You are on page 1of 14

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS VITAL PARU LANSIA

DI KELURAHAN KARANGGENENG KECAMATAN BOYOLALI


KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010

FACTORS AFFECTING VITAL LUNG CAPACITY IN ELDERLY AT


KARANGGENENG SUBDISTRICT BOYOLALI DISTRICT, 2010

Lintang Dian Saraswati


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro

ABSTRACT
In elderly lung function decline due to reduced elasticity of the respiratory muscle
fibers, decline in lung function will be more severe if the person concerned has
smoking and lack of exercise. The research was to prove the association of smoking
and exercise habits with lung vital capacity of elderly in Karanggeneng, Boyolali.
This research was an analytical survey using cross sectional study. The populations
study were elderly men aged ≥ 60 years who lived in the village of
Karanggeneng.The subjects were 52 elderly taken by simple random sampling
technique. Subjects underwent pulmonary function test to assess FEV1/FVC, FEV1,
and FVC. The results showed that there was an association of smoking habits (p =
0.013), duaration of smoking (p = 0.001), type of cigarettes (p = 0.017), and exercise
(p = 0.017) with lung vital capacity. However, there were not proven association of
smoking status, frequency of smoking, type of exercise, frequency of exercise,
exercise duration, and exercise habits with lung vital capacity. The conclusion was
smoking habits related with the decline of lung vital capacity and exercise regularly
can reduced it so it was suggested for the elderly to stop smoking and do exercise
regularly.
Kata Kunci : lansia, kapasitas vital paru, olahraga, merokok

Kesmasindo, Volume 4(2)Juli 2011, hlm. 137-149

PENDAHULUAN PPOK dan kanker paru-paru


Paru sebagai satu-satunya merupakan kelima dan ketiga
organ vital manusia yang penyebab umum kematian dan
berhubungan langsung dengan dunia diperkirakan akan meningkat pada
luar tubuh melalui suatu sistem tahun 2020 (Ait-Khaled N, 2001).
saluran nafas. Adanya gangguan pada Prevalensi PPOK di dunia yang
fungsi paru dapat mempengaruhi tertinggi adalah kelompok usia tua.
sistem kerja tubuh yang akibatnya Berdasarkan penelitian prevalensi
dapat menimbulkan suatu penyakit penurunan kapasitas paru (FEV1)
(Guyton, 1996). Di seluruh dunia, pada perokok lansia laki-laki adalah
penyakit saluran pernapasan seperti 45,1% dan untuk penurunan FVC

