You are on page 1of 11

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai metode yang digunakan untuk


pengumpulan data dan analisis data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, maka dilakukan beberapa tahap penyelidikan yang berkaitan
satu dengan yang lainnya. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu
Mekanika Tanah Universitas Syiah Kuala Darussalam-Banda Aceh. Penelitian ini
dimulai dengan studi literatur dan dilanjutkan dengan pengadaan material.
Pekerjaaan selanjutnya adalah pengujian sifat-sifat fisis tanah, pemadatan,
penambahan kadar air sesuai dengan nilai OMC dalam sampel tanah, pembuatan
benda uji dan pengujian direct shear tanah. Pekerjaan terakhir adalah pengolahan
data dan penyelesaian buku. Prosedur alur penelitian diperlihatakan pada bagan
alir penelitian pada Lampiran A Gambar A.1.5 halaman 48 dan Lampiran A
Gambar A.1.6 halaman 49.

3.1 Pengumpulan Data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperlukan sebagai pendukung utama
dalam penulisan laporan. Data ini diperoleh dari hasil pemeriksaan atau pengujian
langsung di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Syiah Kuala. Adapun data
yang termasuk ke dalam data primer yaitu data sifat-sifat fisis seperti berat jenis,
batas plastis, batas cair serta analisa butiran, dan data sifat mekanis yang berupa
Pemadatan (Modified Proctor) dan nilai kuat geser (direct shear).

Data sekunder merupakan data pendukung data primer yang diperlukan


dalam penelitian yaitu angka koreksi benda uji, angka kalibrasi alat pengujian,
serta peta lokasi pengambilan tanah dan lain sebagainya. Data sekunder diperoleh
dari instansi-instansi terkait, studi literatur dan konsultasi.
3.2 Material dan Peralatan

Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah apuran, kapur dan
air. Sampel tanah yang digunakan sebagai objek penelitian adalah tanah yang
bersumber dari Desa Lam Glumpang, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh,
Kapur yang digunakan dibeli dari toko yang menyediakan bahan kimia dan
bahan bangunan yang berada di daerah seputaran Banda Aceh. Air diambil dari
Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Pengujian ini terdiri dari tiga tahap pengujian utama, yaitu pengujian sifat-sifat
fisis tanah, pengujian pemadatan dan pengujian kuat geser tanah. Pada pengujian
sifat-sifat fisis tanah, peralatan yang digunakan terdiri dari flask, sangkup vakum,
timbangan, satu set saringan, mangkuk casagrand, hidrometer, mixer, dan oven.
Peralatan yang digunakan pengujian pemadatan adalah saringan nomor 4,
mold (cetakan) yang berbentuk silinder dengan diameter 10,11 cm dan tinggi
11,57 cm, penumbuk standar, extruder (dongkrang hidrolik untuk mengeluarkan
benda uji dari cetakan, wire saw (untuk memotong dan meratakan permukaan
benda uji), container (cawan) dan timbangan. Alat uji pemadatan dengan standard
proctor diperlihatkan pada lampiran Gambar A.3.14 halaman 46.
Peralatan yang digunakan untuk pengujian kuat geser tanah adalah alat alat
geser langsung merk ELE, cutting ring (untuk membentuk benda uji), wire saw
(untuk memotong dan meratakan permukaan benda uji), timbangan dan oven. Alat
uji direct shear dapat diliahat pada Lampiran A Gambar A.3.15 Halaman 47

3.3 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian mencakup pengambilan sampel tanah, pengukuran
sifat-sifat fisis, pengujian pemadatan, pembuatan benda uji, dan pengujian kuat
geser langsung (Direct Shear).

