You are on page 1of 61

ASUHAN KEPERAWATAN GINEKOLOGI

PADA NY. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA OVARIUM

DI RUANG RAJAWALI 4A RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disususun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas

Pembimbing Akademik : Ns. Fatikhu Yatuni, M.Kep.Sp.Mat


Pembimbing Klinik : Ns. Agustin Sudias Rini, S.Kep.

Disusun Oleh :
Ririn Purwaning Tyas
22020118220077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XXXII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FALKUTAS KEDOKTERAAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker Ovarium adalah penyakit keenam sebagai salah satu penyakit berbahaya
yang memiliki insidens dan kematian yang tinggi didunia pada wanita (Parkin DM
dkk 2007). Lebih dari 200.000 kematian yang tercatat setiap tahun, yang dominan
diantara perempuan dengan ekonomi lemah di masing-masing negara berkembang
dan maju. Di Indoneisa, ditemukan kanker ovarium merupakan kanker yang tersering
pada wanita (829 kasus baru dan 7,77% dari semua kanker kanker pada wanita
(Fachlevy, Abdullah, Russeng, & Fachlevy, 2011). Menurut Indonesian Society of
Gynecologic Oncology 2012, kanker ovarium menduduki urutan kedua terbanyak
setelah kanker serviks. Pada tahun 2012, kejadian kanker ovarium di Indonesia
sekitar 354 kasus.
Kanker Ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada organ ovarium
dan juga merupakan penyebab kematian tertinggi dari kanker alat genital. Kanker
ovarium pada umumnya dijumpai pada wanita usia yang lebih tua atau usia post
menopause. Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun
padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di
bagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi, 70-80% kanker ovarium baru
ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana (Loho
& Wagey, 2016).
Penyebab kanker ovarium masih belum jelas, namun beberapa faktor yang
mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit ini antara lain: faktor reproduksi,
faktor haid, faktor lingkungan dan faktor genetic. Kanker ini menyerang pada wanita
terlebih pada usia diatas 50 tahun. Selain itu, wanita di negara industri lebih beresiko.
Dan di Indonesia sendiri beberapa tahun ini temuan kasus keganasan salah satunya
kanker ovarium sering ditemukan dan menjadi penyebab kematian bagi seseorang.
Sehingga wanita Indonesia perlu waspada akan penyakit ini terutama yang tinggal di
area perindustrian karena di Indonesia juga banyak perusahaan-perusahaan industri.
Berdasarkan uraian diatas penting untuk mempelajari lebih luas lagi mengenai
kanker ovarium khususnya bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi
tenaga kesehatan. Oleh karena itu pada penyusunan makalah ini akan dibahas
mengenai proses terjadinya kanker ovarium sebagai salah satu penyakit keganasan
(Kementrian Kesehatan RI, 2015).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktik profesi keperawatan maternitas, mahasiswa
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan pada ibu yang memiliki
masalah ginekologi khususnya Ny.S dengan Cancer Ovarium
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran hasil pengkajian data umum kesehatan dan data
ginekologi pada kasus Ny. S
b. Mengetahui diagnosa keperawatan dan prioritas diagnosa yang muncul
berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada kasus Ny. S
c. Mengidentifikasikan rencana tindakan keperawatan berdasarkan masalah
keperawatan yang muncul pada kasus Ny. S
d. Mengetahui gambaran rencana tindakan keperawatan dan evaluasi hasil
intervensi yang telah dilakukan pada kasus Ny. S
e. Mengidentifikasikan rencana tindak lanjut yang tepat berdasarkan hasil
evaluasi dan dokumentasi pada kasus Ny. S
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel- sel yang tidak lazim
(kanker) pada satu atau dua bagian indung telur (Conectique.com, 2008, diakses
tanggal 28 Mei 2009).Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor
ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita
berusia 50 –70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul,
dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah
menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit di diagnosa dan
kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer.

Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim (kanker) pada
satu atau dua bagian indung telur. Indung telur sendiri merupakan salah satu organ
reproduksi yang sangat penting bagi perempuan. Dari organ reproduksi ini
dihasilkan telur atau ovum, yang kelak bila bertemu sperma akan terjadi pembuahan
(kehamilan). Indung telur juga merupakan sumber utama penghasil hormon
reproduksi perempuan, seperti hormon estrogen dan progesteron. Kanker ovarium
adalah kanker atau tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan berbagai tipe
histologi, yang dapat mengenai semua umur. (andreas, 2016)
B. Etiologi
Ada beberapa teori tentang etiologi kanker ovarium yaitu:
1. Hipotesis Incessant Ovulation
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla pada tahun 1972, yang
menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel
ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika
sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses
penyembuhan akan terganggu dan kacau sehingga dapat menimbulkan
transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data
epidemiologi. Hormon hipofisis diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium
pada beberapa percobaan pada rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa
jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon
gonadotrofin juga menigkat. Peningkatan kadar hormon gonadotrofin ini
ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada
binatang tersebut.
Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsinogenik
dimetilbenzatrene (DMBA) akan menjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan
pada tikus yang telah di ooforektomi, tetapi tidak menjadi tumor jika tikus
tersebut telah di hipofisektomi.
Berkurangnya resiko kanker ovarium pada wanita multipara dan wanita
pemakai pil kontrasepsi dapat diterangkan dengan rendahnya kadar
gonadotrofin.
3. Hipotesis androgen
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Rish pada tahun 1998 yang
mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya
kanker ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Epitel ovarium selalu terpapar pada androgenic
steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri dan kelenjar adrenal, seperti
androstenedion, dehidroepiandrosteron, dan testosterone. Dalam percobaan
invitro androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan
juga sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel.
4. Hipotesis progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen
, progesteron ternyata mempunyai peranan protektif terhadap terjadinya kanker
ovarium. Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron.
Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada wanita pasca
menopause akan meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium, sedangkan
pemberian kombinasi dengan pemberian progesteron akan menurunkan
resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi, menurunkan resiko
kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker
ovarium.
5. Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan satu paritas yang tinggi
memiliki resiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada nulipara,
yaitu denga risiko relative 0,7. Pada wanita yang mengalami 4 atau lebih
kehamilan aterm, resiko terjadinya kanker ovarium berkurang sebesar 40% jika
dibandingkan dengan wanita nulipara.
6. Pil kontrasepsi
Penelitian dari center for disease control menemukan penurunan resiko
terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang
memakai pil kontasepsi, yaitu dengan resiko relative 0,6.
7. Talk
Pemakaian talk pada daerah perineum dilaporkan meningkatkan resiko
terjadinya kanker ovarium dengan resiko relative 1,9%.
8. Ligasi tuba
Pengikatan tuba ternyata menurunkan terjadinya kanker ovarium dengan resiko
relatif 0,3. Mekanisme terjadinya efek protektif ini diduga dengan terputusnya
akses talk atau karsinogen lainnya dengan ovarium.
(John O. Schorge, 2006)
C. Patofisiologi

D. Stadium
Stadium kanker ovarium disusun menutut keadaan yang ditemukan pada operasi
eksplorasi. Stadium tersebut menurut International Federation of Gynecologist and
Obstenricians (FIGO) 1987 sebagai beriku:
1. Stadium I
Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Stadium Ia : pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak
ada pertumbuhan di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor cairan asites
ataupun pada bilasan cairan di rongga peritonium
Stadium Ib : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada pertumbuhan
di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor cairan asites ataupun pada bilasan
cairan di rongga peritonium
Stadium Ic : tumor terbatas pada satu atau dua dengan salah satu factor dari
kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan kapsul, ditemukan sel
tumor ganas pada cairan asite maupun bilasan rongga peritoneum.
2. Stadium II
Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke panggul
Stadium IIa : perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba
Stadium IIb : perluasan ke jaringan pelvis lainnya
Stadium IIc : tumor stadium IIa dan IIb tetapi dengan tumor pada permukaan
satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau dengan asites yang mengandung
sel ganas atau bilasan peritoneum positif.
3. Stadium III
Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar
pelvis dan/atau KGB retroperitoneal atau ingunal positif. Metastasis permukaan
liver masuk stadium III. Tumor terbatas dalam pelvis kecil, tetapi secara
histologik terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
Stadium IIIa : tumor terbatas di ppelvisl kecil dengan kelenjar getah bening
negative tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara mikroskopik adanya
pertumbuhan di permukaan peritoneum abdominal.
Stadium IIIb : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik, diameter tidak
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
Stadium IIIc : implan di abdomen >2 cm dan/atau kelenjar getah bening
retroperitoneal atau inguinal positif.
4. Stadium IV
Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila
efusi pleura dan hasil sitologinya positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu
juga metastasis parenkim hati.
( Billota, 2011)
E. Tanda dan Gejala Klinis

