukan untuk ada saat ini dapat diidentifikasi
mengetahui bagaimana ketersediaan bahwa sebagian besar wilayah hutan
dan kebutuhan lahan serta penataan akan dikonversi menjadi wilayah
ruang di wilayah DAS Mahakam. budidaya kehutanan maupun wilayah
Tahap ini ditujukan untuk menjawab budidaya non-kebutanan. Berdasar-
pertanyaan penelitian apa yang kan analisis dan evaluasi dokumen
terjadi? 2) Tahun II ditujukan untuk Tata Ruang (RTRW) Wilayah DAS
mengetahui faktor-faktor penyebab Mahakam yang ada, dibandingkan
berbagai penyimpangan yang telah dengan data kesesuaian lahan dan
dapat diidentifikasi pada tahun I. daya dukung lingkungan wilayah DAS
Tahap ini ditujukan untuk menjawab Mahakam, dapat diidentifikasi bahwa
pertanyaan penelitian apa terdapat banyak penyimpangan antar
penyebabnya? 3) Tahun III ditujukan RTRW yang telah melampauai daya
untuk menghasilkan solusi Model dukung wilayah-wilayah tersebut.
Optimasi Penataan Ruang dan Pada tahun kedua kegiatan telah
Pemanfaatan Lahan Optimal dan diperoleh hasil-hasil penelitian
Berkelanjutan untuk wilayah DAS meliputi: 1) Peta dan Analisis RTRW
Mahakam. Tahap ini ditujukan untuk Propinsi Kalimantan Timur, yaitu:
menjawab pertanyaan penelitian meliputi RTRW awal sebelum
bagaimana solusinya? paduserasi, RTRW akhir setelah
Pada tahun pertama kegiatan Paduserasi, serta analisis perubahan
penelitian telah dihasilkan; beberapa pada RTRW Paduserasi. 2) Peta dan
data, peta dan informasi yang Analisis kesesuaian lahan wilayah
meliputi: 1) Data, peta dan informasi Kaltim, untuk pemanfaatan lahan
mengenai ketersediaan lahan di pertanian, perkebunan, hutan
Wilayah DAS Mahakam? produksi dan potensi pertambangan
62
batubara. 3) Peta dan Analissi daya penataan ruang dan pemanfaatan
dukung lingkungan wilayah Kaltim, lahan yang berkelanjutan. Model
berdasarkan tingkat kekritisan lahan. penataan ruang darat-laut terpadu
4) Peta dan Analisis RTRW Propinsi DAS Mahakam yang disusun dalam
Kaltim terhadap kesesuaian lahan penelitian ini diharapkan dapat
wilayah Kaltim. 5) Peta dan Analisis menjadi suatu model penataan ruang
RTRW Propinsi Kaltim terhadap daya dan pemanfaatan yang optimal secara
dukung wilayah Kaltim. 6) Peta dan ekonomi serta lestari secara
Analisis RTRW Proppinsi Kaltim lingkungan dan berkeadilan sosial.
terhadap pemanfaatan lahan kondisi Selanjutnya model penataan
saat ini (exiting condition) wilayah ruang optimal yang telah disusun
Kaltim. diharapkan pula dapat menjadi
Prov. Kaltim dengan luas daratan kesepakatan bersama yang ditaati
19.431.629,79 ha, memiliki 72% oleh semua pihak terkait sebgai
tutupan lahan hutan dan 20% berupa acuan dalam pelaksanaan pem-
bukaan tambang dan perkebumian. bangunan di wilayah tersebut.
Berdasarkan kesesuaian lahan, Mengingat bahwa tata ruang adalah
Kaltim memiliki potensi tambang suatu kebijakan publik yang harus
batubara (30%) dari total area, mewadahi berbagai kepentingan dari
perkebunan (39%), pertanian (13%), semua pihak terkait serta merupakan
hutan tanaman industri (32%) serta produk politik yang harus melewati
hutan alami (48%). Berdasarkan proses politik, maka untuk dapat
tingkat kekritisan, Kaltim hanya menghasilkan suatu tata ruang yang
memiliki sekitar 13,14% lahan tidak merupakan suatu kesepatan bersama
kritis. Adanya potensi tinggi dan diperlukan adanya kajian yang
sekaligus terbatasnya lahan tidak meliputi identifikasi stakeholder,
kritis, menurut adanya perencanaan konflik kepentingan dan kewenangan
matang untuk pengelolaannya. RTRW antar stakeholder serta solusi
Prov. Kaltim dengan 72% kawasan kelembagaan dan pembagian ke-
budidaya (KBNK dan KBK) dan 28% wenangan untuk masing-masing
lindung perlu ditinjau kembali dalam stakeholder, hingga suatu saat ruang
rangka mengoptimalkan semua yang disusun dimungkinkan untuk
manfaat dan potensi sekaligus disepakati, dipatuhi dan digunakan
menekan dampak ditimbulkan, demi sebagai acuan pem-bangunan dalam
pelaksanaan pembangunan kerke- rangka mewujudkan tujuan pem-
lanjutan. bangunan yang berkelanjutan.
Pada tahun III kegiatan penelitian, Untuk itu tahun III kegiatan
ditujukan untuk menjawab penelitian ini selain bertujuan untuk
pertanyaan penelitian. Bagaimana menghasilkan model tata ruang
solusinya? Tahap ini untuk optimal wilayah DAS Mahakam juga
menghasilkan model penataan ruang diusulkan untuk menghasilkan
darat-laut terpadu wilayah identifikasi konflik kepentingan dan
Kalimantan Timur pada fokus kewenangan antar stakeholder di
wilayah penelitian DAS Mahakam wilayah DAS Mahakam, yang akan
yang merupakan model optimasi menjadi penelitian pendahuluan dari
63
penelitian lebih lanjut untuk yang mengacu pada Tata Ruang
menghasilkan solusi kelembagaan kesepakatan yang telah disusun
dan pembagian kewenangan dalam bersama.
pengelolaan wilayah DAS Mahakam
64
(5) “Model Pengelolaan Air Imbuhan di Bagian Hulu Daerah Aliran
Sungai Ciliwung-Cisadane”
Oleh:
Ir. Ida Narulita, Dr. M. Rahman Djuwansah, Ir. Rasyid Iskandar,
Rizka Maria, ST., Fuad Firmasnyah, Hari Rahyu Wibowo, ST.
65
(6) “Kajian Lingkungan Bawah Permukaan Cekungan Jakarta”
Oleh:
Dr. Ir. Robert M. Delinom, M.Sc., Ir. Sudaryanto, MT., APU.,
Drs. Masyhuri Imron, MA., Drs. Ade Suriadarma,
Dr. Rachmat Fajar Lubis, ST., Hendra Bakti, ST.
66
pengelolaan limbah perlu dilakukan. disekitarnya pada akifer dangkal.
Dalam sistem pengolahan limbah Penelitian dilakukan dengan
tersebut ada dampak tanah apabila menggunakan model. Model
sistem pengelolaannya tidak dibangun melalui data yang diolah
dilakukan secara ketat, apalagi jika melalui proses Sistem Informasi
tidak dilakukan pengelolaan terhadap Geografi (SIG), sehingga akan
airlimbah. diperoleh zonasi daerah pencemaran
Penelitian ini mencoba mengkaji air tanah di sekitar industri, yang
potensi penyebaran polutan dari akan berguna bagi penyusunan
industri tekstil (Natrium) di wilayah konsep penaggulangan polutan oleh
Rancaekek terhadap air tanah pemerintah daerah setempat.
67
besar terakhir patahan ini. memungkinkan pembentukan tanah
Berdasarkan data pentarikhan umur (soil) di atas endapan danau dan
C-14 (AMS), slip ini terjadi skitar 500 rawa itu dimana kemudian hutan
tahun yang lalu. Bukti sedimentologi berkembang. Pada saat patahan
endapan pond menunjukkan bahwa kembali bergerak, lingkungan danau
ada slip lain yang terjadi setelah slip atau rawa akan terbentuk kembali,
besar itu. Pond ini terbentuk akibat mengubur hutan yang ada. Proses ini
pergerakan turun patahan. Akibat berulang sepanjang patahan itu
pergerakan ini, blok bagian bawah masih aktif. Dengan demikian
lereng akan membendung aliran air runtuhan endapan yang ditemukan
baik permukaan maupun bawah mencerminkan perulangan proses
permukaan. Pembendungan ini dari pembentukan danau (coseismic
mengakibatkan terbentuknya wadah- prosess) - pendangkalan danau (inter-
wadah air. Danau atau rawa ini akan seismic process) - dan pembentukan
terisi sedimen sehingga akan tanah di atas endapan danau atau
semakin dangkal hingga tidak ada rawa itu (interseismic process-pra
lagi ruang akomodasi sehingga seismic process).
