You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi kebutuhan tubuh
manusia, karena minyak merupakan sumber energi dimana satu gram minyak dapat
menghasilkan 9 kkal. Minyak (nabati) mengandung asam lemak tak jenuh dan
beberapa asam lemak esensial seperti asam olet, linolet dan linolenat. Minyak
berperan penting bagi pengolahan bahan pangan, kerena minyak mempunyai titik
didih yang tinggi (±200oC). Oleh karena itu minyak dapat digunakan untuk
menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng menjadi kehilangan kadar air
dan menjadi kering. Pada umumnya, minyak dapat diperoleh dari kelapa, kelapa
sawit, dan lain-lain (Suastuti, 2009)
Minyak kelapa yang dihasilkan dengan cara basah memerlukan pemanasan yang
cukup lama sehingga membutuhkan bahan bakar yang cukup banyak pula. Cara ini
kurang efisien karena selain membutuhkan waktu yang lama dan biaya untuk bahan
bakar yang cukup tinggi. Cara lain yang dapat dilakukan untuk mendapatkan minyak
kelapa adalah dengan memanfaatkan kegiatan mikroorganisme yang dikenal dengan
cara fermentasi. Pembuatan minyak kelapa dengan fermentasi merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi masalah pada pembuatan dengan cara tradisional.
Pembuatan minyak kelapa dengan fermentasi juga membutuhkan waktu yang cukup
lama tetapi tidak membutuhkan proses pemanasan untuk mendapatkan minyaknya
sehingga lebih hemat (Suastuti,2009)

1.2. Perumusan Masalah

Minyak kelapa dapat diperoleh dengan bererapa cara yaitu kering maupun basah.
Dengan cara basah, memiliki kekurangan dalam pemanasan yang boros dan kurang
efektif. Maka dari itu, dilakukan dengan cara fermentasi santan kelapa. Pada
praktikum ini sendiri dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara memproduksi
minyak kelapa dari santan, bagaimanakah hubungan pH terhadap waktu,
bagaimanakah hubungan densitas terhadap waktu dan bagaimanakah analisa fisik
kimia terhadap minyak kelapa yang dihasilkan.

