Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung terdiri dari 4 ruangan. Atrium kiri dan kanan dibagian atas.
Ventrikel kiri dan kanan terletak dibagian bawah. Ventrikel kiri merupakan ruang
yang terbesar. Katup jantung dapat membuka dan menutup sedemikian rupa
sehingga darah hanya dapat mengalir dalam satu arah yaitu: Katup tricuspid,
Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan. Darah dalam tubuh mengandung
kadar oksigen rendah dan harus menambah oksigen sebelum kembali ke dalam
tubuh. Darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan melalui katup tricuspid.
Darah kemudian dipompa oleh ventrikel kanan ke paru melewati katup pulmonal
Darah yang sudah bersih yang kaya oksigen mengalir ke atrium kiri melalui vena
pulmonalis. Dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel kiri melewati katup
mitral. Ventrikel kiri kemudian memompa darah keseluruh tubuh melalui katup
aorta dan diteruskan oleh pembuluh aorta keseluruh tubuh.bersih Dari tubuh
kemudian darah yang dari tubuh dengan kadar oksigen yang rendah karena telah
diambil oleh sel-sel tubuh kembali ke atrium kanan dan begitu seterusnya (Suardi,
2012).
3
4
dengan yang sesudah lahir. Sirkulasi fetus mendapatkan oksigen dan nutrisi dari
ibu melalui plasenta. Sirkulasi fetus juga mempunyai komunikasi yang penting
(shunt) antara kedua ruangan atas jantung dan pembuluh darah besar dekat
dengan baik selama kehidupan fetus. Bahkan suatu bentuk PJB yang parah seperti
hypoplasia jantung kiri (yang mana seluruh jantung kiri tidak berkembang) dapat
a. Sirkulasi Fetus
2. Foramen ovale adalah sebuh lubang yang terletak di septum (dinding) antara
kedua ruangan atas jantung (atrium dextra dan sinistra). Foramen sebagai
3. Jalur samping yang lain, ductus arteriosus, aliran darah dari arteri pulmonary
Foramen ovale menutup dan tidak bertindak lagi sebagai jalur samping
tekanan di atrium kiri sampai melebihi tekanan atrium kanan. Kondisi ini
Pada neonatus aterm normal, konstriksi awal dari duktus arteriosus terjadi
pada 10-15 jam pertama kehidupan, lalu terjadi penutupan duktus arteriosus
proliferasi intimal dan fibrosis setelah 3-4 minggu postnatal yang akhirnya terjadi
duktus arteriosus ini terjadi lebih lambat, bahkan bisa sampai usia 4-12 bulan
(Rahmawan, 2011).
sistemik, terhentinya aliran darah dan penurunan tekanan darah di vena cava
inferior serta penutupan duktus venosus, sehingga tekanan di atrium kanan juga
menurun sampai dibawah tekanan atrium kiri. Hal ini mengakibatkan penutupan
menerima beban tekanan lebih besar untuk menghadapi tekanan arteri sistemik.
(Rahmawan, 2011).
duktus arteriosus pada waktu lahir mengakibatkan masking effect terhadap semua
2.3 Definisi
sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada
pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB seringkali tidak
penyebab. Faktor-faktor ini adalah: infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak
fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
8
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah
satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah
presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis
2.4 Etiologi
2013).
jantung dari bayi kandungannya (dan juga organ-organ lainnya). Jika ibunya
menyebabkan PJB. Satu contoh adalah retinoic acid (nama merek Accutane) yang
2013).
mengembangkan PJB pada fetus. Bayi-bayi dari wanita dengan diabetes mellitus,
penyakit keturunan phenylketonuria (PKU) dan tidak berada pada special dietnya
selama kehamilan, bertendensi juga mempunyai bayi dengan PJB (Hinton, 2013).
