You are on page 1of 4

8.

TERAPI
A. Mekanisme Kerja Masing-Masing Obat
 Furosemid : reabsobsi natrium dan klorida dalam lingkaran menarik heme dan tubulus
distal renal, menganggu peningkatan klorida pada sistem co-transport menyebabkan
peningkatan sekresi air, natrium, klorida, magnesium dan kalsium(DIH,2008)
 CaCO3 : merupakan suplemen makanan yang digunakan untuk mencegah dan
mengobati keseimbangan kalsium negatif. Digunakan untuk mengobati
hiperfosfatemia pada pasien dengan insufisiensi ginjal dengan menggabungkan fosfat
untuk membentuk kalsium fosfat yang tidak larut (DIH,2008)
 Asam Folat : diperlukan untuk pembentukan sejumlah co-enzim dalam sistem
metabolisme, terutama untuk purin dan sintesis pirimidin. Diperlukan untuk
nukloeprotein sintesis dan pemeliharaan dari eritropoesis. Merangsang produksi WBC
dan platelet pada anemia efisiensi folat. Asam folat meningkatkan eliminasi asam folat
 Irbesartan : Angiotensin II bertindak sebagai vasokontriktor lambung, angiotensin II
juga merangsang pelepasan aldosteron. Setelah aldosteron dilepaskan, natrium dan air
diserap akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Irbesartan mengikat AT I
angiotensin II reseptor, mencegah angiotensin II mengikat reseptor sehingga
menghalangi sekresi vasokonstriksi dan aldosteron efek angiotensin II (DIH,2008)
 Amlodipin : menghambat transmembran masuknya ion kalsium ekstra seluler
melintasi membran sel miokardium dan sel-sel otot polos pembuluh darah tanpa
mengubah konsentrasi serum kalsium, menghambat kontraksi jantung dan otot polos
pembuluh darah (DIH,2008)
 Rapid acting insulin : merupakan insulin dengan kerja yang cepat. Mengatur
metabolisme glukosa,insulin glukosa darah dengan merangsang pengambilan glukosa
perifer oleh otot rangka dan lemak dengan menghambat produksi gula hepatik. Insulin
menghambat lipofisis dan proleosis dan meningkatkan sintesis protein, target termasuk
otot rangka, hati dan jaringan adiposa (Medscape)
B. Problem Medik dan Drug-Related Problem
1) Hipertensi
Gejala penyakit ini dapat diketahui dengan melihat dari obyektifnya dimana tekanan
darah pasien mencapai 140/90 mmHg dimana pasien ini mengalami Hipertensi stage 1
(140–159 atau DBP 90–99 mm Hg), sehingga pasien masih memerlukan terapi untuk
membuat tekanan darahnya menjadi normal kembali. Rekomendasi obat yang dapat
diberikan untuk pasien dengan hipertensi stage 1 meliputi obat dalam golongan
Thiazide-type diuretics, ACE inhibitor, ARB, CCB atau dikombinasi (Dipiro, 2008:
148). Terapi yang didapatkan oleh pasien meliputi:
 Irbesartan 1x 50 mg : Obat ini merpakan obat dalam golongan ARB, obat ini cocok
diberikan untuk pasien yang memiliki banyak riwayat penyakit dan untuk pasien
dengan BP > 15-20/10 mmHg (Dipiro, 2008:183). Dosis pemberian irbesartan juga
telah tepat dimana dosis maksimal yang dapat diberikan untuk pasien adalah 150-
300 mg 1x1 hari (Dipiro, 2008: 183).
 Amlodipin 1 x 10 mg : Obat ini termasuk dalamgolongan CCB dihidropiridin rapid
acting (Dipiro, 2008:183). Menurut algoritme apabila goal tekanan darah belum
tercapai dengan step 1+2 maka dilakukan step berikutnya yakni step 3 pada step ini
terapi yang ditambah dengan pemberian obat long acting CCB (Dipiro, 2008:785).
Pemberian obat yang diberikan dari terapi sebelumnya telah menggunakan CCB
sehingga dapat diperkirakan keadaan pasien telah dapat dikontrol dengan kombinasi
kedua obat itu sehingga obat harus tetap diberikan.
Tidak terdapat DRP pada pemberian terapi untuk Hipertensi ini sehingga pemberian
obat dapat dilanjutkan dengan ritin melakukan monitoring tekanan darah.