137
138
Lintang Dian Saraswati, Faktor Yang Mempenaruhi Kapasitas Vital Paru Lansia
adalah 19,5%, sedangkan untuk non- lansia di Kelurahan Karanggeneng,
perokok prevalensi penurunan FEV1 Kecamatan Boyolali, Kabupaten
adalah 7,3% dan prevalensi Boyolali dengan wawancara diketahui
penurunan FVC adalah 6,7% bahwa 6 responden saat ini masih
(Higgins MW et al. 1993). Akibat mempunyai kebiasaan merokok dan
adanya penurunan faal paru pada hanya 3 orang yang memiliki
lansia akan menimbulkan gangguan kebiasaan olahraga. Informasi
mekanis dan pertukaran gas di sistem tersebut menunjukkan bahwa warga
pernapasan. Biasanya mereka akan usia lanjut di Kelurahan
cepat lelah dan sesak nafas jika Karanggeneng sebagian besar
melakukan kegiatan berat yang memiliki kebiasaan merokok dan
dampaknya kemampuan lansia untuk sedikit yang memiliki kebiasaan
melakukan aktivitas sehari-hari akan olahraga. Untuk mengetahui lebih
menurun. dalam mengenai efek olahraga dan
Gangguan pada fungsi paru merokok terhadap fungsi paru maka
dapat dideteksi melalui pemeriksaan perlu suatu penelitian. Penelitian ini
fungsi paru dengan mengukur volume bertujuan untuk membuktikan
dan kapasitas paru. Pemeriksaan hubungan kebiasaan merokok dan
fungsi paru dilakukan melalui kebiasaan olahraga dengan kapasitas
pengukuran VC dan FEV1 dengan vital paru lansia di Kelurahan
menggunakan dry wedge spirometer Karanggeneng, Kecamatan Boyolali,
(Stark JE et al, 1990). Pada lanjut usia Kabupaten Boyolali.
fungsi paru-paru menurun akibat
berkurangnya elastisitas serabut otot METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah survei
yang mempertahankan pipa kecil
analitik dengan pendekatan cross
dalam paru-paru tetap terbuka.
sectional. Teknik pengambilan data
Penurunan fungsi ini akan lebih berat
dengan wawancara dan pengukuran
jika orang bersangkutan memiliki
kapasitas vital paru pada lansia.
kebiasaan merokok dan kurang
Populasi targetnya adalah semua laki-
berolahraga (Wirakusumah, 2010).
laki lanjut usia dan populasi studinya
Berdasarkan survei awal pada 10
139 Jurnal Kesmasindo Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 137-149
adalah adalah laki-laki lanjut usia Penelitian yang dilakukan
yang tinggal di Kelurahan pada bulan Juni-Juli 2010 terhadap 52
Karanggeneng Kecamatan Boyolali responden lansia laki-laki di
Kabupaten Boyolali yaitu sebanyak Kelurahan Karanggeneng diperoleh
108 orang. Sampel disini sebanyak 52 rata-rata umurnya adalah 69,7 tahun ±
orang yang diambil secara random 7,5 tahun dengan responden termuda
sampling dan disesuaikan dengan berumur 60 tahun dan tertua berumur
kriteria yaitu: mampu melakukan 86 tahun dan sebagian besar lansia
pernapasan dengan spirometer dan berada pada kelompok umur 60-74
bersedia menjadi responden serta tahun sebanyak 71,2%. Pekerjaan
tidak mempunyai riwayat menderita responden yang paling banyak urutan
penyakit paru. Variabel yang diteliti pertama dan kedua adalah petani
meliputi kebiasaan merokok (status, sebesar 38,5% dan pensiunan PNS
lama, jenis dan frekuensi merokok), sebesar 32,7%. Status gizi responden
kebiasaan olahraga (status, jenis, sebagian besar dalam keadaan normal
frekuensi, dan durasi olahraga) dan (65,4%).
kapasitas vital paru. Analisis data Sebagian besar responden
melalui dua tahap yaitu analisis berstatus sebagai perokok (53,8%)
univariat dengan analisis distribusi dengan lama merokok rata-rata 36,9
frekuensi dan analisis bivariat dengan tahun dan sebagian besar responden
menggunakan uji Chi Square dan (52,3%) telah merokok lebih dari
Fisher’s exact. Pengambilan sama dengan 37 tahun, jumlah batang
keputusan adalah jika nilai p ≤ 0,05 yang dikonsumsi dalam sehari rata-
maka berarti ada hubungan beberapa rata adalah 12 batang dan setengah
variabel bebas dengan variabel lebih responden (54,4%)
terikat. Sedangkan jika nilai p > 0,05 menghabiskan rokok lebih dari sama
maka berarti tidak ada hubungan dengan 12 batang perhari. Lebih dari
(Sabri L dkk, 2010). dua pertiga responden menghisap
rokok jenis berfilter yaitu sebanyak
HASIL DAN PEMBAHASAN 31 orang (70,5%) dan sebagian besar
responden (77,3%) memiliki
Lintang Dian Saraswati, Faktor Yang Mempenaruhi Kapasitas Vital Paru Lansia 140
kebiasaan merokok dalam tingkat rata adalah 13,9 tahun.
berat. Waktu berhenti merokok rata-

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden

No Variabel f %
a. Status Perokok
1. Perokok 28 53,8
2. Mantan perokok 16 30,8
3. Bukan perokok 8 15,4
Jumlah 52 100,0
b. Lama merokok (tahun)
1.≥ 37 tahun 23 52,3
2.< 37 tahun 21 47,7
Jumlah 44 100,0
x ± SD=36,9±14,7 Mo=33 Me=36,5 Min-max=5-71
c. Frekuensi merokok (batang)
1.≥ 12 batang 24 54,5
2.< 12 batang 20 45,5
Jumlah 44 100,0
x ± SD=12±7,4 Mo=12 Me=12 Min-max=2-25
d. Jenis rokok
1.Tidak berfilter 13 29,5
2.Berfilter 31 70,5
Jumlah 44 100,0
e. Waktu berhenti merokok
(tahun)
1.≤ 7,5 tahun 8 50,0
2.>7,5 tahun 8 50,0
Jumlah 16 100,0
x ± SD=13,9±13,6 Mo=3 Me=7,5 Min-max=1-47
f. Kebiasaan merokok
1.Perokok berat 34 77,3
2.Perokok ringan 10 22,7
Jumlah 44 100,0