Pada neonatus normal, saat lahir masih disertai tahanan arteri pulmonalis
yang tinggi. Setelah 4-12 minggu terjadi penurunan tahanan arteri pulmonalis
sampai menuju nilai normal. Pada neonatus dengan PJB asianotik, selama tahanan
arteri pulmonalis masih tinggi, defek jantung yang ada belum menimbulkan
perubahan aliran darah dari sistemik ke paru. Setelah 4-12 minggu postnatal, pada
saat terjadi penurunan tahanan arteri pulmonalis sampai menuju nilai normal,
defek jantung yang dan akan menimbulkan perubahan aliran darah yaitu yang
10
seharusnya ke sistemik berubah menuju ke paru. Pada saat inilah baru terjadi pirau
kiri ke kanan disertai gejala klinis berupa mulai terdengarnya bising sampai gagal
Harus dibedakan takipnea akibat PJB dan akibat kelainan parenkhim paru,
Takipnea akibat PJB asianosis pada neonatus baru timbul bila peningkatan aliran
darah ke paru sampai lebih dari 2,5 kali aliran normal. Takipnea akibat penyakit
paru pada neonatus sudah timbul walaupun peningkatan aliran darah ke paru
masih ringan-ringan saja. Adanya penyakit pada paru akan memperjelas gejala
serta peningkatan tekanan udara, kondisi ini meningkatkan work of breathing dan
2.6 Klasifikasi
penyakit jantung bawaan. Pada pasien penyakit jantung asianotik tidak ditemukan
Berdasarkan pada ada tidaknya pirau, kelompok ini dapat dibagi menjadi
(Sayastid, 2013):
11
1. Penyakit jantung bawaan asianosis dengan pirau kiri ke kanan, yaitu defek
berada pada setiap bagian septum ventrikel. Septum ventrikel terdiri atas bagian
membranous yang hanya merupakan bagian kecil saja, dan bagian muskular yang
luas dan terbagi atas inlet, trabecular dan outlet (infundibular) (Vick, 2011).
a. Prevalensi
15-20% dari seluruh PJB, angka ini berkurang pada usia dewasa dimana terjadi
penutupan spontan. Frekuensi wanita 56%, laki-laki 44%. Sering dijumpai pada
sindrom Down. Insiden tertinggi pada prematur dengan kejadian 2-3 kali lebih
b. Klasifikasi
Secara anatomis :
- Defek trabekuler
12
- VSD kecil ( diameter defek 0-3 mm saat lahir atau defek <1/3
diameter aorta)
- VSD sedang (diameter defek 3-5mm saat lahir atau defek antara
- VSD besar ( diameter defek >5mm saat lahir atau defek mendekati
c. Embriologi
(bantalan endokardium) dan bagian dari bulbus kordis. Pada saat itu terjadi
jalan keluar atau kombinasinya yang bisa bersifat tunggal atau multipel.
ini adalah tipe yang berdiri sendiri terutama defek pada pars membranosa
13
d. Patofisiologi
Arah pirau VSD dari kiri ke kanan. Beratnya VSD ditentukan oleh ukuran
defek dan resistensi pulmonar-vaskular. Makin berat pirau makin kecil resistensi
pulmonal-vaskular, hal ini disebut dependent shunt. Onset gagal jantung kongestif
Karena saat terjadinya pirau adalah pada fase sistolik saat ventrikel kanan juga
berkontraksi maka darah dari ventrikel kiri melalui defek tanpa berhenti di
VSD berbeda dengan ASD pada dilatasi atrium kiri. Sedangkan dengan
PDA, VSD sama pada adanya dilatasi ventrikel kiri dan atrium kiri. Pada defek
yang kecil, gambaran x foto thorax dan EKG masih dalam batas normal. Bising
terdengar karena adanya regurgitasi pada defek pada fase sistolik, sedangkan
intensitas P2 normal karena tekanan arteri pulmonal masih dalam batas normal
(Park, 2008).
atrium kiri dan ventrikel kiri, sedangkan EKG menunjukkan gambaran hipertrofi
ventrikel kiri tipe volume overload. Bising yang terjadi adalah bising sistolik
karena adanya regurgitasi dan bising diastolik di apex karena adanya stenosis
14
Pada defek besar, ukuran jantung lebih besar dibanding pada defek sedang
karena pirau yang lebih besar. Karena tekanan dan pirau yang besar dari ventrikel
kiri langsung ke ventrikel kanan, maka terjadi hipertrofi dan dilatasi ventrikel
Bila defek yang besar pada VSD tidak diterapi, terjadi perubahan yang
sangat besar, mencapai level sistemik, beratnya pirau akan menurun, sehingga
ukuran jantung akan mengecil, gambaran hipertrofi ventrikel kiri pada EKG akan
persistensi dari hipertensi pulmonal. Dengan kata lain, PVOD akan menyebabkan
ukuran jantung mengecil kecuali arteri pulmonal, dan pada EKG hanya dijumpai
hipertrofi ventrikel kanan. Pirau dua arah akan mengakibatkan sianosis. Bising
akan melemah bahkan hilang karena pirau yang mengecil. S2 akan mengeras dan
- Pada hipertensi pulmonal yang lama dapat terjadi sianosis dan penurunan
level aktivitas.