68
jenis gerakan tanah tipe luncuran 5,0m mengidentifikasi bahwa
sering terjadi di Kecamatan Cibeber wilayah Kabupaten Bandung dapat
(Kab. Cianjur) dan Cipatat (Kab. diklasifikasikan sebagai wilayah
Bandung). Berdasarkan sifat ketek- dengan kerentanan gerakan tanah
nikan tanah, potensi gerakan tanah rendah. Wilayah kerentanan
akan banyak terjadi pada daerah menengah dan tinggi terkonsentrasi
yang disusun oleh lapisan tanah pasir terutama di wilayah Kecamatan
lanauan yang mempunayai nilai Cilengkrang, Ciwidey, Kadungora, dan
kohesi (c’) yang rendah. Hasil Pameungpeuk. Sementara itu,
pemodelan perubahan iklim, ber- wilayah Kabupaten Cianjur dapat
dasarkan scenario GCM (Global diklasifikasikan sebagai wilayah
Climate Model) BCCRBCM2 dengan dengan kerentanan gerakan tanah
referensi scenario A2-ASF, memper- menengah hingga tinggi. Wilayah
lihatkan bahwa perubahan curah kerentanan menengah dan tinggi
hujan dimana pada bulan-bulan terkonsentrasi pada daerah perbukit-
basah intensitas curah hujan semakin an dengan kelerengan yang curam,
meningkat, khususnya bulan terutama di wilayah Kecamatan
Desember-Januari, sedangkan pada Cibeber, Jonggol dan Cibinong.
bulan-bulan kering perubahan Perubahan presipasi akibat
intensitas hujan semakin menurun, perubahan iklim global untuk
terutama pada bulan Juni-Juli. wilayah Kabupaten Bandung dan
Intensitas curah hujan untuk bulan- Cianjur untuk tahun 2020, 2050 dan
bulan basah (Desember hingga Mei) 2080 tidak menyebabkan peningkat-
di wilayah Bandung akan mengalami an tingkat kerentanan, akan tetapi
peningkatan sebesar 34,5% pada menyebabkan pembentukan lebih
bulan Desember dan penurunan jauh daerah kerentanan rencah di
sebesar -7% di bulan Februari, wilayah-wilayah ini. Akan tetapi,
sedangkan di wilayah Cianjur akan seiring dengan peningkatan
mengalami peningkatan sebesar 35% presipitasi pada bulan Juni di tahun
di bulan Desember dan penurunan 5050, terjadi peningkatan daerah
8% di bulan Februari pada tahun rentan tinggi kembali dibandingkan
2080. Hasil pemodelan kestabilan pada tahun 2010 di daerah
lereng secara spasial dan temporal perbukitan di wilayah Kabupaten
untuk lereng dengan ketebalan tanah Cianjur.
69
masyarakat miskin. Air bersih secara ekonomi. Metode yang
merupakan salah satu kebutuhan digunakan dalam penelitian ini
dasar manusia sekaligus menjadi adalah perhitungan matematis SPI,
salah satu penyebab kemiskinan. analisis GIS, statistic dan survey/
Masyarakat miskin akan lebih wawancara. Sedangkan konsep
merasakan dampak akibat ketiadaan disusun berdasarkan eksplorasi
air bersih. Beberapa alas an yang variable-variabel penyusun WPI yang
menyebabkan demikian adalah terdiri atas komponen resources,
karena semakin mahalnya nilai air, access, use, capacity, dan environment.
air bersih terlalu jauh dijangkau Eksplorasi dilakukan dengan metode
sehingga memerlukan waktu, tenaga regresi. Hasil tahun I adalah
dan baiaya, air yang ada telah distribusi spasial WPI untuk skala
mengalami pencemaran sehingga DAS. Dari 71 kecamatan yang ada di
memerlukan waktu, tenaga dan DAS Citarum Hulu, telah dipilih 10
biaya, air yang ada telah mengalami kecamatan dengan nilai WPI
pencemaran sehingga menyebabkan terbesar. Dari 10 kecamatan dengan
penyakit, terjadi difisit sumber air nilai WPI terbesar kemudian dipilih
dan sebagainya. Dengan demikian satu kecamatan dengan nilai indeks
upaya peningkatan pelayanan kapasitas terbesar, yaitu kecamatan
ketersediaan air bersih diharapkan Gununghalu+Rongga. Kecamatan
dapat digunakan sebagai langkah tersebut merupakan kecamatan
atau media dalam mengurangi terpilih untuk melakukan survey
tingkat kemiskinan, meskipun pada skala desa. Dan Berdasarkan
dengan cara tidk langsung. Karena air informasi dari pihak kecamatan
bersih merupakan kebutuhan- ditetapkan desa tempat survey
kebutuhan vital yang tidk memiliki adalah desa Cicadas.
substitusi dan dibutuhkan oleh Kesimpulan sementara yang dapat
semua orang tanpa memandang diperoleh adalah bahwa kemiskinan
status sosialnya. di Cekungan Bandung sangat
Karena penelitian kemiskinan ini berkaitan erat dengan ketersediaan
ditempuh melalui upaya peningkatan air bersih, khususnya berkaitan
air bersih, maka pendekatan yang dengan tingkat kualitas dan cakupan
digunakan adalah menggunakan pelayanan yang tidak memenuhi
indeks kemiskinan air (The Water seluruh kebutuhan masyarakat.
Poverty Index/WPI). Meskipun tidak Kelangkaan tersebut menyebabkan
ada hubungan secara langsung antara masyarakat miskin di Cekungan
kemiskinan air dn kemiskinan secara Bandung yang umumnya berpen-
ekonomi, namun hasil analisis data didikan SD dan bekerja di sector
dari Bank DUnia menunjukkan pertanian kehilangan akses air bersih
bahwa ada hubungan yang signifikan karena keterbatasan yang mereka
antara HJI (Human Development miliki termasuk daya beli terhadap
Index) dab GDP (Gross Domestic air bersih disaat musim kemarau
Product) dengan WPI. Oleh karena (terjadi kelangkaan air bersih). Oleh
itu, perlu ditelii lebih jauh hubungan karena itu, usaha mengurangi
antara WPI dengan kemiskinan kemiskinan melalui peningkatan
70
akses masyarakat miskin terhadap bersih adalah kebutuhan vital yang
air bersih sangat membantu tidak dapat digantikan dengan
meringankan beban hidup mereka. barang lain.
Karena walau bagaimanapun air
71
struktur bawah per-mukaan wilayah Penanggungan ke arah danau lumpur,
sebelah barat dan selatan danau yang diinter-pretasikan sebagai zona
lumpur dengan menggunakan permeable yang membentuk saluran
metoda gayaberat, Audio Magneto- air tanah sebagai pemasok air yang
tellurik (AMT) dan Magnetotellurik menyebabkan semburan lumpur
(MT). terus berlangsung.
Hasil pengukuran dan interpretasi Bila intervensi teknologi dapat
data gayaberat berupa anomaly dilakukan untuk mengubah zona
Bouguer dan data AMT dan MT permeable ini menjadi impermeable,
menunjukkan bahwa terdapat suatu maka pasokan air akan terhambat
struktur patahan berarah NE-SW secara signifikan, sehingga dengan
yang membentang dari daerah desa demikian semburan lumpur akan
Watukosek di kaki Gunung dapat dihentikan.
72
dan perekayasa tahun anggaran 2010 satuan dataran rendah Sojomerto.
diharapkan dapat memberikan solusi Lapangan minyak di daerah
masalah tersebut di atas. penelitian berada pada satuan
Tujuan penelitian adalah perbukitan bergelombang. Pola
membuat model sub sistem aliran secara umum adalah
petroleum lapangan minyak skala denritik yang mengalir dari arah
kecil Cipluk, Kendal Jawa tengah. selatan menuju pada sungai
Sasaran dari kegiatan ini terwujud- Blukar.
nya informasi geologi permukaan 4. Urutan Stratirafi daerah
informasi nilai tahanan jenis bawah penelitian dari tua ke muda
permukaan. Sasaran akhir adalah adalah F. Banyak, F. Cipluk, F.
gambaran model sub sistem Kapung, F. Kalibiuk, F. Damar, F.
petroleum daerah lapangan minyak Notopuro dan endapan alluvial
Cipluk hasil kompilasi informasi 5. Model inversi tahanan jenis nilai
geologi dan geofisika dan konsep tahanan jenis dapat dikatagorikan
baru sistem petroleum. menjadi 2 bagian, yakni: <100
Metode yang digunakan untuk ohm meter menggambarkan
mencapai tujuan tersebut adalah sedimen yang terdeformasi kuat
metode pengamatan dan pengukuran di wakili oleh Formasi Banyak, F.
unsur-unsur geologi permukaan dan Cipluk dan F. Kalibiuk. Nilai >100
pengukuran geofisika dengan ohm meter relatitif tidak
menggunakan metode audio terdeformasi kuat ditafsirkan
magnetotellurik. diwakili oleh Formasi Panyatan
Hasil dari kegiatan pengolahan dan F. Merawu.
data sekunder dan pengamatan 6. Dari pengamatan geologi
geologi adalah sebagai berikut : permukaan tidak dijumpai batuan
1. Dalam hubungannya dengan induk (source rock) yang
tektonik regional daerah peneliti- merupakan bagian dari sistem
an berada pada daerah yang petroleum. Dari ciri litologi
didominasi oleh lipatan dan sesar batuan yang dapat bertindak
naik (thrust fold belt), serta sebagai reservoir adalah F.
kedudukannya merupakan Banyak, sedangkan batuan yang
Cekungan Busur Belakang (back dapat bertindak sebagai batuan
arc basins). penutup adalah F. Cipluk.
