You are on page 1of 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

Oleh Kelompok : 6

1. Haikal Rahman (17IK520)


2. Hamidah (17IK521)
3. Ivana Itasia Putri (17IK524)
4. Nor Aida Fitriani (17IK536)
5. Sri Suryaningsih (17IK545)
6. Wayan Lilis Alfianti (17IK548)
7. Yahayu (17IK552)
8. Yulia Puspita Sari (17IK553)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA

BANJARMASIN

2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa


karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul " laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan pneumonia” kami
menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam makalah ini
maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati kami menerima kritik dan
saran yang membangun sehingga dapat melengkapi kesempurnaan makalah ini.
Banyak pihak yang telah turut memberikan motivasi dan bantuan serta bimbingan
yang kami terima selama proses penulisan makalah ini. Semoga Tuhan yang Maha
Esa memberikan kekuatan dan melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya atas
segala yang telah kita lakukan. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi kami khususnya maupun pembaca pada umumnya.

Banjarmasin, 5 November 2018

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.................................................................................................4
A. DEFINISI...................................................................................................4
B. B. ETIOLOGI..............................................................................................4
C. KLARIFIKASI..............................................................................................5
D. MANIFESTASI KLINIS..................................................................................6
E. PATOFISIOLOGI.........................................................................................7
F. KOMPLIKASI.............................................................................................8
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................................9
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................11
I. PEMERIKSAAN FISIK................................................................................11
BAB II............................................................................................................... 13
TINJAUAN KASUS..............................................................................................13
A. IDENTITAS..............................................................................................14
B. RIWAYAT KESEHATAN...............................................................................14
C. PEMERIKSAAN FISIK................................................................................15
D. DATA FOKUS...........................................................................................16
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................17
F. ANALISIS DATA........................................................................................18
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................................19
H. INTERVENSI KEPERAWATAN.....................................................................19
BAB V.............................................................................................................. 22
PEMBAHASAN...................................................................................................22
KESIMPULAN....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................26
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari satu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A.price). dengan gewjala
batuk disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fingi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis.( Nanda, 2016)

B. B. ETIOLOGI
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus, sedangkan pada pemakaian
ventilator oleh P.aeruginosa dan enterobacter dan masa kini terjadi karena perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan,
penggunaan antibiotic yang tidak tepat, setelah masuk keparu-paru organisme
bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi
pneumonia. selain diatas penyebab terjadi pneumonia sesuai penggolonganya yaitu:
( Nanda, 2016)
1. Bacteria: Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolyticus,
streptococcus aureus, hemophilus influinzae, mycobacterium, tuberkolusis,
bacillus Friedlander.
2. Virus : Respiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalitik, V. influenza.
3. Mycoplasma pneumonia.
4. Jamur : histoplasma capsaulatum, Cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies imitis, aspergilus species, candida albicans.
5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
6. Pneumonia hipostatik.
7. Sindrom loeffler.

C. KLARIFIKASI.
Klasifikasi melibatkan anatomi Pneumonia Lobaris, melibatkan seluru atau bagian
besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau ganda. (Nanda 2016)

1. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia), terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang


tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis.
2. Pneumonia interstitial (Bronkiolitis), proses imflamasi yang terjadi didalam dinding
alveolar (intestisium) dan jaringan peribronkial serta interlobularv

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan:

1. Pneumonia komunitas
Di jumpai pada H. influenza pada pasien perokok. Pathogen atipikal pada lansia,
gram negative pada pasien dari rumah jompo dengan adanyab PPOK, Penyakit
penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada tiga factor yaitu tingkat berat sakit adanya resiko untuk jenis
pathogen tertentu dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
Factor utama untuk pathogen tertentu :

Pathogen Faktor resiko


Staphylococcus aureus Koma, cedera kepala, nfluenza, pemakaian obat
Methicillin resisten S.aureus IV, DM, gagal ginjal
Ps. Aeruginosa Pernah dapat antibiotic ,ventilator >2 hari, lama
dirawat di ICU, terapi steroid / antibiotic, kelainan
struktur paru (bronkiektasis, kritik fibrosis),
malnutrisi

Anaerob Aspirasi, selesai aperasi abdomen


Acinobachter spp Antibiotic sebelum onset pneumonia dan ventilasi
mekanik
3. Pneumonia Aspirasi
Di sebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan toksik,
akibat aspirasi cairan inert misalnya, cairan makanan atau lambung, edema paru
dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.