Pemeriksaan klinis:
- Sebelum usia 2-3 bulan bayi dengan VSD besar dapat mengalami
penambahan berat badan yang buruk dan dapat terjadi gagal jantung
kongestif.
Inspeksi jantung :
Auskultasi jantung :
1-3 /6 di atrium kanan. Bising ini terdengar karena adanya herniasi katup
aorta.
EKG :
X foto thorak :
dextra)
- prunning.
f. Perjalanan Alamiah
Defek inlet dan infundibular tidak dapat mengecil atau menutup spontan.
Gagal jantung kongestif muncul pada bayi dengan VSD besar setelah usia 6-8
minggu.
PVOD dapat mulai terjadi pada usia 6-12 bulan pada pasien dengan VSD
besar, tetapi pirau dari kanan ke kiri baru timbul pada usia remaja.
17
Stenosis infundibular dapat muncul pada bayi dengan VSD besar dan
g. Tatalaksana (Ontoseno,2014.
- Tidak perlu aktifitas fisiknya dibatasi, kecuali bila terjadi hipertensi pulmoner;
- Jaga higiene mulut dan berikan pencegahan endokarditis infektif pada setiap
- Pada bayi dengan gagal jantung kongestif perlu diberikan obat-obat anti-
- Anemia bila ada harus dikoreksi dengan preparat besi per oral.
Pembedahan
Pada bayi-bayi dengan gagal jantung kongestif dan gagal tumbuh yang tidak
Pirau kiri ke kanan dengan Qp/Qs setidaknya 2:1. Dikoreksi pada usia 1
tahun.
Bayi-bayi dengan hipertensi pulmonal tetapi tidak disertai gagal jantung dan
gagal tumbuh harus segera dilakukan kateterisasi jantung pada usia 6-12
Bayi yang lebih tua dengan VSD yang besar dan peningkatan resistensi
Bayi dengan VSD kecil tanpa gagal jantung kongestif dan hipertensi
Kontra indikasi
PVR/SVR 0,5
h. Prognosis (Ontoseno,2014)
Penderita VSD kecil biasanya tanpa gejala. Diduga 70% kelainan ini akan
secara spontan :
1. Umur penderita
2. Lokasi defek
4. Defel multipel
Defek septum atrium (DSA) merupakan setiap lubang pada sekat atrium
yang menyebabkan hubungan antara atrium kanan dan kiri. Lebih kurang 10%
dari seluruh penyakit jantung bawaan. DSA sekundum berkisar 80 % dari seluruh
defek septum atrium. Angka kejadian lebih banyak pada wanita dari pada pria
(rasio pria : wanita = 1 : 2). Sekitar 30 – 50 % anak dengan defek jantung bawaan
mengalami defek septum atrium sebagai bagian dari defek jantung (Ontoseno,
2014).
a. Embriologi
kelima kehamialan. Sekat berasal dan tumbuh dari 2 tempat yaitu (Richards,
2010):
1. Septum primum
20
Septum ini tumbuh terlebih dahulu pada minggu kelima. Septum berasal
2. Septum sekundum
keenam, dari sebelah kanan septum primum, dari kaudal dan anterior
Bila septum sekundum tidak tumbuh dengan baik, terjadilah defek sekat
atrium tipe sekundum (tipe II) dengan tetap terbukanya ostium sekundum dari
septum primum. Bila septum primum tidak menutup sempurna dan tidak berfusi
dengan bantalan endokardium, terjadilah defek sekat atrium tipe primum (tipe I)
dengan ostium primum yang terbuka. Defek sekat atrium tipe I kadangkala
defek pada daun katup mitral anterior dan trikuspidal (defek kanal
atrioventrikuler inkomplet)
21
Adanya defek septum primum sekat atrium, defek katup mitral dan
Tipe ini paling banyak sekitar 70%. Berdasarkan lokasi terbagi menjadi :
Defek terjadi di posterior dan inferior sampai fosa ovalis. Jenis ini
c. Patofisiologi
Beratnya pirau dari kiri ke kanan ditentukan oleh ukuran defek dan daya tampung
relatif ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Karena daya tampung ventrikel kanan
lebih besar daripada ventrikel kiri, terjadi pirau kiri ke kanan. Pada DSA terjadi
dilatasi atrium kanan, ventrikel kanan, dan arteri pulmonalis akibat penambahan
volume darah yang masuk ke dalam atrium kanan karena adanya defek pada
septum atrium. Hal ini tampak pada x foto thorax sebagai pembesaran ventrikel
22
yang meningkat. Atrium kiri tidak mengalami dilatasi karena penambahan volume
berhenti di atrium kiri tetapi langsung masuk ke atrium kanan. Hal ini dapat
membedakan defek septum atrium dengan defek septum ventrikel (Park, 2008).