1.3. Tujuan Praktikum


1. Memproduksi minyak kelapa dari santan dengan metode fermentasi dan
enzimatis.
2. Mengkaji hubungan pH terhadap waktu fermentasi.
3. Mengkajihubungan densitas terhadap waktu fermentasi.
4. Mengalisis hasil minyak kelapa yang didapat secara fisika dan kimia.
1.4. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mampu memproduksi minyak kelapa dari santan dengan metode
fermentasi dan enzimatis.
2. Mahasiswa mampu mengkaji hubungan pH terhadap waktu fermentasi.
3. Mahasiswa mampu mengkaji hubungan densitas terhadap waktu fermentassi.
4. Mahasiswa mampu mengalisis hasil minyak kelapa yang didapat secara fisika
dan kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa
Buah kelapa (Cocos nucifera) termasuk jenis tanaman palma yang
mempunyai buah berukuran cukup besar. Termasuk tumbuhan monokotil tingkat
tinggi sehingga mempunyai daun berbentuk sejajar dan batang tiak bercabang.
Buahnya terbungkus dengan serabut dan batok yang cukup kuat. Tanaman kelapa
banyak tumbuh di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Indonesia menjadi negara
agraris yang menempati posisi ketiga setelah Filipina dan India sebagai penghasil
kelapa terbesar di dunia. Penggunaan minyak kelapa di Indonesia nomor dua
terbanyak setelah minyak sawit (lebih dari 70%). Minyak kelapa dapat diperoleh
melalui proses basah dan proses kering. Namun, terdapat metode alternative lain,
yaitu Pembuatan minyak kelapa dengan cara fermentasi yang membutuhkan waktu
cukup lama tetapi tidak membutuhkan proses pemanasan untuk mendapatkan
minyaknya (Suastuti,2009).
Buah kelapa yang sudah tua mengandung kalori yang tinggi, sebesar 359 kal
per 100 gram; daging kelapa setengah tua mengandung kalori 180 kal per 100 gram
dan daging kelapa muda mengandung kalori sebesar 68 kal per 100 gram.
Tabel 2.1 Komposisi kimia daging buah kelapa segar pada 3 tingkatan umur
Umur buah
No Komposisi per 100 gram bahan Satuan
Muda Setengah tua Tua
1 Kalori Kal 68 180 359
2 Protein G 1 4 3,4
3 Lemak G 0,9 15 34,7
4 Karbohidrat G 14 10 14
5 Kalsium Mg 7 8 21
6 Fosfor Mg 30 55 98
7 Besi Mg 1 1,3 2
8 Vitamin A SI 0 10 0
9 Vitamin B1 Mg 0,06 0,05 0,1
10 Vitamin C Mg 4 4 2
11 Air G 83 70 46,9
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1981)
Air kelapa mengandung nilai kalori rata-rata berkisar 17 kalori per 100 gram.
Air kelapa hijau dibandingkan dengan jenis kelapa lain banyak mengandung tanin
atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi. Kandungan zat kimia lain yang
menonjol yaitu berupa enzim yang mampu mengurai sifat racun. Komposisi
kandungan zat kimia yang terdapat pada air kelapa antara lain asam askorbat atau
vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau potassium. Mineral yang
terkandung pada air kelapa ialah zat besi, fosfor, dan gula yang terdiri dari glukosa,
fruktosa, dan sukrosa. Kadar air yang terkandung pada buah kelapa sejumlah 95,5
gram dari setiap 100 gram (Direktorat Gizi Depkes RI, 1981).
Buah kelapa terdiri dari beberapa bagian yaitu kulit luar (epicarp), sabut
(mesocarp), tempurung (endocarp), kulit daging buah (testa), daging buah
(endosperm), air kelapa dan lembaga.

Gambar 2.1 Bagian-bagian buah kelapa


Buah kelapa yang terdiri dari sabut kelapa dapat dibuat keset, sapu, dan matras.
Daging buah kelapa dapat dipakai sebagai bahan baku untuk (VCO), coconut cream,
santan dan kelapa parutan kering (desiccated coconut) sedangkan air kelapa dapat
dipakai untuk membuat cuka dan nata de coco.

Gambar 2.2 Bagan diversifikasi produk buah kelapa


2.2. Minyak kelapa
Minyak kelapa merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan
komponen penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan nontrigliserida yang
diperoleh dari hasil pengolahan daging kelapa dan dihasilkan dengan cara basah
maupun kering (Pasaribu Nurhida, 2004). Cara basah kurang efisien karena selain
membutuhkan waktu yang lama dan biaya untuk bahan bakar yang cukup tinggi.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mendapatkan minyak kelapa adalah dengan
memanfaatkan kegiatan mikroorganisme yang dikenal dengan cara fermentasi
(Suastuti,2009).
Pembuatan minyak kelapa dengan fermentasi merupakan salah satu alternatif
untuk mengatasi masalah pada pembuatan dengan cara tradisional. Pembuatan
minyak kelapa dengan fermentasi juga membutuhkan waktu yang cukup lama tetapi
tidak membutuhkan proses pemanasan untuk mendapatkan minyaknya sehingga
lebih hemat. Kandungan asam lemak bebas dalam minyak yang bermutu baik hanya
terdapa dalam jumlah kecil, sebagian besar asam lemak terikat dalam bentuk ester
atau bentuk trigliserida (Suastuti,2009).

