Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Cantrang atau trawl masih banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia. Cantrang
merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan yang dilengkapi
dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring.
Sayangnya, larangan ini menimbulkan protes oleh berbagai pihak, mulai dari
nelayan hingga para anggota DPR RI. Cantrang dilarang yang ditemukan terjadi
Barus, 1989 dalam buku Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia
merupakan ikan yang hidup dan makan di dasar laut dan danau (zona demersal).
Hal ini menimbulkan kerusakan ekosistem dasar laut. Selain itu, lubang-lubang
jaring pada cantrang sangat rapat, sehingga ikan-ikan kecil yang seharusnya masih
butuh waktu untuk berkembang biak ikut tertangkap. Cantrang juga tidak dapat
memberikan hasil tangkapan yang efisien. Sebuah kajian dari WWF-Indonesia pada
2015 silam menyebutkan bahwa hanya sekitar 18-40% hasil tangkapan trawl dan
1
Kekayaan sumber daya kelautan Indonesia yang besar hanya akan terjaga jika
mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional”. Salah satu bentuk tindakan
nyata Menteri Susi Pudjiastuti untuk mewujudkan visi tersebut adalah melarang
daya kelautan yang besar, khususnya sumber daya perikanan. Berdasarkan data
Kementerian Kelautan dan Perikanan 2011, potensi lestari sumber daya ikan laut
Indonesia sebesar 6,52 juta ton. Kekayaan tersebut membuat sektor perikanan
luar negeri. Besarnya potensi sumber daya perikanan yang melimpah di laut
Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan
2
dalam surat Edaran Nomor: 72/MEN-KP/II/2016, tentang Pembatasan Penggunaan
Larangan ini membuat nelayan tidak bisa bekerja. Mereka tidak mengetahui cara
menangkap ikan selain cantrang. Melalui makalah ini diharapkan nelayan dapat
kembali melaut dan menemukan solusi penanggkapan ikan yang lebih baik.
Apakah penyebab cantrang dilarang ditemukan terjadi pada era menteri Susi
Pudjiastuti?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
cantrang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dikaitkan dengan luas wilayah laut dan posisi strategis negara Indonesia,
maka seharusnya kita sadari bahwa potensi maritim yang kita miliki apabila
dikelola dengan baik dan benar akan memberikan harapan yang cerah bagi masa
4
depan bangsa. Secara garis besar, potensi maritim yang berada di wilayah laut dan
pesisir Indonesia dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu Sumber Daya
Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Buatan.
Sumber Daya Alam adalah segala sesuatu yang berada di alam lingkungan
laut yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya
alam pesisir dan lautan yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam baik jenis
maupun potensinya. Potensi sumber daya tersebut ada yang dapat diperbaharui
(renewable resources) seperti sumber daya perikanan (perikanan tangkap, budi
daya), mangrove, rumput laut, karang, energi gelombang, pasang surut, angin dan
OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), serta energi yang tidak dapat
diperbaharui (non renewable resources) seperti sumber daya minyak dan gas bumi
serta berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumber daya tersebut, juga terdapat
berbagai macam jasa lingkungan kelautan yang dapat dikembangkan untuk
pembangunan kelautan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan
dan sebagainya.
Dari potensinya, sumber daya perairan dan perikanan yang kita miliki sangat luas,
termasuk yang tersebar di antara sumber daya kewilayahan yang ada, baik untuk
perikanan tangkap maupun perikanan budi daya. Besarnya potensi sumber daya
perikanan yang kita miliki diperkirakan sebesar 6,6 juta ton pertahun yang terdiri
dari sumber daya ikan di perairan Nusantara 4,5 juta ton dan diperairan ZEE sebesar
2,1 juta ton. Tetapi tingkat pemanfaatannya saat ini baru sekitar 38%. Hal tersebut
terkait dengan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi yang terbatas.
Terumbu karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup
berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Sumber daya terumbu karang dan segala
kehidupan yang terdapat didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang
bernilai tinggi. Indonesia memiliki keaneka-ragaman hayati terumbu karang yang
5
paling besar dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Ekosistem terumbu
karang memberikan manfaat ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat
Indonesia.