4. Pneumonia pada gangguan imun.


Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi, penyebab infeksi dapat
disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen,
berupa bakteri, protozoa, parasite, virus, jamur, dan cacing.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan-3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi
ringan
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala nyerio dan kekakuan
pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang
saat suhu turun.
3. Anoreksia merupakan hal yang paling umum disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit, menetap sampai derajat
yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil muntah-muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. biasanya berlangsung singkat etapi dapat menetap
selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi dioare berat. asering
menyertai infeksi pernafasan khisusnya karena virus.
6. Nyeri abdomen merupakan keluhan umum kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendeksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nafas kecil dari bayi mudah tersumbat oleh membekakan
mukosa dan eksudasi dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusui pada bayi.
8. Keluaran nasal sering menyertai infeksi pernafasan, mungkin encer dan sedikit atau
kental dan purulent bergantung pada tipe dan tahap infeksi.
9. Batuk merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan seperti batuk,mengi ,mengorok. Auskultasi terdengar
mengikrekels.
11. Sakit tenggorokan merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih
besar, ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau
memuntahkan semua, kejang, letergis, atau tidak sadar, sianosis, distress,
pernafasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja
- pada anak umur 2 bulan -11 bulan :>50 kali/menit
- pada anak umur 1 tahun -5 tahun : >40 kali/menit.

E. PATOFISIOLOGI
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan respons
tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara mikroorganise memasuki saluran
pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi dapat terjadi
pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien dengan penurunan kesadaran. Melalui
droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk. Pneumonia sangat jarang tersebar secara
hematogen.

Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur trakeobronkial yang
bercabang-cabang mencegah mikroorganisme degan mudah memasuki saluran
pernapasan. Faktor lain yang berperan adalah refleks batuk dan refleks tersedak yang
mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi mikroorganiame di orofaring.

Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih memiliki


makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag membunuh
mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme bertahan hidup. Makrofag
lalu akan menginisiasi respons inflamasi host. Pada saat ini lah manifestasi klinis
pneumonia akan muncul. Respons inflamasi tubuh akan memicu pelepasan mediator
inflamasi seperti IL (interleukin) 1 dan TNF ( Tumor Necrosis Factor ) yang akan
menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru-paru dan menyebabkan
leukositosis perifer sehingga meningkatkan sekresi purulen. Mediator inflamasi dan neutrofil
akan menyebabkan kebocoran kapiler alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat
kebocoran ini dan menyebabkan hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan
penampakan infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada auskultasi serta hipoxemia akibat
terisinya alveolar.

Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat mengganggu vasokonstriksi hipoksik


yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan menyebabkan hipoksemia
berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan perubahan mekanisme paru dan volume
paru dan shunting aliran darah sehingga berujung pada kematian. ( Nanda 2016)
F. KOMPLIKASI
1. Effusi pleura

Pada pneumonia, infeksi parenkim paru akan menyebabkan aktivasi makrofag


alveolar yang akan mengeluarkan sitokin inflamasi yang merangsang peningkatan
permeabilitas vaskular. Permeabilitas vaskular yang meningkat menyebabkan cairan
kaya protein keluar dari vaskular menuju interstitial sehingga dapat menyebabkan
effusi pleura eksudat.

2. Empiema

Empiema adalah akumulasi pus dan jaringan nekrotik di rongga pleura.


Empiema dapat terjadi apabila infeksi di parenkim paru menyebar hingga ke rongga
pleura. Pembentukan empyema dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap eksudatif,
fibropurulent, dan organisational. Pada tahap eksudatif terjadi akumulasi cairan di
rongga pleura yang disebabkan oleh inflamasi dan peningkatan permeabilitas di pleura
viseral. Tahap fibropurulen dimulai dengan invasi bakteri dirongga pleura dan ditandai
dengan deposisi fibrin pada membrane pleura viseral dan parietalserta pembentukan
septa fibrin, lokulasi dan adhesi. Aktivitas metabolic yang tinggi menyebabkan
rendahnya konsentrasi glukosa dan penurunan kadar pH, dan lisis
neutrofilmenyababkan peningkatan kadar LDH. Apabila infeksi terus berlanjut,
empiema menjaditerorganisir dengan pembentukan lapisan pleura yang tebal dan
nonelastis serta septa fibrin yang padat yang dapat menghambat pergerakan paru.