2.2.1 Kandungan Minyak Kelapa


Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa
segar. Yang mana dalam prosesnya memanfaatkan santan kelap yang telah diparut
kemudian diproses lebih lanjut. Virgin Coconut Oil (VCO) dapat dihasilkan tidak
hanya menggunakan proses panas tinggi. VCO memiliki sejumlah sifat fisik yang
menguntungkan. Di antaranya memiliki kestabilan secara kimia dan dapat disimpan
jangka panjang (Pasaribu, 2004).
Minyak kelapa dapat diekstraksi dari daging buah kelapa atau daging kelapa
yang dikeringkan. Kandungan minyak pada kopra umumnya 60 – 65% sedangkan
daging buah kelapa sekitar 43%. Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak
kelapa digolongkan kedalam asam laurat karena kandungan asam larutnya paling
besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya sehingga tahan terhadap
ketengikan akibat oksidasi. Selain itu terdaapt juga kandungan asam lemak tak jenuh
dalam minyak kelapa (Pasaribu, 2004).
Tabel 2.2 Kompossis asam lemak minyak kelapa
Asam Lemak Jumlah (%)
Asam lemak jenuh :
Asam Kaporat 0 – 0,8
Asam Kaprilat 5,5 – 9,5
Asam Kaprat 4,5 – 9,5
Asam Laurat 44 – 52
Asam Palmitat 7,5 – 10,5
Asam Stearat 1–3
Asam lemak tak jenuh :
Asam Palmitoleat 8 – 10
Asam Oleat 5–7
Asam Linoleat 1 – 2,5
(Chairil Anwar, 2016).
2.2.2 Standar Baku Mutu Minyak Kelapa
a. Berdasarkan SNI 7381:2008
Tabel 2.4 Standar baku mutu minyak kelapa berdasarkan SNI
7381:2008
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan:
1.1 Bau Khas kelapa segar,
1.2 Rasa tidak tengik, Normal,
1.3 Warna khas minyak kelapa
Tidak berwarna
hingga kuning pucat
2. Air dan senyawa yang menguap % Maks 0,2
3. Bilangan iod g iod/100g 4,1-11,0
4. Asam lemak bebas (dihitung % Maks 0,2
sebagai asam laurat)
5. Bilangan peroksida mg ek/kg Maks 2,0
6. Asam Lemak :
6.1 Asam kaporat (C6 : 0) % ND – 0,7
6.2 Asam kaprilat (C8:0) % 4,6 – 10,00
6.3 Asam kaprat (C:10) % 5,0 – 8,0
6.4 Asam laurat (C12:0) % 45,1-53,2
6.5 Asam miristat (C14:0) % 16,8-21
6.6 Asam palmitat (C16:0) % 7,5-10,2
6.7 Asam stereat (C18) % 2,0-4,0
6.8 Asam oleat (C18:1) % 5,0-10,0
6.9 Asam linoleat (C18:2) % 1,0-2,5
6.10 Asam linolenat (C18:3) % ND-0,2
Koloni/ml Maks 10
7 Cemaran mikroba
7.1 Angka lempeng total mg/kg Maks 0,1
8. Cemaran Logam : Maks 0,4
8.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 5,0
8.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 0,1
8.3 Besi (Fe)
8.4 Cadmium (Cd) mg/kg Maks 0,1
9. Densitas kg/m3 915,0-920,0

b. Berdasarkan APCC Quality Standard for VCO


Tabel 2.5 Standar baku mutu minyak kelapa berdasarkan APCC Quality
Standard
No Parameter Spesifikasi
1 Kelembaban (%) Maks 0,1
2. Asam lemak bebas (%) Maks 0,2
3. Densitas relatif 0,915 – 0,920
4. Bilangan peroksida meq/kg Maks 3
5. Bilangan saponifikasi (Mg KOH/g minyak) 250 – 260 menit
6. Specific gravity pada 30 deg./300C 0,915-0,920
7 Warna Tidak berwarna
8. Bau dan rasa Seperti kelapa
segar, bebas dari
endapan dan bau
tengik