2. Hasil pengolahan data gayaberat 7. Kompilasi dari data regional,
regional daerah penelitian berada geologi permukaan dan model
dalam sub Cekungan kendal yang inversi tahanan jenis dapat dibuat
berbatasan dengan sub cekungan model tentatif sub sistem
Pemalang. petroleum lapangan minyak
3. Satuan morfologi daerah Cipluk. Hasil kompilasi data dapat
penelitian dapat dikelompokkan ditafsirkan bahwa perangkap
menjadi 4 satuan, yakni satuan minyak di daerah Cipluk adalah
dataran tinggi Gedong, satuan perangkap struktur (antiklin
perbukitan terjal, satuan rebah ke utara).
perbukitan berkelombang dan
73
Hasil studi ini secara teknis akan acuan/model untuk eksplorasi
memberikan pemahaman tentang ditempat lain yang sama kondisi
kondisi struktur geologi bawah geologi dan tektoniknya dan secara
permukaan dalam sistem petroleum. khusus bermanfaat sebagai bahan
Secara ekonomis, daerah yang telah pendidikan dan latihan bagi
terdeliniasi kemungkinan berprospek penyelenggara diklat migas.
hidrokarbon dapat dipakai sebagai
74
(4) “Penyusunan Basis Data Spasial Sumber Daya Alam dan
Kebencanaan sebagai Acuan Rencana Tata Ruang Wilayah dan
Pengembangan di Garut Selatan”
Oleh:
Hilda Lestiana, S.Si., Ir. Igna Hadi S., Hendra Bakti, ST., Dedi Mulyadi. ST.,MT.
76
gempabumi memerlukan pengeta- graben yang mengikuti sepanjang
huan yang baik mengenai kondisi pantai. Kedalaman muka airtanah
geologi dan geologi teknik bawah dangkal sekitar 0.85 sampai 4 meter
permukaan yang mengontrol dan dibebe-rapa lokasi lebih dari 4
kerentanan lapisan tanah terhadap meter.
peristiwa likuifaksi. Wilayah Padang Analisa potensi likuifaksi dan
dan sekitarnya telah dilakukan kajian penurunan di daerah ini menunjuk-
sifat ketenikan lapisan tanah bawah kan bahwa hampir semua titik
permukaan kaitannya dengan potensi pengujian mengindikasikan terjadi-
bahaya likuifaksi dan penurunannya nya likuifaksi dan penurunan. Pola
berdasarkan pengujian Cone sebaran zona likuifaksi terutama di
Penetration Test (CPT), dan Cone bagian baratlaut dari kota Padang,
Penetration Test with pore water fenomena ini mengindikasikan
measurement (CPTu). bahwa lapisan material pematang
Hasil penyelidikan menunjukkan pantai cukup sensitif terhadap
bahwa dataran Endapan Kuater di likuifaksi dan penurunan akibat
daerah Padang dan sekitarnya hingga gempabumi. Zona likuifaksi akan
kedalaman maksimum 30 m disusun menghasilkan penurunan total pada
oleh lapisan pasir lepas hingga padat, lapisan tanah bervariasi antara 0.3-
lanau lepas, lempung lunak dan 40cm, bahkan ada yang mencapai
beberapa pasir kasar. Batas sebaran lebih 50cm dengan penurunan
vertikal Endapan Kuarter diper- terbesar terutama di daerah
kirakan terjadi hingga kedalaman Pasirjambak, Airtawar, Kurogadang,
lebih 150 meter, sebaran tersebut Tunggul hitam, Seteba, UNP,
men-cerminkan bahwa bagian Kototangah, Purus dan Pecinan yang
cekungan Kuarter di daerah ini termasuk dalam zona kerentanan
likuifaksi tinggi, perlu mendapat
perhatian dalam pembangunan
infrastruktur bangunan tinggi, sarana
jalan dan jembatan untuk
mendukung upaya pencegahan
bencana gempabumi di masa
mendatang.
Dengan diketahui sebaran zona
kerentanan bahaya likuifaksi dan
penurunan, maka dapat digunakan
untuk memprediksi dan mitigasi,
sehingga hasil kajian ini akan
memberikan kontribusi dan dapat
Gambar. Citra landsat yang dijadikan pedoman dalam menetap-
menggambarkan lingkungan kan kebijakan Perencanaan Tata
geologi di daerah Padang Ruang Wilayah Detail (RTRD) sebagai
dasar dalam perencanaan struktur
mempunyai ketebalan yang dalam hal bangunan gedung (building code) dan
ini karena merupakan suatu zona IMB (Ijin Mendirikan Bangunan).
77
(7) “Studi Perubahan Suhu dan Kaitannya dengan ENSO/IOD
Berdasarkan Kandungan Geokimia Koral”
Oleh:
Dr. Sri Yudawati, Pudji Irasari, Fitriana
78
(8) “Pengembangan Sistem Pemrosesan Data GPS dan
Survey Geofisika Laut”
Oleh:
Dr. Ir. Danny Hilman Natawidjaja, M.Sc., Dr. Haryadi Permana,
Ika Atman Satya, Agus M. Riyant, S. Ikom
79
itu akan dilakukan pengolahan raw wilayah Kep. Banyak, Simelue dan
data GPS sejak tahun 2002 sampai Nias, sehubungan dengan terjadinya
2010 secara komprehensif sehingga dua kali gempa besar pada bulan
dapat dianalisis dan dikaji dan untuk April 2010 di wilayah tersebut yang
mempelajari kelakuan dan karak- mana cukup banyak membuat
teristik tektonik dan gempabumidi kerusakan dan kepanikan di kalangan
Sumatra barat agar bisa digunakan penduduk.Pekerjaan lapangan ini
dalam prediksi potensi gempabumi. bertujuan untuk meneliti dan
Disamping data GPS, juga akan mendokumentasi gejala alam yang
dilakukan analisis dan kompilasi data berhubungan dengan gempa besar
geofisika laut dari penelitian tersebut, khususnya fenomena
sebelumnya sehingga hasilnya nanti adanya pengangkatan dan penurunan
dapat dikombinasikan dengan data mukabumi.
hasil pengukuran GPS juga dari studi Sejalan dengan penelitian sumber
koral paleogeodesi untuk melakukan gempa di wilayah NAD, maka pada
analisis-pemodelan yang lebih tahun ini pengolahan data hasil
terpadu dari semua metoda yang survey geologi-gefisika laut juga
dilakukan ini. difokuskan ke wilayah yang sama
Pada tahun 2010 ini, penelitian supaya hasilnya bisa diintegrasikan
lapangan difokuskan ke wilayah Aceh secara terpadu.
dan Sumatra Utara, khususnya di
80
dengan aspek ilmu kebumian geologis; kedua, penerjemahan skala
mengakibatkan ketidaktahuan dalam intensitas gempabumi MMI menjadi
mengantisipasi dan melakukan bentuk tindakan kesiapsiagaan dan
tindakan mitigasi dan kesiapsiagaan penyelamatan diri.
terhadap peristiwa alam yang dapat Luaran kajian akan dituangkan ke
menimbulkan bencana tersebut. dalam materi pendidikan publik
Pengusul kegiatan ini mencoba dalam bentuk buku bergambar yang
melakukan kajian hasil-hasil mudah dipahami oleh masyarakat
penelitian yang berkaitan dengan umum. Kajian ini merupakan lanjutan
gempabumi. Kajian akan dikhususkan dari kegiatan sebelum-nya, dan
pada dua hal: pertama, tentang diusulkan dalam kegiatan kerjasama
struktur bangunan/rumah tanggap LIPI-RISTEK dengan JICA-JST.
gempa sebagai fungsi kondisi
81
(Surfactant Modified Activated masing-masing eksperimen dilaku-
Carbon) sebagai bahan penyerap kan 3 replikasi. Sementara untuk
(adsorban) dengan selektivitas tinggi mengetahui besar tingkat
terhadap kromium (Cr+6). penyerapan karbon aktif terhadap
Sebagai target penelitian pada EDA, dilakukan analisis COD
kegiatan Tahap II, adalah mem- (Chemical Oxygen Demand) dan
peroleh prototip SMAC berdasarkan analisis FTIR (Forier Transmitten
parameter dasar dari hasil Infra Red) digunakan sebagai
eksperimen. Eksperimen dilakukan indikator dalam eksperimen ini.
melalui intrudusir surfaktan Pengolahan data hasil eksperimen
kelompok kationik (ethylenediamine, dilakukan melalui uji statistik metoda
EDA) ke dalam karbon aktif dengan ANAVA untuk memverifikasi validitas
metoda batch. Karbon aktif tersebut data. Hasil penelitian diperoleh
direndam di dalam larutan surfaktan parameter dasar, yakni: konsentrasi
berbentuk monomolekul. Penentuan [EDA]: 50 ml/liter, [ pH ]: 7 (normal),
parameter dasar pembentukan SMAC [Temp.]: 25 oC (temperatur kamar),
dilakukan melalui eksperimen di ratio: berat Karbon Aktif/volume
laboratorium melalui disain faktorial Surfaktan: 1 gram/200ml dan waktu
23, yakni 2 level dari 3 faktor dan kontak selama 8 jam digunakan
disain faktorial perulangan satu sebagai parameter dalam pem-
faktor dengan taraf kuantitatif, bentukan prototip produk SMAC.
