You are on page 1of 15

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain
(Yosep, 2007; hal, 146).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang
tidak konstruktif (Keliat, Budiana. 2007)

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang di alami tiap orang yang merupakan factor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau tidak terjadi perilaku kekerasan jika
faktor berikut di alami oleh individu:
a) Psikologis
Kegagalan yang di alami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian timbul
agresif atau amuk. Masa kecil yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
b) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan di rumah atau di
luar rumah, semua aspek ii menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
c) Social Budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan control social
yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan yang diterima ( permissive).
d) Bioneurologis
Banyak bahwa kerusakan sistem limbic, lobus frontal, lobus temporal, dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.

1
C. RENTANG RESPON
Respon marah berfluktuasi sepanjang respon adaptif dan maladaptif

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Pasif Perilaku kekerasan

Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif, dan agresif /
prilaku kekerasan.
1. Prilaku asertif merupakan prilaku individu yang mampu menyatakan atau
menggungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti
orang lain sehingga prilaku ini dapat menimbulkn kelegaan pada individu.
2. Prilaku pasif merupakan prilaku individu yang tidak mampu untuk
menggungkapkan perasaan marah yang sedang di alami, dilakukan dengan tujuan
menghindari suatu ancman nyata.
3. Agresif / Prilaku Kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi
atau ketakutan (panik).
Stres, cemas. Harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan kemarahan
yang dapat mengarah pada prilaku kekerasan. Respon rasa marah dapatdiekspresikan
secara eksternal (prilaku kekerasan) maupun internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan prilaku kontruktif, menggunakan kata-kata yang
dapat dimenggerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan memberikan
perasaan lega, menurunkan ketegangan sehingga perasaan marah dapat teratasi.
Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan biasanya dilakukan
individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tidak menyelesaikan masalah, bahakan
dapat menimbulkan kemarahan berkepanjangan dan prilaku dekstruktif.
Perilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan maran dilakukan individu
seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan marahnya sehingga
rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa
bermusuhan yang lama dan suatu saat akan menimbulkan perasaan dekstruktif yang
ditunjukan kepada diri sendiri.

2
Tabel 1. perbandingan prilaku Asertif, Pasif dan Agresif

Asertif Pasif Agresif


Isi pembicaraan Positif Negatif, Menyombongkan
Menawarkan diri merendahkan diri diri,
(,,Saya dapat ,,, (,,Dapatkah merendahkan
,,
Saya akan,, ) saya?,,, ,,dapatkah orang lain,
kamu?,,). (,,Kamu selalu,,, ,,
Kamu tidak
pernah,,).
Tekanan suara Sedang Cepat, lambat Keras, ngotot
dan menggeluh
Posisi badan Tagap dan santai Menundukan Kaku condong ke
kepala depan
Jarak Mempertahankan Menjaga jarak Siap dengan
jarak yang dengan sikap jarak akan
nyaman. acuh / menyerang orang
mengabaikan lain.
Penampilan Sikap tenang Loyo, tidak Mengancam,
dapat tenang. posisi menyerang
Kontak mata Mempertahankan Sedikit atau Mata melotot dan
kontak mata sama sekali di pertahankan
sesuai dengan tidak.
hubungan yang
berlangsung

D. POHON MASALAH

Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan : Amuk

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

3
E. PATOFISIOLOGI
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maldaptif yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control, yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (keliat, 1991). Amuk
adalah respons marah terhadap adanya stress, rasa cemas, harga diri rendah, rasa
bersalah, putus asa, dan ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal
dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal.
Secara internal dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respon marah dapat
diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan,
dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
kata-kata yang dapat dimengertidan diterima tanpa menyakiti orang lainakan
memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan
perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini
menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku
yang destruktif dan amuk.

F. MANIFESTASI KLINIS
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawah ke rumah
sakit adalah prilaku kekerasan di rumah, klien dengan prilaku kekerasan sering
menunjukan adanya tanda dan gejala adalah:
1. Data Obyektif : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat, sering pula tampak klien memaksakan kehendak, merampas makanan,
memukul jika tidak senang.
2. Data Subyektif : mengeluh perasaan terancam, menggungkapkan perasaan tidak
berguna, menggungkapkan perasaan jengkel, menggungkapkan adanya keluhan
fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada sesak, dan bingung.

G. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ atau HLP).
b) Obat anti depresi, amitriptyline
c) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
d) Obat anti insomnia, pheneobarbital

4
2. Terapi modalitas
3. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian:
4. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social atau aktifitas lain
dengan berdiskusi dan bermain untuk mengendalikan

5
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
1. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah
faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.
a. Faktor biologis
1) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabakan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2) Psychosomatic theory (teory psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respos psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal, maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem limbic berperan
sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1) Frustration aggression theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi hasil dari akumulasi frustasi.
Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau
menghambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku
agresif karena perasaan prustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan
2) Behaviour teory (teori perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas/fasilitas situasi yang mendukung.
3) Eksistensial theory (theory eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan dasar
manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui
berperilaku konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui
berperilaku destruktif.
c. Faktor sosiokultural
1) Social environment theory (teory lingkungan social)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk
merespon asertif atau agresif

6
2) Perilaku learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses
sosialisasi.
2. Faktor presipitasi
Stresor yang mencetuskan prilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik.
Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian
dan lain lain) maupun dalamputus (putus hubungan dengan orang yang berart,
kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik dan lain-lain). Selain itu
lingkungan yang terlalu ribu, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.
3. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien untuk
mengembangakan mekanisme koping yangkonstruktif dalam mengekspresikan
marahnya. Mekanisme koping yang umum di gunakan adalah mekanisme
pertahanan ego seperti ‘’Displacement’’, sublimasi, proyeksi, represi, denial dan
reaksi formasi.
4. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
1) Menyerang atau menghindar (fight or flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD meningkat,
takikardi, wajah memerah, pupil melebar, mual, sekresi Hcl meningkat,
peristaltic gaster menurun, pengeluaran urin dan salifa meningkat, konstipasi,
kewaspadaan juga meningkatdi sertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup
tangan di kepal, tubuh menjadi kaku disertai reflek yang cepat.
2) Menyatakan secara asertif (Assertifeness)
Perilaku yang sering di tampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahanya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik rasa marah tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini dapat juga mengembangkan diri
klien.
3) Memberontak (Acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku ‘’
Acting out’’ untuk menarik perhatian orang lain.

7
4) Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukan kepasa diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan.

B. DIAGNOSA
1. Harga diri rendah
2. Perilaku kekerasan
3. Koping individu tidak efektif
4. Perubahan sensori persepsi. : halusinasi
5. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

C. INTERVENSI
1. Tujuan tindakan keperawatan
Tujuan umum: Klien dapat mengontrol perilakunya dan dapat menggungkapkan
kemarahanya secara asertif.
Tujuan khusus:
a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda perilaku kekerasan.
b) Klien mampu memilih cara yang konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahanya.
c) Klien mampu mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol
d) Klien memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku dan
mengunakan obat dengan benar
2. Tindakan Keperawatan
Menggunakan pendekatan rentang rencana keperawatan mulai dari strategi
pencegahan sampai strategi pengontrolan. Pada strategi pencegahan dapat
dilakukan pendidikan kesehatan (Tabel 3), latihan asertif (Tabel 4), kesadaran diri,
komunikasi verbal dan non verbal, perubahan lingkunganintervensi perilaku dan
penggunaan psikofarmaka. Jika strategi ini dilakukan namun klien bertambah
agresif, maka tehnik menegement krisis seperti isolasi dan pengikatan harus
dilakukan. Namun demikian pencegahan adalah upaya yang terbaik dalam
menggelola klien dalam perilaku kekerasan.

8
Beberapa rencana keperawatan yang berkaitan dengan perilaku kekerasan:
Tabel 1
Isi Kegiatan instruksional Evaluasi
Bantu klien  Fokus pada perilaku  Klien mendemonstrasikan
mengidentifikasi non verbal sikap tubuh dan ekspresi
marahnya.  Mengekspresikan wajah pada saat marah.
marah secara non
verbal melalui
bermain peran (Role
Playing)
Berikan  Gambarkan situasi  Klien dapat menggambarkan
kesempatan yang biasanya dapat situasi marah dengan respon
mengekspresikan menimbulkan rasa yang sesuai.
marahnya marah yang tepat.