Wilayah laut Indonesia terdapat berbagai jenis sumber daya energi dan
mineral yang tersebar didarat serta dilaut. Konstribusi sektor energi dan sumber
daya mineral Indonesia terbukti mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan nasional. Sumber daya minyak dan Gas Bumi diperoleh dari
kegiatan lepas pantai di sekitar Laut Jawa, Laut Natuna, Lepas Pantai Kalimantan
6
Timur dan Selat Malaka. Sampai dengan tahun 2000 telah dikerjakan lebih dari
2700 sumur bor, tersebar pada kedalaman berbeda yang beberapa diantaranya
berada pada kedalaman dasar laut 150 m dan sejauh 220 km dari pantai terdekat.
Pengeboran minyak lepas pantai memerlukan teknologi, modal besar dan biaya
yang cukup mahal. Kekayaan alam berupa energi akan menjadi kekayaan bangsa
Indonesia sepenuhnya bila menguasai teknologi perminyakan lepas pantai.
Kegunaannya :
1) kebutuhan pembangunan.
2) timah dicampur dengan besi untuk membuat paku, pipa ledeng, seng,
benda seni ukir, alat kesenian berupa gamelan
udara.
c) Pasir Besi (Cilacap), Pasir Kalsium untuk bahan semen, gelas dan bahan
untuk campuran (proses lainnya).
7
setempat. Faktor-faktor tersebut ikut menentukan tingkat kualitas potensi wisata
bahari, sehingga di beberapa daerah sangat potensial, sedangkan di daerah lain
dalam kondisi yang tidak potensial. Sejauh ini, andalan pengembangan potensi
wisata bahari di Indonesia, baru pada upaya eksploitasi pemanfaatan keindahan
alam bawah air dan bentang alam pantainya (coastal landscape). Degradasi potensi
wisata bahari di laut dan pesisir selain ditimbulkan oleh dampak kerusakan
ekosistemnya juga oleh pengaruh kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
setempat yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
situasi keamanan wilayah. Pengembangan wisata bahari di Indonesia yang
memiliki nilai devisa tinggi memerlukan adanya strategi pembangunan di sektor ini
secara cermat dan terarah guna pencapaian optimasi pembangunan nasional
kelautan.
8
Ada beberapa pendidikan formal perguruan tinggi maupun setingkat
akademi baik swasta maupun negeri yang ada di Indonesia yang mempelajari ilmu
kelautan 18 Perguruan tinggi negeri, 23 Perguruan tinggi swasta dan 22 Akademi
swasta.
Sumber Daya Buatan (SDB) adalah Sumber Daya yang dengan sengaja
dibuat manusia guna mendukung kegiatan manusia di lingkungan laut untuk
mencapai tujuan tertentu. Sumber Daya Buatan dapat dibedakan dalam Sumber
Daya Buatan Tetap (tidak bergerak) dan Sumber Daya Buatan yang bergerak
(mobile).
Pantai.
2) Sumber Daya Buatan yang bergerak, sebagai contohnya adalah kapal kontainer,
kapal penumpang kapal tangker, kapal survey dll. Berdasarkan buku Persatuan
Pelayaran Niaga Indonesia hasil rekapitulasi tahun 1999 di Indonesia ada 733
perusahaan pelayaran, yang memiliki 2.737 unit kapal berbagai jenis dan ukuran
ukuran. Akan tetapi yang disayangkan perusahaan pelayaran ini hanya kantornya
saja di Indonesia, kapalnya carter atau milik negara asing. Kapal yang milik bangsa
Indonesia sendiri hanya sekitar 3 % saja. Sehingga devisa yang dihasilkan dalam
pelayaran ini tidak banyak yang kita dapat. (Aditya, 2009)
9
2.2 Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
di era Menteri Susi Pudjiastuti
10
yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran jaring lingkar
serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
1. Pukat cincin dengan satu kapal (One boat operated purse seines)
2. Pukat cincin dengan dua kapal (Two boat operated purse seines)
Pukat cincin grup pelagis kecil
Pukat cincin grup pelagis besar
11
2. Pukat tarik
Pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat
pembuka mulut jaring, yang pengoperasiannya dengan cara melingkari
gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh
jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap dan tali selambar.