82
alam sebagai substitusi impor equivalent dengan kebutuhan kation
sediaan bahan baku industri farmasi dalam sel (tidak akan terjadi
khususnya sebagai penyerap bakteri kelebihan inhibitor), sehingga
patogen. material anti-septik berbasis zeolit
Tahun ini akan dilakukan akan ramah lingkungan.
rekayasa zeolit dengan penanaman Pada tahap achir penelitian telah
inhibitor pada gugus tetrahedral, menghasilkan 4 (empat) sasaran
dengan metoda kontinyu, sehingga yang telah dilakukan dalam kegiatan
zeolit dapat bersifat sebagai ini, yaitu :
antiseptic-carrier, zeolit yang akan 1. Mendapatkan karakter zeolit
digunakan berukuran halus yaitu Ciamis di lapangan, potensi
besar butir -325 mesh. Dengan pengembangan serta cadangan-
memanfaatkan sifat kristal zeolit nya
antara lain: sifat cation reversible, 2. Mendapatkan genesa zeolit,
molecular sieve dan sifat adsorpsi. apakah pengaruh diagenesa
Bahan aktif/inhibitor akan disimpan dan;atau pengaruh kegiatan
di dalam struktur kristal zeolit dan hidrotermal dan mengetahui
pada kondisi tertentu akan berfungsi hubungan zeolit (batuan asalnya)
atau keluar dari kerangka struktur dengan batuan disekitar.
induknya. Zat aktif tersebut berupa Memahami karakter batuan zeolit
logam inhibitor Cu, dengan untuk menentukan cara treatment
konsentrasi yang sangat rendah selanjutnya
mampu bersifat toksik terhadap 3. Menghasilkan metoda proses
plasma sel mikroba. Jumlah inhibitor pembuatan material anti-septic
yang dikonsumsi oleh mikroba, carrier dengan metoda kontinyu.
Airtanah masih menjadi sumber ambang batas 0,3 mg/L untuk ion
bagi mayoritas penduduk di wilayah besi dan mangan adalah 0,1 mg/L (PP
perkotaan, termasuk kota Bandung No. 82 tahun 2001).
dan Cimahi. Namun, berdasarkan Metode ‘in-ground treatment’
data yang ada tidak semua airtanah merupa-kan salah satu metode untuk
memenuhi syarat untuk digunakan menurunkan kandungan ion besi dan
sebagai sumber air kebutuhan mangan. Dengan metode ”in-ground
rumahtangga. Dua unsur yang sering treatment”, selain dihasilkan air
menjadi kendala penggunaan dengan kandungan ion besi dan
airtanah untuk memenuhi kebtuhan mangan yang lebih kecil juga dapat
rumahtangga adalah kandungan ion diharapkan terjadi penambahan
besi dan mangan yang melebihi volume ketersediaan airtanah dan
83
sekaligus mengurangi potensi (Fe dan Mn) kemudian ditentukan
bencana banjir. Kegiatan lapangan dan dibuat dua sumur imbuhan ‘in-
yang dilakukan meliputi pendataan ground treatment’ (di Komplek Nusa
kimia air pada sumur-sumur Hijau B/35 dan Pura Cimahi) dan
percobaan yang dibuat tahun 2009 satu sumur pemantauan dan
(melanjutkan pendataan/pemantau- sekaligus berfungsi sebagai sumur
an hasil percobaan) dan pendataan produksi bagi masyarakat. Pada
kimia air tanah (khususnya ion Fe kegiatan ini juga dilakukan
dan Mn) pada sumur penduduk di modifikasi saringan pada bak
sejumlah lokasi guna mencari lokasi penampungan dan pipa pengisian.
untuk menambah titik percobaan Data kimia air dari sumur
pengolahan. Pendataan dilakukan di pemantauan (5 buah) menunjukkan
kawasan perumahan Citeureup terjadinya penurun-an kandungan
Permai, Desa Citereup; Komplek ion Fe dari 1,586 mg/L menjadi 0,657
Sriwijaya, Perumahan Pondok Mas, mg/L sementara Mn berubah dari
Perumahan Baros, Perumahan 1,333 mg/L menjadi 0,835 mg/L.
UNJANI, komplek perumahan Cibogo Pada sejumlah sumur imbuhan yang
Permai, Perumahan (KPAD) Sriwijaya dibuat tahun 2009 bahkan
Kota Cimahi. Lokasi-lokasi yang kandungan ion Fe sudah sampai
menunjukkan kandungan Fe dan Mn batas aman untuk diminum. Namun
diatas ambang batas adalah di hanya sedkit terjadi penurunan pada
Perumahan Unjani, Pura Sriwijaya ion Mn. Penurunan kandungan ion Fe
dan di jalan Sriwijaya No 9. dan Mn secara signifikan terutama
Kandungan Fe berkisar antara 0,320 terjadi pada sumur pantau yang
mg/L hingga 1,571 mg/L dan Mn jaraknya dekat dengan sumur
antara 0,240 mg/L hingga 0,467 imbuhan.
mg/L. Dari hasil pendataan kimia air Dari data ini dapat dilihat bahwa
pengolahan ditempat telah berhasil
menurunkan kandungan ion Fe
walaupun belum semuanya sampai
pada tingkat aman untuk digunakan
sebagai air minum. Indikasi
terjadinya proses oksidasi dalam
pengolahan air tanah tercemar logam
besi dan mangan secara di tempat
(in-ground) adalah terbentuknya
perlapisan air tanah berdasarkan
kandungan ion Fe dan Mnnya. Makin
kedalam kandungan ion Fe dan Mn
Gambar Bentuk dan model saringan pada air tanah di sumur pantau
air sumur imbuhan I
semakin besar.
84
3.2 Pelayanan Jasa
3.2.1. Kerjasama
Dalam kurun waktu tahun 2010, hasil Geoteknologi yang disajikan dalam
publikasi ilmiah baik nasional maupun internasional sebagai berikut:
1. Publikasi Jurnal
85
hydrogen-rich gas generation”, Energy Conversion and
Management 2010.
6. Eddy Gaffar, 2010. “The Magnetic Properties of Indonesian Lake
Sediment: A Case Study of a Tectonic Lake in South Sulawesi and
Maar Lakes in East Java”, Journal of Sciences (International
Journal), Vol 42A No 1, p. 31-48.
7. Edi Prasetyo Utomo, 2010. “Ciwidey Landslide triggered by heavy
rainfall after tasikmalaya Earthquake in West Java Indonesia”,
Journal of the Japan Landslide Society, Vol.47 No.3, p. 195.
8. Heru Santoso, 2010. “Development of an integrated model
INDOCLIM for understanding the future state of a river basin”,
IAHS Publication, Vol. 338, p. 79-82.
86
8. Robert M. Delinom, 2010. “Groundwater Characteristics In
Jakarta Area, Indonesia”, Riset Geologi dan Pertambangan, Vol.
20, No.2, 69-79.
9. Eko Tri Sumarnadi Agustinus, 2010. “Prototip Ground
Enhancement Material (GEM) Berbahan Baku Na-Bentonit
Karangnunggal-Tasikmalaya Sebagai Bahan Substitusi Gem
Impor”, Riset Geologi dan Pertambangan, Vol. 20, No. 2, p.81-93.
10. Ida Narulita, 2010. “Karakteristik Curah Hujan Di Wilayah
Pengaliran Sungai (WPS) Ciliwung Cisadane”, Riset Geologi dan
Pertambangan, Vol. 20, No.2, P. 95-109.
11. Sri Yudawati C, 2010. “Suhu muka laut dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan linier koral Kep. Seribu”, Riset Geologi
dan Pertambangan, Vol. 20, No.2, p. 111-118.
12. Ade Suriadarma dan M. Djuansah, 2010. “Pendugaan Volume
Banjir Dengan Data Spasial Faktor-Faktor Hidrologi di Cekungan
Bandung”, Jurnal Info Hutan, Vol. VII No.1.