Latihan ekspresi  Bermain peran (Role  Klien ikut serta dalam


marah Playing) dengan bermain peran dan
membayangkan mengidentifikasi perilaku
respon yang sesuai yang sesuai untuk ekspresi
terhadap marah. marah.
Terapkan  Bantu klien  Klien mengidentifikasi
eekspresi marah mengidentifikasi situasi yang nyata yangtelah
pada situasi situasi yang nyata. membuat marah.
nyata  Bermain peran  Klien mampu mampu
menghadapi obyek mengekspresikan marahnya
yang menimbulkan melalui peran bermain.
rasa marah.  Beriakn umpan balik apabila
klien dapat mengekspresikan
perasaanya.
Identifikasi  Buat daftar beberapa  Klien ikut serta
alternative yang ekspresi marah tanpa mengidentifikasi alternative-
digunakan untuk konfrontasi alternatif yang akan di
mengekspresikan langsung. gunakan
marahnya.  Diskusikan
alternative situasi
yang sesuai yang
akan digunakan.
Hadapi klien  Berikan dukungan  Klien mengidentifikasi
dengan berperan selama konfrontasi perasaan marahnya dan dapat
sebagai orang bila diperlukan. menghadapi obyek yang
yang menjadi  Diskusikan membuatnya marah dengan
sumber marah. pengalaman yang cara yang positif/sesuai.
dirasakan.

Tabel 2
Prinsip Rasional Tindakan keperawatan
umum
Mengeksperi  Perilaku pasif akan  Bina hubungan saling
sikan marah memperkuat harga diri percaya.

9
secara asertif rendah  Bantu klien mengenali
perrasaan dan batasan
marahnya
 Komunikasikan bahwa
marah itu normal.
 Identifikasi mekanisme
koping yang biasa
digunakan.
 Berikan dukungan pada
mekanisme koping yang
kontruktif.

 Eksplorasi alternative
perilaku
 Bantu klien untuk berlatih
mengekspresikan perasaan
secara asertif
 Berikan umpan balik.
Pengekspresi Kemarahan yang ditekan
kan marah akan menyebabkan
secara asertif depresi.
 Perilaku agresif juga
menyebabkan rasa tidak
aman dan harga diri
rendah.
 Perilaku asertif akan
menghasilkan harga diri
tinggi dan dapat
menghindarkan diri dari
melakukan tindakan
kekekrasan pada orang
lain
Peningkatan  Memberikan batasan  Informasikan batas perilaku
perhatian perilaku yang dapat yang dapat diterima berikut
pada perilaku diterima dan tidak dapat alasanya.
yang positif diterima akan  Klasifikasi kembali tanggung
meninggaktkan jawab klien terhadap
sosialisasinya. perilakunya.
 Ekspresi perasaan adalah  Berikan batasan konsekuensi
suatu proses yang untuk pelanggaran peraturan
membantu klien untuk yang telah disepakati.
saling menghargai orang  Tinggkatkan kesepakatan staf
lain. terhadap batasan-batasan
 Menetapkan batasan yang sesuai.
marah.  Konsisten terhadap batasan-
 Marah dapat dipelajari batasan yang telah ditetapkan
klien dan lebih efektif dari bersama.
mekanisme koping.  Berikan umpan balik positif
apbila berhasil.

10
Lindungidiri  Perilaku kekerasan  Pertahankan sikap maupun
dari usaha mempunyai resiko tinggi lingkungan dengan tenang.
melukai untuk mencederai diri  Kontrol emosi dan tanda
dirisendiri dan orang lain. tanda keteganagan.
maupun  Perasaan bersalah akan  Berikan obat anti cemas dan
orang lain menimbulkantekanan anti psikotik.
pesikologis, apabila  Hindari pertentangan
tidak dapat dengan klian yang dapat
mengontrolnya individu merendahkan dirinya.
dapat melukai orang
lain.
 Ciptakan rasa aman
Tabel 3

Respon Ciri utama


Bertahan Kemarahan klian di interpretasikan sebagai penyerangan
dengan penjelasan bahwa situasi menyerang itu tidak adil
atau pengecut
Membalas dendam Menempatkan diri pada status yang lebih tinggi dengan
harapan dapat menghukum orang lain dan
mengekspresikan kemarahanya.
Merendahakan Ciri utamanya adalah menduga bahwa dengan sikap
sombong / menempatkan diri pada posisi yang lebih tinggi
dapat menurunkan emosi klian.
Menghindari Tidak mengakui atau mengabaikan perasaan klian.
Tabel 4