Sebagian besar responden 30 menit serta dengan frekuensi


berstatus tidak berolahraga (55,8%) olahraga rata-rata 3 kali/minggu dan
dan terdapat 44,25% responden yang sebagian besar responden (65,2%)
berolahraga. Dari responden yang melakukan olahraga dengan frekuensi
berolahraga sebagian besar (87,0%) lebih dari sama dengan 3 kali/minggu.
berolahraga jenis aerobik dengan Berdasarkan nilai komposit dari jenis,
durasi olahraga rata-rata 39,8 menit frekuensi dan durasi olahraga
dalam sekali olahraga dan sebagian didapatkan setengah lebih dari
besar responden (78,3%) berolahraga responden (52,2%) termasuk dalam
dengan durasi lebih dari sama dengan kategori olahraga ringan (Tabel 2).
141 Jurnal Kesmasindo. Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 137-149

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Olahraga Responden

No Variabel f %
a. Status Olahraga
1.Tidak olahraga 29 55,8
2.Olahraga 23 44,2
Jumlah 52 100,0
b. Jenis Olahraga
1.Anaerobik 3 13,0
2.Aerobik 20 87,0
Jumlah 23 100,0
c. Durasi Olahraga
1. <30 menit 5 21,7
2. ≥30 menit 18 78,3
Jumlah 23 100,0
x ± SD=39,8±16,8 menit Mo=60 Me=30 Min-max=15-60
d. Frekuensi Olahraga
1.< 3 x 8 34,8
2.≥ 3 x 15 65,2
Jumlah 23 100,0
x ± SD=3±2 kali/minggu Mo=3 Me=3 Min-max=1-7
e. Kebiasaan Olahraga
1.Olahraga ringan 12 52,2
2.Olahraga berat 11 47,8
Jumlah 23 100,0

Pengukuran kapasitas vital diketahui bahwa sebagian besar


paru dilakukan dengan menggunakan responden mempunyai kapasitas
Spiro analyzer ST-75. Dari hasil fungsi paru yang tidak normal
pengukuran didapatkan nilai %FVC, (76,9%) dengan rincian restriksi
%FEV1 dan nilai FEV1/FVC dengan sebesar 34,6%, obstruksi sebesar
hasil analisis terdiri dari normal, 25,0% dan kombinasi sebesar 17,3%
restriksi, obstruksi dan kombinasi. sehingga yang memiliki fungsi paru
Hasil pemeriksaan spirometri normal hanya 23,1% (Tabel 3)..

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Prediksi Kapasitas Vital Paru

No Prediksi Kapasitas Paru Frekuensi %


1 Kombinasi 9 17,3
2 Restriksi 18 34,6
3 Obstruksi 13 25,0
4 Normal 12 23,1
Jumlah 52 100,0
Lintang Dian Saraswati, Faktor Yang Mempenaruhi Kapasitas Vital Paru Lansia 142

Dalam penelitian ini kapasitas kombinasi merupakan gangguan yang


vital paru dikategorikan menjadi dua sering dialami oleh perokok maupun
yaitu obstruksi atau kombinasi dan orang yang berada ditempat banyak
normal atau restriksi, tujuannya perokoknya (Sue A. 1995), disajikan
adalah agar efek merokok lebih jelas pada Tabel 4
diketahui, dimana obstruksi dan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Prediksi Kapasitas Vital Paru


No Prediksi Kapasitas Paru Frekuensi %
1 Obstruksi atau kombinasi 22 42,3
2 Normal atau restriksi 30 57,7
Jumlah 52 100,0

Setelah dikategorikan menjadi statistik terbukti ada hubungan lama


dua dapat terlihat bahwa setengah merokok, jenis rokok, dan kebiasaan
lebih dari responden (57,7%) merokok dengan kapasitas vital paru,
memiliki kapasitas paru yang normal namun tidak terbukti ada hubungan
atau restriksi. dengan status perokok dan frekuensi
Pada penelitian ini secara merokok.