panjang menimbulkan pola RBBB (right bundle branch block) (dengan rsR’
dalam V1) pada EKG. Pola RBBB pada anak dengan DSA bukanlah akibat dari
blok yang aktual di berkas kanan. Jika durasi kompleks QRS tidak memanjang
secara abnormal, EKG mungkin terbaca sebagai hipertropi ventrikel kanan ringan.
Oleh karena itu RBBB atau hipertrofi ventrikel kanan ringan nampak pada
Bising jantung DSA tidak disebabkan karena pirau pada tingkat atrium. Karena
gradien tekanan antara atrium begitu kecil dan pirau terjadi di seluruh siklus
jantung baik dalam sistol maupun diastol, maka pirau kiri ke kanan adalah tanpa
gejala. Bising jantung pada DSA berasal dari klep pulmonalis karena
meningkatnya aliran darah (dua panah) melalui klep yang berukuran normal (yang
menimbulkan stenosis paru relatif), oleh karena itu saat bising adalah sistolik.
stenosis relatif pada klep ini dan diastolic rumble di daerah klep trikuspid (LLSB).
S2 yang terbelah lebar dan menetap, yang tipikal pada DSA, secara parsial adalah
itu pirau atrium besar cenderung meniadakan fluktuasi yang berkaitan dengan
respirasi dalam venous return besar ke atrium kanan di seluruh siklus respirasi,
2. Pemeriksaan klinis
Tipe bentuk badan relatif kurus / kerempeng (berat badan kurang dari
persentil 10)
Auskultasi pada bayi dengan DSA biasanya normal bahkan pada bayi-bayi
3. Elektrocardiografi :
o mid-RVH
4. X foto thorak:
o Kardiomegali
e. Perjalanan Alamiah
Jika tidak diterapi pada usia 20-30an pasien akan menderita gagal jantung
Dengan atau tanpa operasi akan muncul aritmia atrial pada usia dewasa
tunggal
setelah bayi lahir. Penutupan fungsional duktus normalnya terjadi segera setelah
lahir. Pada bayi prematur biasanya mempunyai susunan anatomi yang normal dan
terbukanya duktus ini merupakan akibat dari hipoksia dan imaturitas. Duktus yang
tetap terbuka setelah bayi cukup bulan berusia beberapa minggu jarang menutup
secara spontan. Prevalensi sekitar 5-10% dari seluruh PJB, berhubungan dengan
a. Embriologi
berkembang pada minggu ketiga kehidupan. Pada saat ini telah terbentuk kedua
ventrikel. Pada minggu keempat kehidupan sistem sirkulasi janin mulai berfungsi.
Arkus aorta terbentuk pada minggu keempat dan selanjutnya salah satu cabangnya
berkembang menjadi duktus arteriosus. Dalam beberapa saat setelah lahir, fungsi
plasenta digantikan oleh paru. Segera setelah mulai pernafasan spontan, tali pusat
dipotong, maka proses ini akan meningkatkan tahanan sistemik dan pada saat
yang sama paru mengembang dan oksigen masuk ke alveoli. Hal ini menyebabkan
vaskuler paru menyebabkan aliran darah berbalik dari aorta ke arteri pulmonalis
dinding duktus yang diikuti dengan konstriksi otot dinding duktus (Richards,
2010).
b. Patofisiologi
kanan ditentukan oleh tahanan yang diberikan oleh duktus (yaitu diameter,
panjang, dan banyaknya lekukan) apabila duktus kecil. Jika duktus besar (pirau
dependen di tentukan oleh tingkat tahanan vaskuler paru. Oleh karena itu awitan
gagal jantung kongestif pada PDA adalah sama dengan awitan gagal jantung
27
kongestif pada PDA sama dengan awitan gagal jantung kongestif pada VSD Park,
2008).
