You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dikupas mengenai hal-hal yang menjadi latar belakang

dilakukannya penelitian. Selain itu juga menjelaskan tentang rumusan masalah,

tujuan penelitian dan juga menjelaskan tentang kegunaan hasil penelitian.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pemerintah membutuhkan dana yang cukup besar dalam pengelolaan suatu

negara. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu pengawasan yang cukup andal

dalam pertanggung jawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan

pemerintahan. Dengan adanya suatu pengawasan yang cukup andal, diharapkan

dapat menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik

sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggung jawabkan.

Pengawasan internal pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting

dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui pengawasan internal dapat diketahui

bahwa suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas

dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kebijakan yang

telah ditetapkan dan ketentuan yang berlaku. Selain itu, pengawasan internal atas

penyelenggaraan pemerintah diperlukan untuk mendorong terwujudnya good

governance dan clean governance serta mendukung penyelenggaraan pemerintah

yang efektif, efisien, transparansi, akuntabel, bersih, dan bebas dari praktik

korupsi, kolusi, dan nepotisme.

1
2

Salah satu instansi yang melakukan pengawasan/audit terhadap pemerintah di

Indonesia adalah Inspektorat. Menurut Falah (2005) Inspektorat daerah

mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah

daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, dalam inspektorat sama

dengan auditor internal. Menurut Boynton (2006) dalam Rohman (2007) fungsi

auditor internal adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal yang

merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk

menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Output dari audit

internal ini tidak hanya berupa rekomendasi untuk perbaikan sistem dan metode,

tetapi juga meliputi tindakan perbaikan yang meniadakan/memperkecil inefisiensi

dan mendorong keberhasilan (Ulum, 2009:131).

Dalam audit APBA (Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh) 2011, auditor

BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) menemukan selisih kas dalam alur

penerimaan daerah dengan pengeluaran sebesar Rp 33,5 miliar. Seharusnya,

Inspektorat menindak lanjuti dan mempublikasikan hasil penelusuran terhadap

selisih uang Rp 33,5 miliar itu secara transparan agar tak lagi menjadi pertanyaan

publik sepanjang tahun (Serambi Indonesia, 23 Februari 2017).

Fenomena tersebut berhubungan dengan kualitas audit yang dilakukan oleh

auditor inspektorat yang menjadi pertanyaan publik sepanjang tahun. Hal ini

disebabkan dari pemeriksaan audit tersebut tidak terdeteksi oleh inspektorat, akan

tetapi ditemukan oleh BPK sebagai auditor eksternal, ini menunjukkan bahwa

kualitas audit inspektorat masih relatif kurang baik. Inspektorat dalam


3

menghasilkan audit yang berkualitas dipengaruhi beberapa faktor, yaitu etika

motivasi dan objektivitas dari auditor inspektorat.

Kualitas audit menurut De Angelo (1981) dalam Alim et al. (2007) adalah

sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran

pada sistem akuntansi klien. Probabilitas untuk menemukan pelanggaran

tergantung pada etika, motivasi dan probabilitas auditor melaporkan pelanggaran

tergantung pada objektivitas auditor. Dengan kata lain, etika motivasi dan

objektivitas dapat mempengaruhi kualitas audit.

Menurut Bartens (2001) dalam Nur’aini (2013) etika dapat dilihat sebagai

praksis dan refleksi. Sebagai praksis, etika diartikan sebagai nilai-nilai atau

norma-norma moral yang mendasari perilaku manusia. Di sisi lain, etika sebagai

refleksi diartikan sebagai pemikiran atau filsafat moral, yaitu manusia berpikir

atau merenung mengenai apa yang harus dan apa yang tidak harus dilakukan dan

bagaimana manusia berperilaku pada situasi konkrit. Etika secara umum

didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Etika bertujuan

membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi dapat dipertanggung

jawabkan.