3. Abses paru

Abses paru adalah nekrosis jaringan pulmoner dan pembentukan kavitas yang
berisi debrisnekrotik atau cairan yang disebabkan infeksi bakteri.

4. Gagal nafas

Gagal nafas adalah ketidakmampuan untuk melaksanakan fungsi fundamental


pernafasan yaituuntuk membawa oksigen ke darah dan untuk mengeliminasi
karbondioksida.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Intoleransi aktivitas
Pathway

Streptococcus, staphylococcus, dll.

Saluran nafas bagian atas

Bronchioles

Alveoli

Akumulasi Retaksi radang pada


Sekret Bronchus dan Alveolus

Obstruksi jalan nafas Fibrosus dan pelebaran

Atelektasis

Gangguan ventikasi

Gangguan difusi

Bersihan jalan inefektif

Gangguan
pertukaran gas

Suplai O2
ke jaringan menurun

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Metabolisme meningkat

Kompensasi: cadangan lemak


Dipergunakan oleh tubuh

( David, 2014 )
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar x: mengidentifikasikan distribusi struktual (misal; lobar, bronchial, dapat
juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

I. PEMERIKSAAN FISIK
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, biasanya diberikan antibiotik
per-oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak
nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan
alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan yang
dapat dapat diberikan antara lain:

1. Oksigen 1-2 L/menit


2. IVDF dekstrose 10%:NaCl 0,9 = 3:1, + KCL 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transportbmukosilier. Koreksi gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk peneumonia bergantung pada penyebab, antibiotik diberikan
sesuai hasil kultur.

1. Ampisilin 100mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.


2. Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus peneumonia hospital based:

1. Sefatoksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian


2. Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian.
BAB II
TINJAUAN KASUS

RSCM. Mempunyai riwayat Sekitar 5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi dengan control
tidak teratur. 1 tahun yang lalu klien mengalamai kecelakaan dari mobil (terlempar ) dan dirawat
Ny. L usia 64 tahun, alamat Jl. Kp. Cabang – Karang Asih Cikarang Bekasi, , status menikah
dan mempunyai anak 2 orang anak, saat ini sedang dirawat di RSCM. Saat ini keluhan yang
dirasakan batuk dan lemas, 2 minggu yang lalu sebelum MRS klien mengatakan lemas, nafsu
makan menurun, batuk keluar dahak terutama malam hari. 2 hari kemudian oleh anaknya di
bawah ke Jakarta karena di Medan sendirian. Setelah di Jakarta klien tidur terus, maka oleh
anaknya klien di bawah ke di RS tarutung (Sumsel). Sejak itu klien berjalan dengan bantuan
tongkat selama 2 tahun .Tidak ada riwayat DM, TBC. Riwayat keluarga tidak ada yang
menderita penyakit hipertensi, DM, paru atau jantung. Suami meninggal karena kecelakaan.
Hasil pemeriksaan laboratorium : Hb : 10.5, Hematokrit : 31, Leukosit : 8.300, Trombosit :
156.000, MCV : 83, MCH : 38, MCHC : 34, Diff Count : -/1/1/65/33/-/23, Urien PH : 7.442,
Ureum : 32, Kreatinin : 0,6, SGOT : 3, SGPT : 20, Na : 44, Kalium : 3.1, Cl : 0.5, AGD : PCO2 :
38, PO2 : 136.7, HCO3 : 25,5, O2 Sat : 99.2. Radiologi : CTR > 50 % ( kardiomegali ). ECG,
Irama sinus,axis normal, HR : 110, S (v1) + R (v6) > 35 mm, R/S (v1) < 1, interval ST 0.12, ST
elevasi tidak ada, ST Depresi tidak ada, RBBB/LBBB tidak ada. Kesimpulan hiperteropi ventrikel
kanan dan mendapatkan terapi Terapi Obat-obatan. O2: 2 liter/menit, Cefriaxon : 1 x 1 gram,
Captopril: 1 x6.25 mg, KSR: 2x1, Lasix: 1 x 2 amp, Ascardia: 1x 80 mg. Diet Jantung III
( 1700kal ).