Ventrikel dan pembuluh yang membesar sama seperti pada VSD, kecuali
untuk pembesaran aorta sampai ketinggian PDA (yaitu aorta asendens yang
membesar). Oleh karena itu, pada PDA, foto sinar-X memperlihatkan pembesaran
atrium kiri dan ventrikel kiri, aorta asendens besar dan MPA, dan peningkatan
Park, 2008).
mempunyai pirau kecil pembesaran ventrikel kiri minimal; oleh karena hasil EKG
dan foto thoraks mendekati normal. Karena terDapat gradien tekanan yang
signifikan antara aorta dan arteri paru dalam sistole maupun diastole, maka pirau
bising kontinyu pada kondisi ini. Pada pirau kecil, intensitas P2 adalah normal
mempunyai pirau kecil pembesaran ventrikel kiri minimal; oleh karena hasil EKG
dan foto thoraks mendekati normal. Karena terDapat gradien tekanan yang
signifikan antara aorta dan arteri paru dalam sistole maupun diastole, maka pirau
bising kontinyu pada kondisi ini. Pada pirau kecil, intensitas P2 adalah normal
disertai meningkatnya aliran darah paru. Serambi yang membesar adalah atrium
kiri, ventrikel kiri, dan segmen MMPA. EKG memperlihatkan hipertrofi ventrikel
kiri seperti pada VSD sedang. Di samping bising kontinyu karakteristik, mungkin
terdapat bunyi aliran diastolik apeks sebagai akibat stenosis mitral relatif Park,
2008).
meningkatnya PVM. Overload volume pada ventrikel kiri dan atrium kiri dan
kadang ditemukan hipertrofi atrium kiri pada EKG. Transmisi bebas tekanan aorta
ke arteri paru menimbulkan hipertensi paru dan hipertensi ventrikel kanan dengan
mengakibatkan hipertrofi ventrikel kanan pada EKG. Oleh karena itu EKG
sebagaimana pada VSD besar. Bising kontinyu terjadi bersama suara diastolik
PDA besar yang tidak dirawat juga Dapat menimbulkan PVOD, dengan
mengakibatkan pirau dua arah (yaitu kanan ke kiri dan kiri ke kanan) pada tingkat
duktus. Pirau dua arah tersebut Dapat menimbulkan sianosis hanya pada sseparuh
bagian bawah tubuh (yaitu sianosis diferensial). Seperti halnya VSD pada sindrom
Vaskularisasi paru tepi berkurang, tetapi pembuluh hilus di tengah dan segmen
memperlihatkan hipertrofi ventrikel kanan murni karena ventrikel kiri tidak lagi
29
kontinyu atau bunyi apeks karena berkurangnyapirau. S2 adalah tunggal dan keras
Pada shunt yang besar sering terjadi ISPA bawah, atelektasis, dan gagal
d. Klasifikasi
Pemeriksaan fisik
Takikardi dan dispneu saat beraktivitas pada anak PDA dengan pirau besar.
Bila terjadi PVOD Dapat terjadi pirau dari kanan ke kiri sianosis terjadi
Inspeksi
o Prekordium hiperaktivitas
diastolik)
Auskultasi
kiri
EKG
- Terdapat gambaran LVH atau EKG dalam batas normal (pada PDA
kecil-sedang)
X foto thoraks :
meningkat
Echokardiografi
a. Pembedahan
Indikasi
Kontra indikasi
PVOD
Waktu operasi
Antara usia 6 -12 bulan atau pada saat PDA ditemukan pada anak besar
Prosedur
Mortalitas : < 1%
Komplikasi
Rekanalisasi
Pada penderita yang tidak bergejala, prognosisnya baik tapi masih mungkin terjadi
endokarditis infektif. Dapat terjadi gagal jantung, yang mungkin terjadi diatas 20
tahun. Angka harapan hidup menurun pada duktus dengan ukuran besar.
32
ventrikel kanan atau arteri Pulmonalis atau cabangnya yang disebut stenosis
(stenosis pulmonal murni) atau bagian dari kelainan lain seperti tetralogy of
Fallot, tranposisi arteri besar, ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda (Vick,
2011).
infundibular)
b. Prevalensi
33
Stenosis pulmonal murni sebagian besar berupa stenosis valvular dan merupakan
10% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Lebih banyak terjadi pada perempuan
c. Manifestasi Klinis
Biasanya seperti anak sehat, tumbuh kembang normal, tampak bergizi baik
Pemeriksaan Fisik
Palpasi : pada stenosis sedang atau berat teraba getaran bising di sela iga
Bunyi jantung I normal diikuti klik ejeksi, yang menandakan daun katup
Klik terdengar di sela iga II parasternal kiri dan terdengar lebih keras saat
beratnya stenosis
parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang garis sternum kiri dan apeks.