Desain dan konstruksi pukat tarik disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang
dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pukat tarik serta
sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
a) Pukat tarik pantai (Beach seines)
12
1. Pukat hela dasar berpapan (Otter trawls)
2. Pukat hela dasar dua kapal (pair trawls),
3. Nephrops trawl (Nephrops trawl)
4. Pukat hela dasar udang (Shrimp trawls)
b) Pukat hela pertengahan (Midwater trawls)
1. Pukat hela pertengahan berpapan (Otter trawls)
2. Pukat hela pertengahan dua kapal (Pair trawls)
3. Pukat hela pertengahan udang (Shrimp trawls)
c) Pukat hela kembar berpapan (Otter twin trawls)
d) Pukat dorong
4. Penggaruk (dredges)
Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi yang
bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau tanpa
jaring/bahan lainnya. Penggaruk dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar
perairan dengan atau tanpa perahu untuk menangkap kekerangan dan biota
13
lainnya.Jenis alat penangkapan ikan Penggaruk (Dredges) dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Penggaruk berkapal (Boat dredges)
14
Gambar 8. Anco
8. Perangkap (Traps)
Perangkap merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip
penangkapan dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring
dan atau bahan lainnya yang dioperasikan dengan atau tanpa perahu/kapal.
a) Stationary uncovered pound nets
15
b) Bubu (Pots)
c) Bubu bersayap (Fyke nets)
d) Stow nets (Pukat labuh, Togo, Ambai, Jermal, Pengerih dll)
e) Barriers, fences, weirs
f) Perangkap Ikan Peloncat (Aerial traps)
16
Gambar 11. Huhate
2.4 Cantrang
Pukat tarik cantrang merupakan alat penangkap ikan berkantong tanpa alat
pembuka mulut pukat dengan tali selambar yang pengoperasiannya di dasar
perairan dengan cara melingkari gerombolan ikan, penarikan dan pengangkatan
pukat (hauling) dari atas kapal. Pukat tarik cantrang termasuk dalam klasifikasi
pukat tarik berperahu (boat seines) dengan menggunakan simbol SV dan berkode
ISSCFG 02.1.0, sesuai dengan International Standard Statistical Classification of
17
Fishing Gears – FAO. Selain itu, pukat tarik cantrang termasuk dalam klasifikasi
pukat kantong (seine nets), sesuai dengan Statistik Penangkapan Perikanan Laut –
Indonesia (BSN, 2006).
Pukat tarik cantrang banyak digunakan oleh nelayan skala kecil dan skala
menengah, dengan daerah penangkapan di seluruh wilayah perairan Indonesia.
Ukuran besar kecilnya pukat tarik cantrang (panjang total x keliling mulut jaring)
sangat beragam, tergantung dari ukuran tonage kapal dan daya motor penggerak
kapal. Pengoperasian pukat tarik cantrang, kadang-kadang dilengkapi dengan
palang rentang (beam) sebagai alat pembuka mulut jaring. Pengoperasian pukat
tarik cantrang tidak dihela di belakang kapal yang sedang berjalan tetapi
dioperasikan dengan kapal dalam keadaan berhenti (BSN, 2006).
18
Hasil penjumlahan dari panjang bagian sayap/kaki, bagian badan dan bagian
kantong pukat.
6) Danleno
Kelengkapan pukat tarik cantrang yang berbentuk batang atau balok kayu/pipa besi
atau besi berbentuk segitiga yang dipergunakan sebagai alat perentang sayap pukat
(ke arah vertikal) dan dipasang tegak pada ujung depan bagian sayap pukat.
Cantrang memiliki bentuk sayap yang sama dengan posisi mulut jaring
cenderung sama karena panjang tali ris atas dan bawah sama panjang. Ilustrasi
bentuk cantrang dapat dilihat pada Gambar 13.
19
Gambar 13. Cantrang
20
Keterangan :
1) Panjang bagian-bagian pukat kearah memanjang:
Panjang tali ris atas: l
Panjang tali ris bawah: m
Panjang mulut jaring: a
Panjang total jaring: b
Panjang bagian sayap atas: c
Panjang bagian sayap bawah: d
Panjang bagian badan jaring: e
Panjang bagian kantong jaring: f
21
2.4.3 Metode Penangkapan Ikan
22
Gambar 15. Ilustrasi pengoperasian pukat tarik cantrang di Jawa Tengah (BBPPI,
2005).
23
2.3.4 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan cantrang adalah jenis ikan dasar (demersal) seperti ikan petek,
biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah, pari, cucut, gurita, beloso dan macam-
macam udang (Subani dan Barus, 1989). Beberapa jenis hasil tangkapan lainnya
yang tertangkap oleh cantrang ditunjukkan pada Tabel 1.