Pengkajian

Hari/Tanggal pengkajian : 01 November 2018

A. IDENTITAS
1.IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 64 Tahun
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Bekasi
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2018
Diagnosa Medis : pneumonia

Nomer Rekam Medik : 1813xxxx

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat :Jarkarta
Hubungan dengan klien : Anak Pasien

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan yang dirasakan saat ini batuk dan lemas

2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang


Pasien wanita berusia 64 tahun datang ke UGD RSAM pada tanggal 11
November 2014, pukul 16. 30 WIB dengan keluhan timbul memar sebanyak 3 buah
pada punggung sejak 3 hari SMRS. Keluhan ini muncul setelah sebelumnya
terkena peluru dari alat tembak tembakan. Awalnya hanya terdapat bercak
berwarna merah dipunggung namun bercak ini tidak hilang dan berubah warna
menjadi merah kebiruan. Sejak 2 hari SMRS pasien mengeluh memar serupa
timbul menyebar pada kedua tangan dan kaki. Satu hari SMRS keluhan memar
dipunggung dan bintik merah kebiruan di seluruh tubuh tidak berkurang. Pasien
berobat ke klinik dan di periksa darah. Hasil pemeriksaan menunjukkan trombosit
pasien 9000/μl, akhirnya pasien dirujuk ke RSAM untuk penanganan lebih lanjut

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu


Ibu pasien mengatakan sekitar 2 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien
mengalami batuk selama 5 hari. Keluhan disertai dengan sakit tenggorokan dan
demam, tetapipasien tidak pernah menalami sakit yag sama sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan di anggota keluarga tidak pernah mengalami penyakit
yang sama, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular (hepatitis,
TBC,dsb) atau penyakit keturunan/genetik (hipertnsi, Diabetes Militus, dsb)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Diisi tentang data-data tanda vital, tingkat kesadaran, dan antropometri
TTV = RR : x/menit
N : x/menit T :

Tingkat kesadaran
- Composmentis
GCS :E:4 V:6 M:5

Antropometri
PB/TB : cm
BB : kg
2. Kulit
Kulit pasien pucat, terdapat petekia, torgur kulit buruk, dan tidak terdapat
ulkus.
3. Kepala dan Leher
Kepala pasien simestris dan rambut berwarna hitam. Pada leher tidak
terdapat pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
4. Penglihatan dan Mata
Konjungtiva tidak anemis, skelara tidak ekterik, .
5. Penciuman dan Hidung
Tidak ada cuping hidung, dan hidung terlihat bersih.
6. Pendengaran dan Telinga
Daun telinga simitres antara kanan dan kiri, tidak terdapat serumen pada
telinga, fungsi pendengaran baik.
7. Mulut dan Gigi
Mokusa bibir tampak kering, lidah kemerahan, keadaan mulut sedikit kotor,
dan gigi lengkap.

8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi


Inspeksi : Bentuk dada pasien normochest.
Palpasi : Perbandingan gerak nafas kanan dan kiri (fremitus)
menurun pada kedua paru.
Pekusi : Terdengar redup
Auskultasi : Terdengar bunyi crackles yang dimana terdapat secret.
Sirkulasi : Kuku tampak pucat, keluhan sesak saat bernafas dan
tampak bibir pucat.

D. DATA FOKUS
DS : Pasien mengatakan batuk keluar dahak terutama malam hari.
: Pasien mengatakan lemas,
: Pasien mengatakan nafsu makan menurun
:Pasien mengatakan 5 tahun yang lalu menderita hipertensi dengan
control tidak teratur

DO : Hb : 10.5, Hematokrit : 31, Leukosit : 8.300, Trombosit : 156.000,


MCV : 83, MCH : 38, MCHC : 34,
Diff Count : -/1/1/65/33/-/23,
Urien PH : 7.442, Ureum : 32,
Kreatinin : 0,6, SGOT : 3, SGPT : 20, Na : 44,
Kalium : 3.1, Cl : 0.5, AGD : PCO2 : 38,
PO2 : 136.7, HCO3 : 25,5,
O2 Sat : 99.2. Radiologi : CTR > 50 % ( kardiomegali ).
ECG, Iramasinus,axis normal, HR : 110, S (v1) + R (v6) > 35 mm,
R/S (v1) < 1, interval ST 0.12,

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium selasa, 01 November 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 10.5 g/dl
Hematokrit 31 3/ul10 %
Leukosit 8.300 6/ul10
Trombosit 156.000 3/ul10
MCV 83 Fl
MCH 38 Pg
MCHC 34 g/dl
Diff Count -/1/1/65/33/-/23,
Urien PH 7.442,
Ureum : 32,
Kreatinin : 0,6, ,
SGOT : 3,
SGPT :, 20
Na : 44
Kalium : 3.1,
Cl : 0.5,
AGD : PCO2 : 38,
PO2 : 136.7,
HCO3 : 25,5,
O2 Sat : 99.2
Radiologi : CTR > 50
% ( kardiomegali ).
ECG, Iramasinus,axis
normal,