1. Perut mengalami kembung dan meregang


2. Mudah merasa kenyang ketika makan
3. Hilangnya berat badan
4. Tidak nyaman di bagian panggul
5. Adanya perubahan pada proses pencernaan, seperti konstipasi
6. Sering buang air kecil
Gejala lainnya termasuk:
7. Perubahan pada menstruasi
8. Mual, muntah, pencernaan sulit, anorexia, perut kembung
9. Sakit punggung tanpa alasan yang jelas
10. Terjadi pendarahan di bagian vagina pada saat tidak sedang menstruasi
(Mayer, 2011)

F. Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah sebagai berikut:
1. Asites: kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-
stuktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih
tumor mealui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
2. Efusi Pleura: dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui
saluran limfe menuju pleura.
3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
4. Edema pada kaki
5. Obstruksi usus
6. Kakeksia berat
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang diwariskan.
b. Pemeriksaan laboratorium terhadap penanda tumor (Seperti antigen karsinoma
ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG) menunjukkan abnormalitas yang
dapat mengindikasikan komplikasi.
2. Pencitraan: USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor.
3. Prosedur Diagnostik: Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak
khas.
4. Pemeriksaan Lain: Laparotomi eksplorasi, termasuk evaluasi nodus limfe dan
reseksi tumor, dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium.
(W.Zulfa, 2014)
H. Penatalaksanaan
Pencegahan kimiawi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker
ovarium adalah dengan pemakaian kontrasepsi oral dapat menurunkan insidensi
kanker ovarium hingga 50 %.
1. Umum
a. Terapi radiasi (jarang digunakan karena dapat menyebabkan mielosupresi,
yang membatasi keefektifan kemoterapi)
b. Radioisotop sebagai terapi ajuvan
c. Diet tinggi protein
d. Makan sedikit tetapi sering.
2. Pengobatan
a. Kemoterapi setelah pembedahan
b. Imunoterapi
c. Terapi sulih hormon pada remaja putri pra-pubertas yang menjalani
salpingo-ooforektomi bilateral.
3. Pembedahan
a. Histerektomi total per abdomen dan salpingo-ooforektomi bilateral dengan
reseksi tumor.
b. Omentektomi, apendektomi, palpasi nodus limfe dengan kemungkinan
limfadenektomi, biopsi jaringan, dan bilas peritoneum.
c. Reseksi ovarium yang terkena.
d. Biopsi omentum dan ovarium yang tidak terkena.
e. Bilas peritoneum untuk pemeriksaan sitologi cairan pelvis.
(W. Zulfa, 2014)

I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kompresi serabut saraf daerah pelvis.


2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
akibat penekanan usus.
3. Gangguan eliminasi BAB/BAK berhubungan dengan penekanan pada daerah
pelvis
4. Ansietas berhubungan dengan stress akibat kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan pengobatannya.

J. Intervensi
1. Diagnosa 1
Nyeri berhubungan dengan kompresi serabut saraf daerah pelvis
Tujuan : nyeri dapat terkontrol
Intervensi :
§ Kaji derajat nyeri dalam menggunakan skala 1-10, karakter nyeri, dan
lokasinya.
Rasional : pengkajian membantu dalam penepatan tindakan yang tepat.
§ Kaji ulang factor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat menunjukan factor pencetus/pemberat.
§ Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman.
Rasional : posisi yang tidak menekan abdomen menghindari terjadinya nyeri.
§ Ajarkan pasien teknik relaksasi/napas dalam.
Rasional : efektif untuk meminimalkan nyeri.
§ Jelaskan pembatasan aktivitas pada pasien.
Rasional : pemahaman pasien membantu dalam upaya untuk bekerja sama.
§ Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : analgetik dapat menghilangkan nyeri.

2. Diagnosa
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah akibat
penekanan usus
Tujuan : klien akan menunjukkan kebutuhan nutrisi yang adekuat Intervensi :
§ Anjurkan pemberian makanan atau nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
Rasional : porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan
bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
§ Jelaskan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
Rasional : pendidikan kesehatan mengenai nutrisi akan mendorong pasien untuk
lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya
§ Timbang berat badan dengan frekuensi sering
Rasional : merupakan indikasi pemantauan adanya perkembangan asupan nutrisi
§ Kolaborasikan pemberian nutrisi dengan ahli gizi
Rasional : kolaborasi asupan nutrisi dapat membantu peningkatan nutrisi.

3. Diagnosa 3
Gangguan eliminasi BAB/BAK berhubungan dengan penekanan pada daerah
pelvis
Tujuan : pola eliminasi pasien kembali normal.
Intervensi :
§ Kaji pola eliminasi pasien, bandingkan dengan pola eliminasi sebelumnya.
Rasional : memberikan pedoman dalam penentuan tindakan.
§ Kaji factor pencetus gangguan saat berkemih/BAB.
Rasional : nyeri saat tertekannya kista dapat menjadi factor penyebab kesulitan
berkemih/BAB.
§ Anjurkan pasien untuk tidak terlalu mengedan saat berkemih/BAB.
Rasional : mengedan menimbulkan tekanan pada abdomen dan mencetus nyeri
yang justru mengganggu pola berkemih pasien.
§ Lakukan kateterisasi jika diinstruksikan.
Rasional : merupakan alternative pengeluaran urine yang tertahan dalam
kandung kemih.
§ Kolaborasi tentang diet rendah serat.
Rasional : makan rendah serat tidak memperberat kerja usus.

4. Diagnosa 4
Ansietas berhubungan dengan stress akibat kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan pengobatannya.
Tujuan: Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi:
§ Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas
Rasional: ansietas ringan dapat ditunjukan dengan peka rangsang dan insomnia
§ Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional: rentang perhatian mgkn menjadi pendek, konsentrasi berkurang, yang
membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
§ Jelaskan prosedur tindakan
Rasional: Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan
presepsi
§ Kurangi stimulasi dari luar
Rasional: Menciptakan lingkunag yang terapeutik.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GINEKOLOGI

PENGKAJIAN GINEKOLOGI

Nama Mahasiswa : Ririn Purwaning Tyas

Tanggal Pengkajian : 03 Maret 2019 Jam 09.00 WIB

A. PENGKAJIAN
1. Data Pasien
a. Nama Klien : Ny. S
b. Umur : 53 tahun
c. No RM : C753xxx
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Agama : Islam
g. Suku Bangsa : Jawa
h. Alamat : Cepiring, Kendal Jawa Tengah
i. Diagnosa Medik : Malignant neoplasm of ovary Stadium IIIc

2. Data Penanggung Jawab Pasien


a. Nama Penanggung jawab : Ny. F
b. Umur : 27 tahun
c. Pendidikan :D3
d. Pekerjaan : Swasta
e. Agama : Islam
f. Suku bangsa : Jawa
j. Alamat : Cepiring, Kendal Jawa Tengah
k. Hubungan dengan Klien : Anak kandung
2. Alasan Kunjungan
a. Alasan Kunjungan
Klien mengatakan bahwa alasan datang ke RSUP Dr. Kariadi
Semarang adalah untuk memeriksakan perutnya yang semakin membesar
dan nyeri sejak 3 bulan yang lalu. Sebelumnya klien dibawa ke rumah
sakit Kendal dengan keluhan yang sama dan didiagnosa kista pada
ovarium sehingga harus di operasi dan dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi Pada
tanggal 17 Mei 2019. klien juga mengeluh mual, penurunan berat badan,
serta nafsu makan menurun dalam 3 bulan terakhir. Klien juga sangat
lemas. Klien telah menjalani post operasi staging (SOD).
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada saat pengkajian adalah Ny. S merasa nyeri pada
bagian bekas operasi.
P : nyeri yang dirasakan bertambah saat beraktivitas
Q : nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri terasa dibagian perut ( post operasi SOD)
S : skala 4 (VAS : Nyeri ringan)
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul

3. Status kesehatan atau penyakit saat ini


a. Gejala yang dirasakan :
Ny. S mengatakan masih merasakan nyeri pada bagian perut bekas operasi
dan bertambah saat beraktivitas seperti duduk, dan miring kanan dan kiri.
b. Timbulnya gejala
1) Faktor-faktor yang memperbaiki gejala
Ny. S mengatakan nyeri berkurang ketika klien sedang tidur dan
rebahan.
2) Faktor-faktor yang memperburuk gejala
Ny. S mengatakan bahwa nyeri bertambah ketika bergerak
c. Deskripsi Gejala
1) Lokasi : Area perut bagian bawah (post operasi SOD)
2) Kualitas : Seperti ditusuk-tusuk
3) Kuantitas : Hilang timbul
d. Efek pada gaya hidup
Ny. S mengatakan bahwa kondisinya sekarang yaitu merasakan
nyeri bertambah saat beraktivitas dan lemah sehingga membuat dirinya
membatasi aktivitasnya dan banyak beristirahat. Klien takut untuk
menggerakkan badannya karena post operasi.

4. Riwayat Ginekologi
a. Karakteristik menstruasi
Ny. S mengatakan klien sudah tidak mengalami menstruasi (menopause)
sejak usia 52 tahun (1 tahun yang lalu)
b. Menarkhe
Klien mengatakan haid pertamanya pada usia ±12 tahun
c. Periode menstruasi terakhir
Klien mengatakan setiap bulan selalu menstruasi
d. Pengalaman menstruasi
Ny. S mengatakan dahulu saat menstruasi klien merasa nyeri yang tidak
tertahankan, sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur.
e. Perdarahan tengah siklus
Klien mengatakan tidak pernah mengalami perdarahan tengah siklus
f. Menopause
Ny. S mengatakan sudah menapouse yaitu sejak usia 52 tahun ( 1 tahun
yang lalu)
g. Kontrasepsi
Ny. S pernah menggunakan kontrasepsi yaitu pil KB
h. Usia pada saat kehamilan pertama
Klien mengatakan berusia sekitar 19 tahun saat mengandung anak
pertamanya
i. Penyakit menular seksual
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular seksual
5. Status Obstetrik : G2 P2 A0
6. Riwayat medis masa lalu
a. Penyakit dan pengobatan
Ny. S mengatakan awalnya didiagnosa mengalami kista ovarium
sebesar telur ayam saat memeriksakan ke dokter kandungan akhirnya Ny.S
dirujuk ke RSDK untuk operasi pengangkatan kista setelah pemeriksaan
lebih lanjut didapat hasil bahwa kista yang diderita klien ganas (kanker
ovarium) dan sudah memasuki stadium IIIc. Dokter RSDK memutuskan
untuk mengoperasi sel kanker dengan diameter sebesar telur ayam klien
sudah dilakukan tindakan operasi sebanyak 1 kali yaitu operasi SOD di
RSUP. Dr. Kariadi pada tanggal 27 Mei 2019, diikuti dengan pemasangan
WSD dan Pungsi Asites tanggal 28 Mei 2019. Setelah menjalani operasi
klien dipindah ke ICU selama 4 hari, kemudian dipindah ke ruang
Rajawali 4A untuk perbaikan keadaan umum. Klien mengeluh perut
semakin membesar dan telah dilakukan penyedotan cairan di perut lebih
kurang 800 cc. Klien belum pernah menjalani kemoterapi. klien mengeluh
nyeri di perut bagian bawah bekas operasi dan perut klien masih besar serta
merasakan sebah pada bagian perutnya.
Alergi
 Ny. S mengatakan tidak memiliki alergi baik makanan atau obat-
obatan.
o Penyakit saat kanak-kanak dan imunisasi
 Ny. S mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit. Ny. S
mengatakan bahwa tidak mengetahui mengenai imunisasi yang
telah dilakukan pada klien.
b. Penyakit dan pembedahan sebelumnya
Ny. S mengatakan sebelumnya sudah menjalani proses operasi pada bulan
Mei 2019 (SOD + pungsi acites).
c. Riwayat rawat di rumah sakit sebelumnya :
Ny. S mengatakan bahwa dirinya pernah di rawat di RSUD Kendal.
d. Kecelakaan atau cedera
1) Kejadian pencetus : Tidak Ada
2) Disabilitas yang terjadi : Tidak Ada
e. Perilaku beresiko
1) Gaya Hidup
Ny. S mengatakan jarang untuk mengkonsumsi makanan cepat saji.
Ny. S mengatakan bahwa dirinya dan keluarganya mengkonsumsi
makanan yang dimasak sendiri setiap harinya.
2) Konsumsi Kafein
Ny. S mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman yang
mengandung kafein seperti klien tidak suka minum kopi
3) Merokok
Ny. S mengatakan tidak pernah merokok.
4) Alkohol
Ny. S mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman yang
mengandung alcohol.
5) Obat-obatan
Ny. S mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang
kecuali obat berdasarkan resep dokter dan bidan untuk proses
penyembuhan sakit yang dirasakan saat itu.
6) Praktik seks tidak aman
Ny. S mengatakan tidak pernah mengikuti praktik seks bebas.
Ny. S mengatakan bahwa hanya memiliki 1 suami dan 2 anak .
7) Riwayat kekerasan/penganiayaan
Ny. S mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam bentuk
fisik ataupun tindakan asusila dari keluarga maupun orang lain.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Penyakit Keturunan
Ny. S mengatakan keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit yang
sama dengan klien. Pada keluarga juga tidak memiliki riwayat penyakit
lain seperti hipertensi, asma, dan diabetes mellitus, jantung serta TBC.
b. Penyakit saat ini dalam keluarga
Ny. S mengatakan dalam keluarganya hanya dirinya yang sakit, anak dan
cucu klien dalam keadaan sehat.

c. Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga


Ny. S mengatakan tidak ada anggota keluarga memiliki riwayat penyakit
jiwa dalam keluarganya maupun keluarga suaminya
d. Genogram keluarga

Ny. S
53 thn
Ca.Ovari

Keterangan :

: laki – laki : Laki-laki meninggal

: perempuan : Perempuan meninggal

: garis perkawinan : Klien

: garis keturunan

: tinggal serumah

8. Riwayat Psikososial
a. Koping individu
1) Kesadaran diri dan harga diri
Ny. S mengatakan selama di rumah sakit selalu didampingi oleh anak.
Klien mengatakan suami sudah lama pergi dari rumah dan tidak
kembali.Ny. S mengatakan berusaha menerima keadaannya yang
sekarang dengan ikhlas. Ny. S mengatakan tidak akan memikirkan
masalah keadaannya yang membuat stress, klien mengatakan semua
masalah diserahkan pada Allah SWT. Klien mengatakan bahwa selalu
berdoa supaya diberikan kesembuhan.

