You are on page 1of 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan dari persendian diatrodial yang dicirikan
oleh fragmentasi dan terbelah-belahnya kertilago persendian. Lesi permukaan itu disusul oleh
proses pemusnahan kartilago secara progresif. Melalui sela-sela yang timbul akibat proses
degenerasi fibrilar pada kartilago, cairan synovial dipenetrasikan ke dalam tulang dibawah
lapisan kartilago, yang akan menghasilkan kista-kista. Kartilago yang sudah hancur
mengakibatkan sela persendian menjadi sempit. Bereaksi terhadap lesi kartilago dengan
pembentukan tulang baru (osteofit) yang menonjol ke tepi persendian (Reeves, dkk, 2001).
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan
kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada
sendi (Center for Disease Control and Prevention (CDC), 2014). Perhimpunan Reumatologi
Indonesia secara sederhana mendefinisikan osteoartritis sebagai suatu penyakit sendi
degeneratif yang terjadi karena proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang disekitar
sendi tersebut (Hamijoyo, 2007).
Penyebab OA belum diketahui secara pasti, tetapi usia, jenis kelamin, ras, riwayat
keluarga yang menderita osteoartritis, obesitas, riwayat cedera dan aktifitas fisik yang
berlebihan merupakan faktor resiko terjadinya osteoartritis (Sambrook et. al, 2005).
Prevalensi osteoartritis di Eropa dan America lebih besar dari pada prevalensi di
negara lainnya. The National Arthritis Data Workgroup (NADW) memperkirakan penderita
osteoartritis di Amerika pada tahun 2005 sebanyak 27 juta yang terjadi pada usia 18 tahun
keatas (Murphy dan Helmick, 2013). Estimasi insiden osteoartritis di Australia lebih besar
pada wanita dibandingkan pada laki-laki dari semua kelompok usia yaitu 2,95 tiap 1000
populasi dibanding 1,71 tiap 1000 populasi (Woolf dan Pfleger, 2003).
Studi kohort di Framingham, 6,8% orang berusia 26 tahun ke atas memiliki gejala
osteoartritis pada tangan dengan rata-rata laki-laki 3,8% dan wanita 9,2%. NADW
memperkirakan 13 juta populasi di Amerika yang berusia 26 tahun keatas memiliki gejala
OA pada tangan, OA pada lutut diperkirakan sebanyak 9,3 juta (4,9%) dan OA pada
panggul sebanyak 6,7%. Johnston Country Osteoarthritis (JoCo OA) Project, sebuah studi
2

tentang OA pada lutut dan panggul 43,3% pasien mengeluhkan rasa nyeri dan kekakuan pada
sendi. Hal ini disebabkan penebalan pada kapsul sendi dan perubahan bentuk pada osteofit
(Murphy dan Helmick, 2012). Dampak langsung dari manifestasi OA lutut dapat
mempengaruhi kehidupan pasien sehari-hari seperti interaksi sosial, fungsi mental serta
kualitas tidur (Miller et. al, 2013).
Rasa nyeri merupakan rasa yang sering dikeluhkan oleh pasien osteoartritis
kepada dokter pada awal mula datang ke pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit. Rasa nyeri
merupakan kunci penting yang menunjukkan arah pasien tersebut sedang mengalami
ketidakmampuan. International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Melzack, 2009). Nyeri yang dirasakan pada
penderita osteoartritis termasuk nyeri neuromuskuloskeletal non-neurogenik, biasanya sering
disebut sebagai altralgia yaitu nyeri akibat proses patologik pada persendian. Proses
terjadinya nyeri pada persendian bisa disebabkan karena inflamasi, imunologik, non-infeksi,
perdarahan dan proses maligna (Mardjono dan Sidharta, 2010).
Derajat nyeri merupakan keluhan yang bersifat subyektif, orang yang satu dengan
orang yang lainnya mendeskripsikan derajat nyeri berbeda. Derajat nyeri diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu derajat nyeri ringan, sedang, dan berat.
Survei yang berbasis populasi menilai prevalensi nyeri persisten yang berkaitan dengan
sistem muskuloskeletal berpengaruh terhadap lebih dari 20% pada orang dewasa (Woolf dan
Pfleger, 2003). Pada tahap yang lebih parah pasien osteoartritis sering mengeluhkan rasa
nyeri yang terus- menerus pada waktu melakukan pekerjaan sehingga sangat
mengganggu mobilitas pada aktifitas sehari-hari pasien (Sudoyo et. al, 2007).
Seseorang dengan nyeri OA akan terjadi disfungsi sendi dan otot sehingga akan
mengalami keterbatasan gerak, penurunan kekuatan dan keseimbangan otot. Sekitar 18%
mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam beraktifitas, kehilangan fungsi kapasitas kerja
dan penurunan kualitas hidup (Reis et. al, 2014). Oleh karena itu, pengukuran kualitas hidup
merupakan pengukuran yang relevan dan penting dalam menilai kondisi fisik, sosial,
emosional yang mana sebagai akibat dari menderita OA (Miller et. al, 2013).
Kualitas hidup adalah komponen kebahagiaan dan kepuasan terhadap kehidupan.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi seperti keuangan, keamanan, atau kesehatan (Fayer
dan Machin, 2007). World Health Organization (WHO) (2004) mendefinisikan kualitas hidup
merupakan persepsi individu dimana berhubungan dengan standard hidup, harapan,
kesenangan dan perhatian mereka mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat
3

kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka termasuk
mengevaluasi aspek positif dan negatif dari suatu kehidupan.
4

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah terapi latihan dapat mengurangi nyeri?
2. Apakah terapi latihan dapat meningkatkan otot pada penderita osteoartritis?
3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apakah terap latihan dapat mengurangi nyeri
2. Untuk mengetahui apakah terap latihan dapat meningkatkan otot pada penderita
osterartritis
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI OSTEOARTHRITIS
Osteoarthrosis berasal dari kata-kata dalam bahasa Yunani yang berarti osteo (tulang)
artho (sendi) dan itis (peradangan inflamasi). Mungkin deskripsi itu tidak begitu tepat, karena
nyeri sendinya lebih menonjol dari inflamasinya dan merupakan ciri-ciri yang khas, oleh karena
itu banyak ahli berpendapat sebaliknya penyakit tersebut disebut sebagai arthrosis yang
berarti suatu penyakit sendi degeneratif.
Osteoarthritis sendi lutut adalah salah satu jenis penyakit sendi yang sering dijumpai yang
mengenai tulang rawan sendi lutut. Selain itu permukaan sendi lutut atau tulang rawan sendi.
Osteoarthritis lutut juga mengenai sekitar sendi lutut seperti: tulang subchondral, kapsul sendi
dan otot-otot yang melekat disekitar sendi lutut. Bahwa usia 45 tahun hanya berkurang dari 2%
manusia yang menderita osteoarthrosis, angka ini meningkat menjadi 30% pada usia manusia
antara 45-64 tahun dan pada usia manusia diatas 65 tahun antara 63%-83% akan menderita
osteoarthritis.
Osteoarthritis sendi lutut atau disebut jaga penyakit sendi degeneratif adalah susatu
kelainan pada tulang rawang sendi yang ditandai dengan perubahan
klinis,histologistdanradiologis.
Osteoarthritis adalah kelainan non inflamasi dari sendi yang bergerak (sendi synovial)
sehingga menyebabkan gangguan fungsi abrasiu tulang rawan sendi dan pembentukan tulang
baru pada permukaan sendi atau disekitarnya.

