Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Insiden dari mielitis tranversa bervariasi dari 1-8 kasus per juta penduduk
menjadi 24,6 kasus per juta penduduk setiap tahunnya pada orang yang sudah
mielitis tranversa dapat menyebabkan kecacatan pada pasien. Pada pasien mielitis
berat. Semakin muda usia penderita mielitis tranversa semakin buruk gejala yang
pada pasien.3,4
beberapa literatur.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
neurologis yang ditandai dengan kelainan fungsi motorik, proprioseptif dan rasa
getar akibat disfungsi traktus kortikospinal dan kolumna dorsalis, disertai dengan
kehilangan sensasi nyeri dan suhu kontralateral sebagai akibat dari disfungsi
traktus spinothalamikus.2
2.2 Anatomi
Medula spinalis merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang dikelilingi
dan dilindungi oleh kolumna vertebralis (Gambar 1). Medula spinalis terletak
didalam canalis vertebralis yang flexible. Medula spinalis berawal dari foramen
magnum dan berakhir di vertebre lumbal I-II. Medulla spinalis terdiri dari 31
segmen sakral dan 1 segmen koksigeal. Saraf-saraf medulla spinalis terdiri dari
berkas serabut saraf motorik dan sensorik yang keluar dari medulla spinalis
2
vertebranya.C8 keluar diantara vertebre servikal C7-T1. Serat-serat lain keluar
mempunyai akson neuron motorik alfa berdiameter besar keserabut otot lurik dan
posterior berisi serabut saraf afferent dari sel-sel saraf dalam ganglionnya. Radix
posterior memilki serabut saraf mulai dari struktur kulit sampai ke struktur
dalam.5
3
2.3 Epidemiologi
100.000 penduduk setiap tahunnya. Sekitar 12,5% dari kasus myelitis tranversa
semua umur dengan insidensi tertinggi pada kelompok usia 10-19 tahun dan 30-
2.4 Etiologi2
sedikit.
4
Tabel 1. Mikroorganisme yang dapat menyebabkan mielitis tranversa9
Agen spesifik
2.5 Patogenesis
5
didapatkan infiltrasi monosit, limfosit dan aktifasi sel astroglia dan mikroglia di
Dimana didapatkan pleocystosis dan peluruhan sawar darah otak. Diduga adanya
aktivasi abnormal pada sistem imun yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan
6
2.6 Diagnosis
ruptur diskus intervertebralis akut ), infeksi epidural dan polineuritis pasca infeki
akut ( sindroma guillain barre )5. Kriteria untuk menegakan diagnosis mielitis
- Inflamasi pada medula spinalis yang - Aliran darah yang abnormal yang
peningkatan index IgG atau gadolinium - Ditemukan bukti serologis dan klinis
7
- MRI kepala yang sugestif Multiple
Sclerosis
2.7 Penatalaksanaan
tinggi. Terapi lain yang dapat juga diberikan kepada penderita mielitis tranversa
yaitu IVIG dan plasma exchange. Namun belum cukup bukti penggunaan
hari)
8
- Terapi penyelamatan dengan plasma exchange mungkin dapat membantu
(cyclophosphamide)
2.8 Prognosis
cukup baik. Sepertiga pasien terjadi pemulihan motorik yang nyaris sepenuhnya,
sepertiga lain terjadi pemulihan sebagian dan sepertiga lagi terjadi kecacatan yang
permanen. Pada pasien pasien juga terjadi gejala retensi urin, gangguan buang air
besar dan prestesia dengan gejala minimal sampai berat. Pasien biasanya
usia penderita mielitis tranversa semakin buruk gejala yang didapatan, dan
9
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. B
Usia : 53 tahun
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
tungkai kiri sehingga pasien menyeret kakinya untuk berjalan. Tiga hari
tidak dapat berjalan sama sekali dan hanya terbaring di tempat tidur.
- Keluhan disertai tidak bisa BAK dan BAB sejak 2 hari ini, sehingga
10
- Batuk kering sejak ± 2 minggu yang lalu, tidak berdahak. Batuk diikuti
- Riwayat lemah anggota gerak kanan dan tidak bisa bicara sejak ± 8 tahun, tidak
dirawat.