Motivasi menurut Sukirno (2004:191) adalah motivasi dapat berupa intrinsik


dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intrinsik adalah suatu sifat pekerjaan itu
sendiri yang membuat auditor termotivasi, auditor tersebut mendapat kepuasan
dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti
status dan uang atau bisa juga dikatakan auditor tersebut melakukan hobinya.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah ketika elemen-elemen diluar pekerjaan
yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat
auditor termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
4

Teori Maslow (1954) dalam Handoko (2003:258) menyatakan bahwa

manusia akan didorong untuk memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai

waktu, keadaan, dan pengalaman yang bersangkutan mengikuti suatu hirarki.

Lima hirarki kebutuhan manusia adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa

aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi

diri.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa adanya pengaruh

motivasi auditor internal dalam melaksanakan audit pemerintah. Sebagaimana

dikatakan oleh Goleman (2001) dalam Efendy (2010) hanya dengan adanya

motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk

meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada.

Faktor lain yang berhubungan dengan kualitas audit adalah objektivitas.

Pengertian objektivitas menurut Rai (2011:116) adalah suatu kriteria yang objektif

berarti bebas dari segala bias, baik auditor maupun manajemen. Selain itu

objektivitas menurut Sawyer et al. (2006:103) adalah

Seorang auditor tidak pernah menempatkan diri atau ditempatkan dalam posisi
dimana objektivitas mereka dapat dipertanyakan. Kode etik dan standar auditor
internal telah menetapkan aturan-aturan tertentu yang harus diikuti agar
terhindar dari kemungkinan pandangan akan kurangnya objektivitas atau
munculnya bias. Pelanggaran atas aturan-aturan ini akan menyebabkan
munculnya kritikan dan pertanyaan mengenai kurangnya objektivitas yang
dimiliki oleh auditor internal.

Selain itu pengertian objektivitas menurut Messier et al. (2005:409) adalah

auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam menjalankan

tugas, harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest), dan
5

tidak boleh membiarkan faktor salah saji material yang diketahuinya atau

mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.

Farida dkk (2015) hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa etika

berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit. Selanjutnya,hasil penelitian

yang dilakukan oleh Rosnidah et al. (2011) menjelaskan bahwa nilai koefisien

regresi variabel motivasi auditor Inspektorat berdampak negatif terhadap kualitas

audit, namun demikian dampak tersebut tidak signifikan, sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Efendy (2010) menyatakan bahwa motivasi berpengaruh

positif terhadap kualitas audit sehingga semakin baik tingkat motivasi maka akan

semakin baik kualitas audit yang dilakukannya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukriah et al. (2009) menunjukkan

bahwa objektivitas berpengaruh secara positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan

sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat objektifitas auditor

makasemakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.Demikian pula dengan Queena

dan Rohman (2012) juga dalam penelitiannya menunjukkan objektivitas

berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Objektivitas

terhadap Kualitas Audit Inspektorat (Studi pada Pemerintahan Provinsi

Aceh)”.

1.2 Rumusan Masalah

1) Motivasi dan objektivitas secara bersama-sama terhadap kualitas audit

Inspektorat Aceh dalam pengawasan keuangan daerah.


6

2) Motivasi terhadap kualitas audit Inspektorat Aceh dalam pengawasan

keuangan daerah.

3) Objektivitas terhadap kualitas audit Inspektorat Aceh dalam pengawasan

keuangan daerah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh:

1) Etika, motivasi, dan objektivitas secara bersama-sama terhadap kualitas audit

Inspektorat Aceh.

2) Etika terhadap kualitas audit Inspektorat Aceh

3) Motivasi terhadap kualitas audit Inspektorat Aceh

4) Objektivitas terhadap kualitas audit Inspektorat Aceh

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi

pengembangan ilmu, maupun bagi kepentingan investor dan perusahaan.

1.4.1 Kegunaan Praktis (operasional)

(1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi akuntansi dan menjadi

salah satu upaya untuk mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam

menulis karya ilmiah, khususnya mengenai pengaruh motivasi dan

objektivitas terhadap kualitas audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan

daerah.
7

(2) Penelitian ini diharapkan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan

dan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh motivasi dan objektivitas terhadap

kualitas audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

1.4.2 Kegunaan Akademis (teoritis)

(1) Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian ini.

Kelemahan-kelemahan atau keterbatasan-keterbatasan yang ditemukan dalam

penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau peluang bagi

peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini.

You might also like