24
16 Bawal hitam Parastromateus niger
25
37 Gurita Octopus spp.
Menurut Hall (1999) yang diacu dalam Khaerudin (2006), hasil tangkapan
sampingan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
26
tangkapan sampingan yang cukup banyak pada setiap usaha penangkapan ikan
menjadi isu dunia yang berkaitan dengan biodiversitas. Hasil tangkapan sampingan
telah menjadi komponen yang terintegrasi dalam perikanan tangkap semenjak
manusia memulai pemanfaatan sumber daya dari laut, sungai, danau, dan daerah
perairan lainnya sebagai sumber makanan (Alverson & Hughes, 1996).
1) Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut
terdiri dari pasir ataupun lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-
benda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal
yang tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya.
2) Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat
menyolok.
3) Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang
melimpah.
27
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Susi Pudjiastuti
Kebijakan Pelarangan
Cantrang
Kabinet Kerja 2014 – 2015 oleh Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
28
kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat dan berbasis
Negara kepulauan.
Terdapat beberapa alat tangkap yang tidak sesuai dengan visi dan misi
dapat menjaring ikan dan mengeruk dasar perairan hingga merusak habitat
ekosistem laut. Selain itu, lubang-lubang jaring pada cantrang sangat rapat,
sehingga ikan-ikan kecil yang seharusnya masih butuh waktu untuk berkembang
biak ikut tertangkap. Alat tangkap cantrang juga tidak dapat memberikan hasil
tangkapan yang efisien. Sebuah kajian dari WWF-Indonesia pada 2015 silam
menyebutkan bahwa hanya sekitar 18-40% hasil tangkapan trawl dan cantrang yang
hasil tangkapan tersebut dibuang ke laut dalam keadaan mati. Oleh karena dampak
negatif dari penggunaan cantrang Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Kabinet Kerja 2014 – 2015 oleh Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Menteri
Indonesia dan membuat nelayan Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan
Indonesia (WPPNRI). Berdasarkan data dari KKP RI, dari statistik Perikanan
Tangkap tahun 2014, nelayan yang menggunakan cantrang hanya sekitar 2% dari
akan menjaring seluruh ikan, dari ukuran besar sampai yang masih sangat kecil.
2004-2007 mengalami penurunan dari 8,66 (2014) ton menjadi 4,84 ton
30
(2007). Susi menyebut apabila penggunaan cantrang tidak dibatasi, maka kekayaan
laut Indonesia bisa hilang. Selain itu Menteri Susi juga mengganggap
kerugian negara akibat pemiliknya tidak membayar pendapatan negara bukan pajak
dan menggunakan BBM subsidi yang semestinya buat nelayan tradisional. Total
kerugian negara diperkirakan mencapai Rp10,44 triliun (2015) dan Rp13,17 triliun
(2016) akibat hasil tangkapan yang tidak selektif. Dengan demikian, pelarangan
kepada para nelayan agar bisa mendapatkan mata pencaharian dalam jangka
panjang, bukan hanya untuk 5-10 tahun ke depan. Sayangnya, kebijakan KKP RI
ini tidak disambut baik oleh para nelayan, terutama nelayan di Jawa Tengah yang
Anak Buah Kapal (ABK), dan pengusaha menganggur karena tidak diizinkan
melaut. Dari informasi yang diterima dari Komisi IV DPR RI, saat ini sedikitnya
terdapat 38 ribu kapal Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Timur yang menganggur
akibat dari pemberlakuan Permen. Kerugian ekonomi yang didapat juga sangat
besar, yakni Rp3,4 triliun. Selain itu, akan muncul juga pengangguran di Jabar
dengan jumlah 66.621 orang. Menurut nelayan, untuk mengganti jaring yang biasa
kebutuhan pengganti cantrang untuk seluruh kapal tersebut hingga nelayan bisa
31
kembali melaut tanpa cantrang. Selain itu, nelayan berpendapat larangan ini tidak
sejak Menteri Susi memimpin KKP RI, pemberantasan illegal fishing menjadi salah
satu prioritas. Maraknya kasus penangkapan dan pengeboman terhadap kapal asing
ilegal oleh KKP RI menyebabkan Menteri Susi menjadi musuh bersama oknum-
memanfaatkan protes dari nelayan demi menekan Presiden Joko Widodo agar
bersedia mencopot Menteri Susi dari jabatannya. Dalam kondisi ini, sudah
suasana.
nelayan pengguna cantrang dengan KKP RI. Akan lebih baik bila dialog sudah
bersama yang saling menguntungkan dan tidak menimbulkan reaksi protes yang
sosialisasi yang cukup. Nelayan yang sudah biasa menggunakan cantrang secara
turun temurun tentu tidak mudah menerima kebijakan KKP RI dengan mudah.