2) Penatalaksanaan stress
Ny. S mengatakan saat mengalami masalah biasanya berdoa kepada
Allah SWT agar diberikan kekuatan dan bercerita kepada anaknya sertas
selalu sholat 5 waktu dan mendengarkan kajian-kajian lewat yooutube.
3) Penyalahgunaan zat
Ny. S mengatakan tidak pernah menggunakan zat-zat terlarang

b. Pola Kesehatan
1) Nutrisi
Saat dikaji
A (Antropometri) BB = 40 kg LILA : 20 cm
TB = 150 cm
IMT 16,64 (kekurangan berat badan)
B (Biokimia) Hb = 10,2 g/dl (L)
Albumin = 2.5 g/Dl (L)
Leukosit = 6.9 10^3/ul
Trombosit = 307 10^3/ul (L)
Hematocrit = 35.4%
Natrium = 110 mmol/L
Kalium = 3,8
Klorida = 104 mmol/L
C (Klinis) Ny. S tampak lemas, bibir terlihat pucat kering,
mata cekung, acites dan udem pada kaki.
D (Diet) Ny. S menjalani diit tim cair
Intake / 24 jam Makan dan Minum = ±1000 cc
Infus = 1500 cc
Total 2500 cc
Output / 24 jam Urine = 700 cc
Feses = 200 cc
IWL = 600
Drain = 400
Total 1900 cc
Balance cairan Intake – output = 2500-1900
+ 600 cc

Keterangan:
Ny. S mengatakan masih sering mengalami mual, porsi makan habis ½
porsi dan pembengkakan di kaki dan keluhan perut klien tidak
membesar lagi setelah dilakukan penyedotan cairan acites.
2) Hygiene diri
Ny. S mengatakan selama dirumah sakit disibin oleh anaknya 2 kali
sehari dan menganti baju 1 kali sehari.
3) Istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien tidur selama 6 – 7 jam sehari, saat klien dirawat
dirumah sakit klien jarang tidur, sesekali terbangun karena merasakan
nyeri di perut. Klien hanya mampu tidur 3-4 jam sehari.
4) Aktivitas dan latihan
Ny. S mengatakan bahwa selama di rawat hanya di tempat tidur. Klien
mengatakan tidak dapat berjalan kekamar mandi, klien
mengatakan tidak mampu bergerak bebas dikarenakan terpasang
banyak selang yang membuat klien takut untuk menggerakkan
tubuh.klien terlihat lemas. Ny. S mengatakan bahwa aktivitas yang
biasa dilakukan mandi disibin, toileting, berganti pakaian, dibantu oleh
anaknya.

Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan, Minum V 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi V 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Perawatan diri (grooming) V 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Berpakaian (dressing) V 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bladder) V 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) V 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
Transfer V 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan alat dan 2 orang
2 : Butuh bantuan kecil
3 : Mandiri
Mobilitas V 0 : Imobile
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 : Mandiri
Penggunaan
toilet V 0 : Tergantung bantuan orang lain
1 : Membutuhkan bantuan tapi
beberapa
hal dilakukan sendiri
2 : Mandiri
Naik turun
tangga V 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score 5 (Ketergantungan berat)
Sumber: Dewi, Sofia Rosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta:
Deepublish.
Interpretasi hasil Barthel Index :
20 : Mandiri
12–19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0–4 : Ketergantungan total
5) Rekreasi
Ny. S mengatakan bahwa selama di rawat di bangsal, rekreasi yang
dilakukan hanya dengan mengobrol dengan keluarganya dan pasien
lainnya.
6) Spiritual
Ny. S mengatakan bahwa dirinya seorang muslim. Ny. S mengatakan
bahwa dirinya selalu berdoa kepada Allah SWT untuk segera diberikan
kesembuhan. Selain itu klien juga selalu berdzikir, sholat malam dan
sholat 5 waktu dengan cara tayamum dan tiduran. Setiap harinya klien

9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : composmentis, tampak lemas dan GCS 15 (E4V5M6)
Vital sign :
TD : 100/70 mmHg
S : 37,30 C
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
b. Head to toe
1) Kepala
 Inspeksi
Bentuk kepala mesocephal, tidak ada lesi, kulit kepala tampak
kering, rambut bergelombang, berwarna hitam, terlihat banyak
rambut yang rontok.
 Palpasi
Tidak ada benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
2) Mata
 Inspeksi
Mata simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, refleks mata terhadap cahaya normal dan
tidak menggunakan alat bantu penglihatan, gerakan bola mata
seimbang antara kanan dan kiri.
 Palpasi
Tidak ada pembesaran massa dan tidak terdapat nyeri tekan
3) Hidung
 Inspeksi
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan dari
hidung, penciuman normal, klien tidak terpasang selang NGT,
terpasang nasal kanul 3 liter
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
3) Mulut
 Inspeksi
Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, mukosa bibir kering, tidak
terdapat bau mulut, bibir terlihat pucat.
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
4) Leher
 Inspeksi
Bentuk leher normal, tidak ada lesi, reflex menelan baik, tidak ada
nyeri saat menelan, tidak terdapat benjolan.
 Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid
5) Dada dan paru-paru
 Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi dan persebaran warna kulit
merata, klien terpasang WSD pada dada sebelah kiri.
 Palpasi
Pengembangan dada simetris, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat
nyeri tekan dan taktil fremitus pada sisi kiri dada.
 Perkusi
Terdengar bunyi sonor di seluruh lapang paru dan pekak di paru
kiri.
 Auskultasi
Terdengar suara ronchi, namun tidak terdengar suara wheezing
maupun krakles, terdengar suara nafas vesikuler semua lapang paru.
6) Jantung
 Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat dan tidak ada lesi.
 Palpasi
Ictus cordis teraba di intercostal IV-V midclavikula sinistra, tidak
terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan.
 Perkusi
Suara jantung pekak
Batas kanan atas: parasentral SIC ke 2
Batas kanan bawah : parasentral SIC ke 4
Batas kiri atas : SIC ke 2 midline klavikula
Batas kiri bawah : SIC ke 6 dari kiri midline klavikula
 Auskultasi
Terdengar suara jantung S1 S2, tidak terdengar adanya suara jantung
tambahan.
7) Abdomen
 Inspeksi
Abdomen klien terlihat bersih. Terdapat balutan melintang post
operasi SOD pada perut bagian atas ( epigastrik) dan selang
pungsi asites pada perut sebelah kanan. Klien mengatakan perut
terasa sebah dan masih besar. persebaran kulit disekitar abdomen
merata.
 Auskultasi
Bising usus terdengar 12 x/menit
 Palpasi
Terdapat nyeri tekan di abdomen bagian post operasi.
 Perkusi
Terdengar suara tympani bagian perut atas dan pekak di bagian
perut bagian bawah.(Asites)
8) Punggung
Tidak terlihat kemerahan pada kulit punggung. Tidak terdapat luka/lesi.
Terdapat nyeri tekan pada pinggang klien.
9) Genetalia dan Anus
Saat dilakukan pengkajian area genital klien bersih, tidak ada
perdarahan ataupun keputihan, klien terpasang selang kateter
10) Ekstrimitas
Atas :
 Kulit klien berwarna coklat sawo, lembab, tidak ada lesi, tidak ada
edema, tidak ada sianosis, turgor kulit elastis, kuku tampak bersih,
terpasang infus pada tangan kiri klien, akral teraba hangat.
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, CRT < 2 detik, tidak ada massa, kekuatan otot
5/5/5/5.
Bawah :
 Kulit klien berwarna coklat sawo matang, lembab, tidak ada lesi, ada
edema di kedua kaki derajat 1, tidak ada sianosis, turgor kulit
elastis, kuku tampak bersih.
 Tidak ada nyeri tekan, CRT < 2 detik, tidak ada massa, kekuatan otot
 Akral teraba hangat
 4/4/4/4

Pengkajian HARS (Hamilton Rating Scale For Anxiety)


Keterangan: 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat, 4 = berat sekali
NO PERNYATAAN 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
Cemas
Firasat Buruk √
Takut Akan Pikiran Sendiri
Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
Merasa Tegang
Lesu
Tak Bisa Istirahat Tenang

Mudah Terkejut
Mudah Menangis
Gemetar
Gelisah
3 Ketakutan
Pada Gelap
Pada Orang Asing
Ditinggal Sendiri √
Pada Binatang Besar
Pada Keramaian Lalu Lintas
Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
Sukar Masuk Tidur
Terbangun Malam Hari
Tidak Nyenyak

Bangun dengan Lesu
Banyak Mimpi-Mimpi
Mimpi Buruk
Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan

Sukar Konsentrasi
Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
Hilangnya Minat
Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi

Sedih
Bangun Dini Hari
Perasaan Berubah ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
Kaku