STATUS INTERNUS
11
Kulit dan kuku : Turgor kulit baik, tidak sianosis
Kepala : Normocephali
Paru
Perkusi : Sonor
Jantung
sinistra RIC V
Abdomen
Perkusi : Timpani
12
STATUS NEUROLOGIS
Brudzinsky 1 : (-)
Brudzinsky 2 : (-)
4. Nervus Kranialis
N. I (Olfaktorius)
Subjektif + +
N. II (Optikus)
Tajam penglihatan + +
13
Lapangan pandang + +
Melihat warna + +
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Ptosis - -
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/endotalmus - -
Refleks cahaya + +
Refleks akomodasi + +
Refleks konvergensi + +
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
14
Diplopia - -
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Diplopia - -
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut + +
Menggerakkan rahang + +
Menggigit + +
Mengunyah + +
Sensorik
Divisi oftalmika
- Refleks kornea + +
- Sensibilitas + +
15
Divisi maksila
- Refleks masetter + +
- Sensibilitas + +
Divisi mandibular
- Sensibilitas + +
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Fissura palpebral + +
Menggerakkan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/ bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Hiperakusis - -
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
16
Suara berbisik + +
Detik arloji + +
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus - -
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
17
Arkus faring Simetris
Uvula Simetris
Menelan (+)
Suara Normal
Nadi Teratur
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Tremor (-)
Fasikulasi (-)
Atropi (-)
5. P
emeriksaan koordinasi
18
Cara berjalan Tidak dapat Disartria -
dilakukan Disgrafia -
dilakukan pronasi
phenomen
dilakukan
Duduk -
berjalan Tremor -
Atetosis -
Mioklonik -
Khorea -
c. Ekstremitas Superior Inferior
Sensibiltas taktil
Sensibilitas nyeri
Sensiblitas termis
Stereognosis
Pengenalan 2 titik
Pengenalan rabaan
Rasa posisi
Rasa getar
Rasa tekan
1
8. Sistem refleks
Kornea + + Biseps ++ ++
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring KPR + +
Masetter + + APR + +
Atas + + Cremaster - -
Bawah + + Sfingter - -
Lengan Tungkai
Hoffmann- - - Babinski - -
Tromner
Chaddocks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -
Tungkai - -
2
9. Fungsi Otonom
Defekasi : (-)
Refleks Memegang -
Refleks palmomental -
PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
DIAGNOSA
3
DIAGNOSA BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ct scan vertebrae
MRI
TERAPI
Umum :
Khusus :
Ranitidin 2 x 50 mg ( IV )
PROGNOSIS
4
BAB 4
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien laki – laki umur 53 tahun dengan diagnosis
klinik paraplegia inferior tipe UMN fase syok spinal dengan topik hemilesi
tranversa/ infeksi.
kakinya untuk berjalan. Tiga hari kemudian kelemahan juga terjadi pada tungkai
kanan sehingga pasien tidak dapat berjalan sama sekali dan hanya terbaring di
tempat tidur. Pasien juga mengeluhkan tidak bisa BAK dan BAB sejak 2 hari ini,
pada ekstimitas inferior. Gangguan sensibilitas tidak dapat dinilai karena pasien
afasia. Gangguan fungsi otonom berupa gangguan sekresi keringat mulai dari
ini menderita lesi di medulla spinalis berupa mielitis tranversa. Secara klinis
pasien mederita paraplegia inferior tipe Upper Motor Neuron dalam fase syok
spinal dengan dasar : kekuatan ekstrimitas inferior dextra bernilai nol, bersifat
5
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah medikamentosa
6
BAB 5
KESIMPULAN
juta kasus per 1 juta penduduk. Mielitis tranversa dapat mengenai semua umur
dengan insidensi tertinggi pada kelompok usia 10-19 tahun dan 30-39 tahun.
non-compresive.
motorik, proprioseptif dan rasa getar akibat disfungsi traktus kortikospinal dan
kolumna dorsalis, disertai dengan kehilangan sensasi nyeri dan suhu kontralateral
imaging dengan foto polos vetebre dan MRI sangat membantu dalam
tinggi (1000mg/ hari). Pada pasien yang tidak berespon dengan kortikosteroid
7
(cyclophosphamide). Terapi simptomatik juga diberikan kepada pasien seperti
8
DAFTAR PUSTAKA