2.2.3 Pembuatan Minyak Kelapa


1. Pressing
Pressing atau tekanan merupakan teknik dengan cara penekanan
dalam proses pembutan minyak kelapa. Jumlah minyak yang diperoleh dari
pengepresan dipengaruhi oleh besarnya tekanan pengepresan, waktu atau
lama pengepresan, serta suhu dan kekentalan minyak. Makin tinggi tekanan,
makin banyak minyak yang diperoleh.
2. Ekstraksi
Cara ini menggunakan cairan pelarut yang dapat melarutkan minyak.
Pelarut yang digunakan beritik didih rendah, mudah menguap, tidak
berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun.
Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan karena biayanya
relatif mahal.
3. Rendering
Rendering merupakan suatau cara ekstraksi minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air tinggi.
Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang
spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel
bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah
ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.
4. Pengasaman
Cara basah metode pengasamandiawali dengan membuat emulsi
santan dalamkeadaan asam. Asam akan memutus ikatan lemak –protein
dalam santan sehingga minyak dapatdipisahkan. Asam yang dicampurkan
dalam santanhanya bisa bekerja maksimal pada kondisi pH yangsesuai.
Pada pembuatan VCO, pH yang optimum yaitu4,3 (Setiaji dan Prayugo,
2006).
5. Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan salah satu pembuatan VCO dengan cara
mekanik. Pembuatan VCO dengan sentrifugasi juga dikelompokan menjadi
tiga, yaitu: pembuatan santan, pembuatan VCO serta penyaringan. Pada cara
ini krim dimasukan dalam tabung ke dalam sentrifuse. Pemutusan ikatan
lemak protein pada santan dilakukan dengan pemutaran (pemusingan), yaitu
dengan gaya sentrifugal karena berat jenis minyak dan air berbeda maka
setelah dilakukan sentrifugasi keduanya akan terpisah dengan sendirinya.
Berat jenis minyak lebih ringan disbanding air sehingga minyak akan
terkumpul pada lapisan atas.
Kunci dari pembuatan VCO dengan sentrifugasi yaitu kecepatan
pemutaran, yaitu 20.000 rpm. Disamping itu faktor waktu juga menjadi
pembatas dalam pemutaran tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk memutus
ikatan lemak-protein dari santan dengan kecepatan 20.000 rpm yaitu sekitar
15menit (Sari,2009).

6. Enzimatis
Pembuatan VCO dengan cara enzimatis merupakan pemisahan
minyak dalam santan tanpa pemanasan melainkan dengan bantuan enzim.
Enzim bisa disintessis atau disuplai dari alam. Beberapa jenis enzim yang
bisa digunakan untuk memecah ikatan lipoprotein dalam emulsi lemak yaitu
papain (papaya), bromelin (nanas), dan enzim protease yang berasal dari
kepiting sungai. Enzim papain banyak terdapat dalam getah daun papaya.
Sementara enzim bromelin banyak terdapat pada bagian bonggol (hatinya)
nanas.
Dengan rusaknya protein maka ikatan lipoprotein dalam santan juga
akan terputus dengan sendirinya. Kemudian, minyak yang diikat oleh ikatan
tersebut akan keluar dan mengumpul menjadi satu. Karena minyak memiliki
massa (berat) jenis lebih rendah dibandingkan dengan air, maka posisinya
kemudian berada paling atas, disusul dengan protein dan terakhir (bawah)
yaitu air (Sari, 2009)
7. Fermentasi
Pada pembuatan minyak secara fermentasi ini sebenarnya yang
diperlukan adalah enzim-enzim yang dihasilkan oleh jamur Saccharomyces
sp Enzim yang diproduksi oleh jamur Saccharomyces sp ini dilepaskan ke
lingkungan sekitar jamur untuk menghancurkan subtrat tempat tumbuhnya
menjadi senyawa-senyawa organik dapat larut. Subtrat yang dihancurkan ini
pada umumnya beruapa senyawa karbohidrat. Di dalam endosperm biji
kelapa. Minyak umumnya terdapat berikatan dengan karbohidrat dan protein.
Dengan dihancurkannya karbohidrat oleh enzim yang dihasilkan
Saccharomyces sp , maka minyak maupun protein masing-masing akan
terlepas. Minyak akan berada di permukaan karena memiliki BJ yang lebih
ringan, sedangkan proteinnya akan mengendap (Diana,2010).