Tabel 5. Hubungan Status Perokok, Frekuensi Merokok, Lama Merokok, Jenis Rokok, dan
Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru
Kapasitas Vital Paru
Obstruksi atau Normal atau CI 95% Nilai p
Variabel
kombinasi restriksi
n % n %
Status Perokok
Perokok 13 46,4 15 53,6 - 0,551
Mantan perokok 7 43,8 9 56,2
Bukan Perokok 2 25,0 6 75,0
Frekuensi Merokok
≥ 12 batang/hari 12 50,0 12 50,0 0,4-4,9 0,719
< 12 batang/hari 8 40,0 12 60,0
Lama Merokok
≥ 37 tahun 15 65,2 8 12,5 1,6-22,5 0,014
< 37 tahun 5 23,8 16 76,2

Jenis Rokok
Tidak berfilter 10 76,9 3 23,1 1,6-31,2 0,017
Berfilter 10 32,3 21 67,7

Kebiasaan Merokok
Perokok Berat 19 55,9 15 44,1 1,3-100,2 0,013
Perokok Ringan 1 10,0 9 90,0
143 Jurnal Kesmasindo. Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 137-149

Tabel 5. Hubungan Status Perokok, Frekuensi Merokok, Lama Merokok, Jenis Rokok, dan
Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru
Kapasitas Vital Paru
Obstruksi atau Normal atau CI 95% Nilai p
Variabel
kombinasi restriksi
n % n %
Status Perokok
Perokok 13 46,4 15 53,6 - 0,551
Mantan perokok 7 43,8 9 56,2
Bukan Perokok 2 25,0 6 75,0

Frekuensi Merokok
≥ 12 batang/hari 12 50,0 12 50,0 0,4-4,9 0,719
< 12 batang/hari 8 40,0 12 60,0
Lama Merokok
≥ 37 tahun 15 65,2 8 12,5 1,6-22,5 0,014
< 37 tahun 5 23,8 16 76,2

Jenis Rokok
Tidak berfilter 10 76,9 3 23,1 1,6-31,2 0,017
Berfilter 10 32,3 21 67,7

Kebiasaan Merokok
Perokok Berat 19 55,9 15 44,1 1,3-100,2 0,013
Perokok Ringan 1 10,0 9 90,0

Hasil analisis univariat 2010) Namun secara analisis


menunjukkan bahwa proporsi bivariat tidak terbukti ada hubungan
responden yang kapasitas parunya status perokok dengan kapasiats vital
mengalami gangguan obstruksi atau paru. Adanya ketidakbermaknaan
kombinasi lebih banyak pada status perokok dengan kapasitas vital
responden perokok (46,4%) paru kemungkinan dipengaruhi oleh
dibanding responden mantan kegiatan fisik yang dilakukan
perokok dan bukan perokok. Hasil responden, dimana diketahui bahwa
penelitian ini sesuai dengan pada penelitian ini responden
penelitian terdahulu yang mayoritas bekerja sebagai petani
menunjukkan bahwa perokok yang bekerja dengan aktivitas fisik
memiliki nilai kapasitas vital paksa yang tinggi. Suatu studi prospektif
(FVC) dan volume ekspirasi paksa di Denmark menunjukkan bahwa
dalamLintang
1 detik pernafasan
Dian Saraswati, (FEV
Faktor 1) Mempenaruhi
Yang aktivitas fisikVital
Kapasitas tingkat
Parusedang
Lansia sampai
144
yang lebih rendah dibandingkan non- tinggi yang dilakukan secara teratur
perokok (Rexhepi AM and Behlul B. berhubungan dengan berkurangnya
penurunan fungsi paru-paru (nilai fungsi paru (Subiantoro S, 2000).
FEV1 dan FVC) dan risiko PPOK di Namun, secara univariat diketahui
kalangan perokok (Garcia-Aymerich prosentase responden yang
J et al, 2007). mengalami obstruksi atau kombinasi
Berdasarkan hasil analisis lebih banyak pada kelompok
bivariat terbukti ada hubungan jenis responden yang frekuensi
rokok dengan kapasitas vital paru merokoknya ≥ 12 batang/hari. Hal ini
nilai p=0,017. Pada hasil tabulasi membuktikan bahwa semakin banyak
silang diketahui proporsi responden menghisap rokok maka semakin
yang kapasitas parunya mengalami banyak kandungan zat yang masuk ke
obstruksi atau kombinasi lebih dalam tubuh sehingga dapat
banyak pada responden yang memperparah kondisi kesehatan dari
menghisap rokok tidak berfilter perokok (Bustan MN, 1997)
(76,9%) daripada rokok berfilter. Hal Berdasarkan analisis univariat
ini menunjukkan bahwa rokok tidak diketahui bahwa prosentase kejadian
berfilter dapat mempengaruhi obstruksi atau kombinasi lebih
penurunan kapasitas vital paru banyak pada kelompok yang telah
(FEV1/FVC), dimana adanya merokok ≥ 37 tahun. Selain itu secara
gangguan obstruksi ditandai dengan bivariat juga terbukti ada hubungan
penurunan nilai FEV1/FVC (Amin lama merokok dengan kapasitas vital
M. 2000) paru. Hal ini membuktikan bahwa
Variabel frekuensi merokok semakin lama orang merokok maka
dalam penelitian ini tidak terbukti ada semakin lama paparan zat kimia
hubungan dengan kapasitas vital paru, beracun dalam rokok yang masuk ke
yang ditunjukkan dengan nilai p= dalam organ tubuh perokok sehingga
0,719. Hasil penelitian ini tidak sesuai dapat memperparah kondisi kesehatan
dengan penelitian-penelitian dari perokok (Bustan MN, 1997)
terdahulu yang menyatakan ada karena semakin lama merokok maka
hubungan yang sangat jelas antara akan lebih banyak kerusakan tubuh
jumlah rokok yang dihisap setiap yang disebabkan oleh asap rokok
tahun dan lama merokok dengan tersebut.
145 Jurnal Kesmasindo. Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 137-149