3.3.1 Lokasi pengambilan sampel tanah

Pengambilan sampel tanah apuran berasal dari Desa Lam Glumpang


Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Pengambilan sampel
terganggu (disturbed), yaitu dengan mengambil langsung tanah apuran yang
sebelumnya telah dilakukan pengerukan oleh Departemen Pekerjaan Umum
menggunakan cangkul lalu dimasukan ke dalam karung dan diletakkan di
pinggiran jalan. Tanah tersebut langsung dibawa ke Laboratorium Mekanika
Tanah Universitas Syiah Kuala. Sampel tanah yang sudah dibawa dihampar kan
diatas lantai yang sudah dialasi terpal plastik dan dibiarkan beberapa hari sampai
tanah kering udara. Tanah tersebut selanjutnya dilakukan pemisahan antara
sampah dengan tanah. Pengambilan dan pengeringan tanah apuran dapat dilihat
pada Lampiran A Gambar A.3.2 halaman 40.
3.3.2 Kapur
Dalam penelitian ini menggunakan kapur (CaO) yang sudah disaring
dengan menggunakan saringan nomor 200 agar kehalusan kapur lebih dari tanah
apuran. Material kapur diperoleh dari toko bangunan yang berada di Gampong
Rukoh. Kapur ini digunakan sebagai bahan stabilisasi untuk mengetahui nilai
parameter pemadatan dan kuat geser langsung (Direct Shear). Proses pengayakan
kapur dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan 3.2.

Gambar 3.1: Gambar Proses Penumbukan Kapur


Gambar 3.2 : Kapur sesudah di saring

3.3.3 Pengujian berat jenis

Pengujian berat jenis tanah dilakukan berdasarkan pada ketentuan standar


ASTM D 854-83. Pengujian berat jenis bertujuan untuk mengetahui kerapatan
massa butir tanah atau untuk menentukan berat jenis dari suatu sampel tanah.
Pengujian ini diawali pada proses pengeringan tanah dengan menggunakan oven
selama 24 jam pada temperatur 105oC sebanyak lebih kurang 100 gram.
Kemudian timbang masing-masing labu ukur dalam keadaan kosong, lalu
masukan tanah yang telah dikeringkan ke dalam tiga buah labu ukur masing-
masing sebanyak 25 gram. Labu ukur yang telah berisi tanah kemudian diisi
dengan air sampai 2/3 bagian volume labu ukur atau sampai tanah terendam. Labu
ukur yang telah terisi tanah dan air diletakkan di atas pompa vakum kurang lebih
10 menit sampai gelembung-gelembung udara dalam tanah tersebut tidak ada lagi,
hal ini bertujuan untuk menghilangkan udara yang ada dalam pori-pori tanah.
Setelah itu labu ukur dikeluarkan dari pompa vakum, dan ditambahkan air sampai
batas 100 cc, kemudian ditimbang berat dan diukur temperaturnya (T2).
Selanjutnya labu ukur dikosongkan dan dibersihkan kembali, kemudian labu ukur
diisi air sampai mencapai batas 100 cc, lalu ditimbang dan diukur temperaturnya
(T1). Data yang diperoleh dari pengujian berat jenis adalah berat labu ukur, berat
labu berisi tanah dan air, dan temperatur air di dalam labu ukur. Hasil pengujian
berat jenis adalah nilai rata-rata dari tiga kali pengujian. Untuk lebih jelasnya
pengujian berat jenis dapat dilihat pada lampiran A Gambar A.3.3 halaman 42.