2) Diabetes Militus
Penyakit DM pada pasien dapat dilihat dari segi subyektif dan Obyektif yang terdapat
pada pasien dimana keadaan subyektif dari pasien adalah riwayat DM yang telah di
derita pasien sejak 10 tahun dan juga pengelihatan pasien semakin mengalami
kekaburan sejak 1 tahun yang lalu. Sedangan gejala obyektif yang dialami pasien
adalah kadar gula darah sewaktunya yang tinggi yaitu mencapai 240 mg/dL. Terapi
yang diberikan kepada pasien adalah Insulin short acting dengan dosis 4 unit sebelum
makan. Insulin disini tetap digunakan untuk mengontrol kadar gula dalam darah
pasien. Penggunaan insulin intensif terapi dapat mengurangi mikroalbuminemia,
mengurangi mikrovaskuler terutama proliveratif retinopasi (Dipiro, 2008: 784). Pada
khasus ini pasien mengalami gejala retinopasi sehingga terapi insulin cocok digunakan
untuk mengatasi DM pada pasien. Tidak terdapat DRP pada terapi ini sehingga
pengobatan dilanjutkan dengan memonitoring kadar gula dalam darah pasien.
3) Udem
Udem yang dialami pasien diakibatkan karena pasien mengalami gagal ginjal kronik.
Pasien sudah diberikan furosemid saat masuk rumah sakit dan udemnya berkurang.
Obat ini hanya dilanjutkan jika pasien masih mengalami udem, namun jika pasien
sudah tidak mengalami udem maka obat dihentikan. DRP yang terjadi terdapat pada
terapi ini tidak tepat obat, rekomendasi yang diberikan yaitu pemberian obat furosemid
dihentikan karena pasien tidak mengalami udem lagi.
4) Anemia
Keadaan anemia pada pasien dilihat dari nilai hemoglobin pada pasien yang rendah
yaitu mencapai 10,1 g/L yang normalnya range Hb untuk pria adalah 13-16 g/dL.
Terapi yang diberikan untuk menganggulangi keadaan anemia pada pasien dengan
memberikan Asam folat. Pemberian asam folat disini berfungsi untuk menjaga
eritropoesis, merangsang WBC dan pembentukan platelet pada anemia defisiensi folat.
Dosis untuk asam folat adalah 400 mcg/hari (0,4 mg) (DIH, 2008). Tidak terdapar
DRP pada terapi ini sehingga terapi dengan obat ini dilanjutkan dengan melakukan
pemeriksaan jenis anemia terlebih dahulu yaitu pemeriksaan MCV dan MCH sehingga
dapat digunakan obat yang sesuai dengan jenis anemia.
5) Mata Buram
Pasien telah terdiagnosis mata buram semenjak 1 minggu yang lalu. Dalam kasus ini,
menurut koda kimbel penanganan pertama pada pasien DM yang mengalami mata
buram yaitu diberikan atenolol atau reserpin tetes mata. Tetapi obat ini diberikan
setelah pasien melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Bisa juga diberikan tetes mata
yang mengandung antibiotik. Tetapi, pada kasus ini terdapat indikasi tanpa terapi
untuk penyakit mata buram yang dialami.
9. EDUKASI dan PENCEGAHAN
 Melakukan diet cukup kalori
 Mengkonsumsi makanan rendah garam, protein dan kalium
 Menjaga pola hidup sehat
 Memperbanyak minum air putih
 Penyimpanan insulin harus pada suhu dingin (didalam kulkas)
 Melakukan hemodialisa secara rutin

10. KOMPLIKASI
a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan masukan
diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-angiotensin-
aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama hemodialisa
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
f. hipeuremia akibat peningkatan kadar ureum
g. Gagal jantung akibat kerja jantung yang berlebihan
h. Osteodistropi ginjal
i. Neuropati perifer
j. Hiperparatiroid, hiperfosfatemia

You might also like