Kedutan Otot
Gigi Gemerutuk
Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
Tinitus
Penglihatan Kabur
Muka Merah atau Pucat √
Merasa Lemah
Perasaan ditusuk
Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
Takhikardia
Berdebar
Nyeri di Dada
Denyut Nadi Mengeras √
Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau
Pingsan
Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
Perasaan Tercekik √
Sering Menarik Napas
Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
Sulit Menelan
Perut Melilit
Gangguan Pencernaan
Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
Perasaan Terbakar di Perut

Rasa Penuh atau Kembung
Mual
Muntah
Buang Air Besar Lembek
Kehilangan Berat Badan
Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
Sering Buang Air Kecil

Tidak Dapat Menahan Air Seni
Amenorrhoe
Menorrhagia
Menjadi Dingin (Frigid)
Ejakulasi Praecocks
Ereksi Hilang
Impotensi
13 Gejala Otonom
Mulut Kering
Muka Merah

Mudah Berkeringat
Pusing, Sakit Kepala
Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
Gelisah
Tidak Tenang
Jari Gemetar
Kerut Kening √
Muka Tegang
Tonus Otot Meningkat
Napas Pendek dan Cepat
Muka Merah
SKOR TOTAL 21
Total Skor :
< 14 = tidak ada kecemasan 14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang 28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
10. Pemeriksaan Penunjang

NO. Pemeriksaan Tanggal Hasil


1 X Foto Thoraks 29 Maret Cor tak membesar
2019 Efusi pleura kiri

Pemeriksaan laboratorium
Tanggal : 29 Mei 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Ket.


Hematologi Paket
Hemoglobin 10.2 g/dL 12.00 - 15.00 L
Hematokrit 32 % 35 – 47 L
Eritrosit 3.84 10^6/uL 4.4 – 5.9 L
MCH 26.6 Pg 27.00 – 32.00 L
MCV 83.6 fL 76 – 96
MCHC 31.9 g/dL 29.00 – 36.00
Leukosit 6.9 10^3/uL 3.6 - 11
Trombosit 307 10^3/uL 150 – 400
RDW 16.9 % 11.60 – 14.80 H
MPV 9.5 fL 4.00 – 11.00
Tanggal : 2 Juni 2019
Kimia Klinik
Albumin 2.1 g/dL 3.4 – 5 L
Glukosa sewaktu 120 mg/dL 80 – 160
Magnesium 0.8 mmol/L 0.74 – 0.99
Calcium 1.79 mmol/L 2.12 – 2.52 L
Elektrolit
Natrium 147 mmol/L 136 – 145 H
Kalium 3.8 mmol/L 3.5 – 5.1
Klorida 104 mmol/L 98 – 107

11. Terapi yang diberikan

No Nama Obat Dosis Rute


1. Nacl 0,9% 20 tpm IV
2. Ranitidine 1 amp/ 12 jam IV
3. Ketorolac 30 mg/8 jam IV
4 Metoklopramide 1 amp/ 8 jam IV
8 Ampicillin sulbactan 1,5 gr / 8 jam IV
9 Asam tranexamat 500 mg /8 jam IV
10 Paracetamol 1 gr/ 8 jam IV
11 Ca Glukonas 1 gr/ 12 jam IV
12 Albumin 20% 100 cc IV
13 Profenide 1 supp/ 12 jam suppositori
A. ANALISA DATA
Nama pasien (inisial) : Ny. S
Rekam Medis : C753xxx
Dx Medis : Malignant neoplasm of ovary
NO HARI/TGL DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1 Senin, 03 DS : Nyeri akut (00132) Agens cidera fisik
Juni 2019 - Ny.S mengatakan merasakan nyeri (post operasi SOD)
pada perut klien.
- Karakteristik nyeri sbb:
P : nyeri yang dirasakan bertambah
saat beraktivitas
Q : nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri terasa dibagian perut bekas
operasi.
S : skala 4 (VAS : Nyeri sedang)
T : nyeri yang dirasakan hilang
timbul
Klien mengatakan kesulitan tidur.
DO :
- Terdapat nyeri tekan pada bekas
operasi klien
- Post operasi SOD hari ke-8
- Klien sering meringis ketika
bergerak seperti menahan sakit.
2. Senin, 03 DS : Ketidakseimbangan Faktor biologis
Juni 2019 - Ny. S masih sering mual nutrisi : kurang dari
- Ny. S mengatakan nafsu makan kebutuhan tubuh
berkurang hanya mampu (00002)
menghabiskan 5 sendok makan.
- Ny.S mengatakan bahwa tubuhnya
semakin kurus.
DO :
- IMT 16,64 (kekurangan berat badan
tingkat sedang)
- BB : 40 Kg
- TB : 150 cm
- Ny. S tampak lemas
- Porsi makan habis 1/4 porsi
- Bibir terlihat pucat dan kering
- Konjungtiva anemis
- Asites
- Albumin 2.5 (L)
- Hb = 10.3 g/dl (L)
3. Senin,03 Juni DS : Ny.S mengatakan nyeri pada bagian Risiko infeksi ( 00004) Prosedur invasif
2019 perut post operasi.
DO :
- Kanker ovarium stadium IIIc
- Post operasi SOD hari ke 8
- Terpasang selang pungsi asites
- Terpasang WSD
- Terpasang kateter urin terpasang
tanggal 01 Juni 2019.
- Terpasang infus tanggal 03 Juni 2019
- HB : 10,3 g/dL
- TD : 100/70 mmHg
- Suhu : 37,3 derajat.
- Leukosit : 6,9
4. Senin, 03 DS : Ny.S mengatakan susah bergerak Hambatan mobilitas Ansietas
Juni 2019 karena terpasang banyak selang. fisik. ( 00085 )
DO :
- Klien terapasang infus
- Klien terpasang DC
- Terapasang selang pungsi asites
- Klien terpasang WSD
- Terdapat balutan post operasi SOD hari
ke 8
- Udem pada kedua kaki derajat 1
- Asites
- Tonus otot ektremitas bawah 4/4/4/4

5. Senin, 03 DS : Cemas (00026) stressor


Juni 2019 - Klien mengatakan khawatir dengan
luka bekas operasinya.
DO :
- Pemeriksaan TTV
TD : 100/70, HR : 84x/menit, RR :
22x/menit,
- Klien tampak gelisah ketika bercerita
mengenai penyakitnya
Nilai HARS = 21 (kecemasan sedang)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis (00002)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik : post operasi SOD (00132)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ( 00085)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama pasien (inisial) : Ny. S
Rekam Medis : C753xxx
Dx Medis : Malignant neoplasm of ovary
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management (1400)
dengan agen pencedera fisik: keperawatan selama 3 x 24 jam - Lakukan pengkajian nyeri secara
Post operasi SOD (00133) masalah keperawatan nyeri dapat komprehensif
terkontrol dengan kriteria hasil : - Ajarkan teknik non farmakologi
 Skala nyeri turun dari 4 relaksasi napas dalam
menjadi 2 - Evaluasi keefektifan control
 Ny. S tampak lebih nyaman nyeri
(verbal dan non verbal) - Tingkatkan istirahat
 Tanda-tanda vital dalam - Atur posisi nyaman untuk klien
rentang normal - Monitor TTV (TD, suhu,

 Klien mampu menggunakan nadi,RR)

manajemen nyeri Analgesic Administration (2210)


nonfarmakologi
- Kolaborasi pemberian analgesic
sesuai resep dokter
2. Ketidakseimbangan nutrisi : Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management (1100)
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 6 x 24 jam - Anjurkan pasien untuk
berhubungan dengan asupan nutrisi seimbang dengan kriteria meningkatkan asupan makanan
diet kurang (00002) hasil : dan minuman
 Ny. S tidak mual - Anjurkan klien makan sedikit
 Klien mengatakan nafsu tapi sering.
makan meningkat. - Kolaborasi dengan ahli gizi dan
 Klien mengatakan badan dokter untuk memberikan
tidak lemas. suplemen gizi tambahan