3.3.4 Pengujian batas cair

Pengujian batas cair ini berpedoman pada ketentuan standar ASTM D423-
66. Peralatan yang digunakan adalah mangkuk Cassagrande, grooving tool,
spatula, dan plat kaca. Tujuan pengujian batas cair ini adalah untuk mendapatkan
nilai kadar air pada ketukan 25 kali mangkuk Cassagrande dan untuk menentukan
jenis tanah berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO dan USCS. Pengujian ini
diawali pada pengeringan tanah mengunakan oven, tanah yang digunakan lebih
kurang sebanyak 300 gram lolos saringan nomor 40 (0,425mm).
Pertama-tama sampel tanah diletakkan di atas plat kaca, kemudian
dicampur air sedikit demi sedikit dan diaduk hingga merata dengan menggunakan
spatula sehingga adonan menjadi lembut. Lalu adonan tanah ini dimasukkan ke
dalam mangkuk Cassagrande dan diratakan permukaannya dengan menggunakan
spatula, kemudian pada bagian tengah adonan tanah yang berada di dalam
mangkuk Cassagrande dibuat alur menjadi dua bagian dengan menggunakan
grooving tool. Selanjutnya pemegang mangkuk Cassagrande diputar sesuai
dengan jumlah ketukan yang ditentukan, yaitu tiga kali pengujian dengan jumlah
ketukan di atas 25 kali dan tiga kali pengujian di bawah 25 kali ketukan, catat
julah ketukannya. Ketukan dihentikan pada saat alur merapat sepanjang 0,5 inch
(13 mm). Bila keadaan ini belum dicapai maka adonan tanah tersebut
ditambahkan air sedikit dan kembali diulangi pengujiannya. Selanjutnya bagian
adonan yang telah merapat diambil sedikit dimasukkan ke dalam kontainer dan
ditimbang berat basahnya. Setelah itu dioven selama 24 jam untuk mendapatkan
kadar air tanah. Pekerjaan ini dilakukan terhadap tiga buah sampel tanah sehingga
diperoleh jumlah ketukan yang berbeda.
Data yang diperoleh dari hasil pengujian batas cair ini adalah banyaknya
ketukan, berat kontainer kosong, berat kontainer yang berisi tanah basah dan berat
kontainer yang berisi tanah kering. Batas cair adalah kadar air pada jumlah
ketukan 25 kali. Hasil dari pengujian batas cair akan dibuat dalam bentuk grafik
hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan (dalam skala log). Untuk lebih
jelasnya pengujian batas cair dapat dilihat pada lampiran A Gambar A.3.3
halaman 43
3.3.5 Pengujian batas plastis

pengujian batas plastis dilakukan berdasarkan pada ketentuan standar


ASTM D 424-74 yang bertujuan untuk mendapatkan nilai batas plastis tanah.
Nilai batas plastis ini digunakan untuk mendapatkan nilai indeks plastis yang
dipakai untuk penentuan jenis tanah berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO dan
USCS. Contoh tanah yang digunakan adalah tanah kering oven dan lolos saringan
nomor 40 sebanyak lebih kurang 100 gram.
Tanah yang telah lolos saringan nomor 40 diletakkan di atas plat kaca,
kemudian diberi air sedikit demi sedikit sampai adonan menjadi kenyal. Tanah
diambil kira-kira sebesar ibu jari diletakkan di atas plat kaca kemudian dipilin
sehingga berupa benang-benang tanah yang berdiameter lebih kurang 3 mm jika
terlihat keretak-keretakan pada tanah tersebut, berarti tanah tersebut telah
mencapai batas plastis. Pekerjaan ini dilakukan berulang sehingga memperoleh
tiga buah sampel tanah yang dimasukkan ke dalam tiga buah kontainer. Kontainer
yang telah terisi tanah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam oven selama
24 jam. Jika tanah sudah mencapai 24 jam, kemudian ditimbang kembali untuk
mengetahui kadar airnya. Data yang diperoleh pada pengujian plastis adalah berat
kontainer kosong, berat kontainer beserta tanah basah, dan berat kontainer beserta
tanah kering. Untuk lebih jelasnya pengujian batas plastis dapat dilihat pada
lampiran A Gambar A.3.3 halaman 44