Dari gabungan variabel di atas (1995) yang menyatakan kebiasaan


didapatkan kategori perokok berat merokok akan mempercepat
dan ringan. Hasil univariat diketahui penurunan faal paru. Penelitian ini
proporsi responden dengan kapasitas sesuai dengan hasil penelitian Gold
vital paru yang mengalami gangguan et.al (2005) di Amerika yang
obstruksi atau kombinasi lebih besar menunjukkan hasil adanya hubungan
pada responden perokok berat dose respon antara kebiasaan
(55,9%) daripada responden perokok merokok dengan dan rendahnya level
ringan (10,0%). Berdasarkan hasil FEV1/FVC, dimana rendahnya level
analisis bivariat diketahui bahwa FEV1/FVC merupakan tanda adanya
terdapat hubungan kebiasaan obstruksi saluran pernafasan.
merokok dengan kapasitas vital paru Pada penelitian ini dari
yaitu nilai p= 0,013. Hal ini variabel kebiasaan olahraga hanya
menunjukkan bahwa penurunan variabel status olahraga yang terbukti
kapasitas vital paru lebih banyak memiliki hubungan dengan kapasitas
terjadi pada kelompok perokok berat vital paru, sedangkan variabel durasi,
dibandingkan dengan perokok ringan. frekuensi, jenis, dan kebiasaan
Hasil ini mendukung pendapat Sue olahraga tidak terbukti berhubungan.

Tabel 6. Hubungan Status Olahraga, Frekuensi Olahraga, Durasi Olahraga, Jenis Olahraga, dan
Kebiasaan Olahraga dengan Kapasitas Vital Paru
Kapasitas Vital Paru
Obstruksi atau Normal atau CI 95% Nilai p
Variabel
kombinasi restriksi
n % n %
Status Olahraga
Tidak olahraga 17 58,6 12 41,4 1,5-17,5 0,017
Olahraga 5 21,7 18 78,3

Frekuensi Olahraga
< 3 x/minggu 2 25,0 6 75,0 0,2-10,2 1,000
≥ 3 x/minggu 3 20,0 12 80,0

Durasi Olahraga
< 30 menit 1 20,0 4 80,0 0,1-10,2 1,000
≥ 30 menit 4 22,2 14 77,8
Lintang Dian Saraswati, Faktor Yang Mempenaruhi Kapasitas Vital Paru Lansia 146

Kapasitas Vital Paru


Obstruksi atau Normal atau CI 95% Nilai p
Variabel
kombinasi restriksi
n % n %

Kebiasaan Olahraga
Olahraga Ringan 4 33,3 8 66,7 0,4-54,0 0,317
Olahraga Berat 1 9,1 10 90,9

