You are on page 1of 2

BAB 1

PENDAHULUAN

Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada

struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa sejak lahir. Kelainan ini

terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan pembentukan dan perkembangan

jantung pada fase awal kehidupan janin. Laporan epidemiologi PJB, angka

kejadiannya berkisar 8-10 bayi dari 1000 kelahiran hidup. Empat puluh persen

diantaranya telah memberikan tanda serta gejala pada minggu-minggu pertama

kehidupan (Roebiono, 2015).

Angka kejadian PJB di Indonesia adalah 8 tiap 1000 kelahiran hidup. Jika

jumlah penduduk Indonesia 200 juta, dan angka kelahiran 2%, maka jumlah

penderita PJB di Indonesia bertambah 32000 bayi setiap tahun. Terdapat

perbedaan distribusi PJB pada rumah sakit rujukan di negara maju

dibandingkan negara berkembang, karena pada negara maju semua

penderita PJB dapat terdeteksi pada masa neonatus atau bayi. Sedangkan

di negara berkembang masih banyak penderita PJB datang ke rumah sakit

rujukan setelah anak besar. Dengan perkataan lain banyak neonatus atau bayi

yang belum sampai diperiksa oleh dokter telah meninggal (Anidar, 2012).

Etiologi PJB seringkali tidak dapat diterangkan, meskipun berbagai faktor

dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor genetik, maternal dan lingkungan

saat ini dianggap sebagai faktor-faktor yang paling berperan. Pada kelainan

kromosom trisomi 13 (sindrom Patau), trisomi 18 (sindrom Edwards) dan trisomi

21 (sindrom down) dan PJB adalah salah satunya. Infeksi virus (toksoplasma dan

1
2

rubella), obat-obatan yang diminum dan paparan radiasi pada ibu hamil juga

diduga sebagai faktor penyebab (Roebiono, 2015).

Ada 2 golongan besar PJB, yaitu golongan sianosis dan asianosis, masing-

masing memberikan tanda dan gejala klinis berbeda dan memerlukan tatalaksana

yang berbeda (Roebiono, 2015). Berbagai penelitian menunjukkan insiden

PJB 6-10 dari 1000 kelahiran hidup dengan rata-rata 8 per 1000 kelahiran hidup.

Dari kedua kelompok besar PJB yaitu PJB asianotik merupakan

kelompok penyakit terbanyak yakni 75% dari semua PJB. Sisanya 25%

merupakan kelompok PJB sianotik (Djer, 2010).

Penyakit jantung bawaan asianotik umumnya memiliki kelainan yang

lebih sederhana dan tunggal sedangkan tipe sianotik biasanya memiliki kelainan

struktur jantung yang lebih kompleks dan bervariasi. Baik keduanya hampir 90%

memerlukan intervensi bedah jantung terbuka untuk pengobatannya. Sepuluh

persen lainnya adalah kelainan seperti kebocoran sekat bilik jantung yang masih

mungkin untuk menutup sendiri seiring dengan pertambahan usia anak (Park,

2016).

Defek septum ventrikel (VDS) merupakan jenis P JB yang

paling sering ditemukan sekitar 20-30% dari seluruh PJB. Duktus

Arteriosus Persisten (DAP) merupakan PJB asianotik yang cukup sering

ditemukan kira-kira 5-10% dari seluruh PJB. Pada bayi berat lahir rendah

(<20000 gram) ditemukan pada 36% kasus dan berat lahir >20 00 gram

sebanyak 12%. Pulmonal stenosis merupakan 10% dari seluruh PJB (Anidar,

2012).

You might also like