 Mukosa bibir tidak pucat dan Nutrition Monitoring (1160)


lembab, konjungtiva tidak - Monitor intake makanan dan
anemis minuman pasien

 Hemoglobin dalam batas - Monitor mual muintah

normal (12.00 – 16.00) - Monitor kulit kering

 Nilai albumin dalam normal - Monitor Hb, Ht, kadar albumin

(3,5 – 5,0) - Monitor pucat, kemerahan dan


kekeringan pada konjungtiva
 Porsi makan meningkat
menjadi 3/4 piring
3 Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
dengan prosedur invasive keperawatan selama 3 x 24 jam, - Gunakan pendekatan yang
(00085) diharapkan masalah risiko infeksi menenangkan
klien dapat teratasi dengan kriteria - Dengarkan dengan baik
hasil : keluhan dan alasan klien
 Klien mampu mengidentifikasi - Identifikasi tingkat kecemasan
dan mengungkapkan - Dorong dan dukung pasien
kecemasannya untuk melawan rasa
 Mengidentifikasi, khawatirnya
mengungkapkan dan - Instruksikan klien
menunjukkan tehnik untuk menggunakan teknik
mengontrol cemas relaksasi napas dalam dan
 Postur tubuh, ekspresi wajah, distraksi
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
 Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik dengan TD, HR, RR yang
sesuai.
 Nilai HARS dalam batas
normal
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama pasien (inisial) : Ny. S
Rekam Medis : C753xxx
Dx Medis : Malignant neoplasm of ovary
Tanggal Dx.Kep Jam Implementasi Respon (Evaluasi Formatif) TTD
Senin, 03 Juni 1 09.00 Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan ririn
2019 secara komprehensif P : nyeri yang dirasakan
bertambah saat
beraktivitas
Q : nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk
R : nyeri terasa dibagian
perut dan bekas opersi
S : skala 4 (VAS : Nyeri
sedang)
T : nyeri yang dirasakan
hilang timbul
O : Klien tampak masih
kesakitan
1 09.05 Menganjurkan teknik non S; klien sering melakukan ririn
farmakologi relaksasi napas dan nafas dalam yang telah
mengganti balut post operasi. diajarkan, luka post operasi
masih ada yg belum kering di
bagian bawah.
O: klien rileks, ekepresi
wajah lebih tenang
1 09.40 Memberikan posisi nyaman S: Klien mengatakan nyaman ririn
untuk klien dengan posisi semi fowler
O: klien terlihat mampu
duduk tanpas sanggahan
1,3 11.00 Memonitor TTV (TD, suhu, S: klien tidak pusing, tidak ririn
nadi,RR) sesak, mengeluh badan masih
lemas.
O: TD 110/70, N 84x, RR
22x, Suhu 37
1 12.00 Mengkolaborasikan pemberian S: klien mengatakan sakit Ririn
analgesic sesuai resep dokter ( ketika diberikan obat
ketorolac 30 mg) O: Klien lebih rileks, obat
masuk
2 12.05 Memonitor adanya mual, S: klien mengatakan masih ririn
muntah, flatus dan frekuensi mual tetapi tidak muntah.
BAB Klien sudah bisa buang
angina dan BAB 1 kali.
O:-
2 12.10 Menganjurkan pasien untuk S; Klien mengatakan ririn
meningkatkan asupan makanan menghabiskan 1/4 porsi
dan minuman rumah sakit
O: -
2 12.15 Memberikan dukungan klien S: Keluarga mengatakan ririn
dan keluarga untuk membantu selalu memberi dukungan
dalam pemberian makanan terutama dalam memberikan
dengan baik. makan pada klien
O:-
2 12.30 Memonitor status hidrasi S: klien mengatakan haus dan ririn
(membran mukosa, denyut nadi) tenggorokan kering.
dan monitor kadar albumin dan O: membrane mukosa terlihat
hemoglobin. kering, nadi 84x/menit. Tidak
terdapat sariawan.
Albumin : 2,1
3 13.00 Melakuakn pendenkatan dengan S; klien menceritakan tentang ririn
tenang dan mendengarkan kondisinya dan usahanya
keluhan klien untuk mendekatkan kepad
allah swt.
O: klien terlihat lebih tenang.
3 13.05 Mengajarkan teknik distraksi S : kline mengatakan akan ririn
dan relaksasi napas dalam selalu mengingat tuhan ketika
sedang merasakan sakit.
O:
Klien terlihat lebih tenang.
3 13.15 Mengidentifikasi tingkat S : mengatakan sudah agak ririn
kecemasan menggunakan skor tidak khaawatir dengan luka
hars post operasi
O : klien terlihat tenang.
Skor hars : 20
Selasa, 04 Juni 1 09.00 Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan ririn
2019 secara komprehensif P : nyeri yang dirasakan
sedikit berkurang saat
beraktivitas
Q : nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk
R : nyeri terasa dibagian
perut dan bekas opersi
S : skala 3 (VAS : Nyeri
ringan)
T : nyeri yang dirasakan
hilang timbul
O : Klien tampak masih
kesakitan
1 09.05 Menganjurkan teknik non S; klien sering melakukan ririn
farmakologi relaksasi napas nafas dalam yang telah
diajarkan.
O: klien rileks, ekepresi
wajah lebih tenang
1 09.40 Memberikan posisi nyaman S: Klien mengatakan nyaman ririn
untuk klien dengan posisi semi fowler
O: klien terlihat mampu
duduk tanpas sanggahan
1,3 11.00 Memonitor TTV (TD, suhu, S: klien tidak pusing, tidak ririn
nadi,RR) sesak, mengeluh badan masih
lemas.
O: TD 100/70, N 88x, RR
20x, Suhu 37,5
1 12.00 Mengkolaborasikan pemberian S: klien mengatakan sakit Ririn
analgesic sesuai resep dokter ( ketika diberikan obat
ketorolac 30 mg) O: Klien lebih rileks, obat
masuk
2 12.05 Memonitor adanya mual, S: klien mengatakan masih ririn
muntah, flatus dan frekuensi mual tetapi tidak muntah.
BAB Klien sudah bisa buang
angina dan BAB 1 kali.
O:-
2 12.10 Menganjurkan pasien untuk S; Klien mengatakan ririn
meningkatkan asupan makanan menghabiskan 1/2 porsi
dan minuman rumah sakit
O: -
2 12.15 Memberikan dukungan klien S: Keluarga mengatakan ririn
dan keluarga untuk membantu selalu memberi dukungan
dalam pemberian makanan terutama dalam memberikan
dengan baik. makan pada klien
O:-
2 12.30 Memonitor status hidrasi S: klien mengatakan haus dan ririn
(membran mukosa, denyut nadi) tenggorokan kering.
dan monitor kadar albumin dan O: membrane mukosa terlihat
hemoglobin. kering, nadi 88x/menit. Tidak
terdapat sariawan.
Albumin : 2,1
Hb: 10,2 mm/dL
3 13.00 Melakuakn pendenkatan dengan S; klien menceritakan tentang ririn
tenang dan mendengarkan kondisinya dan suami yang
keluhan klien meninggalkannya
O: klien terlihat sedih dan
meneteskan air mata.
3 13.05 Mengajarkan teknik distraksi S : klien mengatakan akan ririn
dan relaksasi napas dalam selalu mengingat tuhan ketika
sedang merasakan sakit.
O:
Klien terlihat lebih tenang.
3 13.15 Mengidentifikasi tingkat S : mengatakan sudah agak ririn
kecemasan menggunakan skor tidak khaawatir dengan luka
hars post operasi
O : klien terlihat tenang.
Skor hars : 19
Jumat, 07 Juni 1 09.00 Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan ririn
2019 secara komprehensif P : nyeri yang dirasakan
sudah berkurang saat
beraktivitas
Q : nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk
R : nyeri terasa dibagian
perut dan bekas operasi
S : skala 2 (VAS : Nyeri
sedang)
T : nyeri yang dirasakan
hilang timbul
O : Klien sudah mampu
bergerak dengan leluasa.
1 09.05 Menganjurkan teknik non S; klien sering melakukan ririn
farmakologi relaksasi napas dan nafas dalam yang telah
mengganti balut post operasi. diajarkan, luka post operasi
masih ada yg sudah baik dan
mongering.
O: klien rileks, ekepresi
wajah lebih tenang
1 09.40 Memberikan posisi nyaman S: Klien mengatakan nyaman ririn
untuk klien dengan posisi semi fowler
O: klien terlihat mampu
duduk tanpas sanggahan
1,3 11.00 Memonitor TTV (TD, suhu, S: klien tidak pusing, tidak ririn
nadi,RR) sesak, mengeluh badan masih
lemas.
O: TD 110/70, N 87x, RR
20x, Suhu 37,6
1 12.00 Mengkolaborasikan pemberian S: klien mengatakan sakit Ririn
analgesic sesuai resep dokter ( ketika diberikan obat
ketorolac 30 mg) O: Klien lebih rileks, obat
masuk
2 12.05 Memonitor adanya mual, S: klien mengatakan masih ririn
muntah, flatus dan frekuensi mual tetapi tidak muntah.
BAB Klien sudah bisa buang
angina dan BAB 3 kali.
O:-
2 12.10 Menganjurkan pasien untuk S; Klien mengatakan ririn
meningkatkan asupan makanan menghabiskan 1/2 porsi
dan minuman rumah sakit
O: -
2 12.15 Memberikan dukungan klien S: Keluarga mengatakan ririn
dan keluarga untuk membantu selalu memberi dukungan
dalam pemberian makanan terutama dalam memberikan
dengan baik. makan pada klien
O:-
2 12.30 Memonitor status hidrasi S: klien mengatakan haus dan ririn
(membran mukosa, denyut nadi) tenggorokan kering.
dan monitor kadar albumin dan O: membrane mukosa terlihat
hemoglobin. kering, nadi 84x/menit. Tidak
terdapat sariawan.
Albumin : 2,1
3 13.00 Melakuakn pendenkatan dengan S; klien menceritakan tentang ririn
tenang dan mendengarkan kondisinya dan usahanya
keluhan klien untuk mendekatkan kepad
allah swt.
O: klien terlihat lebih tenang.
3 13.05 Mengajarkan teknik distraksi S : kline mengatakan akan ririn
dan relaksasi napas dalam selalu mengingat tuhan ketika
sedang merasakan sakit.
O:
Klien terlihat lebih tenang.
3 13.15 Mengidentifikasi tingkat S : mengatakan sudah agak ririn
kecemasan menggunakan skor tidak khawatir dengan luka
hars post operasi
O : klien terlihat tenang.
Skor Hars : 18
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien (inisial) : Ny. S
Rekam Medis : C753xxx
Dx Medis : Malignant neoplasm of ovary