13. Hery Harjono, 2010. “Pergeseran Koseismik dari gempabumi
Jawa Barat 2010”, Juranl Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol,1
No1.
14. Sri Yudawati C, 2010. “Tren Kenaikan Suhu Permukaan laut pada
abad ke - 14 berdasarkan Data Geokimia Sr/Ca dari Fosil Coral
Mentawai”, Jurnal Geologi Indonesia, Pusat Survey Geologi, Vol 5.
No.2.
15. Sri Yudawati C, 2010. “Geochemical Tracer in Coral as a sea
Surface Temperatur Proxy : Record from Jukung Coral”, ITB
Journal of Science, Vol,42 No,1.
2. Makalah Prosiding
87
Wicked Water Problems. (IAHS Publ. No. 338, 2010) ISSN 0144-
7815.
3. Adrin Tohari dan Eko Soebowo, “Liquefaction Potential at Padang
City : Comparison of predicted and Observed soil liquefaction
during the Padang Earthquake”, Proceedings : Joint Conference
Proceedings, 7th International Conference on Urban Earthquake
Engineering (7CUEE) and 5th International Conference on
Earthquake Engineering (5ICEE), Tokyo Institute of Technology,
Tokyo, Japan, March 3-5 2010, p. hal 401 – 406.
4. Eddy Gaffar, “Gravity and Magnetic off northwest Sumatera Island:
Understanding of the Geological Process and Hazard Risk
Mitigation”, Proceedings of the 5th Kyoto University Southeast Asia
Forum Conference of the Earth and Space Sciences, Institut
Teknologi Bandung, 7-8 January 2010.
5. Eddy Gaffar, “Detail Bathymetry Data From KAIYO dan Natsushima
Cruise Off Northwest Sumatera: Preliminary Result”, Proceedings
of the 5th Kyoto University Southeast Asia Forum Conference of the
Earth and Space Sciences, Institut Teknologi Bandung, 7-8 January
2011.
6. Eddy Gaffar, “Magnetotelluric Static Shift Correction Using Time
Domain Electromagnetics Case Study Indonesian Geothermal
Rough Fields”, Proceedings of the World Geothermal Congress,
Denpasar, Bali 25-30 April 2010.
88
3. Daman Suyadi, “Kemungkinan Pemanfaatan Batubara Garut
Untuk Bahan Industri Batubara Kecil”. Seminar Nasional XIII
Kimia dalam Pembangunan, 15 Juli 2010. Jaringan Kerjasama
Kimia Indonesia Yayasan Media Kimia Utama, hal. 209-216.
4. Dewi Fatimah, “Pemanfaatan Zeolit Cikancra dan lempung
Cipatujah, Tasikmalaya Sebagai bahan Utama keramik Pori”.
Seminar Nasional XIII Kimia dalam Pembangunan, 15 Juli 2010.
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia Yayasan Media Kimia Utama,
hal. 157-164.
5. Dewi Fatimah, “Meningkatkan ratio SI/AL Zeolit Cikancra,
tasikmalaya dengan metoda NA-ASETAT/HCL”. Seminar Nasional
XIII Kimia dalam Pembangunan, 15 Juli 2010. Jaringan Kerjasama
Kimia Indonesia Yayasan Media Kimia Utama, hal. 139-142.
6. Lenny Marilyn Estiaty, “Pemurnian Zeolit Alam Cikancra,
Tasikmalaya Jawa Barat”. Seminar Nasional XIII Kimia dalam
Pembangunan, 15 Juli 2010. Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia
Yayasan Media Kimia Utama, hal. 427-437.
7. Sri Indarto, M. Ulum A Gani, Suadrsono, “Evaluasi Potensi Batu
Andesit Sukamulya Tegalwaru, Purwakarta sebagai komoditi
Industri”. Seminar Nasional XIII Kimia dalam Pembangunan, 15
Juli 2010. Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia Yayasan Media
Kimia Utama, hal. 130.
8. M.Ulum A Gani, Sri Indarto, Sudarsono, Iwan Setiawan, Daman
Suyadi, Widodo, “Potensi kaolin Cipatujah Tasikmalaya sebagai
bahan baku industri keramik”. Seminar Nasional XIII Kimia dalam
Pembangunan, 15 Juli 2010. Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia
Yayasan Media Kimia Utama, hal. 161.
9. M.Ulum A Gani, Sri Indarto, Sudarsono, Daman Suyadi,
“Pengkajian kualitas batugamping padaherang ciamis dalam
pemanfaatan bahan baku industri”. Seminar Nasional XIII Kimia
dalam Pembangunan, 15 Juli 2010. Jaringan Kerjasama Kimia
Indonesia Yayasan Media Kimia Utama, hal. 171.
10. Sri indarto, Daman Suyadi, Iwan Setiawan, Sudarsono, M. Ulum A
gani, EkoTri Sumarnadi, “Karakteristik Zeolit Cimade, Desa
Cikancra Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya,
Jawabarat dan Pemanfaatan sebagai bahan baku keramik”.
Seminar Nasional XIII Kimia dalam Pembangunan, 15 Juli 2010.
89
Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia Yayasan Media Kimia Utama,
hal. 181.
11. Eddy Z Gaffar, Djedi S Widarto, “Prediksi Gempa Berdasarkan
Signal Seismo Elektrik (Hasil Pendahuluan): Studi Kasus pada
Zona Sesar Sumatera”. The 39th IAGI Annual Convention &
Exhibition, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), 22‐25 November
2010.
12. Sudarsono, Iwan Setiawan, “Mineralisasi Bijih Sulfida Daerah
Kluwih Kabupaten Pacitan Jawa Timur; Genesa Berdasarkan
Mineralogi dan Iklusi Fluida”. The 39th IAGI Annual Convention &
Exhibition, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), 22‐25 November
2010.
13. Rachmat Fajar Lubis, Hendra Bakti, Robert Delinom Igna Hadi ,
Wilda Naily, “Submarine Groundwater Discharge (SGD) Concept
& evidence in Indonesia”. The 39th IAGI Annual Convention &
Exhibition, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), 22‐25 November
2010.
14. Sri Indarto, Sudarsono, Iwan Setiawan, Ahmad Fauzi Ismayanto,
dan Lina Nur Listiyowati, “Alterasi dan Mineralisasi pada Batuan
Plutonik dan Volkanik di Daerah Solok, Sumatera Barat”. The
39th IAGI Annual Convention & Exhibition, Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (IAGI), 22‐25 November 2010.
15. Praptisih, Kamtono, Purna Sulastya, M. Hendrizan, “Studi Batuan
Induk di Daerah Padalarang dan Sekitarnya, Jawa Barat”. The
39th IAGI Annual Convention & Exhibition, Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (IAGI), 22‐25 November 2010.
16. Iwan Setiawan, Sudarsono, Sri Indarto, dan Ahmad Fauzi
Ismayanto “Minealisasi Polimetalik Emas dan Logam Dasar di
Pegunungan Selatan Jawa Barat: Kasus Daerah Pakenjeng”. The
39th IAGI Annual Convention & Exhibition, Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (IAGI), 22‐25 November 2010.
17. Iwan Setiawan, Iskandar Zulkarnain, Sri Indarto, Sudarsono, dan
Ahmad Fauzi Ismayanto, “Genesa Endapan Emas Di Daerah
Bombana: Studi Pendahuluan Berdasarkan Pengamatan
Lapangan dan Petrografi”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit
Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal 1.
18. Sri Indarto, Daman Suyadi, Dewi Fatimah, Lenny M. Estiaty, dan
Iwan Setiawan, “Genesa Zeolit Daerah Padangherang dan
90
Kalipucang, Ciamis, Jawa Barat, Dan Pemanfatannya Untuk Bahan
Dasar Farmasi”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi
LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 9.
19. Sudarsono, Sri Indarto, Iwan Setiawan, Mutia Dewi Yuniati, Anita
Yuliyanti, dan Kuswandi, “Model Genesa Mineralisasi Hidrotermal
Daerah Cihonje, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah”. Pemaparan
Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010,
hal. 27.
20. Kamtono, Karit Lumban Gaol, Lina Handayani, Dadan Dany
Wardhana, dan Yayat Sudradjat, “Kemungkinan Adanya
Perangkap Hidrokarbon Berdasarkan Interpretasi Data
Gravitasi: Studi Kasus Cekungan Jawa Barat Utara di Bagian
Paling Selatan”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi
LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal.37.
21. Praptisih, Kamtono, Purna Sulastya Putra, dan Marfasran
Hendrizan, “Penelitian Pendahuluan Batuan Induk Hidrokarbon
di Daerah Bogor dan Cianjur, Jawa Barat”. Pemaparan Hasil
Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal.
45.
22. Hendra Bakti, Rachmat Fajar Lubis, Wilda Naily, Robert M.
Delinom, dan Wahyu Purwoko, “Identifikasi dan Karakter
Hidrokimia Keluaran Airtanah Lepas Pantai, Pulau Lombok,
Indonesia”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI
2010, 9 Desember 2010, hal. 51.