Pada variabel status olahraga kemungkinan terjadi karena


terbukti memilki hubungan dengan bertambahnya kekuatan otot
kapasitas paru dan diketahui proporsi pernafasan dan perbaikan elastisitas
responden dengan kapasitas vital paru paru dan rangka dada yang
yang mengalami obstruksi atau menyebabkan berkurangnya tahanan
kombinasi lebih besar pada responden terhadap aliran udara pada saluran
yang tidak berolahraga (58,6%) napas dan hasilnya orang yang
daripada responden yang berolahraga melakukan latihan (olahraga)
(21,7%). Hasil ini membuktikan memiliki nilai kapasitas vital paksa
bahwa orang-orang yang tidak detik pertama lebih baik daripada
berolahraga memiliki nilai kapasitas yang tidak mengikuti latihan.
vital paru yang lebih rendah Pada hasil penelitian
dibandingkan orang yang didapatkan proporsi responden
berolahraga. Hasil penelitian ini dengan kapasitas vital paru
sesuai dengan pendapat Wilmore et al mengalami obstruksi atau kombinasi
(1996) yang menyatakan secara lebih besar pada responden yang
umum olah raga akan meningkatkan berolahraga jenis aerobik (25,0%)
total kapasitas paru. Pada banyak daripada responden yang berolahraga
individu yang melakukan olah raga jenis anaerobik (0,0%). Berdasarkan
secara teratur maka kapasitas vital analisis bivariat tidak terbukti adanya
paru akan meningkat meskipun hanya hubungan jenis olahraga dengan
sedikit. Dalam penelitian Jhosi,et al kapasitas vital paru. Hasil ini tidak
(1998) terdapat hubungan antara sesuai dengan teori yang
latihan pernafasan dengan diungkapkan oleh Mitchel, dari
peningkatan %FEV1 yang semua jenis olahraga, jenis aerobik
147 Jurnal Kesmasindo Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 137-149

merupakan olahraga yang paling sebagian besar sudah teratur namun


banyak membutuhkan udara dalam hasilnya tidak menunjukkan adanya
waktu yang konstan, dan hubungan antara kapasitas vital
menyebabkan peningkatan kapasitas dengan frekuensi olahraga. Padahal
paru yang lebih besar pula. Adanya menurut Guyton (1996), bila
hubungan yang tidak bermakna seseorang melakukan olahraga yang
kemungkinan dipengaruhi frekuensi teratur sehingga menjadi terlatih,
dan durasi olahraga karena menurut maka akan terjadi peningkatan
Suma’mur (1994) beberapa jenis efisiensi pernapasan baik ventilasi,
olahraga yang apabila dilakukan difusi maupun perfusi. Pada orang
secara rutin 3-5 kali seminggu selama yang terlatih, penurunan fungsi paru
30-45 menit akan meningkatkan lebih kecil dibandingkan dengan
kemampuan paru-paru. Seseorang orang yang tidak terlatih (Yunus F,
yang aktif dalam latihan akan 1997)
mempunyai kapasitas aerobik yang Dalam penelitian ini variabel
lebih besar dan kebugaran yang lebih durasi olahraga tidak terbukti
tingi serta kapasitas paru yang berhubungan dengan kapsitas vital
meningkat. Selain itu paru. Hal ini kemungkinan
ketidakbermaknaan ini juga disebabkan karena pengaruh faktor
diakibatkan dari jumlah responden lain seperti frekuensi dan jenis
yang tidak terpapar dan yang terpapar olahraga, karena untuk meningkatkan
tidak sebanding sehingga tidak bisa kapasitas vital paru, olahraga yang
dibedakan pengaruh antara yang dilaksanakan hendaknya
terpapar dan yang tidak terpapar. memperhatikan 4 hal yaitu
Berdasarkan analisis bivariat model/jenis olahraga, frekuensi,
secara statistik didapatkan nilai p durasi, dan intensitasnya (Wilmore et
=1,000, hasil ini menunjukkan bahwa al 1996). Selain itu kemungkinan
tidak terbukti adanya hubungan durasi olahraga (kegiatan olahraga)
frekuensi olahraga dengan kapasitas lebih mempengaruhi kekuatan otot
vital paru. Walaupun pada penelitian pernafasan daripada aliran udara
ini responden yang berolahraga dalam saluran pernafasan sehingga
Lintang Dian Saraswati, Faktor Yang Mempenaruhi Kapasitas Vital Paru Lansia 148