Pada stenosis pulmonal murni makin berat stenosis makin keras derajat
bisingnya.
Radiologi
EKG
Ekokardiografi
Kateterisasi jantung
Perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan srteri pulmonalis antara 20-
100 mmHg bahkan Dapat mencapai 200 mmHg pada stenosis berat
d. Penatalaksanaan
vavulotomy
e. Prognosis
Penyempitan pada jalur keluar pada ventrikel kiri pada katup aorta ataupun
pada area diatas maupun dibawah katup aorta yang mengakibatkan perbedaan
Stenosis valvular
Stenosia subvalvular
Stenosis supravalvular
Katup aorta normal mempunyai tiga daun katup. Pada Stenosis bentuk
daun katup kadang tidak beraturan, terjadi penyatuan sebagian, kalsifikasi dan
menyebabkan kesukaran alira darah dari ventrikel kiri ke aorta. Katup aorta yang
curah jantung dan Dapat terjadi gagal jantung kongestif. Penurunan curah jantung
d. Manifestasi klinis
37
Stenosis aorta valvular : gagal jantung konegtif pad minggu pertama pada
neonatus, pada anak yang lebih besar : tiba –tiba berhenti dari aktivitas
e. Pemeriksaan fisik
Stenosis aorta valvular : gizi baik, nadi perifer kecil dan tekanan nadi lebih
rendah dari normal, thrill sistolik pada fosa suprasternal, klik sistolik
II iga kanan. Klik ejeksi disepanjang aksis aorta dan sering terdenngar di
Pada neonatus didapatkan tanda syok berupa kulit warna abu-abu, nadi
sistolik pada basis jantung yang menjalar sampai leher. S2 terdengar lebih
keras
f. Pemeriksaan penunjang
X foto thorax
jantung kiri
pembesaran jantung
38
EKG
Pada stenosis ringan : EKG normal, pada stenosis berat : segmen ST dan
ventrikelkiri
Ekokardiografi
Kateterisasi
obstruksi katup
g. Penatalaksanaan
digoksin
h. Prognosis
Koartasio aorta adalah obstruksi pada aorta akibat penyempitan aorta yang
a. Epidemiologi
Ligamentum arteriosum
Proksimal koartasio
Distal koartasio
intrakardial lainnya seperti septum defek ventrikel , stenosis katup aorta, defek
antara duktus arteriosus dengan aorta. Tipe ini jarang ditemukan beserta dengan
Pada kehidupan intrauterin, aliran darah janin yang melalui aorta descenden
sebagian besar dipasok oleh darah dari ventrikel kanan melalui duktus arteriosus.
Sementara itu, aliran darah dari ventrikel kiri menyuplai ke aorta ascenden dan
cabang-cabangnya. Bila terdapat koartasio aorta yang cukup berat masih bisa
terkompensasi oleh ventrikel kanan melalui duktus arteriosus. Setelah bayi lahir
akan terjadi penutupan duktus, sehingga menyebabkan ventrikel kiri tidak dapat
beban kerja ventrikel kanan bertambah berat sehingga menyebabkan gagal jantung
kongestif.
Pada koartasio aorta yang ringan, beban ventrikel kiri akan meningkat
secara bertahap sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kiri. Kejadian ini akan
darah ke bagian tubuh bagian bawah. Anak tampak asimtomatik sampai terjadi
Bila terjadi gagal jantung kongestif, sistem saraf simpatis akan terpacu
c. Manifestasi klinis
bayi anak malas minum, takipneu, letargi, berkembang progresif ke arah gagal
jantung kongestif. Pada tipe diskret biasanya tanpa gejala karena pembentukan
sempit sehingga anak mengeluh lemah, nyeri dada, sakit kepala, dan claudicatio
intermiten.
d. Diagnosis
Pemeriksaan fisik
EKG
Pada bayi dan neonatus : hipertrofi ventrikel kanan : rR’ dan R tinggi pada
di V1-V2
X foto Thorax
Dua penanda koartasio aorta adalah lesi pada tepi bawah kosta ( rib
aorta descenden. Rib notching terjadi karena kompresi tulang iga akibat
Ekokardiografi
e. Tata laksana
f. Komplikasi
kardiomiopati
g. Prognosis
Pada asimptomatis memiliki prognosis lebih baik. Pada anak yang tidak