23. Sudaryanto, Robert M Delinom, Dadan Suherman, dan Rachmat
Fajar Lubis, “Tipe Air Dan Indikasi Perubahan Kualitas Air Tanah
di Kota Semarang dan Sekitarnya : Hasil Penelitian
Pendahuluan”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi
LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 57.
24. Nyoman Sumawijaya, Sudaryanto, dan Dadan Suherman,
“Penerapan Pengolahan di Tempat (In-Ground Treatment)
Airtanah Tercemar Ion Besi dan Mangan di Kota Cimahi, Jawa
Barat”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010,
9 Desember 2010, hal. 67.
25. Ade Suriadarma, “Perubahan Ekosistem Dalam Pencemaran
Perairan di Sungai Ciliwung dan Pantai Ancol-Teluk Jakarta
Berdasarkan Indikator Biologi”. Pemaparan Hasil Penelitian
Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 77.
91
26. Anna Fadliah Rusydi, M. Rahman Djuwansah, dan Dadan
Suherman, “Analisis Daya Tampung Sungai di Kota Garut
Terhadap Beban Pencemaran Organik Menggunakan Metoda
Streeter-Phelps”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi
LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 87.
27. Wilda Naily dan Igna Hadi S., “Hidrokimia Pulau Nunukan dan
Sebatik : Suatu Studi Pendahuluan”. Pemaparan Hasil Penelitian
Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 97.
28. Dyah Marganingrum, Eko Tri Sumarnadi A, Mutia Dewi Yuniati,
dan Igna Hadi S, “Konsep Pengelolaan Lingkungan di Kawasan
PLTP Ditinjau dari Aspek Sumber Daya Air”. Pemaparan Hasil
Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal.
107.
29. Dyah Marganingrum, Anna Fadliah Rusydi, Heru Santoso, Dindin
Makhfuddin, Didik Prata Wijaya, dan Wawan Hendriawan Nur,
“Eksplorasi Variabel Indeks Kemiskinan Air sebagai Konsep
Usaha Pengurangan Kemiskinan (Studi Pendahuluan)”.
Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9
Desember 2010, hal. 123.
30. Happy Sembiring, Eko Tri Sumarnadi A, T. Sembiring, dan Mutia
Dewi Yuniati, “Rekayasa Mineral Bersifat Adsorban sebagai
Preservasi Mikroorganisme; Karakterisasi dan Interkalasi”.
Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9
Desember 2010, hal. 133.
31. Eko Tri Sumarnadi A, Happy Sembiring, Harijanto Soetjio, M.
Ulum A. Gani, Mutia Dewi Yuniati, dan Lina Nur Listiyowati,
“Pembuatan Prototip SMAC (Surfactant Modified Activated
Carbon) Metoda Batch sebagai Adsorban Chromium Hexavalent
(Cr+6) Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit”. Pemaparan Hasil
Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal.
145
32. M. Ulum A. Gani, “Pengurangan Kandungan Abu Batubara Sanggo,
Bayah Berdasarkan Karakteristik”. Pemaparan Hasil Penelitian
Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 159
33. Danang Nor Arifin dan Priyo Hartanto, “Pengembangan
Zeokeramik Berbahanbaku Limbah Padat Industri sebagai Bahan
Bangunan Ramah Lingkungan”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit
Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 167
92
34. Lina Handayani, Kamtono, Dadan D. Wardhana, Karit Lumban
Gaol, Yayat Sudrajat, dan Sunardi, “Pengukuran Magnetotelurik
untuk Karakterisasi Bawah Permukaan Cekungan Bandung-
Garut”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI
2010, 9 Desember 2010, hal. 179
35. Haryadi Permana, Purna Sulastiya Putra, Ahmad Fauzi Ismayanto,
Iwan Setiawan, dan Marfasran Hendrizan, “Studi Pendahuluan
Evolusi Cekungan Laut Dalam Busur Belakang di Bagian Barat
Pulau Jawa”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI
2010, 9 Desember 2010, hal. 185
36. Edi Hidayat, Tri Hartono, Puguh Dwi Raharjo, Sueno
Winduhutomo, dan Kristiawan Widianto (KRSM), “Identifikasi
Patahan di Lereng Perbukitan Serayu Utara, Daerah Purbalingga,
Jawa Tengah, Berdasarkan Geomorfologi Tektonik”, 195
37. Herryal Z. Anwar, Y. Sunarya Wibowo, Yunarto, dan Wawan
Heandriawan Nur, “Pengembangan Konsep Kajian Resiko
Bencana Berdasarkan Potensi Bahaya Alam Dan Kerentanan-
Kapasitas Masyarakat Sebagai Basis Untuk Pengelolaan Bencana
Dan Penyusunan Tataruang: Studi Kasus di Kabupaten Cilacap”.
Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9
Desember 2010, hal. 201
38. Eko Soebowo, Yugo Kumoro, M. Ruslan, dan Dwi Sarah, “Potensi
Likuifaksi Di Daerah Sanur-Benoa, Bali Selatan, Berdasarkan
Studi Geologi Bawah Permukaan”. Pemaparan Hasil Penelitian
Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 213
39. Hilda Lestiana, Dedi Mulyadi, Igna Hadi S, dan Hendra Bakti,
“Peran Karakteristik Bencana Geologi Dalam Penyusunan Tata
Ruang Wilayah Garut Selatan”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit
Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 221.
40. Dedi Mulyadi, Igna Hadi S, dan Andarta F. Khoir, “Banjir Bandung
Selatan Tahun 1985-2010 Ditinjau Dari Perubahan Tutupan
Lahan dan Fluktuasi Curah Hujan”. Pemaparan Hasil Penelitian
Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 229
41. Yugo Kumoro, Yunarto, dan M. Ruslan, “Mikrozonasi Daerah
Potensi Gerakan Tanah Berbasis Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis di Wilayah Cianjur Bagian Selatan, Jawa
Barat”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010,
9 Desember 2010, hal. 239
93
42. Khori Sugianti, Adrin Tohari, Heru Santoso, Dwi Sarah,
Sukristiyanti, dan Rahmawati Rahayu, “Pengaruh Perubahan
Iklim pada Kerentanan Longsoran di Kabupaten Bandung, Jawa
Barat”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010,
9 Desember 2010, hal. 241
43. Rizka Maria, Hilda Lestiana, Dedi Mulyadi, Afnindar F,
Sukristiyanti, dan Asep Muljono, “Peningkatan Pengetahuan
Petani Subang Tentang Iklim Eksterm untuk Mengatasi Gagal
Panen”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI
2010, 9 Desember 2010, hal. 259
44. Rizka Maria, Hilda Lestiana, Dedi Mulyadi, Asep Mulyono, dan
Afnindar F., “Pemikiran Penataan Ulang Daerah Penyangga di
Kawasan Jalan Cagak, Kabupaten Subang Bagian Selatan”.
Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9
Desember 2010, hal. 269
45. Achmad Subardja DJ, Nyoman Sumawijaya, dan Dedi Mulyadi,
“Implikasi Kuari Terhadap Lingkungan Kawasan Batugamping
di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Pemaparan Hasil
Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal.
277
46. Yuliana Susilowati, Bambang Edhi Leksono, dan Eko Harsono,
“Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan
Timur Berdasarkan Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung
Lingkungan”. Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi
LIPI 2010, 9 Desember 2010, hal. 297.
47. Heru Santoso, “Potensi risiko kebakaran lahan dan hutan melalui
indeks kekeringan berdasarkan data mentah dari model iklim
regional Precis”. Seminar Nasional Sains Atmosfer I, Tahun 2010,
LAPAN, 16 Juni 2010. Hal. 99-110.
94
3.3 Peningkatan Sumber Daya Manusia
Dalam tahun 2010, pegawai Puslit Geoteknologi LIPI yang sedang mengikuti
pendidikan baik di dalam negeri maupun di luar negeri adalah yang tertera
pada tabel di bawah ini.
95
3.3.2 Pembibingan (diklat; pra jabatan/ujian dinas; tugas akhir)
Salah satu tujuan Puslit Geoteknologi dalam meningkatkan peran serta dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan, beberapa pegawai Puslit Geoteknologi
telah bertindak sebagai pembimbing kepada siswa/mahasiswa yang hendak
menyelesaikan tugas akhirnya seperti yang tersebut di Tabel 10 dan 11.
Jumlah
No Siswa/ Jurusan Pembimbing Ket.
Mahasis.
1. 8 orang S-1, Teknik Agus Men Riyanto, S. Survei dan
Informatika UNJANI Ikom Observasi
2. 2 orang S-1 UNIBI Dede Suherman Praktek
Astri Sulastri
3. 1 orang S-1 UNIBI Adi Wahyudin A, Md. Praktek
Lilis Lisnawati
4. 4 orang SMK Merdeka Agus Men Riyanto, S. Praktek
Ikom
5. 3 orang CPNS UPT Biota Dr. Haryadi Permana Orientasi
Laut P2O
6. 2 orang D3 Administrasi Asep Setiadi, dan Putri Praktek
Keuangan Unpad Ramayanti
7. 17 Politeknik Geologi Ir. Praptisih, MT. Praktek
orang dan Pertambangan Marfasran H., ST.