adanya perubahan otot pernafasan hubungan lama merokok, jenis rokok,


yang kuat dan kemampuan kebiasaan merokok, dan status
pengembangan nafas yang bagus olahraga dengan kapasitas vital paru.
tidak diikuti dengan berkurangnya Kebiasaan olahraga dapat mengurangi
hambatan yang ada pada saluran penurunan kapasitas vital paru dan
nafas. kebiasaan merokok dapat
Berdasarkan analisis bivariat meningkatkan penurunan kapasitas
diketahui tidak terbukti ada hubungan vital paru.
kebiasaan olahraga dengan kapasitas Disarankan bagi Puskesmas
vital paru dengan p=0,317. Hal ini Karanggeneng bekerjasama dengan
kemungkinan diakibatkan adanya pihak Kelurahan Karanggeneng
perbaikan otot pernafasan yang melakukan upaya promosi kesehatan
disebabkan oleh olahraga lebih untuk meminimalkan risiko terjadinya
memperbaiki kapasitas vital daripada gangguan fungsi paru pada lansia
volume ekspirasi paksa karena adanya dengan cara menggalakkan olahraga
perbaikan otot pernafasan belum tentu senam lansia seperti senam secara
mengurangi tahanan terhadap aliran rutin dan memberikan pelayanan
udara pada saluran nafas yang biasa program berhenti merokok.
terjadi akibat efek merokok. Diharapkan agar lansia untuk
berusaha berhenti merokok dan
SIMPULAN DAN SARAN melakukan olahraga jenis aerobik
Berdasarkan penelitian ini
khusunya senam secara teratur.
dapat disimpulkan bahwa terbukti ada

DAFTAR PUSTAKA

Ait-Khaled N, Enarson D, Bousquet J. 2001.


Chronic Respiratory Disease in Bustan MN. 1997. .Epidemiologi Penyakit
Developing Countries. The Burden Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta.
and Strategies for Prevention and
Management. Bulletin of the World Garcia-Aymerich J, Lange P, Benet M,
Health Organization. Schnohr P, Anto JM. 2007. Regular
Physical Activity Modifies Smoking-
Amin M. 2000. Penyakit Paru Obstruksif related Lung Function Decline and
Kronik. Laboratorium-SMF Penyakit Reduces Risk of Chronic Obstructive
Paru. Fakultas Kedokteran Universitas Pulmonary Disease A Population-
Airlangga-RSUD DR. Sutomo. based Cohort Study. Am J Respir Crit
Surabaya. Care Med., 175.458–463
149 Jurnal Kesmasindo. Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 137-149

Subiantoro S. 2000. Pengaruh asap rokok


Gold D, Xiaobin W, Wypij D. 2005. Effect of
terhadap fungsi fagositosis PMN dan
cigarette smoking on lung function in
refractory periadontitis. JBP.
adolescent boys and girls. NEJM.
2000.2.10 - 13.
2005, 335.1 - 4.
Sue A. 1995. Pengaruh Rokok Terhadap
Guyton AC, Hall JE. 1996. Text Book of
Kesehatan. Arcan. Jakarta.
Medical Physiology. Saunders
Company. New York. W
Suma’mur. 1994. Hygiene perusahaan dan
Kesehatan Kerja. Hajimasagung
Higgins MW, Enright PL, Kronmal RA, et
Jakarta.
al.. 1993. Smoking and Lung Function
Stark JE, Shneerson JM, Higenbottam T,
in Elderly Men and Women the
Flower CDR. 1990. Manual Ilmu
Cardiovascular Health Study. JAMA.
Penyakit Paru.. Binarupa Aksara.
269.2741-2748.
Jakarta
Jhosi LN, Jhosi VD. 1998. Effect of Forced
Wilmore J, Costil D. 1996. Procology of
Breathing on Ventilatory Functions of
Sport and Excersise. Human Cinetics.
the Lung. Postgrad Med. 1998, 44.67-
New York.
69.
Wirakusumah ES. 2010. Tetap Bugar di Usia
Rexhepi AM, Behlul B. 2010. Influence Of
Lanjut. Puspa Swara. Bogor
Smoking And Physical Activity On
Pulmonary Function. The Internet
Yunus F. 1997. Faal Paru dan Olahraga.
Journal of Pulmonary Medicine.
Jurnal Respirologi Indonesia. 1997,
17.100-105.
Sabri L, Hastono SP. 2010. Statistik
Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada
Jakarta.

You might also like