Proses Belajar Asertif


1. Observasi perilaku anda.
2. Buat catatan tentang perilaku asertif dan tidak asertif.
3. Pilih satu situasi untuk mengguji perilaku anda.
4. Ulangi perilaku anda dalam situasi yang berbeda.
5. Observasi apakah tindakan anda efektif untuk situasi yang berbeda.
6. Identifikasi alternative respon.
7. Bayangkan bagaimana anda menempatkan diriuntuk melakukan tindakan
yang efektif,

D. IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan untuk pasien
1. Tujuan
a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

11
c) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukanya.
d) Pasien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan yang dilakukanya.
e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.
f) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasanya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
2. Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percayaperlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontak topic, waktu dan tempat setiapkali bertemu pasien.
b) Diskusikan bersama pasienpenyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu.
c) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
1) Diskusikan tanda dan gejalaperilaku kekerasan secara fisik.
2) Diskusikan tanda dan gejalaperilaku kekerasan secara psikologis.
3) Diskusikan tanda dan gejalaperilaku kekerasan secara social.
4) Diskusikan tanda dan gejalaperilaku kekerasan secara spiritual
5) Diskusikan tanda dan gejalaperilaku kekerasan secara intelektual.
d) Diskusikan bersama pasien perilaku pasien yang biasa dilakukan pada saat
marah secara:
1) Verbal.
2) Terhadap oramg lain.
3) Terhadap diri sendiri.
4) Terhadap lingkungan.
e) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
f) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
1) Fisik: pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam.
2) Obat.

12
3) Spiritual: sholat/berdo’a sesuai keyakinan pasien.

g) Latihan mengontrol pasien perilaku kekerasan secara fisik.


1) Latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal.
2) Susun jadwal latihan dalam pukul bantal-kasur
h) Latihan pasien mengontrol perilaku kekerasan secara social/verbal.
1) Latihan menggungkapkanrasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, menggungkapkan perasaan dengan baik.
2) Susun jadwal latihan menggungkapkan marah secara verbal.
i) Latihan pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
1) Latih mengontrol marah secara spiritual: solat,berdoa.
2) Buat jadwal latihan sholat dan berdoa.
j) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat.
1) Latih pasien minum obat secar teratur dengan prinsipnlima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan
akibat berhentiminum obat.
2) Susun jadwalminum obat secara teratur.
k) Ikut sertakan pasien dalamTerapi Aktifitas kelompok stimulasi persepsi
mengontrol Perilaku Kekerasan.
3. Tindakan keperawatan dengan menggunakan pendekatan strategi pelaksanaan
a) SP1 pasien :
1) Membina hubungan saling percaya.
2) Identifikasi perasaan marah.
3) Tanda dan gejala yang dirasakan.
4) Perilaku kekerasaan yang dirasakan.
5) Perilaku kekerasan yang dilakukan.
6) Akibatnya serta mengontrol secara fisik I
b) SP2 pasien : latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke 2 dengan
cara:
1) Evaluasi nafas dalam
2) Latihan fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
3) Susun jadwal latihan harian cara kedua.

13
c) SP 3 pasien: latihan menggontrol perilaku kekerasan secara social/verbal
1) Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik.
2) Latihan menggungkapkan rasa marah secar verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, menggungkapkan perasaan dengan baik.
3) Susun jadwal latihan menggungkapkan marah secara verbal.
d) SP 4 pasien: latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
social/verbal.
2) Latihan sholat/berdo’a
3) Buat latihan sholat/berdoa.
e) SP 5 pasien: latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang
sudah dilatih.
2) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan gunaobat dan akibat berhenti minum
obat.
3) Susun jadwal minum obat secara teratur.

E. EVALUASI
Evaluasi klien dengan prilaku kekerasan harus berdasarkan observasi perubahan
perilaku dan respon subyektif. Diharapkan klien dapan mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan, tanda-tanda perilaku kekerasan, akibat perilaku kekerasan, cara
yang kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan, demonstrasikan perilaku yang
terkontrol, memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku, penggunaan
obat dengan benar.
Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien keluarga dan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan.

14
DAFTAR PUSTAKA

April, Tutu. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika


Yusuf, Rizky. 2015. Buku Ajar Keperawatan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika
Anna, Budi. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Kusumawati, Farida. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Yani, Achir. 2012. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta : Salemba Medika

15

You might also like