B. ETIOLOGI OSTEOASTRITIS

1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.
6

2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45
tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya
peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui
dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
4. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang
menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
5. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
6. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah
satu dari orang tuanya yang terkena.
7. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
8. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat
proses degenerasi.
7

9. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi,
ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan
produksi proteaglikan menurun.
10. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium
urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

C. PATOFISIOLOGI OSTEOARTRITIS
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi
atau kurang digunakannya sendi tersebut.Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada
kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen
atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi
yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. (
Soeparman ,1995).
8

D. TANDA DAN GEJALA


Adapun tanda dan gejala dari osteoarthritis sendi lutut adalah :
1. Nyeri
Terjadinya nyeri pada OA lutut dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinana,
antara lain : (a) nyeri yang berasal dari tulang akibat adanya peningkatan tekanan
interoseous, (b) nyeri yang bersal dari poriosteum tulang yang terelevasi akibat
pembentukan osteofit pada tepi tulang, (c) peregangan kapsul sendi akibat efusi sendi
atau proses sinovitis, (d) adanya sindroma periarticular sekunder, bursitis atau
tenosinovitis, (e) nyeri muskular akibat regangan pada otot karena efusi sendi atau
karena spasme otot
2. Kaku Sendi, muerupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita
osteoarthritis sendi lutut , terjadi kesulitan atau kaku pada saat akan memulai gerakan.
3. Keterbatasan lingkup gerak sendi .
4. Krepitasi disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena hilangnya tulang rawan
sendi.
5. Kelemahan dan atrophi otot lebih disebabkan oleh meniscus.
6. Deformitas osteoarthritis yang berat akan menyebabkan destruksi tulang tulang
rawan sendi dan jaringan lunak sekitar sendi.
7. Gangguan Fungsional
Penderita sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan fungsional dasar
seperti bangkit dari duduk,jongkok,berlutut/ jalan, naik turun tangga atau fungsional
yang membebani sendi lutut.
8. Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis sendi lutut umumnya didasarkan pada gabungan gejala
klinis dan perubahan radiografi. Gejala klinis perlu diperhatikan oleh karena tidak
semua pasien dengan perubahan radiografi osteoarthritis sendi lutut mempunyai keluhan
sendi.
9

E. PROBLEMATIKA FISIOTERAPI
1. IMPAIRMENT
a. Nyeri
Menurut International Associational for the study of pain
(IASP) mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik factual maupun potensial atau
yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. serta terkait oleh
kesadaran. Mekanisme terjadinya nyeri pada OA sendi lutut dapat dijelaskan
beberapa kemungkinan, antara lain :
1. Nyeri yang berasal dari tulang akibat adanya peningkatan tekanan
interoseous pada tulang subkondral.
2. Nyeri yang berasal dari periosteum tulang yang terelevasi akibat
pembentukan osteofit pada tepi tulang.
3. Peregangan kapsul sendi akibat efusi sendi atau proses sinovitis.
4. Adanya sindroma periarticular sekunder, bursitis atau tenosinoviti,
5.Nyeri muskular akibat regangan pada otot karena efusi sendi atau
karena spasme otot. Pada stadium dini nyeri terjadi sesudah pemakaian
sendi lutut dan hilang dengan istirahat Seiring dengan bertambahnya derajat
berat penyakit, nyeri terjadi dengan gerakan minimal atau bahkan saat
istirahat sekalipun .
b. Penurunan lingkup gerak sendi
Pada osteoarthritis sendi lutu penurunan lingkup gerak sendi dapat disebabkan
adanya nyeri, spasme otot atau dapat juga disebabkan oleh karena pemendekan
kapsul sendi.
c. Penurunan kekuatan otot
Penurunan kekuatan otot pada osteoarthritis sendi lutut diantaranya dapat
disebabkan oleh karena immobilitas sendi lutut oleh karena nyeri yang
berkepanjangan yang menyebabkan mengecilnya serabut otot.
3. FUNGSIONAL LIMITATION
Adalah merupakan suatu probrem yang berupa penurunan atau keterbatasan
saat melakukan aktifitas fungsional sebagian akibat adanya impairment. dan aktifitas
1
0

fungsional aktifitas lutut untuk jalan jauh teras susah dan merasakan nyeri, jongkok
berdiri saat buang air besar (BAB) terasa nyeri.
4. DISABILITY
Adalah merupakan problem yang berupa gangguan, terhambatnya dan
ketidakmampuan dalam beraktifitas bersosialisasi kepada masyarakat disekitar misalnya
pergi berkerja bakti, pergi berjalan jauh ke pengajian di mesjid,pergi main ke rumah
tetangga yang jauh, sehingga dengan perjalanan jauh pasien merasakan nyeri dan sakit.

F. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OA


1. ANAMNESIS
A. ANAMNESIS UMUM
Nama : Ny. Hj. R
Umur : 70 tahun
JK : Perempuan
Alamat : Suguminasa
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT

B. ANAMNESIS KHUSUS
Keluhan utama : Nyeri pada lutut kiri
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Bengkak dan nyeri di lutut kiri dirasakan sejak 1 hari
yang lalu. Nyeri di rasakan pasien secara tiba-tiba.
Riwayat nyeri sebelumnya (+). Nyeri memburuk pada
saat pagi hari dan cuaca dingin. Riwayat trauma (-).
Kesulitan pada aktifitas sehari-hari yang melibatkan
pergerakan lutut seperti berjalan, naik turun tangga,
sholat dan jongkok. Susah berdiri setelah duduk lama.
Riwayat penyakit sebelumnya : Obesitas

2. PEMERIKSAAN VITAL SIGN


Kesadaran : CM/Kooperatif
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,8 oC

3. OBSERVASI
A. STATIS
1. Wajah cemas,
2. Lutut kiri dan kanan tidak simetris,
1
1

3. oedem ( + )

B. DINAMIS
Pasien pincang saat berjalan.

4. QUICK TEST
A. SQUAT AND BOUNCING
Pasien diminta untuk melakukan gerakan jongkok dan berdiri
Hasil : pasien mengalami nyeri

5. PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK DASAR


A. AKTIF
 Fleksi knee : sangat nyeri, ROM terbatas
 Ekstensi knee : sedikit nyeri, ROM terbatas
 Endorotasi : tidak nyeri
 Eksorotasi : tidak nyeri

B. PASIF
 Fleksi knee : sangat nyeri, ROM terbatas
 Ekstensi knee : sedikit nyeri, ROM terbatas
 Endorotasi : tidak nyeri
 Eksorotasi : tidak nyeri

C. TES ISOMETRIK MELAWAN TAHANAN

 Fleksi knee : nyeri


 Ekstensi knee : nyeri
 Endorotasi : tidak nyeri
 Eksorotasi : tidak nyeri

6. PALPASI
 tidak ada peningkatan suhu, tidak ada
 Oedem (+)
 Kontur kulit : normal
 Nyeri tekan (+) pada ligamen patella dan sisi medial lutut

7. KETERBATASAN
 ROM yaitu keterbatasan ROM flexi.
 ADL yaitu penderita tidak dapat melakukan ADL toileting jongkok, naik turun
tangga, sholat dan jalan dalam waktu lama.
 Pekerjaan, semenjak pasien perlu bantuan untuk melakukan pekerjaannya.

8. TISSUE IMPAIRMENT
 Psikogenik : pasien merasa cemas
1
2

 Arthrogenik :Pembentukan osteofit pada knee joint


 Miogenik :Spasme otot di sekitar knee joint

9. PEMERIKSAAN SPESIFIK
A. VAS
 Nyeri diam = 2
 Nyeri tekan = 5,3
 Nyeri gerak = 6

B. MMT
 Fleksi : Kanan 5, kiri 4
 Ekstensi : Kanan 5, kiri 4
 Endorotasi : Kanan 5, kiri 4
 Eksorotasi : Kanan 5, kiri 4
Interpretasi: otot fleksor,ekstensor, endorotasi, dan eksorotasi hanya mampu
melawan setengah tahanan

C. ROM
 S: 0º – 0º – 110º
 T: 10º – 0º –10º
Interpretasi: Gerakan fleksi terbatas karena nyeri.

D. BALLOTEMEN TEST
 Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada cairan pada lutut
 Hasil : (+)

E. HIPEREKSTENSI TES
 Tujuan : untuk mengetahui adanya kelainan lig. crusiatum anterior.
 Hasil : (-)

F. HYPERMOBILITY VARUS-VALGUS
 Tujuan : untuk mengetahui kelainan pada lig. Collateral lateral dan collateral
medial
 Hasil : (-)