Tgl Diagnosa Jam Evaluasi Sumatif TTD


Keperawatan
Senin, 03 Nyeri Akut 14.00 S: Klien mengatakan nyeri dengan Ririn
Juni 2019 berhubungan dengan P : nyeri yang dirasakan bertambah saat beraktivitas
agen pencedera : fisik Q : nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
(00132) R : nyeri terasa dibagian bekas operasi SOD
S : skala 4 (VAS : Nyeri sedang)
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul
O:
- Klien mampu menggunakan manajemen nyeri
nonfarmakologi yaitu relaksasi napas dalam dan massase
punggung
- TD 110/70, N 84x, RR 22x, Suhu 37 Ekspresi muka masih
menunjukkan nyeri.
- Post operasi SOD h+ 9 hari
A: Nyeri Akut belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitoring TTV
- Evaluasi teknik relaksasi napas dalam
- Kolaborasi pemberian analgetik
Ketidakseimbangan 14.15 S: Ririn
nutrisi : kurang dari - Klien mengatakan masih lemas, klien mengatakan mual dan
kebutuhan tubuh tidak muntah.
berhubungan dengan - Klien mengatakan menghabiskan 1/4 porsi yang disediakan
factor biologis (00002) O:
- Kulit dan mukosa klien kering
- Turgor kulit baik
- Tidak ada sariawan
- Nilai lab Hemoglobin 10,2 g/Dl
- IMT : 16.64
- BB : 40 kg
A : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
Manajemen nutrisi
- Monitor intake makanan klien
- Monitor adanya mual, muntah, flatus dan frekuensi BAB
- Memberikan infus NaCl 20 tpm IV.
- Memonitor status hidrasi (membran mukosa, denyut nadi).
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat mual.
Ansietas berhubungan 14.30 S: ririn
dengan stressor - Klien mengatakan khawatir dengan luka post operasi
O:
- Kilien terlihat lebih tenang
- TD : 100/70 mmHg
- Klien mulai menerapkan teknik distraksi
- Skor Hars : 21
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Dengarkan dengan baik keluhan dan alasan klien
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Dorong dan dukung pasien untuk melawan rasa
khawatirnya
- Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi napas dalam
dan distraksi
Selasa, 04 Nyeri Akut 14.00 S: Klien mengatakan nyeri dengan
Juni 2019 berhubungan dengan P : nyeri yang dirasakan sedikit berkurang bila beraktivitas
agen pencedera : fisik Q : nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
(00132) R : nyeri terasa dibagian bekas operasi SOD
S : skala 3 (VAS : Nyeri rendah)
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul
O:
- Klien mampu menggunakan manajemen nyeri
nonfarmakologi yaitu relaksasi napas dalam dan massase
punggung
- TD 110/70, N 84x, RR 22x, Suhu 37 Ekspresi muka masih
menunjukkan nyeri.
- Post operasi H+10 hari
A: Nyeri Akut belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitoring TTV
- Evaluasi teknik relaksasi napas dalam
- Kolaborasi pemberian analgetik
Ketidakseimbangan 14.15 S: ririn
nutrisi : kurang dari - Klien mengatakan masih lemas, klien mengatakan mual dan
kebutuhan tubuh tidak muntah.
berhubungan dengan - Klien mengatakan menghabiskan 1/4 porsi yang disediakan
factor biologis (00002) O:
- Kulit dan mukosa klien kering
- Turgor kulit baik
- Tidak ada sariawan
- Nilai lab Hemoglobin 10,2 g/Dl
- IMT : 16.64
- BB : 40 kg
A : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
Manajemen nutrisi
- Monitor intake makanan klien
- Monitor adanya mual, muntah, flatus dan frekuensi BAB
- Memberikan infus NaCl 20 tpm IV.
- Memonitor status hidrasi (membran mukosa, denyut nadi).
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat mual.
Ansietas berhubungan 14.30 S: ririn
dengan stressor - Klien mengatakan khawatir dengan luka post operasi
O:
- Kilien terlihat lebih tenang
- TD : 100/70 mmHg
- Klien mulai menerapkan teknik distraksi
- Skor Hars : 21
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Dengarkan dengan baik keluhan dan alasan klien
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Dorong dan dukung pasien untuk melawan rasa
khawatirnya
- Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi napas
dalam dan distraksi
Jumat, 07 Nyeri Akut 14.00 S: Klien mengatakan nyeri dengan
Juni 2019 berhubungan dengan P : nyeri yang dirasakan bertambah saat beraktivitas
agen pencedera : fisik Q : nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
(00132) R : nyeri terasa dibagian bekas operasi SOD
S : skala 4 (VAS : Nyeri sedang)
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul
O:
- Klien mampu menggunakan manajemen nyeri
nonfarmakologi yaitu relaksasi napas dalam dan massase
punggung
- TD 100/70, N 87x, RR 20x, Suhu 37,6 Ekspresi muka
- Post operasi SOD h + 13 hari
A: Nyeri Akut belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitoring TTV
- Evaluasi teknik relaksasi napas dalam
- Kolaborasi pemberian analgetik
Ketidakseimbangan 14.15 S: Ririn
nutrisi : kurang dari - Klien mengatakan masih lemas, klien mengatakan mual sudah
kebutuhan tubuh berkurang .
berhubungan dengan - Klien mengatakan menghabiskan 1/4 porsi yang disediakan
factor biologis (00002) O:
- Kulit dan mukosa klien kering
- Turgor kulit baik
- Tidak ada sariawan
- Nilai lab Hemoglobin 10,2 g/Dl
- IMT : 16.64
- BB : 40 kg
A : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
Manajemen nutrisi
- Monitor intake makanan klien
- Monitor adanya mual, muntah, flatus dan frekuensi BAB
- Memberikan infus NaCl 20 tpm IV.
- Memonitor status hidrasi (membran mukosa, denyut nadi).
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat mual.
Ansietas berhubungan 14.30 Ririn
dengan stressor S:
- Klien mengatakan khawatir dengan luka post operasi
O:
- Kilien terlihat lebih tenang
- TD : 100/70 mmHg
- Klien menerapkan teknik distraksi dengan mendekatkan diri kepada allah.
- Skor Hars : 18
A : Masalah kecemasan klien teratasi
P : hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian keperawatan pada Ny.S dilaksanakan pada tanggal 03 Juni 2019