3.3.6 Pengujian pembagian butir


Pengujian analisa sarinagan kering didasarkan pada standar
ASTM 422-63 yang bertujuan untuk mengetahui persentase saringan butiran yang
lolos pada setiap nomor saringan. Ada dua cara yang terdapat dalam pengujian ini
yaitu, analisa saringan dan hidrometer. Cara pertama dimaksudkan untuk fraksi
yang berbutir kasar, sedangkan cara kedua adalah untuk butiran yang lolos
saringan nomor 200 (fraksi halus). Untuk tanah maka harus dilakukan kedua
pengujian tersebut sedangkan untuk kerikil hanya digunakan analisa saringan.
Tahap pengujian ini adalah diawali pada proses pengeringan sampel tanah
dengan mengunakan oven. Tanah yang telah kering oven kira-kira sebanyak 200
gram kemudian direndam selama 24 jam, guna untuk memisahkan butiran yang
satu dengan lainnya. Selanjutnya tanah dicuci di atas saringan nomor
200 (0,074 mm), butiran tanah yang tertahan di atas saringan nomor 200 dioven
0
pada suhu 105 C selama 24 jam. Tahap selanjutnya adalah dilakukan
penyaringan sampel tanah pada saringan yang telah disusun mulai dari ukuran
3/4” (19.1 mm), 3/8” (9.52 mm), nomor 4 (4.76 mm) nomor 10 (2 mm), nomor 20
(0.84 mm), nomor 40 (0.42 mm), nomor 60 (0.25 mm), nomor 100 (0.149 mm),
nomor 140 (0.105 mm), dan nomor 200 (0.074 mm). Masing-masing butiran
tanah yang tertinggal pada setiap saringan dimasukan ke dalam kontainer dan
ditimbang untuk mengetahui banyaknya persentase butiran.

Kemudian pada pengujian analisa hidrometer dilakukan sesuai standar


ASTM D 422-72. Pertama siapkan 60 gram tanah dalam keadaan kering oven
kemudian direndam dalam larutan ( NaP O3 ) 6 kira-kira 100 cc selama waktu
24 jam. Perendaman ini bertujuan untuk memisahkan butiran satu sama lainnya.
Setelah tanah memenuhi waktu 24 jam perendaman, contoh tanah diaduk dengan
menggunakan pengaduk (mixer) selama lebih kurang 15 menit. Selanjutnya
larutan tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan air sampai
1000 cc. Kemudian digoyang-goyang sehingga adukan merata dengan air.
Masukkan hidrometer ke dalam gelas ukur dan lakukan pembacaan dengan selang
waktu antara 1/4, 1/2, 3/4, 1, 2, 3, 4, 8, 16, 30, 45, 60, 120, 240, 480 dan
1140 menit. Setiap kali sesudah pembacaan hidrometer di dalam larutan,
dilakukan pembacaan hidrometer di dalam air jernih serta dengan mengukur suhu
larutannya. Untuk mendapatkan bacaan yang teliti, sebaiknya pada tujuh
pembacaan pertama diulang sampai 3 kali, di mana pada setiap kali pembacaan
diawali penggoyangan. Untuk lebih jelasnya pengujian batas plastis dapat dilihat
pada lampiran A Gambar A.3.3 halaman 44