G. TES LACI SORONG


 Tujuan : untuk mengetahui kelainan lig. crusiatum anteor begitu juga sebaliknya.
 Hasil : (-)
H. GRAVITY SIGN
 Tujuan : untuk mengetahui kelainan pada lig. crusiatum posterior.
 Hasil (-)
1
3

I. CLARK SIGN
 Tujuan : untuk mengetahui adanya kelainan pada permukaan cartilago patella
femoral joint.
 Hasil : (+)

J. TEST ACTIVITY DAILY LIVING


 Transfer dari lantai ke kursi: 1
 Transfer dari kursi ke tempat tidur: 1
 Berjalan di luar : 1
 Naik tangga/trap : 2
 Turun tangga/trap : 2
 Berpakaian : 1

Skala Penilaian :
 nilai 1 : Dapat melakukan tanpa bantuan
 nilai 2 : Dapat melakukan dengan bantuan
 nilai 3 : Tidak dapat melakukan

10. DIAGNOSA FISIOTERAPI

Gangguan fungsional berjalan akibat osteoarthritis knee joint sinistra 1 hari yang lalu.

Problem Fisioterapi :

1. Primer : Stiffness knee joint sinistra


2. Sekunder
 Rasa cemas
 Nyeri
 Kelemahan otot
3. Kompleks : Gangguan ADL berjalan

11. PERENCANAAN FISIOTERAPI


A. TUJUAN

 Tujuan Jangka Panjang

Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien

 Tujuan Jangka Pendek


1. Meningkatkan rasa percaya diri.
2. Mengurangi nyeri
3. Meningkatkan / mempertahankan kekuatan otot
4. Meningkatkan ROM Fleksi Knee sinistra
1
4

B. INTERVENSI

 Rasa cemas

Komunikasi terapeutik FT

F : 1 x/ hari
I : Pasien fokus
T : komunikasi
T :5 menit

 Pre eliminary exercise

IRR
F : 1x sehari
I : Jarak 30 cm
T : Lokal
T : 10 menit

 Nyeri

Interferensi
F : setiap hari
I : 35 mA
T : Kontraplanar
T : 5 menit

 Friction
F : setiap hari
I : 30x hitungan
T : sirkuler
T : 90 detik

 Kelemahan otot quadriceps

Exercise
F : 1x sehari
I : 5×8 hitungan
T : Strengthening exc
T: 40 sekon
F: 1x sehari
I: 5×8 hitungan

 T: Static exc
T: 40 sekon
1
5

Peningkatan kekuatan otot panggul

 Exercise
F: 3x sehari
I: 5×8 hitungan
 T: Bridging exc
T: 40 sekon

 Gangguan ADL

F : setiap hari
I : 8 hit, 5x repetisi
T : PNF
T : 80 detik
C. MODIFIKASI
 PNF
 AFPR lutut kiri

D. HOME PROGRAM
Penderita diminta untuk mengurangi berat badan dan mengkonsumsi makanan
yang bebas kolesterol serta mengompres air hangat tiap pagi dan sore hari. Pasien
diminta pula untuk menghindari naik tangga dan jongkok dalam waktu lama.

E. KEGIATAN AFR YANG DILAKUKAN


 Berenang di pantai yang hangat
 Berendam dalam kolam renang dengan suhu yang cukup hangat
 Latihan static kontraksi otot tungkai saat menonton tv
 Latihan mengangkat beban
 Berjalan sambil melihat pemandangan atau mendengarkan musik
 memancing

12. EVALUASI
Setelah beberapa kali menjalani terapi, pasien mulai merasa lebih percaya diri yang
disebabkan oleh berkurangnya tingkat keterbatasan gerak pasien serta meningkatnya
kemampuan otot.

You might also like