2.2.4. Manfaat Minyak Kelapa


Pada umumnya, minyak kelapa memiliki beberapa manfaat yaitu dalam
bidang pangan, obat-obatan karena memiliki kandungan karoten, anti kanker
karena memiliki sumber provitamin A, sumber vitamin E (Tokoferol) yang
dapat mengurangi kerusakan sel tubuh, antioksidan, kalori yang cukup tinggi.
Sedangkan dalam bidang industri, minyak kelapa dapat dimanfaatkan dalam
industri kimia seperti; industri mentega, industri sabun, lilin, minyak makan,
industri baja, tekstil, pelarut nonpolar,dan pelumas (Siregar Amelia Zuliyanti,
2006).

2.2.5. Kerusakan pada Minyak Kelapa

Kerusakan minyak dapat disebabkan oleh air, cahaya, panas, oksigen,


logam, asam, basa, dan enzim. Kerusakan minyak terutama terjadi ketika
pemanasan bahan, pengolahan, dan penyimpanan. Minyak kelapa yang belum
dimurnikan biasanya mengandung kaotoran-kotoran seperti air, protein,
karbohirat, asam lemak bebas dan komponen-komponen yang tidak
tersebutkan. Asam lemak bebas sudah terdapat pada minyak atau lemak sejak
bahan itu mulai dipanen dan jumlahnya akan terus bertambah selama proses
pengolahan dan penyimpanan. Penurunan mutu minyak karena ketengikan,
ditandai dengan timbulnya bau dan rasa yang tidak enak. Walaupun
demikian, adanya bau dan rasa tidak enak tersebut tidak menjadi faktor
penentu dalam menilai suatu jenis minyak (Sartika, 2009)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Rancangan Praktikum

Kelapa

Air 1,5 L Kelapa parut 1,5 kg

Santan Krim

Air Kelapa, urea, dan


Skim
gula pasir

Ragi Roti Skim+Air Steril dengan oven pada


suhu 121ºC selama 15 menit

Diinkubasi
selama 1 malam

Krim 150 ml Strater sebanyak 150 ml

Atur pH 7,
ukur densitas

Inkubasi

Ukur densitas,
pH

Inkubasi

Starter dimasukkan ke
cuvet
Disentriugasi, kecepatan
3000 rpm selama 20
menit

Minyak
diambil

Uji Organoleptik

Hitung Densitas

Etanol 50 + PP Titrasi dengan NaOH


3 tetes Minyak hingga warna pink
hampir hilang

Hitung Kadar Asam


Lemak Bebas

Gambar 3.1 Skema Rancangan Praktikum

3.1.2. Variabel Praktikum


a. Variabel bebas :
b. Variabel terikat :
c. Variabel kontrol :
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1.Bahan
3.2.1 Bahan
1. Skim 7. Indikator PP
2. Kelapa parut 8. Urea
3. Ragi roti 9. NaOH
4. Air kelapa 10. Etanol 95%
5. Gula pasir
3.2.2. Alat
1. Erlenmeyer
2. Pipet tetes
3. Beaker glass
4. Gelas ukur
5. Inkubator goyang
6. Cuvet
7. Neraca analitik
8. Alumunium foil
9. Indikator pH
10. Pengaduk
11. Centrifuge
12. Statif
13. Klem
14. Buret
15. Piknometer
16. Oven
3.3. Gambar Rangkaian Alat

Keterangan gambar:

1. Klem
2. Statif
3. Buret
4. Erlenmeyer

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Titrasi

3.4. Prosedur praktikum


3.4.1 Pembuatan Santan
a. Kelapa tua yang sudah diparut ditambah air dengan perbandingan 1:1
diperas sehingga dihasilkan santan.
b. Santan didinginkan selama ±2 jam pada suhu ruang.
c. Setelah 2 jam akan terbentuk 2 lapisan (krim dan skim) pada santan.
3.4.2 Pembuatan Starter
a. Skim yang telah dipisahkan dari krim kemudian ditambah dengan air
kelapa ke dalam erlenmeyer dengan perbandingan ( 50 : 50 ) mL
kemudian tambah nutrisi urea 2% w dan gula pasir 2 % w masing-
masing pada Run I,II, dan Run III,
b. Aduk campuran hingga homogen dan sterilisasi dalam autoclave pada
suhu 121°C selama 15 menit.
c. Setelah steril, campuran didinginkan.
d. Campuran diinokulasikan dengan penambahan ragi roti sebanyak 2%
w pada Run I,II, dan III. Campuran ditutup dengan alumunium foil,
diinkubasi dalam inkubator goyang pada suhu kamar selama 1 hari.
3.4.3 Fermentasi Santan
a. Krim santan sebanyak 50 ml dicampur dengan starter sebanyak 50 ml
ke dalam erlenmeyer pada ruang aseptis.
b. Campuran diatur pH-nya menggunakan asam asetat dan ditutup
dengan alumunium foil.
c. Campuran diukur densitasnya menggunakan picnometer.
d. Campuran diinkubasikan selama 4 hari.
3.4.4 Analisis Hasil Minyak Kelapa
A. Menghitung volume minyak kelapa yang didapat.
 Campuran yang telah selesai difermentasi akan terlihat menjadi 3
lapisan (minyak, protein, dan air).
 Campuran dituang ke dalam cuvet untuk disentrifugasi pada
kecepatan putaran 3000 rpm selama 20 menit
 Minyak kelapa dapat diambil dari cuvet dan diukur volumenya,
minyak kelapa selanjutnya dapat dikenakan analisis yang lain.
B. Uji secara organoleptik menggunakan indera penciuman.
 Minyak kelapa yang didapat dituangkan ke dalam beaker glass.
 Minyak kelapa diuji pada jarak kira-kira 5 cm dari hidung dan
kemudian dikebaskan ke arah hidung agar baunya dapat diketahui.
 Analisis dilakukan oleh minimal 3 orang.
 Jika tercium bau khas minyak kelapa segar dan tidak tengik maka
hasil dinyatakan “normal”. Jika tercium bau asing maka hasil
dinyatakan “tidak normal”.
C. Uji secara organoleptik menggunakan indera penglihat.
 Minyak kelapa yang didapat dituangkan ke dalam beaker glass.
 Warna minyak kelapa diamati oleh minimal 3 orang.
 Jika tidak terlihat warna lain atau kuning pucat maka hasil
dinyatakan “normal”. Jika terlihat warna lain maka hasil
dinyatakan “tidak normal”.
D. Menghitung densitas minyak kelapa
 Picnometer kosong dihitung massanya menggunakan neraca
analitik (m0).
 Minyak kelapa dengan volume yang sudah diketahui (V)
selanjutnya dimasukkan ke dalam picnometer.
 Picnometer yang berisi minyak kelapa kemudian dihitung
massanya (m1)
 Menghitung densitas minyak kelapa dengan rumus:

𝑚1 − 𝑚0
𝜌=
𝑉

E. Menghitung kadar asam lemak bebas.


 Membuat larutan standar NaOH 0,1 N.
 Menimbang minyak kelapa yang didapat ke dalam erlenmeyer
250 ml.
 Tambahkan 50 ml etanol 95%.
 Tambahkan 3 tetes indikator PP dan dititrasi dengan larutan
standar NaOH 0,1 N.
 Hitung kadar asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat),
dinyatakan sebagai persen asam lemak dengan rumus berikut:

𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 200
𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 =
𝑚 𝑥 10
dengan:
V = volume NaOH yang diperlukan dalam penitaran (ml)
N = normalitas NaOH
m = bobot contoh (g)
200 = berat molekul asam laurat
DAFTAR PUSTAKA

Pasaribu. N. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Universitas Sumatera Utara Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.

Suastuti. (2009). Kadar Air dan Bilangan Asam dari Minyak Kelapa yang Dibuat
dengan Cara Tradisional dan Fermentasi. 3 (2): 69-74.

You might also like