F. ANALISIS DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS: Ketidakefektifan peningkatan produksi


Pasien mengatakan batuk keluar dahak
bersihan jalan sputum
terutama malam hari.
nafas
DO:
AGD : PCO2 : 38, berhubungan

2. Ds: Ketidakseimban penurunan nafsu makan


Pasien mengatakan lemas dan nafsu
gan nutrisi
makan menurun,
kurang dari
Pasien sering tidur
kebutuhan
DO: tubuh
Pasien terlihat pucat,
PCO2 : 38, ,PO2 : 136.7, HCO3 : 25,5,
O2 , Hb : 10.5
3. DS: Intoleransi ketidakseimbangan
Pasien mengatakan lemas
aktivitas antara suplai dan
DO:
kebutuhan oksigen
CTR > 50 % ( kardiomegali ).
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
2. Ketidakseim bangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia atau penurunan nafsu makan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.

H. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. Diagnosa Perencanaan keperawatan


Keperawatan

NOC NIC

1 Ketidakefektifan  Status pernapasan : Kepatenan  Manajeman jalan nafas


1. Buka jalan nafas dengan na
bersihan jalan nafas jalan napas
dengan teknik chin lift atau
berhubungan dengan
thrust, sebagaima
peningkatakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 30 menit diharapkan mesteninya
produksi seputum.
2. Posisikan pasien un
masalah dapat teratasi dengan
memaksimalkan ventilasi
krikteria hasil: 3. Buang secret deng

1. Batuk berkurang memotivasi pasien deng


2. Akumulasi sputum menurun untuk melakukan batuk a
3. Kemampuan untuk
menyedot lender
mengeluarkan secret/seputum 4. Intruksikan bagaimana a
meningkat. bisa melakukan batuk efetif
2 Ketidakseim bangan  Nafsu makan  Manajeman Nutrisi
nutrisi kurang dari
1. Tentukan status gizi pasien d
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan kemampuan
berhungan dengan keperawatan 1 x 60 menit diharapkan ( pasien) untuk memen
penurunan nafsu masalah dapat teratasi dengan kebutuhan gizi
2. Tentukan jumlah kalori d
makan kriteria hasil :
jenis nutrisi yang dibutuhk
untuk memenuhi persyara
1. Hasrat/keinginan untuk makan
gisi
meningkat 3. Berikan pilihan makan
2. Menyenangi makanan ( berharap jika
sambil mnawarkan bimbing
memakan makanan yang disukai bisa
terhadap pilihan (makan
membuat nafsu makan berselera
yang lebih sehat,
kembali)
diperlukan
3. Energi untuk makan meningkat.
4. Monitor kalori dan asup
makanan
3 Intoleransi aktivitas  Kelelahan : Efek yang  Manajeman Energi
berhubungan dengan Menganggu
1. Anjurkan pas
ketidakseimbangan
menguungkapkan perasa
supalai dan Setelah dilakukan asuhan secara verbal menge
kebutuhan oksigen keperawatan selama 1 x 60 menit keterbatasan yang dialami
diharapkan pola nafas kembali efektif 2. Kaji status pasien ya
teratasi dengan kriteria hasil : menyebabkan kelelahan ses
dengan konteks usia d

1. Penurunan Energi perkembangan


2. Nafsu makan menurun 3. Kurangi ketidaknyamanan f
3. Perubahan status nutrisi tidak ada yang dialami pasien yang b
gangguan mempengaruhi focus kogn
pemantauan diri d
pengaturan aktifitas pasien.
4. Anjurkan pasien untuk mem
aktivitas-aktivitas yang ak
dilakukan
BAB V
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus pasien Ny. Y


dengan Pneumonia menggunakan pendekatan proses keperawatan dan setelah melihat
kembali mengenai tinjauan teori baik maupun asuhan keperawatan, maka didapatkan
beberapa kesenjangan dan kesamaan antara teori dan kenyataan di lapangan, yaitu :

1. Pengkajian

Pada tahap ini telah ditemukan adanya kesamaan yaitu dalam tinjauan pustaka
disebutkan bahwa tanda gejala terjadinya batuk yang merupakan gambaran umum dari
penyakit pernafasan dapat menjadi bukti hanya selama fase akut. Tanda dan gejala
lainnya yaitu anoreksia, karena kekurangan nutrisi merupakan hal yang paling umum
disertai dengan penyakit masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari
penyakit, menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap
demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan. Setelah
mengalami anoreksia atau nafsu makan menurun lalu akan mengalami lemah
sehingga menyebabkan sulit beraktivitas.