Djoko Trisuksmono
8. 5 orang SMKN 7 (analis R. Amelia Praktek
kimia) Nita Yusianita A.
Ratna Komala
Atet Saepuloh
9. 1 orang D-3 Fisip/ Adm Asep Setiadi
keuangan UNPAD Putri Ramayanti
10. 1 orang T. Industri UNPAR Tatang Supriyatna Observasi
96
11. 4 orang Teknik Komputer Agus M. Riyanto Praktek
dan Jaringan C.
12. 3 orang Teknik Adde Tatang Praktek
Geoinformatika Wawan Hendriawan
13. 1 orang S-1 Geologi Iwan Setiawan, MT Penelian
14. 3 orang S-1 Teknik Adde Tatang Praktek
Informatika Wawan H. Noer
8 orang Politeknik Geologi Ir. Praptisih, MT. Praktek
dan Pertambangan Marfasran H., ST.
Djoko Trisuksmono
15. 6 orang Politeknik Geologi Ir. Praptisih, MT. Praktek
dan Pertambangan Marfasran H., ST.
Djoko Trisuksmono
16. 1 orang S-1 Teknik Geologi Dwi Sarah, M. Sc. Praktek
17. 4 orang SMKN 7 (analis Nining Karningsih Praktek
kimia) Dewi Nurbaeti
Sari Asmanah
Dady Sukmayadi
Aep Sopian
Wahyu Purwoko
14. 4 orang D-3 Manajemen Andarta fardhatul Praktek
Informatika Wawan hendriawan
15. 1 orang D-3 Administrasi Tatang Supriyatna Praktek
Bisnis Siti Annisa S.R.
Apong Suhanah
16. 1 orang D-3 Manajemen Andarta fardhatul Praktek
Informatika
17. 3 orang Teknik Komputer Agus M. Riyanto Praktek
dan Jaringan
18. 2 orang Teknik Komputer Agus M. Riyanto Praktek
97
Tabel 11. Jumlah Mahasiswa dari berbagai Sekolah/Akademi/ Universitas
yang mendapatkan bimbingan dari Pegawai Puslit Geoteknologi
LIPI untuk melaksanakan tugas akhir/skripsi
Jumlah
No Siswa/ Jurusan Pembimbing Ket.
Mahasis.
1. 1 orang S-1, Statistika Dr. Heryzal Z. Anwar Skripsi
UNPAD
2. 1 orang S-2, Geologi UGM Dr. Eko Yulianto Disertasi
3. 1 orang S-2 Teknik SIPIL UI Dr. Robert M. Delinom Disertasi
Dr. Rachmat F. Lubis
Arief Rachmat, MT.
4. 2 orang S-1 Meteorologi Dr. Heru Santoso, M. Skripsi
ITB App. Sc
5. 1 orang Poltek Geologi & Ir. Hadi Suparyanto Skripsi
Pertambangan
6. 1 orang Universitas Agus M. Riyanto, Skripsi
Komputer S.Ikom
Indonesia Mimin Kartika
Tatang Supriyatna
7. 6 orang UPN Veteran Dr. Eko Yulianto Skripsi
Purna S. Putra, MT
8. 2 orang S-1 MIPA IYB Iwan Setiawan, MT Skripsi
9. 2 orang S-1 Teknik Geologi Dwi Sarah, M. Sc. Skripsi
10. 8 orang UPN Veteran Dr. Eko Yulianto Skripsi
Purna S. Putra, MT
98
5. Drs. Torus Parundian Harahap, Dede Suherman dan Astri Sulastri, 16
Februari 2010 mengikuti sosialisasi Menkeu Nomor 102/PMK.05/2009
dan Peraturan Dirjen KN Nomor 07/KN/2009 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Rekonsiliasi Data BMN dalam rangka penyusunan laporan
BMN dan Laporan Keuangan Pemerintah, di Grand Hotel Lembang,
Bandung.
6. Endro Bhakti Santoso, 25 Maret 2010 mengikuti sosialisasi Pemanfaatan
Perkiraan Penarikan Dana Harian Satker Tahun 2010 dan PP Nomor 25,
26 dan 27 Tahun 2010 di KPPN Bandung II.
7. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnain, 30 Maret 2010 mengikuti sosialisasi
Pelaksanaan Program Kompetitif LIPI
8. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnain, 6 April 2010 mengikuti sosialisasi Pencairan
dana Insentif Peneliti dan Perekayasa 2010 sekaligus penandatangan
kontrak penelitian di LIPI.
9. Nugraha Sastra, A.Md., Dede Suherman dan Maman Rukman, 13 April
2010 mengikuti sosialisasi Insentif Riset 2010 di LIPI Jakarta.
10. Yuyun Karyuni, 20 Mei 2010 mengikuti curah pikir draft Jadwal Retensi
Arsip (JRA) Keuangan LIPI di LIPI Jakarta.
11. Asep Setiadi, SE., 24 Mei 2010 mengikuti sosialisasi penyusunan usulan
Standar Biaya Khusus (SBK) Tahun 2011 di LIPI Jakarta.
12. Drs. Torus Parundian Harahap dan Ir. Sudaryanto, MT., 1 Juni 2010
mengikuti sosialisasi RKA-KL di Kedeputian IPK LIPI.
13. Lilis Lisnawati, Sakiyo dan Yuanita, 3-4 Juni 2010 mengikuti sosialisasi
Penatausahaan Barang Persediaan yang diselenggarakan di Puslit
Geoteknologi LIPI Bandung.
14. Sunarya Wibawa, ST., MT., Dady Sukmayadi dan Eki Naidania Dida, A.Md.,
15 Juni 2010 mengikuti sosialisasi ISO 9001 : 2008 dan ISO-SNI 17025 :
2008 di UPT BIT LIPI Bandung.
15. Drs. Torus Parundian Harahap, Maman Rukman dan M Zaky, SE., 15 Juni
2010 mengikuti sosialisasi RKA-KL Tahun 2011 di LIPI Jakarta.
16. Apong Suhanah dan Astri Sulastri, 26 Juli 2010, mengikuti sosialisasi
Jabatan Fungsional Arsiparis LIPI, di Jakarta.
17. Yuyun Karyuni, Siti Annisa Silvia Rosa, A.Md., Yuanita, Tatang Supriyatna,
S.Sos., dan Eti Kartika, A.Md. mengikuti sosialisasi tata cara Keprotokolan
dan prosedur perjalanan dinas luar negeri di UP BIT LIPI Bandung.
99
18. Drs. Torus Parundian Harahap, 20 Oktober 2010 mengikuti sosialisasi
Peraturan Menteri Keuangan No. 170/PMK.05/2010 tentang
Penyelesaian Tagihan atas Beban APBN pada Satker, di Hotel Posters
Bandung.
19. Drs. Torus Parundian Harahap, Dede Suherman, dan Astri Sulastri, 18
November 2010 mengikuti sosialisasi pengelolaan dan penatausahaan
BMN di Hotel Kedaton Bandung.
20. Drs. Torus Parundian Harahap, 21-27 November 2010 mengikuti kelas
Manajerial khusus Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembiat Komitmen
di Bandung.
21. Yuyun Karyuni dan Nining Junengsih, 2 Desember 2010 mengikuti
sosialisasi Persuratan dan Kearsipan Elektronik LIPI, di Jakarta.
Jabatan Peneliti
No Nama TMT
Lama Baru
1 2 3 4 5
1. Anggoro Tri Mursito, Bebas Peneliti 1-5-2010
M.Sc. sementara Pertama
2. Dr. Ir. Robert M. Peneliti Peneliti 1-2-2010
Delinom Utama-IV/d Utama–IV/e
3. Anna Fadliah Rusydi, Kandidat Peneliti 1-6-2010
ST., MT. Peneliti Pertama
4. Purna Sulastya Putra, Peneliti Peneliti Muda 1-6-2010
MT. Pertama
5. Rizka Maria, ST. Peneliti Peneliti Muda 1-9-2010
Pertama
6. Drs. Dadan Suherman Peneliti Peneliti Muda- 1-8-2010
Madya-IV/a IV/b
100
1 2 3 4 5
7. Ir. Eko Soebowo Peneliti Peneliti 1-10-2010
Madya-IV/c Utama-IV/d
8. Dr. Eko Yulianto Peneliti Muda- Peneliti Madya 1-10-2010
III/c
9. Dr. Ir. Lina Handayani Peneliti Muda- Peneliti Muda- 1-11-2010
III/d Iva
10. Dr. Rachmat Fajar Lubis Kandidat Peneliti Muda- 1-11-2010
III/c
11. Sukritiyanti, S.Si. Peneliti Peneliti Muda- 1-11-2010
Pertama III/c
12. Mutia Dewi Yuniati, MT. Kandidat Peneliti Muda- 1-11-2010
Peneliti III/c
3.3.4 Penghargaan
2. Rosalia Amelia √
4. Urip Hadita √
5. Dedi Rahayu √
101
3.4 Penugasan
102
12. Dr. Heru Santoso, M.App.Sc., 22 Juni 2010 meghadiri Lokakarya Studi
Sains dan Kebijakan Adaptasi di Jakarta.