3.4 Pengujian Pemadatan (Standard Proctor)

Pengujian pemadatan menggunakan standard proctor dilakukan


berdasarkan standar ASTM D-698. Perlatan yang digunakan dalam pekerjaan
pemadatan ini adalah standar proctor yang terdiri dari mold (cetakan), hammer
(penumbuk) dam extruder (alat untuk mengeluarkan benda uji). Maksud
dilakukan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air optimum dan
kepadatan kering maksimum. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah standard proctor yang terdiri dari cetakan (mold) penumbuk (hammer),
dan alat untuk mengeluarkan benda uji (extruder). Pengujian pemadatan bertujuan
untuk mendapatkan nilai OMC pada tanah lempung dengan variasi campuran abu
kapur 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8%.
Tanah dipersiapkan dalam kantong plastik sebanyak 2000 gram, lalu tanah
yang dipersiapkan tersebut dicampur dengan air dengan kadar air yang berbeda
kemudian diaduk sampai merata. Setelah itu masukkan tanah yang sudah
tercampur rata itu ke dalam kantong plastik dan didiamkan selama 24 jam, fungsi
dari tanah didiamkan selama 24 jam untuk meratakan kadar air tanah dan
dihindarkan dari cahaya karena cahaya mengandung panas sehingga
dikhawatirkan mengurangi air yang terkandung didalam tanah.
Pemadatan dilakukan dengan menjatuhkan hammer ke dalam mold yang
telah diisi tanah kira-kira 1/3 bagian mold dan ditumbuk dengan menjatuhkan
hammer sebanyak 25 kali setiap lapisan, di mana setiap mold dipadatkan dalam
tiga lapisan. Penumbukan dilakukan dengan menjatuhkan hammer dari ketinggian
30,5 cm pada benda uji dimulai dari bagian tepi benda uji dan diakhiri pada
bagian tengahnya, sehingga didapat kepadatan merata disetiap bagian benda uji.
Tanah berlebihan di atas mold diratakan dengan mengunakan pisau perata,
kemudian benda uji beserta mold ditimbang, lalu benda uji dikeluarkan dari dalam
mold dengan menggunakan extruder. Pengukuran kadar air dilakukan sesudah
pemadatan, masing-masing dengan dua buah container untuk bagian atas, dan
bagian bawah benda uji. Data yang diperoleh dari pengujian ini adalah berat mold
kosong ditambah benda uji, volume mold, kadar air optimum (OMC) dan volume
kering maksimum (γd maks).

3.5 Pembuatan benda uji

Proses pencampuran benda uji kuat geser langsung dilakukan dengan cara
memasukkan tanah lolos saringan nomor 10 (diameter 4,75) dan Kapur lolos
saringan nomor 200 (diameter 0.075) kedalam sebuah bejana yang sudah
ditentukan beratnya serta tanah dan Kapur tersebut dicampur dan diaduk hingga
merata dengan kadar air yang ditentukan. Untuk lebih jelasnya rancangan berat
benda uji dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Rancangan Berat Benda Uji Kuat Geser Langsung


Bahan
No. 0% 2% 4% 6% 8%
Campuran
1. Tanah 2000 gr 2000 gr 2000 gr 2000 gr 2000 gr
2. Kapur 0 gr 40 gr 80 gr 120 gr 160 gr
3. Air 300 cc 298 cc 282 cc 270 cc 258 cc

Berikut ini cara menentukan kadar atau berat kapur dan air yang ada pada
tabel diatas :
 Kapur
0% 0 x 2000 = 0 gr
2% 2/100 = 0,02
0,02 x 2000 = 40 gr
4% 4/100 = 0,04
0,04 x 2000 = 80 gr
6% 6/100 = 0,06
0,06 x 2000 = 120 gr
8% 8/100 = 0,08
0,8 x 2000 = 160 gr
 Tanah
0% 0 + 2000 = 2000 gr
2% 1960 + 40 = 2000 gr
4% 1920 + 80 = 2000 gr
6% 1880 + 120 = 2000 gr
8% 1840 + 160 = 2000 gr

 Air = OMC – Kadar Air Mula-mula x Berat Tanah x 1cc

0% 23,0 % - 8,00% x 2000gr x 1cc


15,0 % x 2000gr
300 cc
2% 22,9 % - 8% x 2000gr x 1cc
14,9 % x 2000gr
298 cc
4% 22,1 % - 8,0% x 2080gr x 1cc
14,1% x 2000gr
282 cc
6% 21,5% - 8,0% x 2120gr x 1cc
13,5% x 2000gr
270 cc
8% 20,9% - 8,0% x 2000gr x 1cc
12,9% x 2000gr
258cc

3.6 Analisa Data


Data yang diperoleh dari pengujian yang dilakukan di Laboratorium
Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala meliputi nilai sifat-
sifat fisis tanah, kadar air optimum (Wopt), berat volume kering maksimum (γdmak),
nilai sudut geser (Ø) dan kohesi (c) dicatat dan dievaluasi, selanjutnya
dimasukkan dalam bentuk tabel dan grafik. Penggunaan tabel dan grafik bertujuan
untuk memudahkan dalam menganalisa suatu variabel serta keterkaitan variabel
yang satu dengan variabel yang lain.

You might also like