2. Diagnosa Masalah Keperawatan

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, diagnosa masalah keperawatan


yang kami temukan antara lain: Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan peningkatan produksi sputum. Kami menegakkan diagnosa tersebut
berdasarkan data yang didapatkan pada klien saat pengkajian yaitu: data subjektif :
Pasien mengatakan mengalami batuk selama 2 minggu. data objektif : pasien terlihat
sulit menarik nafas akibat jalan nafas terganggu

Intervensi:
NO. Diagnosa Perencanaan keperawatan
Keperawatan

NOC NIC

1 Ketidakefektifan  Status pernapasan : Kepatenan  Manajeman jalan nafas


5. Buka jalan nafas dengan na
bersihan jalan nafas jalan napas
dengan teknik chin lift atau
berhubungan dengan
thrust, sebagaima
peningkatakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 30 menit diharapkan mesteninya
produksi seputum.
6. Posisikan pasien un
masalah dapat teratasi dengan
memaksimalkan ventilasi
krikteria hasil: 7. Buang secret deng

4. Batuk berkurang memotivasi pasien deng


5. Akumulasi sputum menurun untuk melakukan batuk a
6. Kemampuan untuk
menyedot lender
mengeluarkan secret/seputum 8. Intruksikan bagaimana a
meningkat. bisa melakukan batuk efetif
2 Ketidakseim bangan  Nafsu makan  Manajeman Nutrisi
nutrisi kurang dari
5. Tentukan status gizi pasien d
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan kemampuan
berhungan dengan keperawatan 1 x 60 menit diharapkan ( pasien) untuk memen
penurunan nafsu masalah dapat teratasi dengan kebutuhan gizi
6. Tentukan jumlah kalori d
makan kriteria hasil :
jenis nutrisi yang dibutuhk
untuk memenuhi persyara
4. Hasrat/keinginan untuk makan
gisi
meningkat 7. Berikan pilihan makan
5. Menyenangi makanan ( berharap jika
sambil mnawarkan bimbing
memakan makanan yang disukai bisa
terhadap pilihan (makan
membuat nafsu makan berselera
yang lebih sehat,
kembali)
6. Energi untuk makan meningkat. diperlukan
8. Monitor kalori dan asup
makanan
3 Intoleransi aktivitas  Kelelahan : Efek yang  Manajeman Energi
berhubungan dengan Menganggu
5. Anjurkan pas
ketidakseimbangan
menguungkapkan perasa
supalai dan Setelah dilakukan asuhan secara verbal menge
kebutuhan oksigen keperawatan selama 1 x 60 menit keterbatasan yang dialami
diharapkan pola nafas kembali efektif 6. Kaji status pasien ya
teratasi dengan kriteria hasil : menyebabkan kelelahan ses
dengan konteks usia d
4. Penurunan Energi perkembangan
5. Nafsu makan menurun 7. Kurangi ketidaknyamanan f
6. Perubahan status nutrisi tidak ada yang dialami pasien yang b
gangguan mempengaruhi focus kogn
pemantauan diri d
pengaturan aktifitas pasien.
8. Anjurkan pasien untuk mem
aktivitas-aktivitas yang ak
dilakukan
KESIMPULAN

Asuhan keperawatan pada Ny Y dengan pneumonia sangatlah penting diberikan


informasi kepada keluarga untuk merawatnya. Untuk menangani masalah pneumonia
keluarga sangat berperan penting untuk memantau status pasien untuk menghindari
faktor pencetus terjadinya penyakit pneumonia muncul lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood. (2010), Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya.

Boedihartono. 2014.. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta

Doenges, ME. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Herdman, T. Heather. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2013-2014. Prima Medika

Marilynn E. Doenges Mary france Moorhouse. Alice C. Geissler. 2013. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.

Misnadiarly. 2014. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer : Jakarta

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media
Action Publishing

Reevers, Charlene J, et all (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medica.

Smeltzer & Bare. 2014. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Jakarta: EGC

You might also like