13. Dr. Ir Iskandar Zulkarnain, 19 Juli 2010 menghadiri Workshop Bidang
Kehutanan “Menjaga dan Mengoptimalkan Pemanfaatan Fungsi Hutan” di
Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
14. Dr. Robert M. Delinom bersama Dr. Heru Santoso, M.App.Sc., 26 Juli 2010
menghadiri Workshop dengan tema “Developing climate-change
prepared and resilient society-from weather and climate information to
decision making” di LIPI Jakarta.
15. Ir. Igna Hadi S., Wilda Naily, ST., 28 Juli 2010 menghadiri Seminar
Nasional Limnologi dengan tema “Prospek Ekosistem Perairan Darat
Indonesia: Mitigasi Bencana dan Peran Masyarakat” di IPB International
Convention Center, Bogor.
16. Dr. Heru Santoso, M.App.Sc., 3-4 Agustus 2010 menghadiri Scoping
Workshop of Delta Alliance International Indonesia Wing di Jakarta.
17. Dr. Ir Iskandar Zulkarnain, 09 Agustus 2010 menghaidri Seminar
“Temporal Variability of Deep Circulation and Run-Off off Southerm
Mindanao over the last Climatic Cycle” di Puslitbang Geologi Kelautan,
Bandung.
18. Andarta F.Khoir, S.Kom, Anita Yuliyanti, ST., 12-13 Agustus 2010
menghadiri Workshop “Geostatistics and Open-Source Statistical
Computing” dan “Research Writing Skill” di ITB.
19. Dr. Ir Iskandar Zulkarnain, 25 Agustus 2010 menghadiri “Gravity and
Geoid Workshop” di Hotel Jayakarta, Bandung.
20. Dr. Heru Santoso, M.App.Sc., 27 Agustus 2010, menghadiri Workshop on
Water and Sanitation Management in the Context of Climate Change di
BAPPENAS, Jakarta.
21. Dr. Ir Iskandar Zulkarnain, 24 September 2010 menghadiri Seminar
dengan tema “Exploring Eastern Indonesia Meso-Paleozoic Basins:
Challenging myths, Opening New Horizon” di Puslitbang Geologi
Kelautan, Bandung.
22. Dr. Ir Iskandar Zulkarnain, 05-06 Oktober 2010 menghadiri Workshop
International ”Strategies to develop Integrated Mineral and Coal
Processing and Refining Industries” di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
23. Ir. Yugo Kumoro, 11 Oktober 2010 menghadiri Seminar mengenai
“Amblesan dan Geologi Wilayah Jakarta Utara” di Auditorium Museum
Geologi, Bandung.
103
24. Dr. Ir Iskandar Zulkarnain, 19 Oktober 2010 menghadiri Lokakarya Hasil
Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kebumian di Hotel Augusta,
Sukabumi.
25. Dr. Herryal Z. Anwar, M.Eng, 27 Oktober 2010 menghadiri Workshop
Tsunami dan Sosialisasi PP No. 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana
di Hotel Aryaduta, Jakarta.
26. Anna Fadliah Rusydi, ST.MT, Hendra Bakti, ST., 27 Oktober 2010
menghadiri Workshop”Japanese Antarctic in 2001-2010 Field Season-
Earth Science of Sor Rondane Mountains” di ITB.
27. Dr. Ir Iskandar Zulkarnain, 28 Oktober 2010 menghadiri Seminar
“Perkembangan Sejarah Peradaban Manusia di Dunia” di LIPI Jakarta.
28. Dra. M.Ayu Indrakirana Amada, 04-05 November 2010 menghadiri
Lokakarya dan Focused Group Discussion (FGD) Penguatan Kemampuan
Komersialisasi Hasil Litbang di Pusbindiklat LIPI, Cibinong.
29. Prof. Dr Wahyoe S. Hantoro, 08 November 2010 menghadiri Seminar
Geografi “Menguak Rahasia Benua Atlantis, The Lost Continent Finally
Found” di Balai Sidang Universitas Indonesia, Jakarta.
30. Dr. Ir Iskandar Zulkarnain, 09 November 2010 menghadiri Lokakarya
“Peranan Sistem Manajemen dalam Organisasi Riset” di LIPI Jakarta.
31. Dr. Ir Iskandar Zulkarnain, 29 November 2010 menghadiri Seminar
Pembahasan Isu-isu Sentral Pertambangan Minerba di Puslitbang
TEKMIRA, Bandung.
104
5. Dr. Adrin Tohari, June 27-July 31 2010 mengikuti Training JSPS on Japan –
East Asia Network of Exchange Student (JENESYS)” Development of
Human Resources and System on Early Warning and Monitoring for
Natural Disasater in South-East Asia” di Chiba University, Japan
6. Dr. Heru Santoso, M.App.Sc., sebagai narasumber pada acara International
Training on Integarted Water Reosurces Management (IWRM) Phase IV
Aston Kuta Hotel, Denpasar, Bali, 30 Juni 2010.
7. Dr. Heru Santoso, M.App.Sc., sebagai narasumber pada acara 19th Session
of the Intergovernmental Council of the International Hydrological
Programme of UNESCO, di Paris, France, 5-9 Juli 2010
8. Dr. Munasri, sebagai juri dalam Lomba Karya Ilmiah Guru (LKIG) XVII di
Depok, 1-3 Agustus 2010.
9. Dr. Heru Santoso, M.App.Sc., sebagai narasumber pada acara Diskusi
kelompok terfokus: Menggali Pandangan (perspektif) dan Kepentingan
Stakeholder terhadap Koridor Orangutan sebagai Area Konservasi yang
Memiliki Nilai Ekonomi yang Berkelanjutan di Putussibau, Kalimantan
Barat, Indonesia, 23 Agustus 2010.
10. Dr. Heru Santoso, M.App.Sc., sebagai narasumber pada acara PEDRR
Workshop on Ecosystems, Livelihoods and Disaster Risk Reduction di Bonn,
Germany, 21-23 September 2010.
11. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnain sebagai Dewan Juri dalam acara Pemaparan
Makalah Kebumian di Kementrian ESDM RI, 5 Oktober 2010.
12. Dr. Heru Santoso, M.App.Sc., sebagai narasumber pada acara Diskusi
penyusunan strategi adaptasi sektor, Dewan Nasional Perubahan Iklim di
Jakarta, 18 Oktober 2010.
13. Dr. Heru Santoso, M.App.Sc., sebagai narasumber pada acara Diskusi
rancangan peraturan pemerintah mengenai perubahan iklim, Kementrian
Lingkungan Hidup di Jakarta, 18 Oktober 2010
105
3.5 Kegiatan Rutin (pertemuan/rapat)
Kegiatan rutin untuk pertemuan yang diikuti pegawai Puslit Geoteknologi LIPI
baik yang diselenggarakan oleh Puslit Geoteknologi LIPI maupun yang
diselenggarakan pihak luar, sebagai berikut.
106
Pertemuan Pengarahan pengelolaan DIPA Tahun 2010.
Pertemuan pembahasan Technical Meeting Pameran Hijau Kotaku7 2010
dan Pameran Laboratorium 2010
Pertemuan pemaparan draft final
Pertemuan monitoring Program Insentif Penleiti dan Perekayasa di
Lingkungan LIPI
Pertemuan Evaluasi RKAKL Tahun 2011
Sidang Tim Penilai Jabatan Fungsional Teknisi Litkayasa LIPI
Rapat pembahasan usulan revisi PP No. 75 Tahun 2007 tentang Jenis dan
tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada LIPI
Pertemuan HUT LIPI
Diskusi perijinan orang asing yang melakukan penelitian di Indonesia
107
108
BAB 4 KESIMPULAN
109
Kegiatan kerjasama masih merupakan lanjutan kegiatan tahun
sebelumnya, seperti melaksanakan kerjasama dengan pihak instansi/
perusahaan dan melaksanakan kegiatan Kompetitif dan Isentif Riset.
Sementara itu, kerjasama luar negeri berupa kolaborasi riset berlangsung
dengan berbagai universitas seperti Cambridge University, Inggris, Caltech
University, AS, dengan Earth Observatory Singapore (EOS), Singapura dan juga
dengan Universitas di Bonn dan Postdam, Jerman. Umumnya kegiatan tersebut
terfokus pada topik sumberdaya air, gempa dan upaya pengurangan resiko
bencana di Sumatera.
Kegiatan rutinitas lainnya, menghadiri pertemuan, ceramah, serta
pelayanan jasa berupa penerimaan kunjungan.
110
LAMPIRAN
111