pukul 09.00 WIB di ruang Rajawali 4.A RSUP Dr. Kariadi Semarang. Pengkajian
dilakukan dengan melakukan wawancara dengan klien, keluarga, dan melihat rekam
medis klien. Ny.S merupakan klien dengan diagnose kanker Ovarium. Pada kasus ini,
terdapat beberapa diagnosa yang diangkat yaitu nyeri akut dan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh serta kecemasan klien.
Setiap pembedahan dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan trauma bagi
pasien, salah satunya adalah nyeri. Nyeri yang ditimbulkan oleh operasi biasanya
membuat pasien merasa sangat kesakitan. Nyeri akut yang terjadi secara terus menerus
disebabkan adanya luka operasi yang menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan
sehingga rangsangan pada saraf meningkat, implus nyeri disebarkan ke korteks cerebri
dan nyeri dipersepsikan. Klien mengalami nyeri ketika bergerak/ melakukan aktivitas
seperti duduk, berpindah posisi saat tidur dan lainnya.(Utami, 2014) Nyeri yang
dirasakan Ny.S pada daerah perut dengan skala 4, hilang timbul dan seperti ditusuk-
tusuk. Hal ini menyebabkan klien membutuhkan bantuan orang lain saat melakukan
ADL. Setelah dilakukan teknik nafas dalam dan intervensi lainnya, nyeri berkurang
dari skala 4 ke 2.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, selain dengan medikasi adanya terapi
relaksasi nafas dalam dianjurkan untuk mengurangi skala nyeri. Teknik relaksasi akan
memberikan rasa nyaman dan rileks pada pasien, dapat mengurangi intensitas nyeri,
serta dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah. Periode
relaksasi yang teratur membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot akibat
nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam
menurunkan nyeri paska operasi. Hal ini dikarenakan relatif kecilnya peran otot-otot
skeletal dalam nyeri paska operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi tersebut agar efektif. Saat pasien rileks dan nyeri berkurang, maka akan
meningkatkan kualitas istirahat dan tidur pasien. Selain itu, pasien dapat memulai
untuk melakukan ADL secara mandiri dengan perlahan.(Utami, 2014)
Selain nyeri, diagnosa selanjutnya adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Klien mengalami mual tiap hari dan hanya dapat menghabiskan 5
sendok makanan. Klien tidak nafsu makan, mukosa bibir kering dan tampak lemas.
Respon yang kompleks terhadap stres fisik akibat pembedahan dan injury,
dimediasi oleh perubahan hormonal dan sistem saraf simpatis, salah satunya adalah
hipermetabolisme dan katabolisme. Terdapat retensi garam dan air bermakna serta
peningkatan basal metabolik rate dan produksi glukosa hepatic. Penyembuhan luka
meningkatkan produksi glukosa sebanyak 80% dan juga membutuhkan sintesis protein.
Lemak (jaringan adiposa) dan cadangan protein (lean muscle mass) dimobilisasi untuk
memenuhi kebutuhan sintesis glukosa dan protein yang menghasilkan penurunan BB.
Secara umum, respon katabolik meningkatkan kebutuhan energi dan protein, besar dan
durasinya tergantung dari lama pembedahan. Studi terbaru mengatakan bahwa respon
katabolik terhadap pembedahan dapat dicegah dengan intake yang adekuat(Said,
Taslim, & Bahar, 2013) Hal ini menyebabkan perlunya monitor nutrisi yang cukup,
seperti memonitor mual muntah, anjuran makan sedikit tapi sering dan intervensi
lainnya. Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari, klien mampu menghabiskan ½
porsi makanan dan frekuensi mual muntah berkurang.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kanker Ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada
organ ovarium dan juga merupakan penyebab kematian tertinggi dari kanker
alat genital. Kanker ovarium pada umumnya dijumpai pada wanita usia yang
lebih tua atau usia post menopause. Kanker ovarium sebagian besar berbentuk
kista berisi cairan maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent
killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak mudah
terdeteksi, 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan
telah menyebar (metastasis) kemana-mana (Loho & Wagey, 2016).
Pengobatan kanker ovarium biasanya adalah dengan pengangkatan
melalui tindakan bedah, kemoterapi, radioterapi. Pada kasus ini Ny.S
mengalami Kanker ovarium stadium IIIc dan telah dilakukan tindakan bedah.
Terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul diantaranya adalah nyeri
dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh serta kecemasan
klien akan luka post operasi. Telah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam dan tindakan kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi atau tenaga
kesehatan lain. Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam belum, nyeri
berkurang dari skala 4 ke 3 dan frekuensi mual berkurang serta klien sudah
tidak cemas terhadap luka post operasi. Pasien memerlukan perawatan lebih
lanjut untuk perkembangan kondisi yang signifikan.

B. Saran
1. Perawat
Hubungan antara perawat dan tim kesehatan lain, serta kerjasama perawat
dengan keluarga sangat diperlukan untuk membantu pemulihan kondisi
klien. Perawat diharapkan untuk lebih memperhatikan masalah
keperawatan dengan lebih mengaplikasikan intervensi keperawatan sesuai
dengan profesi keperawatannya.
2. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih mampu menggali dan belajar ilmu terkait
masalah-masalah kesehatan secara holistik pada klien dengan Mioma
Uteri.
3. Bagi klien
Klien diharapkan dapat mengaplikasikan intervensi keperawatan yang
telah diberikan oleh mahasiswa praktik ners UNDIP sehingga dapat
dijadikan salah satu alternatif oleh klien untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Fachlevy, A. F., Abdullah, Z., Russeng, S. S., & Fachlevy, A. F. (2011). Ovarian
Cancer Risk Factors on Wahidin Sudirohusodo Hospital Makasar.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Riset Kementrian Kesehatan Dasar. Data Dan
Informasi Kesehatan, 1–44. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Loho, M. F., & Wagey, F. W. (2016). Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof .
Dr . R . D . Kandou Manado, 4, 2–6.

andreas, R. p. (2016). HUBUNGAN USIA, JUMLAH PARITAS, DAN USIA MENARCHE


TERHADAP DERAJAT HISTOPATOLOGI KANKER OVARIUM DI RSUD DR. H. ABDUL
MOELOEK BANDARLAMPUNG TAHUN 2015-2016. Universitas Bandar Lampung, 1 -
44.

Norwitz, Errol R. dan John O. Schorge. 2006. At a Glace: Obstetri Ginekologi, Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga.
Billota, Kimberly A.J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi
Keperawatan, Edisi 2. USA: Lippincoltt Williams & Wilkins.
Kowalak, Welsh, dan Mayer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, vol. 2, Ed. 6.Jakarta: EGC
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta, EGC.
W. Zulfi. 2014. Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium. Diunduh
pada digilib.unimus.ac.id/download.php?id=5040repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/41017/4/Chapter%20II.pdf. (pukul 09.00, 31 Maret 2016)
Said, S., Taslim, N. A., & Bahar, B. (2013). Gizi dan Penyembuhan Luka.

Utami, S. (2014). LATIHAN 5 JARI TERHADAP NYERI POST LAPARATOMI


menurut Data Tabulasi Nasional Departemen, 61–73.

You might also like