32
masa yang akan datang. KKP RI sudah menyiapkan alat pengganti yang lebih
seperti gill net atau purse seine. Kebijakan KKP RI yang berani menyediakan alat
menimbulkan kebingungan nelayan yang ingin bekerja dan nekat melaut dengan
kontinu kepadaa nelayan. Selama nelayan masih berada dalam tahap pelatihan,
hingga nelayan bisa bekerja dengan alat tangkap baru secara mandiri. Selain itu,
dikarenakan jenis alat tangkap yang beroperasi di Indonesia sangat beragam, maka
perlu ada kategorisasi ulang yang disesuaikan dengan SNI. Dengan adanya
standarisasi alat tangkap ikan akan memudahkan nelayan dalam memilih jenis alat
tangkap yang bisa digunakan secara legal dan menguntungkan. Hal-hal tersebut
33
BAB V
5.1. Kesimpulan
membuat nelayan Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Maka dari itu
baik oleh para nelayan. Nelayan beranggapan bahwa larangan tersebut membuat
mereka menganggur karena tidak diizinkan melaut. Protes keras ini pun akhirnya
dan pengawasan pemerintah. Mereka memanfaatkan hal ini demi menekan Presiden
5.2. Saran
pemerintah.
34
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Jito. 2017. Pelarangan Cantrang Sebagai Upaya Pelestarian Sumber daya
Alam. Diakses dari http://primordia.faperta.ugm.ac.id/?p=790 pada tanggal 12
Agustus 2017.
35
KKM Parimanta FPIK Unpad. 2015. Alat Tangkap Cantrang Dilarang, Nelayan
Minta Solusi. Diakses dari http://www.unpad.ac.id/2015/04/alat-tangkap-cantrang-
dilarang-nelayan-pantura-minta-solusi/ pada tanggal 12 Agustus 2017.
KSP. 2017. Terima Aspirasi Nelayan Soal Larangan Cantrang, Ini yang dilakukan
KSP. Diakses dari http://ksp.go.id/terima-aspirasi-nelayan-soal-larangan-cantrang-
ini-upaya-yang-dilakukan-ksp/ pada tanggal 12 Agustus 2017.
Nym Ngurah Adisanjaya. (2002). Potensi, Produksi Sumber daya Ikan di Perairan
Laut Indonesia Dan Permasalahannya. Availabel at : http://www.eafm-
indonesia.net/public/files/penelitian/5ae09-POTENSI,-PRODUKSI,-SUMBER
DAYA-IKAN-DI-PERAIRAN-LAUT-INDONESIA-DAN-
PERMASALAHANNYA.pdf (Accsssed 20 September 2017).
PKS. 2017. Nelayan Jateng Tolak Solusi Menteri Susi. Diakses dari
http://pks.id/content/nelayan-jateng-tolak-solusi-menteri-susi pada tanggal 12
Agustus 2017.
Samosir, Agunan. Sektor Perikanan : Sektor PNBP yang Terlupakan. Diakses dari
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/sektor_perikanan_060314.pdf pada
tanggal 12 Agustus 2017.
36
KP_2015_Tentang_Larangan_Penggunaan_Alat_Penangkapan_Ikan_Pukat_Hela_
Trawls_dan_Pukat_Tarik_Seine_Nets_di_Wilayah_Pengelolaan_Perikanan_Negar
a_Republik_Indonesia pada tanggal 12 Agustus 2017.
Subani, W dan H. R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di
Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. 248 halaman
Triasih, Ning. 2017. Mengenal Cantrang, Alat Tangkap Ikan yang Dilarang KKP.
Diakses dari http://rilis.id/cetak/mengenal-cantrang-alat-tangkap-ikan-yang-
dilarang-kkp.html pada tanggal 12 Agustus 2017.
Thomson, D. B. 1969. The Seine Net. London: Fishing News (Books) Ltd. 206 page
37